Anda di halaman 1dari 37

 Tugas Mata Kuliah Ekonomi Pembangunan II (EKO 216)

 Kelas Paralel 1

Infrastruktur Pertanian: Permasalahan dan Solusi untuk


Kemandirian Pangan serta Pembangunan Pertanian
Berkelanjutan di Indonesia

Oleh Kelompok 9:
Wakhidatun Khanifah (H14160005)
Fika Aulia Fitri (H14160017)
Khalifardinof (H14160034)
Natasya Putri Erinda (H14160045)

Dosen:
Dosen UTS: Widyastutik, SE, M.Si

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah yang berjudul “Infrastruktur Pertanian: Permasalahan dan Solusi
untuk Kemandirian Pangan serta Pembangunan Pertanian Berkelanjutan di
Indonesia” dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih kepada ibu Widyastutik, SE, M.Si selaku dosen mata kuliah Ekonomi
Pembangunan II yang membimbing dan memberikan masukan serta dorongan.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Infrastruktur Pertanian:
Permasalahan dan Solusi untuk Kemandirian Pangan serta Pembangunan Pertanian
Berkelanjutan di Indonesia” ini dapat memberikan manfaat maupun pengetahuan
terhadap pembaca.

Bogor, 12 Maret 2018

Kelompok 9

2
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar..................................................................................................................2
Daftar Isi...................................................................................................................3
Daftar Grafik............................................................................................................4
Daftar Tabel..............................................................................................................5
Daftar Gambar..........................................................................................................6
BAB I Pendahuluan..................................................................................................7
1.1 Latar Belakang...................................................................................................7
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................8
1.3 Tujuan................................................................................................................8
1.4 Manfaat..............................................................................................................9
BAB II Tinjauan Teori............................................................................................10
2.1 Infrastruktur......................................................................................................10
2.2 Pertanian...........................................................................................................10
2.3 Kemandirian Pangan.........................................................................................11
2.4 Pembangunan Pertanian Berkelanjutan............................................................11
BAB III Pembahasan..............................................................................................13
3.1 Pengertian Infrastruktur Pertanian....................................................................13
3.2 Kondisi Infrastruktur Pertanian di Indonesia....................................................14
3.3 Permasalahan Infrastruktur Pertanian di Indonesia Pada Saat Ini.....................20
3.4 Solusi Serta Kebijakan untuk Mengatasi Permasalahan Infrastruktur Pertanian
di Indonesia............................................................................................................21
3.5 Peran Infrastruktur Pertanian di Indonesia untuk Kemandirian Pangan di Masa
Mendatang..............................................................................................................26
3.6 Peran Infrastruktur Pertanian sebagai Komponen Pembangunan Pertanian
Berkelanjutan di Indonesia.....................................................................................31
BAB IV Penutup.....................................................................................................35
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................35
4.2 Saran.................................................................................................................35
Daftar Pustaka........................................................................................................37

3
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Penyebaran sawah di Indonesia...............................................................23
Grafik 2. Tingkat kerusakan irigasi di Indonesia.....................................................24
Grafik 3. Tingkat kerusakan jaringan irigasi pusat, provinsi, dan kab/kota 2009-
2013........................................................................................................................24
Grafik 4. Luas irigasi kewenangan pusat (kiri) vs rasio luas daerah irigasi dengan
produksi padi tahun 2011 (kanan)...........................................................................25
Grafik 5. Perkembangan Ekspor-Impor dan Neraca Perdagangan Sektor Pertanian
Tahun 2010-2014...................................................................................................32
Grafik 6. Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 2010-2014.......................33

4
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Luas Lahan Sawah per Provinsi Hasil Pemetaan Lahan Sawah Tahun
2012........................................................................................................................15
Tabel 2. Realisasi dari Target Perluasan dan Pengelolaan Lahan serta Pengelolaan
Air Irigasi Tahun 2010-2014..................................................................................16
Tabel 3. Kondisi Jaringan Irigasi berdasarkan Kewenangan Penanganan di
Indonesia Tahun 2012.............................................................................................18
Tabel 4. Indeks Penanaman (IP) dan Produktivitas Pertanian.................................24
Tabel 5. Ketersediaan Pangan Strategis Tahun 2014 – 2015...................................27
Tabel 6. Status Kecukupan Jenis Bahan Pangan Utama Indonesia, Tahun 2014.....28
Tabel 7. Sumber daya lahan pertanian sawah dan lahan kering penyangga
kehidupan bangsa Indonesia, 250 juta jiwa.............................................................29
Tabel 8. Neraca Perdagangan Sektor Pertanian Tahun 2010-2014.........................33

5
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram Kegiatan Pertanian.................................................................13
Gambar 2. Capaian dan Target Pembangunan Infrastruktur Irigasi Dukungan
Ketahanan Pangan..................................................................................................17
Gambar 3. Panjang Jalan Nasional Berdasarkan Kondisi (Km)..............................19

6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketersediaan infrastruktur memberikan multiplayer effect yang besar


terhadap banyak sektor ekonomi serta proses produksi dapat lebih efisien karena
aliran input produksi dapat lebih mudah berjalan serta menurunkan biaya penjualan
dan pemasaran output dengan adanya infrastruktur yang baik. Peningkatan
infrastruktur pertanian dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas
pertanian di Indonesia. Permasalahan infrastruktur pertanian di Indonesia pada saat
ini sangat menjadi perhatian utama oleh bangsa kita. Sehingga mendorong
pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan solusi serta kebijakan
yang akan dilakukan. Infrastruktur pertanian sangat berpengaruh terhadap
kemandirian pangan di Indonesia, apalagi dengan posisi Indonesia yang dikatakan
sebagai negara agraris dan sangat bergantung pada produk pertaniannya. Jika
infrastruktur pertaniannya baik maka pertanian akan maju dan meningkatkan
produktivitas di setiap komoditinya, sehingga kemandirian pangan di Indonesia
akan meningkat.
Kemandirian pangan merupakan hal yang sangat penting dan strategis serta
merupakan kebutuhan dasar manusia, dan menjadi salah satu faktor penentu dalam
stabilitas nasional suatu negara, baik di bidang ekonomi, keamanan, politik dan
sosial. Mengkonsumsi pangan yang bergizi cukup dan seimbang merupakan salah
satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan tingkat intelegensi
manusia sebagai sumber daya produktif bagi kemajuan suatu negara. Pilar
ketahanan nasional akan terusik bila jaminan ketersediaan, swasembada dan
kemandirian pangan tidak mampu terpenuhi oleh suatu bangsa.

Pembangunan infrastruktur secara tidak langsung dapat meningkatkan


pembangunan nasional, karena sektor pertanian memiliki kontribusi yang besar
dalam meningkatkan percepatan perekonomian. Dengan infrastruktur pertanian
yang semakin meningkat maka kemandirian pangan akan terus membaik. Jika

7
kemandirian pangan sudah membaik, maka berakibat pada ketahanan pangan di
semua wilayah Indonesia, produk pertanian akan bisa di ekspor dan berakibat pada
meningkatnya devisa, serta PDB di Indonesia semakin tinggi. Dengan ini
pembangunan pertanian akan semakin terus maju dan berkembang. Pembangunan
pertanian berkelanjutan harus diperhatikan, karena akan mempertahankan
kemandirian pangan serta menjadi setimulan bagi majunya pertumbuhan ekonomi
di suatu negara untuk di masa mendatang.

Dimana kita tahu bahwa infrastruktur memberikan manfaat yang besar


terhadap peningkatan produktivitas dan nilai tambah dari semua sektor
perekonomian. Peningkatan produktivitas faktor-faktor produksi, mobilitas
penduduk, aliran barang dan jasa, serta proses perdagangan antar daerah merupakan
manfaat yang didapatkan dengan adanya pembangunan infrastruktur.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penulisan


makalah ini sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan infrastruktur pertanian ?


2. Bagaimana kondisi infrastruktur pertanian di Indonesia ?
3. Apa saja permasalahan infrastruktur pertanian di Indonesia pada saat
ini ?
4. Bagaimana solusi serta kebijakan untuk mengatasi permasalahan
infrastuktur pertanian di Indonesia ?
5. Apa peran infrastruktur pertanian di Indonesia untuk kemandirian
pangan di masa mendatang ?
6. Bagaimana peran infrastruktur pertanian sebagai salah satu
komponen pembangunan pertanian berkelanjutan di Indonesia ?
1.3 Tujuan

Dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan pada makalah ini
sebagai berikut:

1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan infrastruktur pertanian.

8
2. Mendeskripsikan kondisi infrastruktur pertanian di Indonesia.
3. Menjelaskan permasalahan infrastruktur pertanian di Indonesia pada
saat ini.
4. Menjelaskan solusi serta kebijakan untuk mengatasi permasalahan
infrastuktur pertanian di Indonesia.
5. Mendeskripsikan peran infrastruktur pertanian di Indonesia untuk
kemandirian pangan di masa mendatang.
6. Mendeskripsikan peran infrastruktur pertanian sebagai salah satu
komponen pembangunan pertanian berkelanjutan di Indonesia.
1.4 Manfaat

Dengan penulisan makalah ini kami berharap dapat memberikan manfaat


sebagai berikut :

1. Mengetahui permasalahan dan solusi infrastruktur pertanian untuk


kemandirian pangan serta pembangunan berkelanjutan di
Indonesia.
2. Mengetahui solusi untuk mengambil kebijakan bagi para
pemerintah mengenai kemandirian pangan di masa mendatang dan
pembangunan infrastruktur pertanian dalam rangka pembangunan
berkelanjutan di Indonesia.

9
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Infrastruktur

Pengertian Infrastruktur, menurut Grigg (1988) infrastruktur merupakan


sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan gedung
dan fasilitas publik lainnya, yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia baik kebutuhan sosial maupun kebutuhan ekonomi. Pengertian ini merujuk
pada infrastruktur sebagai suatu sistem. Dimana infrastruktur dalam sebuah sistem
adalah bagian-bagian berupa sarana dan prasarana (jaringan) yang tidak terpisahkan
satu sama lain. Infrastruktur sendiri dalam sebuah sistem menopang sistem sosial
dan sistem ekonomi sekaligus menjadi penghubung dengan sistem lingkungan.
Ketersediaan infrastruktur memberikan dampak terhadap sistem sosial dan sistem
ekonomi yang ada di masyarakat. Oleh karenanya, infrastruktur perlu dipahami
sebagai dasar-dasar dalam mengambil kebijakan (Kodoatie, 2005).
Pembangunan infrastruktur dalam sebuah sistem menjadi penopang
kegiatan-kegiatan yang ada dalam suatu ruang. Infrastruktur merupakan wadah
sekaligus katalisator dalam sebuah pembangunan. Ketersediaan infrastruktur
meningkatkan akses masyarakat terhadap sumberdaya sehingga dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas yang menuju pada perkembangan
ekonomi suatu kawasan atau wilayah. Oleh karenanya penting bagaimana sistem
rekayasa dan manajemen infrastruktur dapat diarahkan untuk mendukung
perkembangan ekonomi suatu kawasan wilayah. Sistem rekayasa dan manajemen
infrastruktur berpengaruh terhadap sistem tata guna lahan yang pada akhirnya
membangun suatu kegiatan. Rekayasa dan Manajemen Infrastruktur dalam
memanfaatkan sumberdaya dalam rangka pemanfaatan untuk transportasi,
infrastruktur keairan, limbah, energi, serta bangunan dan struktur membentuk dan
mempengaruhi sistem ekonomi, sosial-budaya, kesehatan dan kesejahteraan.
2.2 Pertanian
Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian
rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya

10
perkebunan rakyat dan perkebunan besar), kehutanan, peternakan, dan perikanan
(dalam perikanan dikenal pembagian lebih lanjut yaitu perikanan darat dan
perikanan laut). Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian
memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat
ditunjukkan dari banyaknya penduduk yang hidup atau bekerja pada sektor
pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian.
2.3 Kemandirian Pangan
Kemandirian pangan (food independence) didefinisikan sebagai
kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh
pangan yang cukup, bermutu baik, aman, dan halal, yang didasarkan pada
optimalisasi pemanfaatandan berbasis sumber daya lokal (Soekartawi 2008;
Kivirist 2009). Lima komponen dalam mewujudkan kemandirian pangan yaitu
ketersediaan yang cukup, stabilitas ketersediaan, keterjangkauan, mutu atau
keamanan pangan yang baik, dan tidak ada ketergantungan pada pihak luar. Dengan
lima komponen tersebut, kemandirian pangan menciptakan daya tahan yang tinggi
terhadap perkembangan dan gejolak ekonomi dunia (Darajati 2008; Soekartawi
2008). Membangun kemandirian pangan merupakan strategi terbaik untuk keluar
dari krisis pangan. Sebagai negara agraris dengan keberagaman sumber daya hayati
(biodiversity), Indonesia berpotensi besar untuk memproduksi pangan dalam
jumlah yang cukup. Selain itu, Indonesia mempunyai aneka pangan lokal untuk
mendukung diversifikasi pangan nasional. Oleh karena itu, tidak ada alasan
mengapa Indonesia belum mampu membangun kemandirian pangan.
2.4 Pembangunan Pertanian Berkelanjutan
Kerisauan umat manusia mengenai ketersediaan bahan pangan dan ledakan
jumlah penduduk dunia serta ketersediaan sumberdaya alam yang terbatas
melahirkan ajaran Malthusianisme dan Neomalthusianisme serta tumbuhnya
kesadaran pada pelestarian fungsi lingkungan dan sumberdaya alam sehingga
melahirkan pemikiran baru pembangunan berwawasan lingkungan dan konsep
pembangunan berkelanjutan (Herry, 2006).
Menurut Nasution (1995) dalam Salikin (2003), pertanian berkelanjutan
merupakan kegiatan pertanian yang berupaya untuk memaksimalkan manfaat sosial

11
dari pengelolaan sumberdaya biologis dengan syarat memelihara produktivitas dan
efisiensi produksi komoditas pertanian, memelihara kualitas lingkungan hidup dan
produktivitas sumberdaya sepanjang masa. Menurut Soekartawi (1995) dalam
Salikin (2003), terdapat tiga alasan mengapa pembangunan pertanian Indonesia
harus berkelanjutan yaitu: sebagai negara agraris, peranan sektor pertanian
Indonesia dalam sistem perekonomian nasional 12 masih dominan. Kontibusi
sektor pertanian terhadap produk domestik bruto adalah sekitar 20 % dan menyerap
50 % lebih tenaga kerja di pedesaan. Kedua, agrobisnis dan agroindustri memiliki
peranan yang sangat vital dalam mendukung pembangunan sektor lainnya. Ketiga,
pembangunan pertanian berkelanjutan menjadi keharusan agar sumberdaya alam
yang ada sekarang ini dapat terus dimanfaatkan untuk waktu yang relatif lama.
Sektor pertanian tetap menduduki peran vital yang mendukung kelangsungan
kehidupan bangsa Indonesia.

12
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Infrastruktur Pertanian

Infrastruktur menurut Grigg (Nurmadimah, 2012:19) adalah semua


fasilititas fisik yang sering disebut dengan pekerjaan umum. Grigg (Nurmadimah,
2012:19) menjelaskan bahwa infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang
menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan
fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi.
Pertanian dalam arti luas (Agriculture) diartikan sebagai kegiatan
pengelolaan tanah. Pengelolaan ini dimaksudkan untuk kepentingan kehidupan
tanaman dan hewan, sedangkan tanah digunakan sebagai wadah atau tempat
kegiatan pengelolaan tersebut, yang kesemuanya itu untuk kelangsungan hidup
manusia.

Gambar 1. Diagram Kegiatan Pertanian

Dapat disimpulkan bahwa infrastruktur pertanian merupakan semua


fasilitas fisik meliputi transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan

13
gedung dan fasilitas publik yang dibutuhkan dalam kegiatan pengelolaan pertanian
sebagai sarana dan prasarana untuk kelangsungan hidup manusia. Infrastruktur
pertanian di Indonesia meliputi lahan, waduk, embung, irigasi, jalan usahatani, jalan
produksi, pelabuhan yang dilengkapi dengan pergudangan berpendingin udara,
laboratorium dan kebun percobaan bagi penelitian, laboratorium pelayanan uji
standar dan mutu, pos dan laboratorium perkarantinaan, kebun dan kandang
penangkaran benih dan bibit, klinik konsultasi kesehatan tanaman dan hewan, balai
informasi dan promosi pertanian, balai-balai penyuluhan serta pasar-pasar yang
spesifik komoditas.
3.2 Kondisi Infrastruktur Pertanian di Indonesia

Infrastruktur memiliki peranan penting sebagai penggerak pembangunan


pertanian. Komponen infrastruktur yang meliputi lahan, air atau irigasi, dan
transportasi merupakan elemen penting dalam proses produksi dan sebagai
pendukung utama kegiatan usahatani dan usaha lanjutannya. Secara keseluruhan,
daya saing infrastruktur Indonesia masih lemah. Menurut Global Competitiveness
Report (GCI) tahun 2009 – 2010, daya saing infrastruktur Indonesia menduduki
peringkat ke-96 dari 133 negara. Pada tahun 2010 – 2011, peringkatnya meningkat
menjadi ke-82 dari 139 negara. Dan berdasarkan GCI 2011 – 2012 peringkatnya
meningkat lagi menjadi ranking ke-76 dari 142 negara.
Salah satu hal yang menjadi perhatian dalam infrastruktur pertanian di
Indonesia saat ini adalah adanya lahan pertanian. Infrastuktur pertanian akan
berfungsi dengan baik apabila lahan pertanian yang akan di fasilitasi juga memadai
dan berkondisi baik.

14
Sumber: Badan Pusat Statistik
Tabel 1. Luas Lahan Sawah per Provinsi Hasil Pemetaan Lahan Sawah Tahun
2012
Selama tahun 2010-2014, Indonesia telah berhasil mencetak areal pertanian
baru seluas 347.984 hektar. Bila dilihat kecenderungan alih fungsi lahan pertanian
ke non-pertanian yang diperkirakan sekitar 50-100 ribu hektar setahunnya, maka
pencetakan areal pertanian baru ini, baru dapat mempertahankan luasan areal
pertanian pangan yang ada. Sementara itu kualitas lahan yang baru dicetak
umumnya produktivitasnya masih dibawah lahan yang dialih fungsikan. Upaya
pencetakan areal pertanian baru banyak mengalami hambatan di lapang, terutama
sulitnya mendapatkan areal yang siap untuk dicetak sebagai areal pertanian baru.

15
Tabel 2. Realisasi dari Target Perluasan dan Pengelolaan Lahan serta
Pengelolaan Air Irigasi Tahun 2010-2014

Pengelolaan sumberdaya air di Indonesia dilaksanakan melalui


pengembangan sumberdaya air, pengembangan jaringan irigasi, pembangunan
embung dan dam parit serta pengembangan kelembagaan Perkumpulan Petani
Pemakai Air (P3A). Selama tahun 2011-2012 telah dilakukan pengembangan
sumberdaya air sebanyak 2.567 dan 1,644 unit, namun selama tahun 2013 hanya
dikembangkan sebanyak 432 unit.

16
Sumber: Data Kementerian Pekerjaan Umum

Gambar 2. Capaian dan Target Pembangunan Infrastruktur Irigasi


Dukungan Ketahanan Pangan

Pada gambar di atas dapat dilihat data pembangunan irigasi yang merupakan
bagian dari infrastruktur sumberdaya air. Pembangunan irigasi tersebut mencakup
3 hal yaitu, peningkatan atau pembangunan irigasi baru, rehabilitasi irigasi yang
rusak, serta operasi dan pemeliharaan. Pada periode 2010 – 2011 luas pembangunan
irigasi baru adalah 115.000 ha. Sementara target pembangunan irigasi baru pada
tahun 2010 – 2014 adalah seluas 500.000 ha. Untuk pembangunan irigasi, Sumatera
merupakan pulau yang memiliki pembangunan terbanyak dari periode 2005 – 2009.
Sementara untuk rehabilitasi, operasi, dan pemeliharaan irigasi paling banyak
dilakukan di Pulau Jawa dan Bali.

Menurut data yang diambil dari RPJMN 2010 – 2014 (2010), dari 7,4 juta
ha areal irigasi yang telah dibangun, hanya sekitar 11% yang ketersediaan airnya
dapat dijamin melalui waduk, sedangkan sisanya masih mengandalkan debit sungai
dan mata air. Sekitar 1,37 juta ha areal irigasi tidak berfungsi dengan optimal akibat
bencana alam serta belum lengkapnya jaringan irigasi. Pengembangan lahan rawa
sebagai alternatif lahan irigasi baru juga masih terbatas yaitu sekitar 5,4% atau
sekitar 1,8 juta ha yang telah dikembangkan dari total potensi lahan 33,4 juta ha.

17
Dalam RPJMN 2010 – 2014, infrastruktur pertanian merupakan bagian
kegiatan dari Prioritas 5 yaitu Program Aksi di Bidang Pangan. Pada tahun 2012,
pemerintah menargetkan tersedianya Jalan Usaha Tani dan Jalan Produksi
sepanjang 2.867 km. Selain itu target pada tahun yang sama dari optimasi
pemanfaatan air irigasi melalui perbaikan JITUT/JIDES dan TAM yang berfungsi
seluas 490.000 ha. Luas layanan jaringan irigasi ditargetkan meningkat 2,4 ribu ha
serta luas jaringan irigasi yang direhabilitasi serta dioperasikan dan dipelihara
berturut-turut ditargetkan seluas 375 ribu ha dan 2,315 juta ha. Sementara itu,
jumlah bendung yang tercatat hingga tahun 2010 adalah sebanyak 2.796, yang
sebagian besar (82%) tersebar di pulau Jawa dan Bali.
Khusus untuk lahan sawah, secara nasional, luas total lahan sawah pada
tahun 2009 adalah 8.061.787 ha (Data Pusdatin). Dengan luas sekitar 4.898.822 ha
(61%) diantaranya merupakan lahan sawah irigasi, sedangkan sisanya yaitu 39%
merupakan lahan sawah non irigasi. Luas lahan sawah irigasi terbesar berada di
Jawa Timur yaitu seluas 879.958 ha. Tetapi secara persentase, jika dibandingkan
dengan total luas lahan sawah, maka persentase sawah irigasi paling besar berada
di Provinsi Jawa Barat yaitu sekitar 81%. Terdapat beberapa propinsi dimana lahan
sawah non irigasi lebih besar dari sawah irigasi, diantaranya; Jambi, Kalimantan
Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Riau. Baik
dilihat dari angka level maupun persentasenya, Propinsi Kalimantan Selatan
memiliki luas lahan dan presentase terbesar untuk jenis sawah non irigasi dengan
nilai 413.289 ha (89%).

Tabel 3. Kondisi Jaringan Irigasi berdasarkan Kewenangan Penanganan di


Indonesia Tahun 2012

18
Infrastruktur transportasi di Indonesia berupa jalan nasional memiliki
panjang 38.565 km pada tahun 2010 (menurut survei RI Desember 2010).
Persentase jalan nasional yang memiliki kondisi baik, sedang, rusak ringan, dan
rusak berat berturut-turut adalah 40,92%, 41,35%, 8,97%, dan 8,76%. Jadi masih
sekitar 60% kualitas jalan yang secara umum belum baik.

Sumber: Data Kementerian Pekerjaan Umum

Gambar 3. Panjang Jalan Nasional Berdasarkan Kondisi (Km)

Persentasi jalan yang rusak berat juga masih cukup tinggi di kisaran hampir
9% dari seluruh total jalan nasional. Sehingga, pekerjaan pemerintah juga masih
dianggap cukup berat untuk perbaikan infrastruktur ke depannya. Jika dipilah ke
dalam kondisi kemantapan jalan, 82% jalan berada dalam kondisi yang mantap dan
sisanya (18%) berada dalam kondisi sebaliknya. Sekitar 15% dari total panjang
jalan yang rusak berat berlokasi di Papua disusul 14,6% berada di wilayah
Kalimantan Tengah. Sementara panjang jalan nasional yang memiliki kondisi baik,
persentase terbesarnya berada di wilayah Sulawesi Tengah dan Jawa Timur.
Gambar 1 memperlihatkan bahwa dibanding tahun 2006, pada tahun 2008
dan 2010 panjang jalan yang berkondisi baik meningkat, sementara jalan yang
berkondisi sedang, menjadi menurun. Tetapi jika dibandingkan antara tahun 2008
dengan 2010, kondisi jalan yang baik panjangnya menurun sementara jalan yang
berkondisi sedang dan rusak berat meningkat. Pada tahun 2010 ini, panjang jalan
yang berkondisi baik paling banyak menurun di Pulau Sumatera dan Kalimantan.

19
Jika dilihat lebih lanjut, kedua provinsi tersebut merupakan provinsi di mana sektor
pertambangan dan perkebunan justru berkembang.
Terkait hal tersebut di atas, khusus untuk kawasan-kawasan di mana
pertambangan dan perkebunan merupakan sektor utama, memang banyak
ditemukan jalan yang rusak. Salah satu penyebabnya adalah pengangkutan batubara
dan hasil tambang lain serta hasil perkebunan. Pengangkutan dilakukan dengan
menggunakan kendaraan yang memiliki bobot melebihi daya dukung jalan.
Kurangnya anggaran Pemda menyebabkan jalan yang masih rusak tidak bisa
diperbaiki dengan baik.
3.3 Permasalahan Infrastruktur Pertanian di Indonesia Pada Saat Ini
Permasalahan infrastruktur pertanian di Indonesia pada saat ini masih
banyak dan belum mengalami penanganan yang signifikan. Salah satu prasarana
pertanian yang saat ini sangat memprihatinkan adalah jaringan irigasi. Pasalnya,
dari total areal sawah di Indonesia sebesar 7.230.183 ha, sumber airnya 11 persen
(797.971 ha) berasal dari waduk, sementara 89 persen (6.432.212 ha) berasal dari
non-waduk. Karena itu, revitalisasi waduk sesungguhnya harus menjadi prioritas
karena tidak hanya untuk mengatasi kekeringan, tetapi juga untuk menambah
layanan irigasi nasional. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
menyatakan, 42 waduk saat ini dalam kondisi waspada akibat berkurangnya
pasokan air selama kemarau. Sepuluh waduk telah kering, sementara 19 waduk
masih berstatus normal. Selain itu masih rendahnya kesadaran dari para pemangku
kepentingan di daerah-daerah untuk mempertahankan lahan pertanian produksi,
menjadi salah satu penyebab infrastruktur pertanian menjadi buruk. Kurangnya
pembangunan waduk dan jaringan irigasi baru serta rusaknya jaringan irigasi yang
ada mengakibatkan daya dukung irigasi bagi pertanian sangat menurun. Kerusakan
ini terutama diakibatkan banjir dan erosi, kerusakan di daerah aliran sungai, serta
kurangnya pemeliharaan irigasi hingga ke tingkat usahatani.
Selain itu, masih terbatasnya jalan usahatani, jalan produksi, pelabuhan
yang dilengkapi dengan pergudangan berpendingin udara, laboratorium dan kebun
percobaan bagi penelitian, laboratorium pelayanan uji standar dan mutu, pos dan
laboratorium perkarantinaan, kebun dan kandang penangkaran benih dan bibit,

20
klinik konsultasi kesehatan tanaman dan hewan, balai informasi dan promosi
pertanian, balai-balai penyuluhan serta pasar-pasar yang spesifik komoditas.
Prasarana usahatani lain yang sangat dibutuhkan masyarakat untuk menggerakkan
proses produksi dan pemasaran komoditas pertanian namun keberadaannya masih
terbatas adalah jalan usahatani. jalan produksi, pelabuhan yang dilengkapi dengan
pergudangan.
Tantangan yang harus dihadapi ke depan adalah bagaimana menyediakan
semua prasarana yang dibutuhkan petani ini secara memadai untuk dapat menekan
biaya tinggi yang timbul akibat terbatasnya prasarana transportasi dan logistik pada
sentra produksi komoditas pertanian tanaman pangan. Disamping itu, masalah
transportasi distribusi ternak belum optimal, yaitu tata niaga daging sapi domestik
masih mengandalkan pada pengiriman sapi hidup dan masih memiliki hambatan,
sehingga belum efisien. Penyebab inefisiensi diantaranya: belum memadainya
jumlah dan kapasitas alat angkut (truk dan kapal) dan minimnya kualitas sarana
angkutan baik truk maupun kapal yang digunakan. Kondisi ini diperburuk lagi
dengan adanya retribusi selama proses pengangkutan mulai dari desa, kecamatan,
kabupaten, provinsi sampai ke daerah tujuan.
3.4 Solusi Serta Kebijakan untuk Mengatasi Permasalahan Infrastruktur
Pertanian di Indonesia
Solusi serta kebijakan untuk mengatasi permasalahan infrastruktur
pertanian di Indonesia sangat penting dan berpengaruh dalam mengurangi masalah
pertanian di Indonesia. Dalam rangka peningkatan infrastruktur dan sarana
pertanian tersebut, akan dilakukan beberapa upaya-upaya sebagai berikut:
1. Pembangunan dan perbaikan infrastruktur yang dibutuhkan oleh petani di
areal usahatani seperti jalan usahatani, jalan produksi, jaringan irigasi
tingkat (JITUT), jaringan irigasi desa (JIDES), jaringan irigasi tersier dan
kuarter. Disamping itu juga diperlukan infrastruktur di luar areal usahatani
seperti jaringan irigasi primer, jaringan irigasi sekunder, jalan kabupaten,
jalan propinsi, jalan negara, pelabuhan, bandara, sarana transportasi,
jaringan listrik, jaringan komunikasi dan lain sebagainya.

21
2. Pembangunan infrastruktur tidak hanya dilakukan oleh Kementerian
Pertanian sendiri, tapi juga yang akan dilakukan oleh Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Perhubungan,
Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota maupun oleh masyarakat. Untuk itu
diperlukan upaya koordinasi yang baik agar tepat lokasi dan sesuai
kebutuhan.
3. Peningkatan sarana pertanian meliputi bantuan sarana pembuatan pupuk
organik, biogas, sarana budidaya, panen, pasca panen, pengolahan dan
sarana pemasaran.
4. Penguatan kelembagaan brigade tanam.
5. Penguatan peran kelompok tani dalam pengelolaan Usaha Pelayanan Jasa
Alsintan (UPJA).
6. Normalisasi berbagai sarana infrastruktur di berbagai macam daerah
7. Mencetak sawah baru yang ditargetkan total ada 132 ribu hektar di seluruh
Indonesia karena untuk mencapai target swasembada pangan
8. Pembangunan infrastruktur pertanian sebenarnya diimbangi dengan
membangun dan menciptakan infrastruktur pendukung, seperti pusat
penelitian pertanian, pusat pembenihan, serta pembibitan. Hal ini dilakukan,
agar komoditas pertanian yang dikembangkan di masing-masing daerah
bisa sesuai dengan struktur tanah dan alam yang tersedia
9. Infrastruktur pertanian dapat berupa bantuan alat mesin pertanian seperti
handtracktor, powertresher, dan unit penggilingan padi.
a. Terkait dengan Optimalisasi Lahan melalui percetakan sawah baru
Tiga provinsi utama lumbung padi terbesar berada di Jawa Timur, Jawa
Tengah dan Jawa Barat dan penyebaran sawah terbesar selain Pulau Jawa yaitu
Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan. Pulau Jawa menghadapi tantangan berat
dalam keterbatasan lahan akibat adanya perkembangan industri yang pesat dan
jumlah penduduk yang padat. Hal ini dikarenakan nilai ekonomi lahan sawah jauh
lebih rendah daripada industri atau permukiman. Berbeda dengan Pulau Sumatera,
lahan banyak dikonversikan ke perkebunan kelapa sawit. Kelapa sawit menyerap
dan menghisap air cukup besar sehingga sawah yang disekitar kebun kelapa sawit

22
kekurangan air yang cukup untuk irigasi. Perlu upaya pengendalian konversi lahan
sawah yang sangat ketat untuk menekan laju konversi lahan.

Grafik 1. Penyebaran sawah di Indonesia


Upaya dari pemerintah baik pemerintah pusat sampai kabupaten/kota
bekerja sama dengan BUMN atau swasta (investor) dalam strategi percepatan
infrastruktur pertanian. Dalam pencetakan perluasan sawah, harus diperhatikan
masalah status kepemilikan/pengelolaan. Selain itu, perlu koordinasi dengan pihak
terkait; antara lain BPN dan Kementerian Kehutanan (Kemenhut) berperan
menyedikan data lahan bebas sengketa dan terlantar; Kementerian Pekerjaan
Umum (PU) merencanakan infrastruktur; Kementerian Tenaga Kerja
(Kemenakertrans) berperan menyiapkan transmigran untuk siap mengelola lahan;
BUMN berperan dalam menyediakan benih, pupuk dan lain-lain.
b. Terkait dengan peningkatan Layanan Irigasi
Jaringan irigasi di Indonesia dengan kondisi baik pada 2013 sebesar 5.62
juta Ha dan Kondisi Rusak sebesar 1.61 juta Ha. Kondisi baik meningkat secara
bertahap sejak 2009 sebesar 52.4% sampai 2013 sebesar 77.7%. Sebaliknya,
Kondisi Rusak menurun sejak 2009 sebesar 47,6% sampai 2013 sebesar 22.3%. Hal
ini menunjukkan kementerian PU telah melakukan perbaikan jaringan irigasi
walaupun berjalan lambat.

23
Lambannya upaya pemerintah mencerminkan ketidakseriusan pemerintah
untuk fokus kepada kedaulatan pangan. Grafik 3 menunjukkan jaringan irigasi yang
menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat di 2012 dan 2013 seluruhnya dalam
kondisi baik. Sebaliknya, di wilayah yang menjadi tanggung jawab Pemerintah
Provinsi dan Kabupaten/Kota masih banyak rusak, di provinsi 45% dan di
kabupaten/kota 37%. Penyebab kerusakan terjadi karena musim kerusakan gundul,
minimnya kawasan hutan, sedimentasi, pencemaran air, kesalahan design/mutu
irigasi, tanggul jebol, kerusakan pintu air, kekurang pedulian pemerintah daerah
untuk melakukan perbaikan irigasi dan terbatasnya APBD.

Perbaikan irigasi yang lamban dan kondisi klimatologi yang tak menentu
menyebabkan Indeks Penanaman (IP) dan produktivitas masih rendah (Grafik 3).
Rata-rata IP hanya 1,4 kali setahun lahan dapat ditanami. Produktivitas tiga terbesar
yaitu di Jawa, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara dan Sumatera.

Tabel 4. Indeks Penanaman (IP) dan Produktivitas Pertanian

24
Berdasarkan Grafik 4, tercermin Pulau Jawa (Jawa Barat, Jawa Timur dan
Jawa Tengah) memiliki luas irigasi rehabilitasi Kewenangan Pusat terbesar, namun
produksinya bukan yang terbanyak. Rasio luas daerah irigasi dengan produksi padi
terbesar di Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan dan
Sumatera Utara. Ini menunjukkan Pulau Jawa makin berkurang produksinya.
Sehingga, irigasi kewenangan pusat dapat fokus ke luar pulau Jawa yang masih
memiliki lahan yang banyak namun belum dikembangkan.
Untuk melakukan perbaikan irigasi maka dilakukan upaya-upaya seperti
berikut.
a) Peningkatan fungsi jaringan irigasi yang mempertimbangkan jaminan
ketersediaan air dan memperhatikan kesiapan petani penggarap baik
secara teknis maupun kultural serta membangun daerah irigasi baru
khususnya di luar Pulau Jawa.

25
b) Rehabilitasi 3 juta hektar jaringan irigasi rusak pada daerah utama
penghasil pangan dan mendorong keandalan jaringan irigasi kewenangan
daerah melalui penyediaan Dana Alokasi Khusus (DAK) maupun bentuk
pengelolaan dari pemerintah pusat.
c) Optimalisasi layanan jaringan irigasi melalui operasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi.
d) Pembentukan manajer irigasi sebagai pengelola pada satuan daerah
irigasi.
e) Peningkatan peran petani secara langsung dalam perencanaan dan
pelaksanaan pengelolaan daerah irigasi termasuk operasi dan
pemeliharaan seperti melalui sistem out-contracting.
f) Peningkatan efisiensi pemanfaatan air irigasi dengan teknologi pertanian
hemat air seperti System of Rice Intensification/SRI, mengembangkan
konsep pemanfaatan air limbah yang aman untuk pertanian dan
menggunakan kembali air buangan dari sawah (water reuse).
g) Internalisasi pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi partisipatif
(PPSIP) dalam dokumen perencanaan daerah.
h) Pengelolaan lahan rawa berkelanjutan melalui pengelolaan lahan rawa
yang dapat mendukung peningkatan produksi pangan secara
berkelanjutan dengan meminimalkan dampak negatif dari kegiatan
pengelolaan tersebut terhadap kelestarian lingkungan hidup.
3.5 Peran Infrastruktur Pertanian di Indonesia untuk Kemandirian Pangan di
Masa Mendatang
Pembangunan infrastruktur pertanian harus secara berkesinambungan dan
holistis. Infrastruktur pertanian tidak hanya masalah irigasi, namun juga harus
menyangkut optimalisasi lahan, alat mesin pertanian, sampai dengan teknologi
informatika. Lahan yang mempunyai potensi harus dimanfaatkan semaksimal
mungkin dengan alat mesin pertanian yang memadai untuk meningkatkan hasil
produksi. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi juga harus bisa
dimanfaatkan untuk mengelola produk pertanian secara langsung sehingga
mengurangi peran tengkulak yang merugikan dan permainan harga.

26
Pemerintah sendiri secara berkesinambungan terus membangun
infrastruktur pertanian, dari waduk, embung, sampai dengan irigasi sekunder dan
tersier. Tujuannya adalah agar selalu tersedia suplai air yang mencukupi untuk
lancarnya proses pertanian. Untuk mencapai kehidupan yang makmur dan
sejahtera, insfrastruktur adalah poin utama yang harus menjadi perhatian suatu
bangsa. Indonesia kini tengah berbenah dalam memperbaiki insfrastruktur,
termasuk juga infrastruktur pertanian.
Pemerintah terus berupaya menggalakkan pembangunan infrastruktur
pertanian. Suatu hal yang patut diapresiasi, mengingat potensi Indonesia dalam
mengekspor hasil pertanian yang besar, apabila pertanian diolah dengan benar dan
didukung oleh pemerintah. Terhitung sejak 2014 hingga saat ini sudah terbangun
49 bendungan yang menyebar di seluruh tanah air. Membuat dan memperbaiki
berbagai saluran irigasi pun menjadi fokus dalam menciptakan kemandirian
pangan.

Sumber: Badan Ketahanan Pangan


Tabel 5. Ketersediaan Pangan Strategis Tahun 2014 – 2015

27
Untuk menjaga produksi pangan, harus ada normalisasi berbagai sarana
infrastruktur di berbagai macam daerah. Waduk-waduk harus dimanfaatkan, serta
saluran irigasi perlu diciptakan dan dijaga, agar menjadi infrastruktur pertanian
yang tepat guna. Waduk-waduk ini akan sangat memudahkan petani dalam proses
pengairan sawah dan lahannya. Apabila biasanya sawah hanya ditanami ketika
musim hujan, maka sawah juga bisa terus dimanfaatkan meskipun musim kemarau
tiba. Ditargetkan pada akhir tahun ini total ada 446 ribu hektar saluran irigasi yang
akan direhabilitasi. Proyek ini sendiri telah hampir selesai. Strategi lainnya dalam
meningkatkan infrastruktur pertanian adalah mencetak sawah baru, yang
ditargetkan total ada 132 ribu hektar di seluruh Indonesia. Untuk rencana ke
depannya, total hingga 2019 akan ada sawah baru seluas 1 juta hektar.
Target utama Indonesia adalah untuk mencapai swasembada beras. Untuk
mencapai target tersebut, lahan sawah yang tersedia dan yang akan ditambah ini
diharapkan mampu mencukupi. Agar semakin berfungsi maksimal dan berumur
panjang, diharapkan infrastruktur pertanian ini dapat dilakukan upaya tata kelola
yang maksimal. Seperti irigasi, akan ada pembagian kewenangan dalam mengelola
kewenangan. Tak hanya dari pusat, proses penguatan infrastruktur pertanian di
Indonesia sendiri harus diturunkan juga ke pemerintah daerah hingga ke sektor
desa.

Tabel 6. Status Kecukupan Jenis Bahan Pangan Utama Indonesia, Tahun 2014

28
Dukungan pemerintah daerah untuk mengembangkan pertanian masyarakat
saat ini terus dilakukan. Salah satu upaya untuk mencapai hal tersebut adalah
memprogramkan sejumlah kegiatan melalui Dinas Pertanian. Di bidang
infrastruktur misalnya, ada optimalisasi lahan sawah dengan cara memperbaiki
irigasi, pematang, dan juga membenahi lahan persawahan. Tak hanya melakukan
optimasi di sawah, pun juga ada pembangunan bendungan, sistem drainase, dan
pembuatan saluran irigasi. Seperti diketahui, padi membutuhkan pengairan yang
optimal, untuk itu fasilitas infrastruktur pertanian seperti pengairan perlu
mendapatkan perhatian utama.

Tabel 7. Sumber daya lahan pertanian sawah dan lahan kering penyangga
kehidupan bangsa Indonesia, 250 juta jiwa

Pembangunan infrastruktur pertanian sebenarnya harus diimbangi pula


dengan membangun dan menciptakan infrastruktur pendukung, seperti misalnya
pusat penelitian pertanian, pusat pembenihan, serta pembibitan. Apabila hal ini
dilakukan, komoditas pertanian yang dikembangkan di masing-masing daerah bisa
sesuai dengan struktur tanah dan alam yang tersedia. Pemerintah wajib

29
menyediakan pusat penelitian dan mengembangkan berbagai jenis pertanian.
Dengan demikian, lahan yang ada akan jadi lebih efektif dan efisien.
Replanning cluster pertanian, revitalisasi dan rehabilitasi berbagai
infrastruktur jaringan irigasi pertanian, dan juga memprioritaskan pembangunan
infrastruktur baru pertanian adalah langkah kerja yang bisa membawa perubahan
pada kehidupan petani menjadi lebih sejahtera. Infrastruktur pertanian dapat pula
berupa bantuan alat mesin pertanian seperti handtracktor, powertresher, dan unit
penggilingan padi.
Kebijakan untuk meningkatkan infrastruktur pertanian ini juga mencapai
daerah perbatasan. Kementerian Pertanian (Kementan) sendiri telah berupaya
meningkatkan pembangunan infrastruktur sektor pertanian di berbagai daerah di
Indonesia. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kasus penyelundupan
pangan yang selama ini sering terjadi. Untuk itu, pemerintah berupaya untuk
meningkatkan produksi di daerah perbatasan. Metode yang dilakukan ialah
pengadaan traktor untuk pengelolaan lahan, serta menyediakan asuransi pertanian,
sehingga petani di daerah perbatasan tak ragu untuk meningkatkan kapasitas
produksinya. Selain itu diminta pula untuk menanam tanaman unggulan di masing-
masing daerah, sehingga tidak hanya terpaku pada tanaman-tanaman tertentu saja.
Melalui langkah kerja tersebut diharapkan bisa mengangkat harkat dan derajat
petani kita sehingga dapat mengurangi kesenjangan ekonomi dan tingkat
kemiskinan yang ada.
Pentingnya fungsi infrastruktur pertanian dalam memaksimalkan potensi
pertanian Indonesia semakin menegaskan seberapa pentingnya perbaikan dan
pengadaan infrastruktur pertanian tersebut. Pemerintah harus terus fokus
menciptakan sarana infrastruktur pertanian, sekaligus juga memberikan stimulus
pada para petani agar mereka semakin mudah dan terbantu dalam melaksanakan
kegiatan usaha taninya, dimulai dari kemudahan mendapatkan benih sampai dengan
kemudahan dalam memasarkan produk pertaniannya. Diharapkan, pertanian
Indonesia mampu menjadi tulang punggung perekonomian, sekaligus mampu
memenuhi kemandirian pangan nasional.

30
Infrastruktur pertanian memiliki peran penting untuk mencapai kemandirian
pangan. Dengan infrastruktur yang baik petani Indonesia bisa meningkatkan
produktifitasnya. Apabila produktifitas petani lokal meningkat, bisa jadi Indonesia
mencapai kemandirian pangan dan tidak perlu lagi mengimpor untuk memenuhi
kebutuhan pangan dalam negeri. Diharapkan dengan peningkatan infrastruktur
pertanian dapat memajukan pertanian Indonesia.
3.6 Peran Infrastruktur Pertanian sebagai Komponen Pembangunan
Pertanian Berkelanjutan di Indonesia
Pembangunan negara Indonesia tidak akan bisa lepas dari pembangunan
sektor pertaniannya. Sektor pertanian memiliki kontribusi yang besar dalam
pembangunan Indonesia dan juga percepatan perekonomiannya. Sektor pertanian
berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja, penyedia pangan, penyedia bahan
baku, serta menambah pendapatan dan devisa negara. Sehingga pembangunan
pertanian ini menjadi hal yang sangat penting untuk mendorong pembangunan
Indonesia secara menyeluruh.
Infrastruktur memiliki peranan vital dalam menyukseskan pembangunan
pertanian. Ketersediaan infrastruktur dalam jumlah yang cukup dan kondisi yang
optimal akan memudahkan petani untuk mendapat hasil yang maksimal dari lahan
pertaniannya. Petani akan lebih mudah dalam hal proses budidaya, akses sarana
produksi, hingga pemasaran hasil pertaniannya. Jika semua hal ini terpenuhi maka
tidak ada petani yang kurang sejahtera lagi dan nantinya akan mendorong
pembangunan perekonomian negara secara menyeluruh.

31
Grafik 5. Perkembangan Ekspor - Impor dan Neraca Perdagangan Sektor
Pertanian Tahun 2010-2014
Infrastruktur pertanian masih menjadi kendala dan penyebab ketertinggalan
pertanian Indonesia sampai sekarang. Hal terebut dapat dilihat dari sejumlah
infrastruktur pertanian yang kurang memadai dalam mendukung peningkatan hasil
pertanian, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Dalam hal distribusi
infrastruktur pertanian juga masih mengalami kendala keranda dapat dilihat banyak
daerah pedesaan yang masih belum terjamah oleh pembangunan infrastruktur
pertanian. Padahal tidak sedikit potensi yang dimiliki Indonesia dari segi
pertaniannya yang masih belum dimanfaatkan secara optimal.
Pembangunan nasional merupakam rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan
Negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional, yaitu melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Sektor pertanian menjadi salah satu komponen pembangunan nasional
dalam menuju swasembada pangan guna mengentaskan kemiskinan. Pentingnya
peran sektor pertanian dalam pembangunan nasional diantaranya: sebagai penyerap
tenaga kerja, menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB), sumber devisa, bahan
baku industri, sumber bahan pangan dan gizi, serta pendorong bergeraknya sektor-
sektor ekonomi lainya.

32
Tabel 8. Neraca Perdagangan Sektor Pertanian Tahun 2010-2014

Sumber: BPS
Grafik 6. Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 2010-2014
Pada kenyataannya, sampai saat ini sektor pertanian masih menghadapi
banyak permasalahan. Kebijakan pemerintah daerah yang kurang berpihak pada
sektor pertanian menjadi kendala dalam perkembangan sektor pertanian.
Pemerintah daerah lebih memperhatikan sektor industri karena sektor industri
selama ini diklaim memberikan pendapatan yang tinggi kepada daerah. Investor
juga lebih tertarik menanamkan modalnya pada sektor industri dibanding sektor

33
pertanian. Ini semakin menambah deretan permasalahan pembangunan sektor
pertanian
Salah satu permasahalan dalam pembangunan pertanian adalah infrastruktur
pertanian yang terbatas dan terabaikan. Masalah yang paling krusial dan sampai
saat ini belum teratasi dengan bijaksana yaitu pengembangan infrastruktur
pertanian. Keberadaan kelembagaan seperti balai karantina, laboratorium uji mutu,
irigasi, listrik, transportasi, keuangan, unit pengolahan dan pemasaran masih
terbatas akibatnya usaha pertanian kurang berkembang.
Peningkatan infrastruktur pertanian dibutuhkan untuk meningkatkan
kualitas dan produktifitas pertanian di Indonesia. Dengan adanya investasi
pemerintah melalui peningkatan pembangunan infrastruktur pertanian, maka
pembangunan pertanian akan berkelanjutan dan secara tidak langsung hal ini turut
meningkatkan pembangunan nasional. Karena sektor pertanian memiliki kontribusi
yang besar dalam pembangunan Indonesia dan juga percepatan perekonomiannya.

34
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Infrastruktur pertanian merupakan semua fasilitas fisik meliputi
transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik
yang dibutuhkan dalam kegiatan pengelolaan pertanian sebagai sarana dan
prasarana untuk kelangsungan hidup manusia. Infrastruktur pertanian saat ini di
Indonesia masih sangat minim, banyak infrastruktur yang belum dibangun dan
memadai. Kualitas lahan yang baru dicetak umumnya produktivitasnya masih
rendah, pengembangan jaringan irigasi masih sangat minim, sebagian besar
jaringan irigasi tidak berfungsi dengan optimal, serta jalan yang digunakan untuk
proses usaha tani dan produksi masih banyak yang rusak berat. Hal ini menjadi
permasalahan infrastruktur pertanian yang sangat diperhatikan oleh pemerintah,
sehingga pemerintah harus mempunyai solusi dan kebijakan dalam mengatasi hal
tersebut seperti memperbaiki dan membangun jalan usaha tani, jalan produksi,
jaringan irigasi, pelabuhan, sarana transportasi, jaringan listrik, jaringan
komunikasi, dan lain sebagainya.
Infrastruktur pertanian harus diatasi setiap permasalahannya karena
berhubungan langsung terhadap kemandirian pangan di Indonesia pada masa
mendatang serta menjadi komponen pembangunan pertanian berkelanjutan di
Indonesia. Infrastruktur pertanian memiliki peran penting untuk mencapai
kemandirian pangan. Dengan infrastruktur yang baik, petani Indonesia bisa
meningkatkan produktifitasnya. Apabila produktifitas petani lokal meningkat, bisa
jadi Indonesia mencapai kemandirian pangan dan tidak perlu lagi mengimpor untuk
memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Dengan adanya peningkatan
pembangunan infrastruktur pertanian, maka pembangunan pertanian akan
berkelanjutan dan secara tidak langsung hal ini turut meningkatkan pembangunan
nasional. Diharapkan dengan peningkatan infrastruktur pertanian dapat memajukan
pertanian Indonesia.
4.2 Saran

35
Dalam penulisan makalah ini, masih didapatkan kekurangan data untuk
menjelaskan permasalahan dan solusi dalam infrastruktur pertanian. Maka
diharapkan untuk penulis selanjutnya bisa melengkapi data dengan lebih baik,
sehingga dapat diperlihatkan lebih dalam hasil dari pembahasan ini mengenai
permasalahan dan solusi dalam infrastruktur pertanian untuk kemandirian pangan
serta pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

36
DAFTAR PUSTAKA

Darajati, W. 2008. Membangun kedaulatan pangan nasional. Makalah disampaikan


dalam Dialog Alumni dengan Almamater pada Dies Natalis ke-62 Fakultas
Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 24 Agustus 2008.

Grigg, N. 1988, Infrastructure Engineering and Management, John Wiley & Sons.

Infrastruktur untuk kemandirian pangan.


https://nasional.sindonews.com/read/1276809/18/infrastruktur-untukkemandirian-
pangan-1516904017. Diakses pada tanggal 10 Maret 2018.

Infrastruktur pertanian di Indonesia. https://mediatani.co/infrastruktur-pertanian-


di-indonesia/. Diakses pada tanggal 10 Maret 2018.

Infrastruktur sebagai dongkrak pembangunan pertanian.


https://farming.id/infrastruktur-sebagai-dongkrak-pembangunan-pertanian/.
Diakses pada tanggal 10 Maret 2018.

Kivirist, L. 2009. Declare Your FoodIndependence This July 4th.


http://www.consumer/feedom.com/article_detail. cfm/a/178-declaration-of-food-
independence. [10 Maret 2018].

Soekartawi. 2008. Mewujudkan Kemandirian Pangan. Koran Jakarta, 31Oktober


2008. hlm. 4.
http://www.prof.soekartawi.net/index.php?pilih=publikasi&mod=yes&aksi=lihat
&id=11 9. [10 Maret 2018].

37

Anda mungkin juga menyukai