Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

SAREKAT ISLAM (SI)

Pembimbing : Imam Mahrus S.Pd.I, M.A

Disusun Oleh :

Kelompok 2

 Adi Maulana (02)


 Bagus Prasetyo (10)
 Isna Nadhifatul Ummah (18)
 Nihayatul Maulida M.R (26)
 Zahrotun Nisa (34)

MAN 1 BOJONEGORO
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
SEREKAT ISLAM

Sarekat Islam (SI) merupakan salah satu organisasi yang tumbuh pada masa
pergerakan nasional di Indonesia. Sarekat Islam menjadi organisasi politik pertama
yang berdiri dengan sifat kerakyatan.
Sebelum menjadi Sarekat Islam, pada mulanya berasal dari organisasi dagang
bernama Sarekat Dagang Islam. Organisasi tersebut didirikan tanggal 16 Oktober 1905
oleh seorang pengusaha batik terkenal di Surakarta bernama H Samanhudi. Saat itu,
anggotanya terbatas pada para pengusaha dan pedagang batik. Organisasi ini didirikan
sebagai usaha untuk membela kepentingan mereka dari tekanan politik Belanda dan
monopoli bahan-bahan batik oleh para pedagang Tionghoa
Saat itu, usaha para pedagang Tionghoa lebih maju serta telah memiliki hak dan
status lebih tinggi dibandingkan penduduk pribumi (sinlanders). Kebijakan yang
sengaja diciptakan pemerintah Hindia-Belanda tersebut menimbulkan perubahan sosial
karena timbulnya kesadaran di antara kaum pribumi. Karena sikap imperialisme
pemerintah kolonial terhadap pedagang pribumi, membuat
H. Samanhudi yang juga berprofesi sebagai seorang saudagar bergerak cepat
menyebarkan berita berdirinya organisasi ini. Berta tersebut salah satunya diberitakan
melalui buletin Taman Pewarta
(1902-1915).
Sarekat Dagang Islam berganti nama menjadi Sarekat Islam ketika mengadakan
kongres pertama di Surakarta tahun 1906. Tanggal 10 September 1912 karena keadaan
politik dan sosial pada masa tersebut H.O.S Tjokroaminoto sebagai pimpinan Sarekat
Islam menghadap notaris B. ter Kuile untuk membuat Sarekat Islam sebagai Badan
Hukum dengan Anggaran Dasar Sarekat Islam yang baru. Tanggal 14 September 1912
berhasil mendapatkan pengakuan dan disahkan pemerintah Belanda. H.O.S
Tjokroaminoto mengubah yurisdiksi Sarekat Islam lebih luas dibandingkan yarig
dahulu, yaitu hanya mencakup permasalahan ekonomi dan sosial menjadi lebih ke arah
politi dan agama untuk menyumbangkan semangat peruangan Islam dalam semangat
juang rakyat terhadap kolonialeme dan imperialiame pada masa itu.

Tujuan Sarehat Islam jika ditinjau dan anggaran dasamya sebagai berikut.
a. Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya derajat rakyat.
b. Mengembangkan jiwa dagang.
c. Hidup menurut perintah agama.
d. Membantu anggota-anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha.
e. Memperbaiki pendapat pendapat yang keliru mengenai agama Islam.

Berkaitan dengan masalah keanggotaan organisasinya, Sarekat Islam tidak


membatasi anggotanya untuk masyarakat Jawa dan Madura saja. Tujuan Serikat Islam
tidak lain untuk membangun persaudaraan, persahabatan, dan tolong menolong di antara
muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat. Keanggotaan Sarekat Islam terbuka
untuk semua lapisan masyarakat muslim. Ketika Sarekat Islam mengajukan diri sebagai
badan hukum, awalnya Gubernur Jenderal Idenburg menolak badan hukum hanya
diberikannya pada Sarekat Islam local.
Walaupun kenyataannya anggaran dasar Sarekat Islam tidak terlihat adanya unsur
politik dalam kegiatannya Sarekat Islam menaruh perhatian besar terhadap unsur-unsur
politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang dilakukan pemerintah
colonial. Ini menandakan bahwa Sarekat Islam memiliki anggota yang banyak hingga
menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda.
Bulan Maret tahun 1916, Sarekat Islam pusat diberi pengakuan sebagai badan
hukum. Setelah pemerintah memperbolehkan Sarekat lalam berdiri sebagai partai
politik, organisasi ini berubah menjadi partai politik dan mengirimkan wakilnya ke
Volksraad tahun 1917, yaitu H.O.S Tjokroaminoto. Abdul Muis yang juga tergabung
dalam Sarekat islam menjadi anggota Volksraad atas namanya sendiri berdasarkan
ketokohan, dan bukan mewakili Sarekat Islam Pusat sebagaimana halnya H.O.S
Tjokroaminoto yang menjadi tokoh terdepan dalam Sarekat Islam Pusat.
Akan tetapi, Tjokroaminoto tidak bertahan lama di lembaga yang dibuat pemerintah
Hindia Belanda tersebut dan ia keluar dan Volksraad (semacam Dewan Rakyat). Ini
karena Volksraad dipandang sebagai “Boneka Belanda” yang hanya mementingkan
urusan penjajahan di Hindia dan tetap mengabaikan hak-hak kaum pribumi. H.O.S
Tjokroaminoto ketika itu telah menyuarakan agar bangsa Hindia (Indonesia) diberi hak
untuk mengatur urusan dirinya sendiri, namun hal ini ditolak pihak Belanda.
Sejak berdiri, Sarekat Islam telah mengadakan beberapa kongres. Adapun beberapa
kongres tersebut sebagai berikut.
a. Kongres pertama Sarekat Islam diselenggarakan bulan Januan 1913 di Surabaya.
Dalam kongres ini, Tjokroaminoto menyatakan bahwa Sarekat Islam bukan
merupakan organisasi politik dan bertujuan untuk meningkatkan perdagangan
antarbangsa Indonesia, membantu anggotanya yang mengalami kesulitan ekonomi,
serta mengembangkan kehidupan religius dalam masyarakat Indonesia.
b. Kongres kedua Sarekat Islam diselenggarakan di Surakarta yang menegaskan bahwa
Sarekat Islam hanya terbuka bagi rakyat biasa. Para pegawai pemerintah tidak boleh
menjadi anggota Sarekat Islam.
c. Kongres ketiga Sarekat Islam diselenggarakan tanggal 17-24 Juni 1916 di Bandung.
Dalam kongres ini, Sarekat Islam sudah mulai melontarkan pernyataan politik.
Sarekat Islam bercita-cita menyatukan seluruh penduduk Indonesia sebagai suatu
bangsa yang berdaulat (merdeka).
d. Kongres keempat Sarekat Islam diselenggarakan tahun 1917 di Jakarta. Dalam
kongres ini, Sarekat Islam menegaskan ingin memperoleh pemerintahan sendiri
(kemerdekaan). Sarekat Islam mendesak pemerintah agar membentuk Dewan
Perwakilan Rakyat (Volksraad). Sarekat Islam mencalonkan H.O.S Tjokroaminoto
dan Abdul Muis sebagai wakilnya di Volksraad.

 PERPECAHAN SI
Setelah Sarekat Islam berjaya di Indonesia, organisasi ini mulai mengalami
perpecahan karena adanya perbedaan suasana kehidupan politik setelah tahun 1929.
Sarekat Islam telah terkena pengaruh komunis yang diperkenalkan oleh Hendrio
Joshepus Maria Sheevliet pada 1913.
Satu tahun setelahnya, 1914, Sheevliet bersama Adolf Baars mendirikan Indische
Social Democratische Vereenihing (ISDV) di Semarang. Tujuan dari ISDV sendiri
yaitu untuk menyebarkan paham Marxis.
SI yang merasakan perkembangan pesat, kesudahan mulai disusupi oleh petuah
sosialisme revolusioner. Petuah ini disebarkan oleh H.J.F.M Sneevliet yang
mendirikan organisasi ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging) pada
tahun 1914. Pada mulanya ISDV sudah mencoba menyebarkan pengaruhnya, tetapi
karena petuah yang mereka anut tidak berakar di dalam warga Indonesia melainkan
diimpor dari Eropa oleh orang Belanda, sehingga usahanya kurang sukses. Sehingga
mereka memakai taktik infiltrasi yang dikenal sebagai "Blok di dalam", mereka
sukses menyusup ke dalam tubuh SI oleh karena dengan tujuan yang sama adalah
membela rakyat kecil dan menentang kapitalisme namun dengan cara yang tidak
sama.
Dengan usaha yang sama berat, mereka sukses memengaruhi tokoh-tokoh
muda SI seperti Semaoen, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin Prawirodirdjo. Hal ini
menyebabkan SI pecah dijadikan "SI Putih" yang dipimpin oleh HOS
Tjokroaminoto dan "SI Merah" yang dipimpin Semaoen. SI merah berdasarkan asas
sosialisme-komunisme.
Adapun faktor-faktor yang mempermudah infiltrasi ISDV ke dalam tubuh SI
sebagai berikut :
 Centraal Sarekat Islam (CSI) sebagai badan koordinasi pusat memiliki
kekuasaan yang lemah. Hal ini dikarenakan tiap cabang SI bertindak
sendiri-sendiri. Pemimpin cabang memiliki pengaruh yang kuat untuk
menentukan nasib cabangnya, dalam hal ini Semaoen adalah ketua SI
Semarang.
 Peraturan partai pada waktu itu memperbolehkan keanggotaan multipartai,
mengingat pada mulanya organisasi seperti Boedi Oetomo dan SI
merupakan organisasi non-politik. Semaoen juga memimpin ISDV (PKI)
dan sukses meningkatkan anggotanya dari 1700 orang pada tahun 1916
dijadikan 20.000 orang pada tahun 1917 di sela-sela kesibukannya sebagai
Ketua SI Semarang.
 Dampak dari Perang Dunia I, hasil panen padi yang jelek menyebabkan
membumbungnya harga-harga dan menurunnya upah karyawan perkebunan
untuk mengimbangi kas pemerintah kolonial menyebabkan dengan
mudahnya rakyat memihak pada ISDV.
 Dampak kemiskinan yang makin diderita rakyat semenjak Politik Pintu
Membuka (sistem liberal) dilaksanakan pemerintah kolonialis sejak tahun
1870 dan wabah pes yang melanda pada tahun 1917 di Semarang.

SI Putih (H. Agus Salim, Abdul Muis, Suryopranoto, Sekarmadji Maridjan


Kartosoewirjo) bertujuan kanan berpusat di kota Yogyakarta. Sedangkan SI Merah
(Semaoen, Alimin, Darsono) bertujuan kiri berpusat di kota Semarang. Sedangkan
HOS Tjokroaminoto pada mulanya adalah penengah di selang kedua kubu tersebut.
Jurang selang SI Merah dan SI Putih makin melebar saat keluarnya pernyataan
Komintern (Partai Komunis Internasional) yang menentang cita-cita Pan-Islamisme.
Pada saat kongres SI Maret 1921 di Yogyakarta, H. Fachruddin, Wakil Ketua
Muhammadiyah mengedarkan brosur yang menyatakan bahwa Pan-Islamisme tidak
akan tercapai bila tetap memainkan pekerjaan sama dengan komunis karena
keduanya memang bertentangan. Di samping itu Agus Salim mengecam SI
Semarang yang mendukung PKI. Darsono membalas kecaman tersebut dengan
mengecam beleid (Belanda: kebijaksanaan) keuangan Tjokroaminoto. SI Semarang
juga menentang pencampuran agama dan politik dalam SI. Oleh karena itu,
Tjokroaminoto bertambah condong ke SI haluan kanan (SI Putih).
Pecahnya SI terjadi sesudah Semaoen dan Darsono dikeluarkan dari organisasi.
Hal ini benar kaitannya dengan dorongan Abdul Muis dan Agus Salim pada kongres
SI yang keenam 6-10 Oktober 1921 tentang perlunya disiplin partai yang melarang
keanggotaan rangkap. Anggota SI harus memilih selang SI atau organisasi lain,
dengan tujuan supaya SI bersih dari unsur-unsur komunis. Hal ini dikhawatirkan
oleh PKI sehingga Tan Malaka berharap pengecualian untuk PKI. Namun usaha ini
tidak sukses karena disiplin partai diterima dengan mayoritas suara. Saat itu
anggota-anggota PSI dari Muhammadiyah dan Persis pun ikut pula dikeluarkan,
karena disiplin partai tidak memperbolehkannya.
Keputusan mengenai disiplin partai diperkuat lagi dalam kongres SI pada bulan
Februari 1923 di Madiun. Dalam kongres Tjokroaminoto memusatkan tentang
peningkatan pendidikan kader SI dalam memperkuat organisasi dan pengubahan
nama CSI dijadikan Partai Sarekat Islam (PSI). Pada kongres PKI bulan Maret
1923, PKI memutuskan untuk menggerakkan SI Merah untuk menandingi SI Putih.
Pada tahun 1924, SI Merah berubah nama dijadikan "Sarekat Rakyat".

Anda mungkin juga menyukai