Anda di halaman 1dari 5

Koperasi Di Denmark

Perintisan koperasi di Denmark didorong oleh bangkitnya petani yang


tergabung dalam perkumpulan petani kerajaan Denmark yang didirikan pada
tahun 1709. Pada tahun 1800, beberapa orang dermawan mendirikan "Spare
Casse". Semacam bank tabungan untuk petani. Hingga tahun 1886, di seluruh
Denmark telah berdiri 496 spare casse. Perkumpulan Tani Kerajaan Denmark
yang kemudian dibentuk mencoba memperjuangkan pembagian tanah bagi para
petani. Perjuangan itu akhirnya dipenuhi sehingga kepada petani mulai dibagikan
tanah dengan membayar ganti rugi.

Perkumpulan buruh tani Denmark, pada tahun 1857 mengusulkan


didirikannya pabrik susu bersama. Perusahaan ini belum bisa disebut koperasi dan
tidak pula bernama koperasi. Tetapi semangat keja sarna yang sangat kuat di
kalangan petani sendiri merupakan dasar terbentuknya Koperasi Tani. Sekitar
tahun 1852 lahir koperasi peternakan yang pertama, yang dalam
perkembangannya kemudian memiliki pabrik susu, keju, mentega dan sebagainya.
Koperasi tersebut juga telah berhasil memproduksi keju yang sangat terkenal di
pasaran Eropa, Amerika dan Jepang, yaitu yang disebut dengan blue cheese.

Di Denmark juga berkembang koperasi perikanan yang besar. maju dan


modern. Di Thiested (Jutland), pastor Hans Cristian dan Dr. F. Urlich, telah
memelopori berdirinya koperasi-koperasi di kalangan kaum buruh, yang pada
umumnya mencontoh keberhasilan koperasi di Inggris. Kemajuan koperasi yang
bergerak di dunia ritel barang-barang konsumsi yang merata di hampir seluruh
strata wilayah, sungguh mengagumkan. Koperasi-koperasi tersebut dibangun oleh
serikat-serikat pekerja di pedesaan dan perkotaan dan benar-benar terjalin suatu
jaringan usaha pertokoan yang berbasis koperasi. Hampir sepertiga penduduk
Denmark adalah anggota koperasi. Lebih dari 40 persen dari seluruh penduduk
Denmark, membeli. keperluan sehari-harinya dari koperasi (D.Danoewikarsa,
1977).
Kemajuan-kemajuan koperasi di Denmark. beberapa tahun kemudian,
menjadikan Denmark semacam contoh citra koperasi yang baik, maju dan
berkembang. Bahkan Dr. Moh. Hatta, bapak Koperasi Indonesia, pada suatu saat
pernah menyebut Denmark sebagai negara dan bangsa koperasi. Perintisan
koperasi di Denmark juga tidak terlepas dari peran NVS Grundtwig ( 1783-1872),
seorang teolog, pendiri Sekolah Tinggi Rakyat, yang telah mendorong antusiasme
rakyat ternadap koperasi. Meskipun demikian patut dicatat, bahwa Denmark
termasuk salah satu Negara yang tidak memiliki Undang-Undang Koperasi secara
khusus. Tetapi berbagai aspek kehidupan koperasi, diatur dan dicakup secara
cukup dalam beberapa undang-undang lain, seperti Undang-Undang tentang
Perseroan (Joint Stock Companies Act), Undang-Undang Perpajakan dan
sebagainya.

Denmark merupakan suatu kerajaan yang oleh bung Hatta dijuluki sebagai
"Republik Koperasi". Hal itu disebabkan karena segala jenis koperasi tumbuh
subur dan berkembang dengan baik sehingga memegang peranan penting dalam
perekonomian. Diantara berbagai jenis koperasi tersebut adalah yang menarik
perhatian adalah latar belakang pertumbuhan koperasi pertanian dan peternakan.

Tabel Kekuatan kopersi Denmark

Jenis Produksi Produksi/ Pemasaran Penguasaan Pasar

1. Pertanian Rakyat

*Sayur Mayur dan Bunga 63%

*Padi-Padian 47%

*Sarana Produksi/ Pupuk 47%

2. Peternakan

*Sapi Perah Susu dan mentega 92%


*Sapi Potong Daging sapi 71%

*Babi Daging babi 92%

*Unggas Telur 67%

3. Perikanan Ikan segar, dan kaleng 90%

4. Bahan Retail Penjual Retail 33%

5. Perbankan Penyaluran kredit 15%

6. Perumahan Pembangunan/ Penyewaan 20%

7. Lain-lain Bahan bakar/ minyak, 10%


listrik, dan air
TELAAH KRITIS

Di Denmark pertanian memang cukup maju terutama para petani besar yang
memliki lahan yang luas. Namun disisi lain masih banyak petani kecil yang belum
mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendri. Dengan keterbatasan tersebut
mendorong motivasi para petani untuk bergabung membentuk organisasi (koperasi).
dimana koperasi tersebut dibentuk agar pembagian lahan yang ada di Denmark bisa
lebih merata dan lebih adil bagi para petani, dan hal tersebut bisa terlaksana dengan
membayar ganti rugi lahan. Sehingga ketimpangan lahan yang sebelumnya dihadapi
oleh para petani Denmark mampu teratasi, sehinggga hidup petani bisa lebih adil dan
merata.

Adanya Undang-Undang Wajib Belajar tahun 1814 merupakan suatu


kebutuhan yang dianggap penting dari pendalaman ajaran moral di dalam berusaha..
Kesempatan tersebut dipergunakan untuk selain mengajarkan teknik pertanian juga
mengajarkan dan menanamkan moral dan nilai-nilai luhur manusia yang pada
akhirnya dilanjutkan dengan didirikan Sekolah Tinggi Rakyat (Volke Hojskole).
Proses pendidikan kepada para pemuda desa yang cukup lama yang di dalamnya
ditekankan aspek moral menyebabkan munculnya cara pandang baru dari petani.
Petani tidak lagi bersifat apatis dan statis terhadap pembaharuan dari luar. Para petani
menjadi tanggap dan menerima pembaharuan yang diyakini akan membawa ke arah
kemajuan dan kesejahteraan.

Di samping itu, untuk mendukung kegiatan pertanian didirikan spare kasse


sebagai bank tabungan pertanian. Karena modal dari spare kasse itu dikumpulkan dari
petani dan digunakan untuk kepentingan petani maka para petani merasakan banyak
manfaat dari pendirian perkumpulan tani.

Dalam kondisi petani sudah terbiasa berkumpul dan dalam jangka yang cukup
telah ditanamkan nilai-nilai moral, maka pembentukan koperasi pertanian di
Denmark relatif lancar. Di kemudian hari gerakan koperasi di Denmark dikenal
cukup berhasil mencapai tingkat perkembangan yang mengagumkan. Oleh karena itu,
Denmark sering mendapat julukan The Mecca of the Cooperative World atau
Mekkahnya Dunia Perekonomian. Bahkan dalam hal ini Mohammad Hatta (Bapak
Koperasi Indonesia) menjulukinya dengan Republik Koperasi, meskipun negeri itu
sebenarnya berbentuk kerajaan.

http://vieanggraini.blogspot.co.id/2010/03/tugas-kuliah.html

http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/ESPA4323-M1.pdf

Anda mungkin juga menyukai