Disusun Oleh :
Kelompok 2
MAN 1 BOJONEGORO
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
SEREKAT ISLAM
Sarekat Islam (SI) merupakan salah satu organisasi yang tumbuh pada masa
pergerakan nasional di Indonesia. Sarekat Islam menjadi organisasi politik pertama
yang berdiri dengan sifat kerakyatan.
Sebelum menjadi Sarekat Islam, pada mulanya berasal dari organisasi dagang
bernama Sarekat Dagang Islam. Organisasi tersebut didirikan tanggal 16 Oktober 1905
oleh seorang pengusaha batik terkenal di Surakarta bernama H Samanhudi. Saat itu,
anggotanya terbatas pada para pengusaha dan pedagang batik. Organisasi ini didirikan
sebagai usaha untuk membela kepentingan mereka dari tekanan politik Belanda dan
monopoli bahan-bahan batik oleh para pedagang Tionghoa
Saat itu, usaha para pedagang Tionghoa lebih maju serta telah memiliki hak dan
status lebih tinggi dibandingkan penduduk pribumi (sinlanders). Kebijakan yang
sengaja diciptakan pemerintah Hindia-Belanda tersebut menimbulkan perubahan sosial
karena timbulnya kesadaran di antara kaum pribumi. Karena sikap imperialisme
pemerintah kolonial terhadap pedagang pribumi, membuat
H. Samanhudi yang juga berprofesi sebagai seorang saudagar bergerak cepat
menyebarkan berita berdirinya organisasi ini. Berta tersebut salah satunya diberitakan
melalui buletin Taman Pewarta
(1902-1915).
Sarekat Dagang Islam berganti nama menjadi Sarekat Islam ketika mengadakan
kongres pertama di Surakarta tahun 1906. Tanggal 10 September 1912 karena keadaan
politik dan sosial pada masa tersebut H.O.S Tjokroaminoto sebagai pimpinan Sarekat
Islam menghadap notaris B. ter Kuile untuk membuat Sarekat Islam sebagai Badan
Hukum dengan Anggaran Dasar Sarekat Islam yang baru. Tanggal 14 September 1912
berhasil mendapatkan pengakuan dan disahkan pemerintah Belanda. H.O.S
Tjokroaminoto mengubah yurisdiksi Sarekat Islam lebih luas dibandingkan yarig
dahulu, yaitu hanya mencakup permasalahan ekonomi dan sosial menjadi lebih ke arah
politi dan agama untuk menyumbangkan semangat peruangan Islam dalam semangat
juang rakyat terhadap kolonialeme dan imperialiame pada masa itu.
Tujuan Sarehat Islam jika ditinjau dan anggaran dasamya sebagai berikut.
a. Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya derajat rakyat.
b. Mengembangkan jiwa dagang.
c. Hidup menurut perintah agama.
d. Membantu anggota-anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha.
e. Memperbaiki pendapat pendapat yang keliru mengenai agama Islam.
PERPECAHAN SI
Setelah Sarekat Islam berjaya di Indonesia, organisasi ini mulai mengalami
perpecahan karena adanya perbedaan suasana kehidupan politik setelah tahun 1929.
Sarekat Islam telah terkena pengaruh komunis yang diperkenalkan oleh Hendrio
Joshepus Maria Sheevliet pada 1913.
Satu tahun setelahnya, 1914, Sheevliet bersama Adolf Baars mendirikan Indische
Social Democratische Vereenihing (ISDV) di Semarang. Tujuan dari ISDV sendiri
yaitu untuk menyebarkan paham Marxis.
SI yang merasakan perkembangan pesat, kesudahan mulai disusupi oleh petuah
sosialisme revolusioner. Petuah ini disebarkan oleh H.J.F.M Sneevliet yang
mendirikan organisasi ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging) pada
tahun 1914. Pada mulanya ISDV sudah mencoba menyebarkan pengaruhnya, tetapi
karena petuah yang mereka anut tidak berakar di dalam warga Indonesia melainkan
diimpor dari Eropa oleh orang Belanda, sehingga usahanya kurang sukses. Sehingga
mereka memakai taktik infiltrasi yang dikenal sebagai "Blok di dalam", mereka
sukses menyusup ke dalam tubuh SI oleh karena dengan tujuan yang sama adalah
membela rakyat kecil dan menentang kapitalisme namun dengan cara yang tidak
sama.
Dengan usaha yang sama berat, mereka sukses memengaruhi tokoh-tokoh
muda SI seperti Semaoen, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin Prawirodirdjo. Hal ini
menyebabkan SI pecah dijadikan "SI Putih" yang dipimpin oleh HOS
Tjokroaminoto dan "SI Merah" yang dipimpin Semaoen. SI merah berdasarkan asas
sosialisme-komunisme.
Adapun faktor-faktor yang mempermudah infiltrasi ISDV ke dalam tubuh SI
sebagai berikut :
Centraal Sarekat Islam (CSI) sebagai badan koordinasi pusat memiliki
kekuasaan yang lemah. Hal ini dikarenakan tiap cabang SI bertindak
sendiri-sendiri. Pemimpin cabang memiliki pengaruh yang kuat untuk
menentukan nasib cabangnya, dalam hal ini Semaoen adalah ketua SI
Semarang.
Peraturan partai pada waktu itu memperbolehkan keanggotaan multipartai,
mengingat pada mulanya organisasi seperti Boedi Oetomo dan SI
merupakan organisasi non-politik. Semaoen juga memimpin ISDV (PKI)
dan sukses meningkatkan anggotanya dari 1700 orang pada tahun 1916
dijadikan 20.000 orang pada tahun 1917 di sela-sela kesibukannya sebagai
Ketua SI Semarang.
Dampak dari Perang Dunia I, hasil panen padi yang jelek menyebabkan
membumbungnya harga-harga dan menurunnya upah karyawan perkebunan
untuk mengimbangi kas pemerintah kolonial menyebabkan dengan
mudahnya rakyat memihak pada ISDV.
Dampak kemiskinan yang makin diderita rakyat semenjak Politik Pintu
Membuka (sistem liberal) dilaksanakan pemerintah kolonialis sejak tahun
1870 dan wabah pes yang melanda pada tahun 1917 di Semarang.