Anda di halaman 1dari 16

 Tugas Mata Kuliah Ekonomi Ketenagakerjaan (EKO 311)

 Kelas Paralel 1

Pengaruh Migrasi Tenaga Kerja dan Dampaknya di Wilayah


DKI Jakarta

Oleh:
Kelompok 11
Mayang Indi Genousa (H14160038)
Natasya Putri Erinda (H14160045)
Tri Handayani Murti (H14160050)
Rima Octaria (H14160055)

Dosen:
Dosen UTS: Dr. Tanti Novianti, SP, M.Si
Dosen UAS: Dr. Syamsul Hidayat Pasaribu, SE, M,Si

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah yang berjudul “Pengaruh Migrasi Tenaga Kerja dan Dampaknya
di Wilayah DKI Jakarta” dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Tanti Novianti, SP, M.Si selaku dosen
sesi UTS dan Bapak Dr. Syamsul Hidayat Pasaribu, SE, M,Si selaku dosen sesi
UAS mata kuliah Ekonomi Ketenagakerjaan yang membimbing dan memberikan
masukan serta dorongan.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Pengaruh Migrasi
Tenaga Kerja dan Dampaknya di Wilayah DKI Jakarta” ini dapat memberikan
manfaat maupun pengetahuan terhadap pembaca.

Bogor, 26 September 2018

Kelompok 11

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 1
1.3 Tujuan................................................................................................................ 1
BAB II Tinjauan Pustaka..........................................................................................2
2.1 Migrasi................................................................................................................2
2.2 Teori Migrasi......................................................................................................2
2.3 Angkatan Kerja dan Pengangguran.....................................................................2
BAB III Pembahasan................................................................................................4
3.1 Migrasi di wilayah DKI Jakarta dan faktor penyebabnya...................................4
3.2 Pengaruh dan dampak migrasi tenaga kerja di wilayah ibukota Jakarta.............7
BAB IV Penutup.....................................................................................................12

4.1 Kesimpulan.......................................................................................................12

4.2 Saran.................................................................................................................12

Daftar Pustaka........................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kependudukan dan ketenagakerjaan merupakan masalah yang


cukup kompleks di Indonesia. Terdapat tiga komponen utama yang mempengaruhi
suatu kependudukan yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi (perpindahan). Migrasi
adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap di suatu daerah atau
wilayah. Perpindahan penduduk atau proses migrasi khususnya dari pedesaan ke
perkotaan merupakan salah satu bagian dari proses pembangunan.

Fenomena migrasi terjadi di beberapa Negara berkembang, termasuk


Negara Indonesia yang merupakan salah satu Negara yang memiliki jumlah
penduduk 265 juta jiwa dengan jumlah terbanyak ke-4 di dunia. Tenaga kerja yang
terus mengalir dari berbagai wilayah menuju daerah perkotaan menjadi masalah
yang cukup kompleks untuk dibahas. Masalah tersebut berawal dari proses migrasi
secara internal (internal migration) yang dianggap sebagai proses alamiah yang
akan menyalurkan surplus tenaga kerja di daerah sektor industri atau wilayah
perkotaan. Pola migrasi tersebut sangat terlihat di wilayah ibukota Indonesia yaitu
DKI Jakarta yang memiliki arus migrasi seumur hidup antar provinsi yang sangat
tinggi dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana migrasi di wilayah DKI Jakarta dan faktor penyebabnya?
2. Bagaimana pengaruh migrasi tenaga kerja dan dampaknya di wilayah
ibukota Jakarta?
1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan migrasi di wilayah DKI Jakarta dan faktor-faktor
penyebabnya.
2. Menjelaskan pengaruh migrasi tenaga kerja dan dampaknya di wilayah
ibukota Jakarta.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Migrasi
Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah tujuan
dengan maksud menetap. Sedangkan migrasi sirkuler ialah gerak penduduk dari
suatu tempat ke tempat lain tanpa ada maksud untuk menetap. Migrasi sirkuler
inipun bermacam macam jenisnya ada yang ulang alik, periodik, musiman, dan
jangka panjang. Migrasi sirkuler dapat terjadi antara desa desa, desa kota dan kota
kota (Ida Bagus Mantra, 2000).
2.2 Teori Migrasi
2.2.1 Lee, Everett S. 1987. Menurut Lee (1987), ada empat faktor yang
perlu diperhatikan dalam studi migrasi penduduk, yaitu:
1. Faktor-faktor yang tedapat di daerah asal
2. Faktor-faktor yang terdapat di daerah tujuan
3. Rintangan antara
4. Faktor-faktor individu
2.2.2 Motif Ekonomi dalam Migrasi, Todaro (2003) menyatakan bahwa
terdapat faktor selain faktor ekonomi yang memengaruhi migrasi, yaitu
antara lain:
a. Faktor sosial, termasuk di dalamnya keinginan para migran
melepaskan diri dari masalah-masalah yang membelit hidupnya
b. Faktor fisik, seperti bencana alam
c. Faktor demografi, termasuk penurunan tingkat kematian dan
pertambahan laju pertumbuhan penduduk pedesaan
d. Faktor cultural
e. Faktor komunikasi
2.3 Angkatan Kerja dan Pengangguran
Angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang selama seminggu
yang lalu sedang bekerja atau punya pekerjaan sementara tidak bekerja dan mereka
yang saat ini sedang mencari pekerjaan. Angkatan kerja (labour force) merupakan
konsep yang memperlihatkan economically active population (Rusli1995).
Secara umum diagram ketenaga kerjaan dapat digambarkan sebagai berikut:

2
Usia Bukan Usia Kerja

Bukan Angkatan Kerja

Bekerja Mencari Kerja Sekolah Mengurus Rumah Lainnya

Menurut Sadono Sukirno (1994), pengangguran adalah suatu keadaan di


mana seseorang yangtergolong dalam angkatan kerja inginmendapatkan pekerjaan
tetapi belum dapat memperolehnya. Penganguran adalah keadaan dimana orang
ingin bekerja namun tidak mendapat pekerjaan. Para ahli ekonomi telah membagi
tiga jenis pengangguran, yaitu: friksional, struktural, dan siklis.
a. Pengangguran friksional terjadi karena berpindahnya orang-orang dari satu
daerah ke daerah lain, dan dari satu jenis pekerjaan ke pekerjaan lain atau
melalui berbagai tingkat siklus kehidupan yang berbeda.
b. Penganguran struktural menunjukkan terjadinya ketidaksesuaian antara
penawaran dan permintaan tenaga kerja.
c. Pengangguran siklis terjadi apabila permintaan tenaga kerja secara
keseluruhan rendah. Apabila total pembelanjaan dan output menurun, maka
pengangguran akan meningkat dengan segera di segala bidang.

3
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Migrasi di wilayah DKI Jakarta dan faktor penyebabnya

Provinsi DKI Jakarta merupakan ibukota negara Indonesia yang berada di


Pulau Jawa. Dengan berbagai kabupaten/kota didalamnya, maka DKI Jakarta
termasuk provinsi yang luasnya cukup besar. Total dari luas di provinsi DKI Jakarta
yaitu sebesar 662, 33 km2 dengan komposisi penduduk yang selalu bertambah
setiap tahunnya. DKI Jakarta sebagai ibukota serta provinsi yang menjadi
percontohan bagi provinsi lain, selalu menjadi perhatian utama bagi para penduduk
di luar Jakarta (pulau jawa maupun diluar pulau jawa). Penduduk di DKI Jakarta
berdasarkan data BPS tahun 2015 yang telah diperbaharui sebesar 10.177.924 jiwa
dari angka sebelumnya sebesar 10.075.310 pada tahun 2014. Laju pertumbuhan
penduduk ini bertambah sebesar 1.02% (tabel 1).

Sumber: BPS Jakarta


Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi DKI Jakarta 2010, 2014, dan 2015
Laju pertumbuhan penduduk ini berpengaruh langsung pada keadaan
perekonomian di wilayah ibukota. Keadaan perekonomian di DKI Jakarta bisa
dijelaskan langsung dari data PDRB di DKI Jakarta pada saat ini. PDRB Jakarta
berdasarkan harga konstan tahun 2010 menurut lapangan usaha pada tahun 2017
yaitu sebesar 1.634 triliun. Jumlah PDRB yang cukup besar dibandingkan dengan
provinsi lainnya di Indonesia. Serta diketahui menurut data BPS 2017 di PDRB

4
Nasional, Provinsi DKI Jakarta telah menyumbang sebesar 17,43%. Kontribusi
yang besar untuk nasional melalui PDRB dibandingkan provinsi lain yang hanya 1-
5%, membuktikan bahwa Jakarta menjadi provinsi yang produktivitasnya tinggi
serta memiliki pendapatan wilayah yang tinggi juga. Dengan kondisi Jakarta
sebagai ibukota, serta disebut-sebut sebagai kota metropolitan dan memiliki
produktivitas dan perekonomian yang baik. Wilayah DKI Jakarta menjadi sasaran
utama bagi tenaga kerja sebagai tempat lapangan pekerjaan bagi mereka. Bukan
hanya untuk tenaga kerja yang berdomisili di Jakarta saja. Tetapi juga yang berasal
dari luar DKI Jakarta.

Kondisi ini berkaitan dengan fenomena migrasi yang ada di Jakarta.


Banyaknya para tenaga kerja yang berasal dari luar Jakarta seperti dari Pulau Jawa
ataupun non Pulau Jawa berimigran dan ingin bekerja di wilayah ibukota. Migrasi
sebagai salah satu komponen perubahan penduduk secara fertilitas dan mortalitas
serta jumlah penduduk di DKI Jakarta, secara selektif akan membawa dampak
perubahan baik jangka pendek maupun jangka panjang terhadap kondisi
demografis, sosial, dan ekonomi penduduk daerah tujuan.

Tabel 2. Migrasi Risen Provinsi DKI Jakarta, 1980 – 2015


Arus migrasi risen sampai tahun 2015 terus mengalami fluktuatif. Pada
tahun 2015 arus migrasi risen mempunya selisih yang negatif. Penduduk yang
bermigrasi keluar dari Jakarta lebih besar dari penduduk yang masuk kedalam
Jakarta atau sekitar -200 rb selisih dari migrasi risen yang terjadi pada tahun 2015.

5
Tetapi jika dihubungkan dalam laju pertumbuhan penduduk di Jakarta pada tahun
2015. Laju pertumbuhan penduduk meningkat sebesar 1.09% dari tahun 2010 (tabel
1). Ini menjelaskan bahwa adanya penambahan jumlah penduduk setiap tahunnya
selain dari faktor kelahiran dalam wilayah DKI Jakarta sendiri tetapi juga adanya
penambahan penduduk yang berasal dari luar DKI Jakarta.

Dalam periode yang sama sebesar 499, 1 rb penduduk datang ke ibukota


sebagian besar berasal dari pulau Jawa yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa
Timur.

Sumber: BPS
Tabel 3. Banyaknya migrasi risen DKI Jakarta menurut provinsi asal/tujuan
Hampir dua per tiga dari penduduk yang bermigrasi ke dalam Jakarta
berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur yang merupakan provinsi
tetangga yang berdekatan dengan wilayah ibukota. Walaupun jika dilihat arus
migran keluar dari Jakarta lebih banyak dibandingkan arus migran masuk ke dalam

6
Jakarta. Tetapi jika dilihat sama-sama migran yang keluar dari DKI Jakarta hanya
berpindah tempat tinggal saja. Para migran yang keluar cenderung berpindah ke
wilayah yang juga berdekatan dengan wilayah ibukota seperti Jawa Barat, Banten,
dan Jawa Tengah. Tetapi tetap masih bekerja dan menjalani aktivitasnya di wilayah
ibukota. Secara kasat mata justru ini akan menambah kepadatan penduduk setiap
tahunnya di wilayah ibukota. Dengan jumlah para migran yang semakin bertambah
setiap tahunnya serta aktivitas para warga Jakarta yang bermigran keluar tetapi tetap
masih beraktivitas di ibukota. Migrasi yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor
(Todaro 2003):

1. Faktor-faktor sosial, termasuk keinginan para imigran itu sendiri untuk


melepaskan diri dari kendala-kendala tradisional yang sebelumnya
mengungkung mereka.
2. Faktor-faktor fisik, termasuk pengaruh iklim dan bencana alam seperti
banjir dan kekeringan.
3. Faktor-faktor demografi, termasuk penurunan tingkat kematian yang
kemudian mempercepat laju pertumbuhan penduduk pedesaan.
4. Faktor-fakor kultural, termasuk pembinaan kelestarian hubungan “keluarga
besar” sesampainya di perkotaan dan daya tarik “lampu kota yang terang
benderang”.
5. Faktor-faktor komunikasi, termasuk kualitas sarana transportasi, sistem
pendidikan dan dampak modernisasi yang ditimbulkan dari perkotaan.

Selain itu juga terdapat faktor ekonomi, dimana imigran ingin memperbaiki
kehidupannya dengan bekerja di ibukota serta mendapatkan pendapatan yang lebih
layak. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi orang untuk menetap di suatu
daerah atau menarik orang untuk pindah ke daerah tersebut, serta ada pula faktor-
faktor lain yang memaksa mereka meninggalkan daerah itu.

3.2 Pengaruh dan dampak migrasi tenaga kerja di wilayah ibukota Jakarta

Arus migrasi masuk yang besar akan berpengaruh terhadap komposisi


angkatan kerja di Jakarta. Serta juga berpengaruh pada para pencari kerja, yaitu
akan meningkatkan persaingan dalam memperoleh suatu pekerjaan. Penduduk

7
migran dan bukan migran dijakarta dapat dipisahkan menurut sensus penduduk
yang dilakukan oleh BPS 2010 (Tabel 4).

Tabel 4. Penduduk menurut wilayah, jenis kelamin, dan status migrasi seumur
hidup
Sebesar 4.285.250 imigran telah mendatangi jakarta. Artinya hampir
setengah dari total jumlah penduduk jakarta merupakan para migran yang berasal
dari luar Jakarta. Saat ini total penduduk di DKI Jakarta adalah sebesar 10.177.124
jiwa. Dengan jumlah angkatan kerja yang telah bekerja sebesar 4.724.029. Ini
mengindikasikan bahwa hampir sebagian besar pekerja yang berada di Jakarta
didominasi oleh para imigran yang berasal dari luar.

Sumber: BPS Jakarta


Tabel 5. Penduduk Jakarta yang berumur 15 tahun ke atas menurut jenis kegiatan
dan status penduduk

8
Tingkat Partisipan Angkatan Kerja (TPAK) imigran lebih besar
dibandingkan dengan TPAK dari bukan migran (penduduk Jakarta Asli) dengan
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) lebih kecil dibandingkan dengan bukan
migran. Ini mengindikasikan bahwa para migran sebagian besar datang memang
benar-benar untuk bekerja dibandingkan dengan yang bukan migran. Hal ini akan
semakin memperketat lapangan pekerjaan bagi para penduduk di Jakarta yang non
migran dan menyebabkan berbagai dampak seperti.

1. Timbulnya pengangguran di kota

Pengangguran disebabkan karena adanya penambahan angkatan kerja setiap


tahunnya. Baik karena bertambahnya usia penduduk memasuki usia kerja yang
sedang mencari pekerjaan serta masuknya para migran yang datang dan ingin
bekerja di Jakarta.

Sumber: BPS Jakarta


Tabel 6. Tingkat Pengangguran Terbuka, 2015
Walaupun tingkat pengangguran terbuka di Jakarta setiap tahunnya semakin
menurun, tetapi tetap saja setiap tahunnya Jakarta menjadi sasaran utama para
imigran untuk datang sebagai tempat bekerja. Saat ini TPT Jakarta sebesar 7.23%
angka yang relatif kecil jika dibandingkan dari tahun sebelum-sebelumnya. Setiap
tahunnya angkatan kerja terus bertambah, dengan bertambahnya usia penduduk
menuju usia kerja serta para migran yang datang ke Jakarta. Penambahan ini akan
menyebabkan kepadatan penduduk yang semakin besar bagi wilayah Jakarta, selain
itu lapangan pekerjaan yang dipergunakan untuk para pekerja juga harus banyak.
Jika tidak dikelola dengan baik, peningkatan angkatan kerja di wilayah ibukota

9
tidak akan berakibat positif pada daerahnya. Justru akan menyebabnya
pengangguran yang sulit diatasi.

2. Pertumbuhan Jumlah Penduduk Meningkat

Migrasi yang masuk DKI Jakarta juga menyebabkan peningkatan jumlah


penduduk. Berdasarkan data di bawah, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk
cenderung mengalami kenaikan hingga tahun 2010. Apabila dilihat dan
dibandingkan dengan jumlah migrasi masuk pada 2010, kedua komponen ini
mengalami kenaikan. Sehingga migrasi yang masuk DKI Jakarta merupakan salah
satu faktor yang menyebabkan pertumbuhan penduduk di DKI Jakarta meningkat.

Sumber: Badan Pusat Statistik


3. Surplus Tenaga Kerja

Tabel dibawah menunjukkan jumlah industri yang ada di DKI Jakarta. Dari
data tersebut, dapat dilihat bahwa jumlah industri di DKI Jakarta mengalami
penurunan hingga tahun 2012. Hal ini dapat dibandingkan dengan jumlah penduduk
yang terus meningkat hingga 2010. Dari kondisi tersebut dapat dilihat bahwa
migrasi tenaga kerja tidak bisa lagi mengatasi permintaan tenaga kerja pada sektor
industri di DKI Jakarta. Apabila migrasi terus masuk, maka akan terjadi surplus
tenaga kerja dan memperburuk masalah pengangguran di DKI Jakarta yang bahkan
bisa menyebabkan kemiskinan.

10
Jumlah Industri
2000
1500
1000
Jumlah Industri
500
0
2008 2009 2010 2011 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik

11
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
DKI Jakarta memiliki luas sekitar 662,33 km2 dan jumlah penduduk yang
selalu bertambah setiap tahunnya, kini menjadi salah satu wilayah sorotan
perekonomian Indonesia dan menjadi percontohan bagi provinsi lain. Penduduk
yang terus bertambah 1,02% dari tahun 2014-2015 menjadi indikasi bahwa adanya
migrasi penduduk ke Ibukota DKI Jakarta. Arus migrasi yang terus berfluktuatif
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, faktor sosial, faktor fisik, faktor demografi,
faktor kultural, dan faktor komunikasi (Todaro 2013). Arus migrasi masuk yang
besar akan mempengaruhi komposisi angkatan kerja di DKI Jakarta. Beberapa
dampak yang akan memperketat lapangan pekerjaan akan menimbulkan
pengangguran di kota, meningkatnya pertumbuhan penduduk, dan surplus tenaga
kerja.

4.2 Saran

Migrasi masuk yang dikhawatirkan terus bertambah setiap tahunnya akan


menyebabkan pengangguran dan surplus tenaga kerja. Oleh sebab itu perlu adanya
peran pemerintah daerah dalam peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) agar
bisa berkompetisi untuk mendapatkan pekerjaan. Menambah lapangan perkejaan di
sektor industri dan manufaktur tentu dapat menyerap lapangan pekerjaan untuk para
migran yang tidak memiliki keterampilan yang khusus untuk mendapatkan
pekerjaan di Ibukota DKI Jakarta.

12
DAFTAR PUSTAKA

etd.repository.ugm
Internet. https://www.rikkot.com/migrasi/. 2018. Penjelasan Pengertian Migrasi
Menurut Ahli, Faktor-faktornya dan Juga Teori-teori Migrasi. Diakses pada
20 September 2018.
Lee, Everett S. 1987. Suatu Teori Migrasi. Hans Daeng. Yogyakarta: PPK-UGM
Rusli Said, 1995. Pengantar Ilmu Kependudukan. LP3ES. Jakarta
Todaro, M. P., 1983. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Buku 1. Alih Bahasa
Oleh Aminuddin dan Mursid. Ghalia Indonesia

13

Anda mungkin juga menyukai