Anda di halaman 1dari 9

Peradaban Lembah Sungai Nil

Peradaban Lembah Sungai Nil disebut juga dengan sebutan peradaban Mesir
Kuno. Kebesaran dan kejayaan peradaban ini masih dapat dilihat dari bangunan-
bangunan bersejarah yang banyak terdapat di Mesir saat ini seperti Piramida, Sphinx,
dan Obelisk. Mesir merupakan sebuah wilayah yang terletak di Afrika bagian Utara
dan memiliki letak yang strategis karena berada di jalur pertemuan antara Asia, Eropa,
dan Afrika.

A. Aspek Lingkungan

Sungai Nil adalah sungai terpanjang di dunia yaitu mencapai 6400 kilometer.
Sungai Nil bersumber dari dataran tinggi/pegunungan Kilimanjaro di Afrika. Dari
lembah sungai Nil inilah muncul peradaban besar yang di sebut dengan peradaban
sungai Nil. Lahirnya peradaban ini disebabkan kesuburan tanah di sekitar lembah
sungai yang diakibatkan oleh banjir yang membawa lumpur. Hal inilah yang menarik
dan mendorong perhatian manusia untuk membangun kehidupan dan peradaban.

Sejarawan Yunani kuno pada abad ke -5 SM menjuluki Mesir sebagai “Hadiah


dari Sungai Nil”. Hal itu didasarkan dari fakta bahwa peradaban Mesir tumbuh dan
berkembang karena kesuburan daerah-daerah di sekitar Sungai Nil. Setiap tahun,
Sungai Nil selalu banjir yang membawa lumpur ke daratan Mesir. Banjir tersebut
mengubah padang pasir yang gersang menjadi lembah-lembah yang subur. Lebar
Lembah Sungai Nil itu berkisar antara 15-50 km. Pentingnya Sungai Nil bagi
perkembangan Peradaban Mesir Kuno dapat dilihat dari kota-kota besar dan kuno
Mesir seperti Kairo, Iskandaria, Abusir, dan Rosetta yang terletak di delta-delta muara
Sungai Nil. Delta-Delta yang luas itu terletak di muara Sungai Nil dan tanahnya sangat
subur. Sungai Nil yang besar dan panjang bukan hanya digunakan untuk sumber
pertaniaan, tetapi juga dipakai untuk lalu lintas perdagangan dari dan keluar Mesir,
serta jalur penghubung antara Laut Tengah dan daerah pedalaman.

B. Pemerintahan Peradaban Mesir Kuno

Sepanjang Lembah Sungai Nil terbagi dalam dua wilayah yaitu Sungai Nil Hulu
dan Sungai Nil Hilir, pada masing-masing daerah terbentuk kelompok yang terpisah.
Kedua wilayah ini dapat dipersatukan oleh Menes dengan bentuk kerajaan dan
beribukota Memphis pada tahun 3000 SM. Menes inilah yang menjadi raja Mesir Kuno.

(a) Mesir Tua

Raja-raja Mesir diberi gelar Firaun atau Pharaoh. Firaun memiliki hak yang tidak
terbatas dengan tujuan memberi kedamaian dan kemakmuran bagi bangsanya.
Kerajaan Mesir Tua beribukota Memphis. Pada zaman Mesir Tua, sudah dibangun
makam-makam raja dalam bentuk piramid dan patung dari batu. Piramid ini dibuat
oleh rakyat karena kepercayaan bahwa raja Mesir adalah titisan dewa.

Raja-raja yang termasyhur pada zaman ini di antaranya Khufu, Kefre, dan
Menkaure. Setelah raja-raja tersebut meninggal, kondisi keamanan di Mesir menjadi
lemah, hal ini disebabkan oleh adanya perubahan kepercayaan rakyat bahwa raja
adalah keturunan dewa dan timbulnya kerajaan-kerajaan kecil.

(b) Mesir Pertengahan

Setelah terjadi perpecahan, Mesir kembali disatukan oleh raja Sesotris III dari
Thebe. Bahkan Sesotris III mengembangkan wilayahnya dengan menguasai Nubia dan
Palestina. Pada masa pemerintahan Amenemhet III terjadi penambangan emas di
Gurun Sinai dan mendirikan kelompok besar istana yang dinamakan labirinth.

Setelah kematian Amenemhet III, muncul serangan dari bangsa Hykos yang
berasal dari Palestina dan mereka dapat menguasai Mesir dari ahun 1680-1580 SM.
Kedatangan bangsa Hykos memperkenalkan teknologi peralatan dari perunggu, seperti
peralatan pertanian, senjata dan alat rumah tangga. Bangsa Hykos menetapkan Kota
Awaris sebagai ibukota Mesir yang baru.

(c) Mesir Baru (Muda)

Bangsa Mesir dapat merebut kembali kekuasaannya dari bangsa Hykos. Raja
yang paling berjasa dalam perebutan kekuasaan dari bangsa Hykos adalah Firaun
Ahmosis karena ia sendiri yang memimpin serangan. Kekuasaan Mesir sempat meluas
ke Babylonia, Assyria, Cicillia, Cyprus pada saat kekuasaan Tutmosis II. Antara tahun
1367-1350 SM pada masa pemerintahan Amenhotep IV atau Akhenaton dan Nefertiti
mengajarkan monotheisme kepada bangsa Mesir dengan menganggap Dewa Matahari
sebagai satu-satunya dewa.

Akibat adanya pertentangan dengan para pendeta agama Amon, Amenhotep IV


memindahkan ibukota dari Thebe ke Al Amama. Setelah Amenhotep IV meninggal,
perselisihan tentang agama tidak terjadi lagi dan pendeta menunjuk Tut-Aankh-Amon
atau Tutankhamon sebagai firaun dan diharuskan tunduk kepada pendeta agama
Amon. Kekuasaan Mesir akhirnya selalu digantikan oleh negara lain yang
menjatuhkannya. Ini terjadi sejak pemerintahan Raja Ramses III (1198-1167 SM)
berakhir.

C. Sistem Hukum

Hukum yang berlaku di Mesir di jalankan oleh suatu pengadilan yang


menerapkan suatu hukum yang bernuansa keadilan yang tidak memihak berdasarkan
konsep-konsep keadilan dari dewi keadilan yang bernama Ma’at. Pengadilan berjalan
dengan fair dan terekam dengan baik, yang direkam oleh juru tulis/panitera,
diantaranya yang paling terkenal adalah Amenhotep bin Hapu yang kemudian menjadi
Mahkama Agung Mesir.

Menurut sistem hukum Mesir Kuno, hukuman pidana terhadap para pelaku
kejahatan umumnya bersifat mutilasi, seperti potong hidung, potong tangan dan
anggota badan linnya. Selain itu dikenal juga hukuman yang lebih ringan seperti
hukuman pembuangan dari masyarakat dan hukuman pemukulan. Tentu saja
hukuman mati sering di prakikkan di Mesir, tetapi harus dengan persetujuan raja
Firaun.

D. Sistem Kepercayaan

Sistem kepercayaan pada peradaban mesir kuno menganut Politeisme atau


percaya dan menyembah banyak dewa dan dewi. Termasuk yang paling di kenal
seperti Ra (dewa matahari), Amon(dewa angin), keduanya kerap diebut dengan Amon-
Ra. Selanjutnya ada Osiris adalah penguasa alam baka yang dipercaya sebagai dewa
tertinggi, Dewi Isis adalah istri dewa Osiris yang di didyaini sebagai dewi kecantikan.
Lalu Aris, dewa Kesunuran, dan Anuis (manusia berkepala anjing ), dewa kematian.
Selanjutnya ada Thor (manusia berkepala burung) atau dewa ilmu pengetahuan, dan
Seth, dea penguasa kegelapan. Pada saat pemerintahan Amenhotep IV, kepercayaan
politeisme ini di ganti dengan monoteisme, yaitu menyembah satu dewa, yaitu dewa
matahari yang disebut Aten.

Gambar 1.1
Sumber: http://www.wacana.co/2016/08/peradaban-mesir-kuno/2018/02/18
Dewa yang disembah di kuil-kuil dijaga dan dikelola oleh para imam. Kuil-kuil
tidak dijadikan tempat beribadah untuk umum dan tertutup dari dunia luar. Hanya
pada hari-hari tertentu patung atau benda-benda yang mewakili dewa tersebut dibawa
dan ditunjukkan ke publik untuk disembah leh masyarakat. Beberapa patung kecil
yang dibuat pengrajin lokal banyak digunakan oleh penduduk Mesir untuk
menyembah para dewa dan dewi di rumah mereka sendiri. Patung Dewa dianggap
memiliki pesona untuk perlindungan terhadap kekuatan jahat.

Keyakinan Peradaban Mesir Kuno tentang akhirat juga berubah dari waktu ke
waktu. Masyarakat Mesir juga percaya pada adanya kehidupan setelah mati, sehingga
mereka sangat menginginkan agar jiwa atau roh mereka dapat hidup selamanya. Oleh
karena itu, mereka merancang cara-cara mengawetkan jenazah dengan pembalseman
atau pemumian. Mereka meyakini bahwa agar roh tetap hidup maka mereka harus
menjaga keutuhn jasadnya sebagai tempat tinggal roh. Awalnya pengawetan jenazah
hanya dilakukan untuk para firaun, tetapi sejak tahun 2300 SM dapat dilakukan
terhadap siapa saja asalkan memiliki biaya.

E. Sitem Kehidupan Sosial

Peradaban Mesir Kuno terbagi atau dikelompokkan ke dalam bebrapa golongan


berdasarkan status sisial dan ekonomi. Firaun berada dibagian atas dari stratifikasi
sosial, sementara petani dan budak berada dibagian bawah. Kelompok orang terdekat
Firaun serta mereka yang kaya dan kuat menjadi kelompok masyarakat kelas atas.

(a). Firaun

Firaun diyakini oleh rakyatnya sebagai tuhan yng ada di bumi dan memiliki
kekuatan yang paling besar. Firaun berwenang membuat hukum, menjaga ketertiban,
memastikan para dewa tetap senang sehingga Sungai Nil tidak meluap dan hasil panen
melimpah.

(b). Wazir

Wazir adalah penasehat Firaun yang terkadang brperan sebagai imam agung.
Wazir berwenang untuk mengawasi administrasi dan menandatangani semua
dokumen resmi negara. Ia juga bertanggung jawab untuk menjaga perediaan pangan,
menyelesaikan sengketa antara bangsawan, mengatur rumah tangga Firaun.

(c). Para Bangsawan

Golongan ini berkuasa di kota-kota Mesir yang relatif berstatus otonom, tetapi
firaun tetap menjadi penguasa tertinggi.

(d). Imam
Imam bertanggung jawab membuat para dewa senang. Mereka tidak
berkhotbah, tetapi melaksanakan ritual-ritual dan upacara-upacara bagi para dewi di
kuil mereka.

(e). Juru Tulis

Juru tulis bertugas mendokumentasikan peristiwa-peristiwa penting melalui


catatan tertulis. Seperti hasil pana, jumlah tentara, serta jumalah pekerja dan
persembahan kepada para dewa.

(f). Tentara

Dikalangan masyarakat Mesir ada tradisi bahwa anak kedua termasuk anak kedua
Firaun harus masuk dalam angatan bersenjata.

(g). Tukang

Tukang adalah tenaga–tenaga kerja terampil, seperti pembuat tembikar,


penyamak kulit, pemahat, pelukis, pemintal, pembuat manik-manik dan perhiasan,
pembuat sepatu dan penjahit.

(h). Petani

Petani merupakan golongan terbesar masyarakat Mesir Kuno, bekerja ditnah


milik Firaun, dan para bangsawan. Mereka diberi rumah, makanan, serta pakaian.
Sebagian bangsawan menerapakan sistem sewa tanah kepada para petani dengan
pembayaran berupa sebagian dari hasil panen.

(i). Budak

Budak-budak di Mesir umumnya adalah tawanan perang. Para budak ini banyak
ditemukan di dalam istana firaun dan di rumah-rumah para bangsawan. Selain
bertugas melayani rumah tangga, mereka juga disuruh bekerja di pertambangan
kerajaan dan mengurus hal-hal terkait kebersihan kuil.

Materi Pengayaan

Situs Peninggalan Mesir Kuno


1. Piramida
(a). Piramida Berundak

Sekitar tahun 2630 SM, rakyat Mesir mulai membangun piramida sebagai
makam raja-rajanya. Firaun pertama yang menggunakan piramida adalah firaun
Djoser. Ketika Djoser wafat, ia tidak dikuburkan di pemakaman tradisional di Abydos.
Djoser telah membangun makamnya sendiri di kota Saqqara.

Selain itu, ia juga meninggalkan makam tradisional Dinasti Kedua yang terbuat
dari bata lumpur. Makamnya terbuat dari batu dan harus tahan selamanya. Makam
firaun mengalami pergeseran makna bukan lagi sebagai tempat keberangkatan untuk
perjalan rohnya di dunia berikutnya, melainkan sebagai suatu tempat di mana sang
firaun akan terus hidup.

Di sekeliling makam Djoser, ditata sebuah kota lengkap untuk rohnya atau
sering disebut dengan nekropolis (kota arwah). Pada pusat kota arwah yang dibangun di
atas makam itu sendiri berdiri lah piramida pertama Mesir: Piramida Berundak. Enam
tingkat balok batu tegak menjulang dengan ketinggian sekitar 70 meter. Di bawahnya,
terdapat lorong-lorong menuju ke makam keluarga raja, yang digali di bawah tanah.

Gambar 1.2 Piramida Berundak


Sumber: http://wawasansejarah.com/peradaban-mesir-kuno/2018/02/18

Imhoteb, Wazir Djoser lah yang merancang dan memimpin pembangunan


struktur yang ganjil itu. Imhoteb adalah orang pertama yang mendesain sebuah
bagunan dari batu yang dipotong-potong. Piramida Berundak dapat dikatakan sebagai
perluasan dari sebuah bentuk pemakaman Mesir purba. Kuburan-kuburan layaknya di
Abydos dengan atap tertutup.

(b). Piramida Giza

Piramida Giza merupakan piramida terbesar yang dibangun pada masa Firaun Khufu
sekitar tahun 2600-2500 SM. Sesuai letaknya yang berada di Giza. Piramida Giza
dibangun dengan 2 juta balok batu, yang rata-rata setiap batu mempunyai berat 2,5 ton.
Gambar 1.3 Piramida Giza
Sumber: http://wawasansejarah.com/peradaban-mesir-kuno/2018/02/18

Layaknya Piramida Berundak, Piramida Giza dibangun lengkap dengan kompleksnya.


Kompleks tersebut tersusun dari: piramida utama, sebuah jalur pengantar ke bawah
menuju sebuah kuil lembah, sebuah kuil untuk persembahan di sebelah timur, dan tiga
piramida yang lebih kecil untuk para permaisuri khufu.

Piramida yang dibangun di dataran Giza itu memiliki puncak setinggi 160 meter. Sisi
luar piramida sangat seragam, masing-masing sisi memliki panjang sekitar230 mter,
dan di antara sisi hanya mempunyai selisih 20 cm. Proyek besar dan berat itu
membutuhkan waktu sekitar 23 tahun, pembangunan dikerjakan dengan peralatan
sederhana, tanpa binatang pengangkut batu atau roda.

Piramida terbesar kedua, dibangun oleh putra Khufu yang bernama Khafre. Khafre
memerintah dalam periode waktu lama. Khafre memerintah selama 64 tahun menurut
Manetho, dan 56 tahun menurut perhitungan Herodotus.

Piramida Khafre, yang sering disebut sebagai Piramida Kedua, hanya 10 meter lebih
rendah daripada Piramida Besar Khufu. Meskipun demikian, Khafre membangun
piramidanya di lahan yang lebih tinggi, sehingga pengunjung yang tidak begitu
memperhatikan akan terkecoh dan mengira bahwa Piramida Kedua lebih tinggi. Khafre
adalah pembangun terakhir piramida besar dan penguras terakhir energi rakyatnya.

2. Patung Sphinx

Monumen spektakuler lainnya yakni Patung Sphinx yang di buat oleh raja
Khafre. Patung yang terbuat dari batu kapur itu mempunyai bentuk misterius, sebagian
singa, dan sebagian elang, dengan wajah manusia. Patung raksasa ini menatap ke arah
timur.
Gambar 1.4 Patung Sphinx di Giza
Sumber: http://wawasansejarah.com/peradaban-mesir-kuno/2018/02/18

Patung Sphinx dipercaya menjaga tempat dimana jiwa akan berada secara abadi.
Penambahan wajah pada patung itu adalah salah satu upaya firaun untuk mengklaim
identititas mereka. Kemungkinan Khafre perlu menciptakan sebuah bukti baru
keilahiannya, untuk meredam kebencian terhadapnya.

Materi Remidial
Raja-raja yang termasyhur pada zaman ini di antaranya Khufu, Kefre, dan
Menkaure. Setelah raja-raja tersebut meninggal, kondisi keamanan di Mesir menjadi
lemah, hal ini disebabkan oleh adanya perubahan kepercayaan rakyat bahwa raja
adalah keturunan dewa dan timbulnya kerajaan-kerajaan kecil.

(b) Mesir Pertengahan

Setelah terjadi perpecahan, Mesir kembali disatukan oleh raja Sesotris III dari
Thebe. Bahkan Sesotris III mengembangkan wilayahnya dengan menguasai Nubia dan
Palestina. Pada masa pemerintahan Amenemhet III terjadi penambangan emas di
Gurun Sinai dan mendirikan kelompok besar istana yang dinamakan labirinth.

Setelah kematian Amenemhet III, muncul serangan dari bangsa Hykos yang
berasal dari Palestina dan mereka dapat menguasai Mesir dari ahun 1680-1580 SM.
Kedatangan bangsa Hykos memperkenalkan teknologi peralatan dari perunggu, seperti
peralatan pertanian, senjata dan alat rumah tangga. Bangsa Hykos menetapkan Kota
Awaris sebagai ibukota Mesir yang baru.

(c) Mesir Baru (Muda)

Bangsa Mesir dapat merebut kembali kekuasaannya dari bangsa Hykos. Raja
yang paling berjasa dalam perebutan kekuasaan dari bangsa Hykos adalah Firaun
Ahmosis karena ia sendiri yang memimpin serangan. Kekuasaan Mesir sempat meluas
ke Babylonia, Assyria, Cicillia, Cyprus pada saat kekuasaan Tutmosis II. Antara tahun
1367-1350 SM pada masa pemerintahan Amenhotep IV atau Akhenaton dan Nefertiti
mengajarkan monotheisme kepada bangsa Mesir dengan menganggap Dewa Matahari
sebagai satu-satunya dewa.

Akibat adanya pertentangan dengan para pendeta agama Amon, Amenhotep IV


memindahkan ibukota dari Thebe ke Al Amama. Setelah Amenhotep IV meninggal,
perselisihan tentang agama tidak terjadi lagi dan pendeta menunjuk Tut-Aankh-Amon
atau Tutankhamon sebagai firaun dan diharuskan tunduk kepada pendeta agama
Amon. Kekuasaan Mesir akhirnya selalu digantikan oleh negara lain yang
menjatuhkannya. Ini terjadi sejak pemerintahan Raja Ramses III (1198-1167 SM)
berakhir.

Smber Materi
1. Hapsari Ratna. 2016. Sejarah untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Erlangga.
2. http//www.wawasansejarah.com
3. http://www.wacana.co/2016/08/peradaban-mesir-kuno/

Anda mungkin juga menyukai