Anda di halaman 1dari 7

Nama : Pangrango Putra P

Kelas : XII IPA 2


No. : 28

A. Latar Belakang Perubahan Sarekat Dagang Islam Menjadi Sarekat Islam


Organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) pada awalnya merupakan perkumpulan
pedagang-pedagang Islam. Organisasi ini dirintis oleh Haji Samanhudi di Surakarta pada
tahun 1905, dengan tujuan awal untuk menghimpun para pedagang pribumi Muslim
(khususnya pedagang batik) agar dapat bersaing dengan pedagang-pedagang besar Tionghoa.
Pada saat itu, pedagang-pedagang keturunan Tionghoa tersebut telah lebih maju usahanya dan
memiliki hak dan status yang lebih tinggi dari pada penduduk Hindia Belanda lainnya.
Kebijakan yang sengaja diciptakan oleh pemerintah Hindia Belanda tersebut kemudian
menimbulkan perubahan sosial karena timbulnya kesadaran di antara kaum pribumi yang
biasa disebut sebagai Inlanders.
Organisasi ini didirikan juga untuk melawan upaya monopoli sebagian kalangan atas
bahan baku produksi batik. Ini digambarkan oleh Tirto Adhi soerjo di laporannya di Medan
Priyayi dengan Judul Menonton Wayang Priyayi. Sedikit dari kutipan itu berbunyi:
Saudagar-saudagar kecil tidak bisa beli kain dagangan sendiri di Solo karena kain yang
bisa masuk priangan sudah diikat oleh saudagar-saudagar besar.
B. Pengaruh Serikat Islam dalam Pergerakan Nasional
Serikat Islam pada mulanya bernama Serikat Dagang Islam yang didirikan oleh H.
Samanhudi yang berdasarkan pada Agama dan Perekonomian Rakyat sebagai dasar dalam
pergerakannya, tujuannya pula adalah melindungi hak hak pedagang pribumi dari monopoli
dagang yang dilakukan oleh pedagangpedagang besar tionghoa. Dan dengan lahirnya
Sarikat Dagang Islam yang menghimpun pedagang Islam pribumi pada saat itu, diharapkan
dapat bersaing dengan pedagang asing seperti Tionghoa, India, dan Arab.
Pada 1912 Sarekat Dagang Islam berganti nama menjadi Sarekat Islam oleh H.O.S.
Tjokroaminoto, pergantian nama ini didasarkan agar Sarekat Islam ini tidak hanya bergerak
dalam bidang agama dan Ekonomi saja, tetapi dapat bergerak dalam Politik pula, sehingga
membuat ruang gerak Sarekat Islam pun bertambah luas. Setelah menjadi SI sifat gerakan
menjadi lebih luas karena tidak dibatasi keanggotaannya pada kaum pedagang saja. Dalam
Anggaran Dasar tertanggal 10 September 1912, tujuan perkumpulan ini diperluas ,antara lain:
a. Memajukan perdagangan;
b. Memberi pertolongan kepada anggota yang mengalami kesukaran (semacam usaha koperasi);
c. Memajukan kecerdasan rakyat dan hidup menurut perintah agama;
d. Memajukan agama Islam serta menghilangkan faham- faham yang keliru tentang agama
Islam.

C. Pengaruh Sosialisme-Revolusioner terhadap Serikat Islam


Kemenangam Revolusi pada bulan Oktober di Rusia memberikan dorongan dan
antusiasme yang lebih hebat kepada ISDV untuk menyebarkan Marxisme dalam politik
Indonesia dan Sarekat Islam adalah sasaran utama, karena merupakan satu-satunya gerakan
massa terkuat pada saat itu. ISDV mengadakan infiltrasi ke dalam tubuh Sarekat Islam
dengan tujuan dapat menguasai massa.
Pada tahun 1920, kelompok-kelompok kiri yang lebih ekstrim dalam ISDV telah
berhasil mengadakan kontak-kontak dekat dengan unsure-unsur kiri dalam Sarekat Islam,
seperti Semaoen dari cabang Semarang, Alimin Prawirodirdjo dan Darsono. Ketiga tokoh
Sarekat Islam ini telah berhasil dibina oleh Snevliet dengan ideologi Marxisme dalam tempo
yang relatif singkat.
Pada tahun 1918 Sneevleit diusir dari Indonesia karena kegiatan-kegiatannya akan
membahayakan kekuasaan kolonial kedepannya, sebab Marxisme dikatakan sebagai antitesi
terhadap kolonialisme dan kapitalisme.
Setahun setelah ISDV cabang Semarang didirikan, yaitu pada tahun 1914, menerima
anggota pribumi sebanyak 85 orang dan pada tahun 1916 anggotanya telah bertambah
menjadi 134 orang. Dalan kongres ISDV di Jakarta bulan Mei 1917, Sneevliet disidang
akibat tulisan Zegepraal-nya, namun ia tetap pada pendiriannya dan beberapa temannya
mendukung sikap dan garis perjuangannya.
Akhirnya ISDV pecah, puncaknya ketika ISDV cabang Batavia dan Bandung
memisahkan diri dan bergabung dengan ISDP (Indische Sosiaal Democraatische Partij).
Setelah pecah Sneevliet menarik orang-orang pribumi untuk menduduki posisi penting
organisasi. Mereka adalah Semaoen, Mas Marco dan Darsono.
D. Perpecahan dalam Serikat Islam
Pada mulanya Sarekat Islam (SI) dilarang untuk menjalankan organisasinya oleh
pemerintah Belanda pada Agustus 1912. Setelah diadakan perubahan pada anggaran dasar SI
maka diperbolehkan untuk menjalankan aktivitasnya kembali. Rutgers (2012; 4)
menerangkan bahwa, ...pada Juni 1913, pengaktifan Pimpinan Pusat SI tidak diizinkan, dan
untuk sementara waktu, yang diizinkan itu hanya cabang-cabangnya belaka. Baru pada 1916
Pimpinan Pusat SI diperkenankan sesudah pengawasan pemerintah diperkuat.
Pada tanggal 26 Januari 1913 diadakan kongres Sarekat Islam pertama di Surabaya.
Pada kongres tersebut pimpinan SI Oemar Said Tjokroaminoto mengutarakan intinya bahwa
SI setia terhadap pemerintahan Belanda. Hal ini disebutkan dalam Rutgers (2012; 4), SI
bukanlah suatu partai politik yang menghendaki revolusi seperti yang disangka kebanyakan
orang. Jika nanti diadakan pengejaran-pengejaran, kita harus meminta perlindungan terhadap
gubernur Jenderal. Kita setia dan puas terhadap kekuasaan Belanda. Sungguh tidak benar,
kalau kita dikatakan hendak menyebabkan huru-hara, sungguh tidak benar, kalau kita
dikatakan berontak. Itu semua tidak benar, tidak, seribu kali tidak.
Kongres Sarekat Islam I menghasilkan keputusan bahwa Sarekat Islam bukan lagi
sebagai organisasi daerah Surakarta melainkan organisasi terbuka yang cakupannya meliputi
Hindia Belanda. Oleh karena itu disahkan tiga kota sebagai sentral dari Sarekat Islam
meliputi Surabaya, Yogyakarta dan Bandung.

F. Pecah Menjadi SI Revolusioner dan SI Berlandaskan Asas Islam


Ketika pengaruh Rusia mulai menyebar ke penjuru dunia, tidak luput pula
pengaruhnya datang ke Indonesia. Pengaruh ini dimulai saat Sneevliet mendirikan Indische
sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) di Surabaya. Ricklefs (2008: 370)
mengungkapkan, Pada tahun 1913, H.J.F.M. Sneeviet (1883-1942) tiba di Indonesia. Dia
memulai kariernya sebagai penganut mistik Katolik, tetapi kemudian beralih ke ide-ide
sosial-demokrat yang revolusioner dan aktivisme serikat buruh. Dia kemudian bertindak
sebagai agen komintern di Cina dengan nama samaran G. Maring. Pada tahun 1914, dia
mendirikan Indische Sociaal-Democratische Vereeninging (ISDV), Ikatan Sosial-
Demokratis Hindia, di Surabaya.
Sayangnya kelemahan dari ISDV yaitu anggota-anggota yang tergabung di dalamnya
terdiri dari orang-orang Belanda. Untuk mengambil hati rakyat pribumi maka tahun 1915
menjalin kerjasama dengan Insulinde. Sayangnya kerjasama dengan Insulinde tidak
berpengaruh besar, maka dari itu mulai dilirik Sarekat Islam. Ricklefs (2008: 370)
mengemukakan, Anggota Insulinde berjumlah 6000 orang, termasuk beberapa orang Jawa
terkemuka, tetapi organisasi ini jelas bukanlah alat yang ideal untuk mendapatkan basis
rakyat. Oleh karena itu, perhatian ISDV mulai beralih kepada Sarekat Islam, satu-satunya
organisasi yang memiliki pengikut di kalangan rakyat Indonesia.
Tahun 1914 Semaun yang termasuk ke dalam anggota sarekat Islam di cabang
Surabaya bergabung dengan ISDV. Semaun kemudian dipindahkan ke Semarang. Semaun
membawa ideologi sosialis yang dibawanya dari ISDV ke Sarekat Islam cabang Semarang
ini. Ricklefs (2008: 372) mengemukakan, pengaruh kiri dalam Sarekat Islam semakin
bertambah besar karena ISDV berusaha memperoleh basis rakyat. Pada tahun 1914, seorang
pemuda Jawa buruh kereta api yang bernama Semaun (1899-1971) menjadi anggota SI
cabang Surabaya. Pada tahun 1915, dia pindah ke Semarang, di mana Sneevliet aktif dalam
Serikat Buruh Kereta Api dan Trem (VSTP). Kini Semaun juga bergabung dalam ISDV.
Jumlah anggota SI Semarang berkembang pesat mencapai 20.000 orang pada tahun 1917. Di
bawah pengaruh Semaun, cabang ini mengambil garis antikapitalis yang kuat.
Kongres Nasional SI ke II menuai konflik antara Semaun dengan Abdoel Moeis
mengenai masalah Volksraad dan Indie Weerbaar. Giie (Muryanti, 2010: 30) mengemukakan,
Dalam kongres ini untuk pertama kali membahas masalah tanah partikelir, perkebunan tebu,
Volksraad dan masalah nasib buruh. Namun dalam kongres tersebut terjadi pertentangan
antara Abdoel Moeis dengan Semaun terutama mengenai masalah Indie Weerbaar dan
Volksraad. Hasilnya golongan yang anti Indie Weerbaar dan memihak Sarekat Islam
Semarang hampir separuh.
Akibar konflik yang terjadi di dalam kubu Sarekat Islam sendiri berkaitan dengan
perbedaan ideologi maka SI terpecah menjadi dua. Sarekat Islam yang tetap mempertahankan
asas kebangsaan dan keagamaan (SI Putih) dan anggota yang berpindah haluan menjadi
sosialis-komunis yang dipimpin oleh SI cabang semarang.
Faktor-faktor perpecahan yang terjadi di dalam tubuh Sarekat Islam sendiri bermula
dari keinginan untuk bergabung dengan Volksraad dan Indie Weerbar. Keinginan ini
membuat munculnya golongan yang tidak sependapat dan menentang keras. Masuknya
pengaruh Sosialis-komunis yang dibawa oleh Sneeviet dan Semaun. Pengaruh ini
mengakibatkan perbedaan ideologi yang sangat drastis di dalam kubu Sarekat Islam itu
sendiri.
G. Kemunduran Partai Serikat Islam
Kehancuran atau kemunduran Partai Serikat Islam ini dimulai pada saat struktur
organisasi partai yang dianggap telah sempurna, lalu adanya pemecatan terhadap Dr.
Soekiman yang merupakan salah satu elit pengurus partai. Kemudian Dr. Soekiman beserta
pengikutnya membentuk sebuah partai lagi yang diberi nama Partai Islam Indonesia (PII),
kemudian adanya konflik di dalam partai juga membuat partai ini semakin melemah.
Melemahnya partai juga terlihat pada saat Kongres Partai Sarekat Islam tahun 1927
menegaskan bahwa tujuan perjuangan adalah mencapai kemerdekaan nasional berdasarkan
agama Islam. Karena tujuannya adalah untuk mencapai kemerdekaan nasional maka Partai
Sarekat Islam menggabungkan diri dengan Pemufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik
Kebangsaan Indonesia (PPPKI) (Hasyim, 2010). Kemudian, hal ini terlihat pada tahun 1938
ketika Abikusno sudah mulai tidak konsisten dengan ia memilih menggabungkan PSII ke
dalam GAPPI yang dianggap sebagai wadah Organisasi Nasional. Tujuan GAPPI adalah
mempersatukan semua partai politik Indonesia Raya. Dasar aksinya adalah hak mengatur diri
sendiri, kebangsaan yang bersendikan demokrasi menuju citacita bangsa Indonesia.
Kemudian juga kelemahan dan kehancuran partai pun semakin terlihat pada tahun 1939,
ketika secara resmi S.M. Kartosuwiryo mengundurkan diri dari kepengurusan Partai,
Kartosuwiryo pada saat itu jabatannya adalah sebagai sekjen yang merangkap sebagai wakil
Presiden dalam partai, dan setelah ia keluar dari Partai Serikat Islam Indonesia, ia
membentuk sebuah lembaga yang dinamakan lembaga Suffah (Pusat Pendidikan Kaderisasi
Gerakan).

Soal

1. Mengapa SI mudah disusupi oleh tokoh-tokoh komunis ?


Jawab : karena Central Serikat Islam (CSI) sebagai badan koordinasi pusat SI masih sangat
lemah kekuasaanya sehingga setiap cabang bertindak sendiri-sendiri,secara bebas.

2. Mengapa anggota SI berkembang demikian pesat di berbagai daerah?


Jawab: karena SI member bantuan kepada anggota yang menderita kesulitan,memajukan
pengajaran dan juga menentang pendapat tentang islam.

3. Siapa perintis Sarekat Dagang Islam?


Jawab: Haji Samanhudi

4. Pada tahun berapa SDI didirikan?


Jawab: 1905

5. Dimana SDI didirikan?


Jawab: Surakarta

6. Apa tujuanm SDI didirikan?


Jawab: menghimpun para pedagang pribumi Muslim (khususnya pedagang batik)
agar dapat bersaing dengan pedagang-pedagang besar Tionghoa.

7. Apa peristiwa awal yang menyebabkan SI runtuh?


Jawab: Kehancuran atau kemunduran Partai Serikat Islam ini dimulai pada saat
struktur organisasi partai yang dianggap telah sempurna, lalu adanya pemecatan
terhadap Dr. Soekiman yang merupakan salah satu elit pengurus partai.
8. Siapa yang mengganti nama Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam pada 1912?
Jawab: Pada 1912 Sarekat Dagang Islam berganti nama menjadi Sarekat Islam oleh
H.O.S. Tjokroaminoto,

9. Tahun 1914 Semaun yang termasuk ke dalam anggota sarekat Islam bergabung
dengan kelompok?
Jawab: ISDV

10. Apa isi dari Kongres SI 1?


Jawab: Kongres Sarekat Islam I menghasilkan keputusan bahwa Sarekat Islam bukan
lagi sebagai organisasi daerah Surakarta melainkan organisasi terbuka yang
cakupannya meliputi Hindia Belanda

1. Serikat Islam (SI) dapat berkembang pesat dalam waktu relatif singkat berkembang pesat dan
memiliki anggota yang. Hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut, Kecuali.
a. Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam
b. Keanggotaan SI bersifat terbuka dan merakyat
c. SI dipimpin oleh tokoh-tokoh kharismatik
d. SI berpolitik dan membela rakyat kecil
e. SI mendapat restu dan perlindungan dari pemerintah Belanda

2. Sarekat Islam dalam perkembangannya terpecah menjadi SI Putih dan SI Merah, dalam
hal ini SI Merah kemudian berideologi
A. Islam Radikal
B. Liberal
C. Demokrasi
D. Kooperatif
E.
3. Faktor yang mendorong perkembangan SI ialah sebagai berikut, kecuali
A. Sifatnya yang terbuka dan merakyat
B. Ideologi Islam yang dipakai
C. Sistem keanggotaan rangkap dengan organisasi lain
D. Persaingan dengan pedagang Peranakan Cina
E. Memudarnya identitas kebangsaan akibat penjajahan
4. Siapa yang medirikan SDI?
A. Haji Samanhudi
B. Haji Samaniyah
C. Gleamen Bastara
D. Ir.Sukarno
E. Moh.Hatta

5. Pada tahun berapa dan dimana Sarekat Dagang Islam didirikan?


A. 1945, Bandung
B. 1905, Surakarta
C. 1904, Surakarta
D. 1905, Bandung
E. 2008, Jakarta
6. Tujuan awal Sarikat Dagang Islam....
A. Indonesia merdeka dan berdaulat
B. menghimpun para pedagang pribumi Muslim (khususnya pedagang batik) agar dapat
bersaing dengan pedagang-pedagang besar Tionghoa.
C. Memajukan perekonomian bangsa
D. Menyebarkan agama Islam
E. Membuat pertahanan Indonesia yang kuat

8. Pada 1912, Sarekat Dagang Islam diganti namanya menjadi


A. Serikat Islam
B.Sareat Islam
C. Sarekat Islam
D. Syariah Islam
E. Sarat Islam

Anda mungkin juga menyukai