Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KOPERASI PERTANIAN DI DENMARK

Oleh Kelompok 4 :

1. Fika Aulia Fitri (H14160017)


2. Nurul Aidatul Fitriah (H14160021)
3. Muhammad Adib Zuhdi (H14160033)
4. Natasya Putri Erinda (H14160045)
5. Ricko Nurmansyah (H14160071)
6. Hespi Maryana (H14160085)

Praktikum Ekonomi Koperasi dan UMK

Pembimbing: Kak Fajri

Hari / tanggal: Jumat / 15 September 2017

Tempat: RK MKDU 1

Departemen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Institut Pertanian Bogor

2017

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah yang berjudul “Koperasi Pertanian di Denmark” dapat tersusun
hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Kak
Fajri selaku asisten dosen mata kuliah Ekonomi Koperasi dan UMK yang
membimbing dan memberikan masukan serta dorongan kepada kami.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Koperasi Pertanian di
Denmark ini dapat memberikan manfaat maupun pengetahuan terhadap pembaca.

Bogor, 15 September 2017

Kelompok 4

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya koperasi adalah institusi (lembaga) yang tumbuh atas dasar
solidaritas tradisional dan kerjasama antar individu, yang pernah berkembang
sejak awal sejarah manusia sampai pada awal Revolusi Industri, yaitu di Eropa
pada pertengahan abad ke-18 dan awal abad ke-19. Lembaga ini sering disebut
sebagai Koperasi Historis atau Koperasi Pra-Industri. Penerapan sistem kapitalis
di eropa membuat buruh merasa tertindas dan untuk membebaskan penderitaan
mereka bersepakat untuk membentuk koperasi. Pada awalnya pertumbuhan
koperasi memang tidak dapat dipisahkan dengan gerakan sosialis, hal ini
disebabkan kuatnya pengaruh pemikiran sosialis dalam perkembangan koperasi.
Pertumbuhannya berbeda-beda berdasarkan kelompok atau suku bangsa tertentu.
Namun, tetap berhasil menanamkan prinsip pemanfaatan bersama atas
sumberdaya produksi yang tersedia dengan menggunakan pendekatan pengelolaan
sederhana.
Seperti halnya Denmark, salah satu negara di Eropa yang dapat dijadikan
contoh pengembangan Koperasi Pertanian. Kegiatan yang dilakukan para petani
yang tergabung dalam koperasi pertanian perlu dipelajari sebagai pola yang cocok
untuk membangun daerah agrarian.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah sejarah perkembangan koperasi pertanian di Denmark?
2. Bagaimana kondisi koperasi pertanian di Denmark pada saat ini?
3. Bagaimana fungsi dan peran koperasi pertanian di Denmark?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan koperasi pertanian di Denmark
2. Untuk mengetahui kondisi koperasi pertanian di Denmark pada saat ini

3
3. Untuk mengetahui fungsi dan peranan koperasi pertanian di Denmark bagi
masyarakat Denmark

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Koperasi Pertanian di Denmark

Pada tahun 1300-an, pandemic yang disebut “black death” menyebabkan


kematian ratusan juta jiwa, lebih dari 60% populasi Eropa punah karena pandemic
yang disebabkan oleh sejenis bakteri. Setelah dianalisa DNA korban, pada tahun
2010, diketahui penyebab pandemic adalah bakteri jenis “Yersinia pestis”.
Denmark tak terkecuali, kematian penduduk yang lebih separuh menyebabkan
ladang ladang kosong. Pemerintah kemudian mengeluarkan aturan bahwa tanah
tanah yang kosong, tak boleh dimiliki swasta. Ladang ladang tersebut dibagi
bagikan ke petani sesuai dengan jumlah anggota keluarga. Petani seperti dapat
durian runtuh, tiba tiba punya ladang yang sangat luas. Dari sinilah muncul ide
“koperasi.” Koperasi kemudian berkembang ke berbagai unit usaha yang
mendominasi ekonomi Denmark sampai ratusan tahun.

Pada awal abad ke 18, keadaan perekonomian di Denmark bersifat agraris,


dimana sebagian petani dalam keadaan miskin. Hal itu pula yang menyebabkan
para budiman tergerak hatinya untuk merobah keadaan. Pada tahun 1769 berdiri
perkumpulan pertanian kerajaan Denmark, untuk mempelopori kebangkitan jiwa
kaum tani. Selanjutnya pada tahun 1900, disusul dengan adanya perkumpulan
petani kecil (small holders) yang wilayahnya sesuai dengan daerah pemerintahan,
dengan nama “Parisher” dan “Counties”. Kegiatan utamanya adalah pendidikan
yang bertalian dengan pertanian dan peternakan. Sebelumnya pada tahun 1800
berhasil didirikan Bank Tabungan untuk pertanian (Sparekasse) oleh seorang
dermawan bukan petani dan usaha ini berkembang pesat.

Adanya Undang-undang kewajibvan belajar (1814) telah mendorong


perhatian dan rasa cinta generasi muda pada pertanian berhasil dipelihara. Hal itu
terjadi karena di desa-desa kekurangan guru, sehingga diambil dari kalangan
petani sendiri dan corak pelajarannya berkisar pada sektor pertanian. Di Denmark

5
hampir semua kegiatan ekonomi dilaksanakan dengan cara bekerja sama serta
diselenggarakan oleh perkumpulan-perkumpulan koperasi. Demikian juga hampir
semua hasil pertanian dan hasil industri Denmark diselenggarakan oleh
perkumpulan-perkumpulan koperasi. Sungguh pun industri menghasilkan dan
memberikan pendapatan nasional yang terbesar bagi Denmark, namun pertanian
memegang peranan yang amat penting didalam pembangunan industri Denmark.

Demikian pula sekitar tahun 1852 lahirlah koperasi pertemakan yang


pertama kali di Denmark yang kemudian mempunyai pabrik-pabrik susu, mentega
dan lain-lain. Kemajuan koperasi di Denmark ini didorong oleh pendidikan
(peningkatan pengetahuan dan keterampilan) serta anggota-anggota pengurusnya
karena adanya wajib belajar dan sekolah tinggi rakyat yang melatih bermacam-
macam keterampilan yang langsung dapat ditetapkan dalam koperasi-koperasi.

2.2 Perkembangan Koperasi Pertanian di Denmark

Jumlah anggota Koperasi di Denmark pada tahun 1952 meliputi sekitar


30% dari seluruh penduduk Denmark. Hampir sepertiga penduduk pedesaan
Denmark yang berusia antara 18 s/d 30 tahun belajar di perguruan tinggi.
Denmark merupakan salah satu negara di Eropa yang dijadikan contoh dalam
pengembangan Koperasi Pertanian, yang mana para petani yang tergabung dan
mau mempelajari hal-hal yang sifatnya membangun untuk daerah agraria. Meski
negara ini memiliki lahan tanah yang sempit, namun para petani berupaya dalam
memproduksi dan cara pengolahan hasil pertanian. Dalam perkembangannya,
tidak hanya hasil-hasil pertanian yang didistribusikan melalui koperasi, melainkan
meliputi pula barang-barang kebutuhan sektor pertanian itu sendiri. Selain itu, di
Denmark juga berkembang koperasi konsumsi. Koperasi-koperasi konsumsi ini
kebanyakan didirikan oleh serikat-serikat pekerja di daerah perkotaan. Lebih dari
40% jumlah penduduk Denmark membeli kebutuhannya sehari-hari melalui
koperasi.

Gerakan koperasi di Denmark telah berhasil mencapai tingkat kemajuan


yang mengagumkan. Karena hebatnya gerakan koperasi di Denmark ini, sehingga
Bapak koperasi Indonesia, yakni Drs. Mohammad Hatta, memberi nama atau
julukan kepada Denmark “Republik Koperatif” sungguhpun negeri Denmark

6
adalah sebuah kerajaan. Nama resmi negeri Denmark adalah “Kongeriget
Denmark” artinya kerajaan Denmark, maka kedua nama julukan atau gelar ini
yakni, “Republik Koperatif” dan “The Mecca of the cooperative world”, memang
tepat dan sesuai.

2.3 Koperasi Pertanian di Denmark Pada Saat Ini

Di Denmark saat ini tidak ada tempat untuk pengusaha besar di sektor
pertanian, peternakan, perikanan dan usaha usaha yang berhubungan dengan hajat
hidup orang banyak. 90 Persen pangsa pasar produk pertanian, peternakan dan
perikanan serta kaitannya dikuasai oleh koperasi. Sebagian sisanya dikuasai oleh
usaha kecil menengah (UKM). Koperasi milik petani mengusai semua usaha hulu
sampai hilir sektor pertanian, peternakan dan perikanan. Bukan hanya semua
produk susunya ditampung oleh koperasi, tapi masalah kesehatan ternakpun
diurus oleh koperasi.

Beberapa jenis koperasi yang menguasai produk susu, daging, supply


pertanian dan yang berhubungan dengan pertanian (Sumber: Danish
Agriculture & Food Council, 2014)

Koperasi di Denmark, sebenarnya adalah adanya semangat gotong royong.


Koperasi muncul karena kebutuhan untuk saling bantu, gotong royong dalam
mengelola ladang yang luas. Diantara koperasi yang omset penjualannya besar
tahun 2013 adalah :

7
1. Arla Food (dairy), memiliki penjualan pertahun sebesar DKK 73,6 Milyar
(Rp 147,2 Triliun)

2. Danish Crown (daging), penjualan pertahun DKK 58,03 (Rp 116 Triliun)

3. DLG (farm supply), penjualan pertahun DKK 59,1 (Rp 118 Triliun)

4. Kopenhagen Fur Center, penjualan pertahun DKK 13,3 (Rp 26,6 Triliun)

Pasar swalayan terbesar dan memiliki ribuan cabang di Denmark,


SuperBrugsen (termasuk anak anak usahanya) adalah kepunyaan konsumen,
anggotanya terutama petani, tempat di mana petani memasarkan hasil usahanya.

Denmark menghasilkan pangan 3 kali lipat dari kebutuhan penduduknya.


Artinya produksi pangan Denmark melimpah ruah. 30% untuk konsumsi sendiri,
sisanya (70%) diekspor ke 100 negara di berbagai penjuru dunia. Ada juga
disumbangkan sebagai bantuan luar negeri Denmark (DANIDA) ke negara negara
Afrika atau negara yang kekurangan pangan.

Persentase produk pertanian yang diekspor dibandingkan dengan total


produksi (Sumber: Danish Agriculture & Food Council, 2012)

Dari Grafik di atas, terlihat bahwa 90% keju diekspor, hanya 10% saja
dikonsumsi sendiri. Sebaliknya, 28% grain (biji bijian) diekspor, kebanyakannya

8
72% dikonsumsi sendiri. Tapi, lebih banyak produk untuk ekspor dari pada
dikonsumsi sendiri.

Penduduk Denmark berjumlah sekitar 5,6 juta jiwa. Jumlah nelayan


sekitar 20 ribu jiwa saja di Denmark. Nelayan ini bekerja sebagai penangkap ikan
(fishing), pemelihara ikan (aquaculture) dan industri yang berhubungan dengan
perikanan. Tapi, ekspor perikanan Denmark nomor enam di Eropa dengan total
ekspor senilai AS$ 2,6 milyar (sekitar Rp 33 Triliun).

Pendapatan per-capita nominal Denmark adalah sebesar AS$ 51.424,


rangking 8 dunia (sumber: IMF, 2015); AS$ 60.634, rangking 6 dunia (sumber:
World Bank, 2014) dan AS$61.294, rangking 8 dunia (Sumber: United Nations,
2014).

Penghasilan sebagai nelayan cenderung tetap, artinya ketika musim ikan


melimpah, maka koperasi nelayan dan pemerintah akan membelinya, sehingga
harga ikan tak menukik jatuh. Tetapi, kalau musim hasil tangkap rendah, harga
ikan meroket naik, maka diserahkan pada mekanisme pasar. Nelayan menikmati
harga pasar yang tinggi. Tak ada istilah nelayan yang terlilit oleh hutang dengan
tengkulak.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Di Denmark, koperasi yang paling berkembang adalah koperasi pertanian


dengan persentase keanggotaan mencapai 30% jumlah penduduk di Denmark
pada tahun 1952. Sebagian besar anggota koperasi adalah para petani sehingga
perekonomian petani termasuk golongan menengah ke atas. Sekitar 90% pangsa
pasar di bidang pertanian secara luas didominasi oleh koperasi. selain itu,
pemerintah Denmark juga mengerahkan bantuan melalui kebijakan – kebijakan di
bidang pertanian guna menstabilkan harga dan memberikan bantuan lain berupa
lahan agar produksi di bidang pertanian tetap tinggi.

3.2 Saran

Sebaiknya untuk peneliti berikutnya dalam membuat makalah sejarah


koperasi di Denmark, lebih baik menyajikan data yang lebih spesifik untuk
memperjelas perkembangan koperasi di Denmark. Penyajian makalah juga bisa
dimulai dari sebab – sebab dibentuknya koperasi petani di Denmark.

10
DAFTAR PUSTAKA

Badan usaha koperasi dan badan usaha non koperasi. 2016. Islamic Economic:
Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis Islam.
journal.islamiconomic.or.id/index.php/ijei/article/download/35/36 [diunduh 2017
Sept 13].
Erlambang T. 2016. Hanya di Denmark: konglomerat bertekuk lutut di depan
petani. Kompasiana. http://www.kompasiana.com/terlambang/hanya-di-denmark-
konglomerat-bertekuk-lutut-di-depan-petani_5694643c02b0bd840503e01f
[diunduh 2017 Sept 12].
Konsep koperasi dan sejarah perkembangan koperasi. 2014.
http://meiputribersama.blogspot.co.id/2014/07/konsep-koperasi-dan-sejarah.html
[diunduh 2017 Sept 12].
Erlambang T. 2016. Di Denmark, nelayan hidup mewah. Kompasiana.
http://www.kompasiana.com/terlambang/di-denmark-nelayan-hidup-
mewah_56915ab0bb93732c0acd6e44 [diunduh 2017 Sept 12].

11

Anda mungkin juga menyukai