Anda di halaman 1dari 8

BAB V

PERKEMBANGAN GERAKAN KOPERASI DI EROPA

Anggota Kelompok V:
 Melyana Situngkir
 Ailiyah Ratu Amidalah Manopo

A. PERKEMBANGAN KOPERASI DI EROPA


1. Inggris
Penderitaan yang dialami oleh kaum buruh di berbagai Negara di Eropa pada
awal abad ke-19 dialami pula oleh para pendiri koperasi konsumsi di Rochdale,
Inggris, pada tahun 1844. Pada mulanya Koperasi Rochdale memang hanya bergerak
dalam usaha kebutuhan konsumsi. Tapi kemudian mereka mulai mengembangkan
sayapnya dengan melakukan usaha-usaha produktif. Dengan berpegang pada asas-
asas Rochdale, para pelopor Koperasi Rochdale mengembangkan toko kecil mereka
itu menjadi usaha yang mampu mendirikan pabrik, menyediakan perumahan bagi para
anggotanya, serta menyelenggarakan pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan
anggota dan pengururs Koperasi. Menyusul keberhasilan Koperasi Rochdale, pada
tahun 1852 telah berdiri sekitar 100 Koperasi Konsumsi di Inggris. Sebagaimana
Koperasi Rochdale, Koperasi-koperasi ini pada umumnya didirikan oleh para
konsumen.
Dalam rangka lebih memperkuat gerakan Koperasi, pada tahun 1862,
Koperasi-koperasi konsumsmi di Inggris menyatukan diri menjadi pusat Koperasi
Pembelian dengan nama The Cooperative Whole-sale Society, disingkat C. W. S.
Pada tahun 1945, C. W. S. telah memiliki sekkitar 200 buah pabrik dan tempat usaha
dengan 9.000 pekerja, yang perputaran modalnya mencapai 55.000.000 poundsterling.
Sedangkan pada tahun 1950, jumlah anggota Koperasi di seluruh wilayah Inggris
telah berjumlah lebih dari 11.000.000 orang dari sekitar 50.000.000 orang penduduk
Inggris.

2. Perancis
Revolusi Perancis dan perkembangan industri telah menimbulkan
kemiskkinan dan penderitaan bagi rakyat Perancis. Berkat dorongan pelopor-pelopor

1
mereka seperti Charles Forier, Louis Blanc, serta Ferdinand Lasalle, yang menyadari
perlunya perbaikan nasib rakyat, para pengusaha kecil di Perancis berhasil
membangun Koperasi-koperasi yang bergerak dibidang produksi. Dewasa ini di
Perancis terdapat Gabungan Koperasi Konsumsi Nasional Perancis (Federation
Nationale Dess Cooperative de Consommation), dengan jumlah Koperasi yang
tergabung sebanyak 476 buah. Jumlah anggotanya mencapai 3.460.000 orang, dan
toko yang dimiliki berjumlah 9.900 buah dengan perputaran modal sebesar 3.600
milyar franc/tahun.

3. Jerman
Sekitar tahun 1848, saat Inggris dan Perancis telah mencapai kemajuan,
muncul seorang pelopor yang bernama F. W. Raiffeisen, walikota di Flammersfield.
Ia menganjurkan agar kaum petani menyatukan diri dalam perkumpulan simpan-
pinjam.
Setelah melalui beberapa rintangan, akhirnya Raiffesien dapat mendirikan Koperasi
dengan pedoman kerja sebagai berikut :

 Uang simpanan boleh dikeluarkan sebagai pinjaman dengan membayar bunga.


 Usaha Koperasi mula-mula dibatasi pada desa setempat agar tercapai kerjasama
yang erat.
 Pengurusan Koperasi diselenggarakan oleh anggota yang dipilih tanpa
mendapatkan upah.
 Keuntungan yang diperoleh digunakan untuk membantu kesejahteraan masyarakat
 Anggota Koperasi wajib menyimpan sejumlah uang

Pelopor Koperasi lainnya dari Jerman ialah seorang hakim bernama H.


Schulze yang berasal dari kota Delitzcsh. Pada tahun 1849 ia mempelopori pendirian
Koperasi simpan-pinjam yang bergerak di daerah perkotaan. Pedoman kerja Koperasi
simpan-pinjam Schulze adalah :

 Uang simpanan sebagai modal kerja Koperasi dikumpulkan dari anggota.


 Wilayah kerjanya didaerah perkotaan.
 Pengurus Koperasi dipilih dan diberi upah atas pekerjaannya.

2
 Pinjaman bersifat jangka pendek.
 Keuntungan yang diperoleh dari bunga pinjaman dibagikan kepada anggota.

4. Denmark
Pada tahun 1866, Hans Christian Sonne bersama F. F, Ulrich mempelopori
berdirinya koperasi konsumsi bagi kaum buruh di kota Tristed Jutland, Denmark.
Koperasi ini terus mengalami perkembangan dengan pesat diikuti munculnya
koperasi-koperasi lain di seluruh pelosok Denmark. Secara menakjubkan, koperasi-
koperasi di Denmark berkembang dengan luar biasa dan menjadi tulang punggung
perekonomian bagi Denmark. Pertokoan dan bank di Denmark hampir semuanya
milik koperasi. Baik di ibukota Denmark, Kopenhagen, maupun di kota-kota besar
lainnya, hampir tidak ada department store maupun toko serba ada yang besar. Tidak
heran jika Denmark mendapat julukan The Mecca of Cooperative World karena
koperasi tumbuh dan berkembang dengan begitu pesat di negara monarki
konstitusional ini. Meskipun Denmark tidak memiliki lahan yang luas untuk kegiatan
pertanian, tetapi kegiatan pertanian dapat dipersatukan melalui koperasi, termasuk
dalam distribusi hasil-hasil pertanian.
Jumlah anggota Koperasi di Denmark meliputi sekitar 30% dari seluruh
peduduk Denmark. Hampir sepertiga penduduk pedesaan Denmark yang berusia
antara 18 s/d 30 tahun balajar di perguruan tinggi. Dalam perkembangannya, tidak
hanya hasil-hasil pertanian yang didistribusikan melalui Koperasi, melainkan meliputi
pula barang-barang kebutuhan sector pertanian itu sendiri. Selain itu, di Denmark juga
berkembang Koperasi konsumsi. Koperasi-koperasi konsumsi ini kebanyak didirikan
oleh serikat-serikat pekerja di daerah perkotaan.

5. Swedia
Salah seorang pelopor Koperasi yang cukup terkemuka dari Swedia bernama
Albin Johansen. Salah satu tindakannya yang cukup spektakuler adalah
menasionalisasikan perusahaan penyaringan minyak bumi yang menurut pendapatnya,
dapat dikelola dengan cara yang tidak kalah efisiennya oleh Koperasi. Pada tahun
1911 gerakan Koperasi di Swedia berhasil mengalahkan kekuatan perusahaan besar.
Pada tahun 1926 Koperasi berhasil menghancurkan monopoli penjualan tepung terigu
yang dimilikki perusahan swasta.

3
Pada akhir tahun 1949, jumlah Koperasi di Swedia tercatat sebanyak 674 buah
dengan sekitar 7.500 cabang dan jumlah anggota hamper satu juta keluarga. Rahasia
keberhasilan koperasi-koperasi Swedia adalah berkat program pendidikan yang
disusun secara teratur dan pendidikan orang dewasa di Sekolah Tinggi Rakyat (Folk
High School), serta lingkaran studi dalam pendidikan luar sekolah. Koperasi Pusat
Penjualan Swedia (Cooperative Forbundet), mensponsori program-program
pendidikan yang meliputi 400 jenis kursus teknis yang diberikan kepada karyawan
dan pengurus Koperasi.
Di Swedia Iahir pusat koperasi Swedia atau Swedish Cooperative Centre
(SCC). SCC berbentuk seperti sebuah federasi nasional yang mewakili seluruh
koperasi besar dan beberapa sektor koperasi lainnya di Swedia. SCC memiliki 62
anggota organisasi koperasi konsumen, federasi petani, dan organisasi koperasi
perumahan. SCC menerapkan cara kerja kolaboratif dengan anggota organisasi.
Federasi menyediakan sumber keuangan melalui pembiayaan keuangan untuk
pengembangan program, terutama bagi pemberantasan kemiskinan dan memerangi
monopoli. Saat ini terdapat 5 (lima) koperasi terbaik yang dicatatkan Swedia dalam
300 koperasi terbaik dunia versi ICA, yaitu Lantmõnnen yang bergerak di bidang
pertanian, KF Group (The Swedish Cooperative Union) yang bergerak di bidang ritel,
Lãnsfõrsãkringar yang bergerak di bidang asuransi/ Folksam yang bergerak di bidang
asuransi, dan Sodra Skogsagarna yang bergerak di bidang pertanian.

6. Italia
Awal berkembangnya koperasi di Italia banyak dipengaruhi oleh koperasi
kredit di Jerman (M. Iskandar Soesilo, 2008). Pada tahun 1866, Luzzatti, seorang
negarawan yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri, membentuk koperasi
kredit di luar kota Milan yang diberi nama Bance Pepolari (seperti Bank Rakyat).
Koperasi ini berbentuk seperti model koperasi kredit model Schulze-Deliüsch di
Jerman. Italia mencatatkan 30 koperasi terbaik di negaranya dalam 300 koperasi
terbaik dunia.
Hal yang membedakan koperasi di Italia dengan koperasi di negara lain adalah
selain bergerak di bidang agrikultur, perbankan, dan ritel, koperasi di Italia juga
bergerak di bidang industri. Beberapa koperasi Italia yang bergerak di bidang industri,
di antaranya adalah Consorzio Cooperative Costruzioni, SACMI, Manutencoop,
CCPL (Consortium Coop. Produz Lav.S.c.r.i), dan CMC (Cooperativa Muratori
4
Cementisti). Kelima koperasi yang bergerak di bidang industri tersebut juga masuk ke
dalam 300 koperasi terbaik dunia.

7. Norwegia
Norwegia merupakan salah satu negara yang koperasinya cukup berkembang.
Hal ini dibuktikan dengan masuknya empat koperasi Norwegia ke dalam 300
koperasi terbaik dunia versi ICA. Keempat koperasi itu, yaitu Gilde yang bergerak di
bidang pertanian, TINE BA yang bergerak di bidang pertanian, Gjensidige
Forsikring yang bergerak di bidang asuransi, dan KLP Insurance yang bergerak di
bidang asuransi.
Koperasi susu berkontribusi 99% dari total produksi susu, koperasi nelayan
menyumbang 8,7% dari total ekspor produk perikanan, dan koperasi kehutanan
menghasilkan 76% kayu di Norwegia (Herjuno Ndaru Kinasih, 2013). Tercatat 1,5
juta dari 14,5 juta penduduk Norwegia adalah anggota koperasi. Selain
memperjuangkan kepentingan anggotanya, koperasi juga merupakan lembaga
keuangan yang mampu menyediakan jasa keuangan. Selain koperasi, bisnis sumber
daya alam di Norwegia dikuasai Oleh perusahaan-perusahaan negara, seperti Statoil,
DNB, dan Telenor. Pemerintah Norwegia mengontrol 3116% dari perusahaan yang
terdaftar di bursa efek.

8. Rusia
Gerakan koperasi di Rusia diawali dengan bentuk pengelolaan pertanian yang
disebut dengan ko/khoz, yaitu sebuah komoditas yang mengelola lahan pertanian
secara bersama-sama dengan jumlah sekitar 75 keluarga. Kolkhoz merupakan sebuah
bentuk komoditas ala Robet Owen di Inggris atau ala falansteires atau ala Charles
Fourier di Prancis.
Koperasi pertama di Rusia berdiri pada tahun 1 854 pada masa pemerintahan
kekaisaran Tsar. Koperasi di Rusia umumnya didirikan oleh kaum buruh, terutama
dalam bentuk koperasi konsumsi. Namun pada periode init koperasi tidak dapat
berkembang karena selalu dicurigai dan mendapat pengawasan yang ketat dari
pemerintah.
Ketika terjadinya revolusi fisik pada tahun 1905- 1914, koperasi berkembang
dengan cukup baik di Rusia. Hal ini ditunjukkan dengan begitu banyaknya koperasi
yang tumbuh saat itu yang mencapai angka 10.000 koperasi dan dengan jumlah
5
anggota yang mencapai I juta orang (M. Iskandar Soesilo, 2008). Akan tetapi ketika
kaum komunis memenangkan revolusi, gerakan koperasi justru mengalami
kemunduran total karena mendapat tekanan dan pengawasan yang ketat dari
pemerintah.
Tekanan dan pengawasan yang ketat dari pemerintah mulai sedikit berkurang
ketika Lenin mendekritkan politik ekonomi baru pada tahun 1921 yang dikenal
dengan New Economic Policy. Gerakan ekonomi baru ini dilakukan guna
mendorong produksi secara besar-besaran serta menasionalisasikan kegiatan
ekonomi, baik swasta maupun koperasi. Pada maso pemerintahan Lenin, koperasi
mendapat berbagai fasilitas dan bantuan dari pemerintah. Tidak heran jika koperasi
maju dan berkembang pada masa pemerintahan Lenin dan mampu bersaing secara
setara dengan swasta. Saat itu terdapat 12.000 koperasi pertanian dan lebih dari
1.000 koperasi kredit di 12 wilayah ekonomi Rusia.

B. PERKEMBANGAN KOPERASI DI AMERIKA SERIKAT


Keadaan sosial ekonomi Amerika Serikat pada pertengahan abad ke-19
hampir sama dengan Inggris. Menurut catatan, jumlah Koperasi yang tumbuh antara
tahun 1863-1939, berjumlah 2600 buah. Sekitar 57% dari Koperasi-koperai ini
mengalami kegagalan. Perkembangan yang menarik terjadi setelah tahun 1908.
Sebuah komisi untuk kehidupan pedesaan yang diangkat oleh Presiden Theodore
Rosevelt pada tahun 1908 mengemukakan dalam laporannya bahwa salah satu
kebutuhan utama masyarakat pedesaan ialah kerjasama yang efektif diantara para
petani untuk mempersatukan usahanya pada tingkat yang sesuai kepentingan bersama.
Menurut catatan, dalam periode 1909-1921, sekitar 52% dari seluruh
pekumpulan Koperasi pertanian yang ada telah bekerja secara efektif. Dalam
perkembangannya, ada banyak jenis Koperasi yang berkembang di Amerika Serikat.
Di daerah pedesaan antara lain dikenal adanya Koperasi Asuransi Bersama, Koperasi
Llistrik dan Telepon, Koperasi Pengawetan Makanan, Koperasi Simpan-Pinjam dan
Koperasi Penyediaan Benih. Sedangkan Koperasi-koperasi di perkotaan seringkali
menyelenggarakan toko-toko eceran. Koperasi kredit dan Koperasi Perumahan juga
banyak ditemukan dikota-kota, di Amerika Serikat juga berkembang Koperasi Rumah
Sakit dan Koperasi Kesehatan.

6
C. PERKEMBANGAN KOPERASI DI ASIA
1. Jepang
Koperasi pertama kali berdiri di Negara ini pada tahun 1900 (33 tahun sesudah
pembaharuan oleh Kaisar Meiji), atau bersamaan waktunya dengan pelaksanaan
Undang-undang Koperasi Industri Kerajinan. Cikal bakal kelahiran Koperasi di
Jepang mulai muncul ketika perekonomian uang mulai dikenal oleh masyarakat
pedalaman. Gerakan Koperasi pertanian mengalami kemajuan yang sangat pesat sejak
tahun 1930-an, khususnya ketika penduduk Jepanng menghadapi krisis ekonomi yang
melanda dunia dalam periode 1933. Di Jepang ada dua bentuk Koperasi pertania.
Yang pertama disebut Koperasi Pertanian Umum. Koperasi ini bekerja atas dasar
serba usaha, misalnya menyelenggarakan usaha pemasaran hasil pertanian,
menyediakan kredit untuk usaha perasuransian, pemberian bimbingan dan penyuluhan
pertanian bagi usaha tani. Bentuk Koperasi yang lain disebut Koperasi Khusus.
Koperasi ini hanya menyelenggarakan satu jenis usaha seperti Koperasi buah,
Koperasi daging ternak, Koperasi bunga-bungaan dan sebagainya. Pada umumnya
Koperasi-koperasi pertanian di Jepang menyelenggarakan bentuk usaha Koperasi
yang pertama.
Perlu ditambahakan, Koperasi-koperasi yang menyelenggarakan kegiatan
serba usaha juga tergabung dalam sebuah Koperasi Induk yang bernama Gabungan
Perkumpulan Koperasi Pertanian Nasional (Zenkoku Nogyo Kyodokumiai Chuokai).
Titik berat kegiatan Koperasi Gabungan atau ZEN-Noh ini adalah penyaluran sarana
produksi dan pemasaran hasil pertanian. Selain itu di Jepang juga terdapat Induk
Koperasi Asuransi Bersama, Induk Koperasi Perbankan untuk pertanian-kehutanan
dan pusat asosiasi penerbitan.

2. Korea
Perkembangan Koperasi di Korea, khususnya Koperasi pedesaan, dimulai
pada awal abad ke-20. Di Korea ada dua organisasi pedesaan yang melayani
kebutuhan kredit petani, yakni Bank Pertanian Korea dan Koperasi Pertanian. Pada
tahun 1961 dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Koperasi pertanian yang baru,
Bank Pertanian Korea dan Koperasi Pertanian digabungkan menjadi satu dengan
nama Gabungan Koperasi Pertanian Nasional (National Agricultural Cooperative
Federation), disingkat NACF. Gabungan ini bekerja atas dasar prinsip-prinsip

7
Koperasi yang modern dan melakukan kerjanya atas dasar serba usaha
(Multipurpose). NACF bertugas mengembangkan sector pertanian, meningkatkan
peran ekonomi dan sosial petani, serta menyelenggarakan usaha-usaha peningkatan
budaya rakyat.

Anda mungkin juga menyukai