Pada 11 November 1911 Tirto Adi Suryo berhasil menyusun anggaran dasar. Nama
organisasi diubah menjadi Sarekat Dagang Islam (SDI). Berdasarkananggaran dasar, susunan
pengurus organisasi terdiri dari :
Sekretaris : Djojomargoso
Sarekat Dagang Islam juga menerbitkan surat kabar Sarotomo sebagai media untuk
menyampaikan pesan dan berita kepada anggota.
Garis yang diambil oleh SDI adalah koperasi, dengan tujuan memajukan perdagangan Indonesia
di bawah panji-panji islam.
Anggota Sarekat Dagang Islam
Keanggotaan SDI masih terbatas pada ruang lingkup pedagang, maka tidak memiliki anggota
yang cukup banyak.
Oleh karena itu, agar memiliki anggota yang banyak dan luas ruang lingkupnya, maka pada
tanggal 18 September 1912, SDI diubah menjadi SI (Sarekat Islam).
Organisasi Sarekat Islam (SI) didirikan oleh beberapa tokoh SDI seperti H.O.S Cokroaminoto,
Abdul Muis, dan H.Agus Salim. Sarekat Islam berkembang pesat karena bermotivasi agama
Islam.
b. Isyarat pada umat islam bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukkan kekuatannya, dan
c. Memajukan pengajaran dan semua yang mempercepat naiknya derajat bumi putera
Antara tahun 1917 sampai dengan 1920 sangat terasa pengaruhnya di dalam polirik Indonesia.
Untuk menyebarkan propaganda perjuangannya, Sarekat Islam menerbitkan surat kabar yang
bernama Utusan Hindia.
Pada tanggal 29 Maret 1913, para pemimpin SI mengadakan pertemuan dengan Gubernur
Jenderal Idenburg untuk memperjuangkan SI berbadan hukum. Jawaban dari Idenburg yaitu, SI
di bawah pimpinan H.O.S Cokroaminoto tidak berbadan hukum.
Ironisnya yang mendapat pengakuan pemerintah colonial Belanda (Gubernur Jenderal Idenburg)
justru cabang-cabang SI yang ada di daerah. Ini suatu taktik pemerintah colonial Belanda dalam
memecah belah persatuan SI.
Bayangan perpecahan muncul dari pandangan ysng berbeda antara H.O.S Cokroaminoto dengan
Semaun mengenai kapitalisme.
Menurut Semaun yang memiliki pandangan sosialis, bergandeng dengan kapitalis adalah haram.
Dalam kongres SI yang dilaksanakan tahun 1912, ditetapkan adanya disiplin partai rangkap
anggota.
Setiap anggota SI tidak boleh merangkap sebagai anggota organisasi lain terutama yang beraliran
komunis. Akhirnya SI pecah menjadi dua yaitu SI Putih dan SI Merah.
a. SI Putih, yang tetap berlandaskan nasionalisme dan islam. Dipimpin oleh H.O.S
Cokroaminoto, H.Agus Salim, dan Suryopranoto yang berpusat di Yogyakarta.
b. SI Merah, yang berhaluan sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang berpusat
di Semarang.
Dalam kongresnya di Madiun, SI Putih berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI).
Kemudian pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).
Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti nama menjadi Sarekat Rakyat (SR) yang merupakan
pendukung kuat Partai Komunis Indonesia (PKI).
karena itu, perlu memobilisasikan kekuatan buruh dan tani disamping tetap memperluas
pengajaran Islam. Dalam Kongres SI Keempat tahun 1919, Sarekat Islam memperhatikan
gerakan buruh dan Sarekat Sekerja karena hal ini dapat memperkuat kedudukan partai dalam
1
menghadapi pemerintah kolonial. Namun dalam kongres ini pengaruh sosial komunis telah
masuk ke tubuh Central Sarekat Islam (CSI) maupun cabang-cabangnya. Dalam Kongres Sarekat
Islam kelima tahun 1921, Semaun melancarkan kritik terhadap kebijaksanaan Central Sarekat
Islam yang menimbulkan perpecahan.
Rupanya benih perpecahan semakin jelas dan dua aliran itu tidak dapat dipersatukan
kembali. Dalam Kongres Luar Biasa Central Sarekat Islam yang diselenggarakan tahun 1921
dibicarakan masalah disiplin partai. Abdul Muis (Wakil Ketua CSI) yang menjadi pejabat Ketua
CSI menggantikan Tjokroaminoto yang masih berada di dalam penjara, memimpin kongres
tersebut. Akhirnya Kongres tersebut mengeluarkan ketetapan aturan Disiplin Partai2. Artinya,
dengan dikeluarkannya aturan tersebut, golongan komunis yang diwakili oleh Semaun dan
Darsono, dikeluarkan dari Sarekat Islam. Dengan pemecatan Semaun dari Sarekat Islam, maka
Sarekat Islam pecah menjadi dua, yaitu Sarekat Islam Putih yang berasaskan kebangsaan
keagamaan di bawah pimpinan Tjokroaminoto dan Sarekat Islam Merah yang berasaskan
komunis di bawah pimpinan Semaun yang berpusat di Semarang.
Pada Kongres Sarekat Islam Ketujuh tahun 1923 di Madiun diputuskan bahwa Central
Sarekat Islam digantikan menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). dan cabang Sarekat Islam yang
mendapat pengaruh komunis menyatakan diri bernaung dalam Sarekat Rakyat yang merupakan
organisasi di bawah naungan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Pada periode antara tahun 1911-1923 Sarekat Islam menempuh garis perjuangan
parlementer dan evolusioner. Artinya, Sarekat Islam mengadakan politik kerja sama dengan
pemerintah kolonial. Namun setelah tahun 1923, Sarekat Islam menempuh garis perjuangan
nonkooperatif. Artinya, organisasi tidak mau bekerja sama dengan pemerintah kolonial, atas
nama dirinya sendiri. Kongres Partai Sarekat Islam tahun 1927 menegaskan bahwa tujuan
perjuangan adalah mencapai kemerdekaan nasional berdasarkan agama Islam. Karena tujuannya
adalah untuk mencapai kemerdekaan nasional maka Partai Sarekat Islam menggabungkan diri
dengan Pemufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
Pada tahun 1927 nama Partai Sarekat Islam ditambah dengan “Indonesia” untuk
menunjukan perjuangan kebangsaan dan kemudian namanya menjadi Partai Sarekat Islam
Indonesia (PSII). Perubahan nama itu dikaitkan dengan kedatangan dr. Sukiman dari negeri
Belanda. Namun dalam tubuh PSII terjadi perbedaan pendapat antara Tjokroaminoto yang
menekankan perjuangan kebangsaan di satu pihak, dan di pihka lain dr. Sukiman yang
menyatakan keluar dari PSII dan mendirikan Partai Islam Indonesia (PARI). Perpecahan ini
2
melemahkan PSII. Akhirnya PSII pecah menjadi PSII Kartosuwiryo, PSII Abikusno, PSII, dan
PARI dr. Sukiman
5
BAB I
PENDAHULUAN
Museum Kebangkitan Nasional merupakan museum khusus yang didirikan oleh pemerintah
untuk kepentingan penanaman nilai sejarah perjuangan bangsa kepada masyarakat khususnya
generasi muda. Museum Kebangkitan Nasional menempati gedung bersejarah yang pernah
dimanfaatkan sebagai tempat pendidikan sekolah dokter bumiputra atau School tot Opleiding
van Inlandsche Artsen ( STOVIA ).
Museum Kebangkitan Nasional menyajikan koleksi benda budaya dan benda sejarah yang
memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat tentang sejarah pergerakan dan
sejarah kedokteran di Indonesia. Masyarakat bisa memanfaatkan koleksi tersebut untuk kegiatan
pendidikan dan kegiatan yang sesuai dengan visi dan misi Museum Kebangkitan Nasional.
Visi
Terwujudnya Museum Kebangkitan Nasional menjadi salah satu museum sejarah terkemuka di
Indonesia.
Misi
1. Meningkatkan kajian data sejarah kebangkitan nasional.
2. Menanamkan nilai sejarah kebangkitan nasional pada masyarakat khusunya generasi muda.
3. Meningkatkan mutu layanan informasi yang berkaitan dengan Museum Kebangkitan Nasional
dan sejarah kebangkitan nasional.