Anda di halaman 1dari 10

Peradaban Mesir Kuno

Peradaban Mesir Kuno adalah peradaban regional tertua kedua, yang muncul setelah
peradaban Sumeria. Jika orang-orang Sumeria yang membangun sistem drainase dan irigasi di
rawa belantara tanah genting di lembah bawah Sugai Trigris dan Eufret. Maka orang-orang
Mesir juga melakukan hal sama dengan membuka rawa belantara di lembah bawah dan delta
sungai Nil.

Orang-orang Mesir Kuno banyak mengadopsi kebudayaan nenek moyang Neolitik, dan
Chalelolitik. Selain itu mereka juga banyak mendapatkan pengaruh dari peradaban Sumeria.
Dalam perkembangannya, peradaban Mesir menjelma menjadi salah satu peradaban paling maju
pada masa kuno. Bahkan hingga saat ini, banyak peninggalan dari peradaban tersebut yang
membuat peneliti-peneliti masa modern berdecak kagum.

Mulai 5000 SM, tumbuh desa-desa pertanian di sepanjang Lembah Sungai Nil. Dalam
perkembangannya desa-desa itu membentuk kota-kota lalu kerajaan. Sekitar 3300 SM, terdapat
dua kerajaan di Mesir Kuno, yakni Mesir Hulu dan Mesir Hilir. Mesir Hulu terletak jauh di
selatan Delta Sungai Nil, sedangkan Mesir Hilir terletak dekat Delta Sungai Nil sekitar 3100 SM,
kedua kerajaan itu dipersatukan oleh Firaun Menes. Persatuan itu menandai mulainya
perdaban Mesir Kuno yang menghasilkan sejumlah peninggalan yang menakjubkan dunia.

A. SISTEM KEKUASAAN RAJA


Sistem pemerintahan peradaban Mesir Kuno adalah kerajaan. Berarti, kekuasaan tertinggi
berada di tangan raja. Menurut kepercayaan Mesir Kuno, kedudukan raja yang mutlak (absolut)
itu sesuai dengan kehendak para dewa. Mereka percaya bahwa raja adalah turunan dewa
matahari bernama Re. Dewa tersebut dianggap sebagai raja pertama Mesir.

Raja dianggap amat suci sehingga rakyat biasa tidak boleh berhadapan langsung dengan raja
(melihat muka raja), bahkan menyebut nama raja. Bila mau menyebut nama raja, rakyat Mesir
kuno menyebut istilah Per-O (artinya Istana Agung) sebagai ganti nama raja. Dari istilah
itulah, diperoleh sebutan Pharao atau Firaun untuk raja Mesir Kuno.
Tanggung jawab Firaun Mesir :
Memerintah dengan adil.
Memelihara keseimbangan alam semesta.
Mengatur kelancaran sistem panen dan irigasi.
Mengatur pemerintahan, hukum, dan kebijakan luar negeri.
Memimpin angkatan perang.
Memimpin upacara keagamaan.
a. Oganisasi Pemerintahan Mesir Kuno
Peradaban Mesir Kuno yang tinggi didukung oleh organisasi pemerintahan yang mantap.
Dalam menjalankan pemerintahanriya, raja dibantu oleh sejumlah pejabat dan pegawai. Masing-
masing sudah memiliki kedudukan dan tugas yang jelas. Pejabat tertinggi di bawah raja adalah
vassal, (raja bawahan): satu untuk Mesir Hulu, satu untuk Mesir Hilir. Vassal Mesir Hulu
berkedudukan di Memphis, vassal Mesir Hilir berkedudukan di Thebe. Tugas utama vassal
adalah memantau pelaksanaan kebijakan pusat dan pengumpulan pajak.

Vassal membawahi sejumlah pegawai, juru tulis, dan duta. Pegawai bertugas menangani urusan
keuangan, bangunan kerajaan, lumbung, dan peternakan. Juru tulis (sikretris) bertugas mencatat
seluruh kegiatan pemerintahan sehingga pemerintah mengetahui sejauh mana kebijakan dan
aturan dijalankan. Duta bertugas menangani hubungan luar negeri

b. Sejarah Pemerintahan Mesir Kuno

1. Kerajaan Mesir Tua (3100-2134 SM)

Kerajaan Mesir Tua berlangsung sejak masa pemerintahan Firaun Menes


sampai pemerintahan Firaun Pepi II. Mesir dipersatukan di b awah pemerintah pusat yang kuat.
Sebagai Raja Mesir Tua yang pertama, Firaun Menes bergelar Nesut-biti, yang artinya raja
bermahkota kembar. Mahkota kembar melambangkan keberhasilannya mempersatukan Mesir
Hulu dan Mesir Hilir. Masa Kerajaan Mesir Tua dikenal sebagai Abad Piramida. Pada masa
itulah dibangun sejumlah piramida raksasa. Firaun terkenal selain Menes dan masa itu antara lain
Zoser, Cheops, Chefren, dan Mekaure.

Pada masa Kerajaan Mesir Tua, ibu kota terletak di Memphis. Ketika itu, Mesir dibagi atas 42
distrik aministratif yang disebut nomes. Masing-masing nomes dipimpin oleh seorang pejabat.
Mula-mula, masa tugas pejabat di nomes berlangsung singkat. Setelah selesai, mereka kembali
ke Memphis. Lama kelamaan, pejabat ini menetap secara permanen di nomes, dan disebut
nomarch. Mereka menjadi penguasa di nomesnya masing-masing. Bahkan, jabatan nomarch
dipegang seumur hidup dan berlaku turun-temurun. Semasa Firaun Pepi II berkuasa, pemerintah
pusat menjadi lemah karena persaingan di antara nomarch. Masing-masing mempunyai
kepentingan politik dan ekonomi. Persengketaan dan persaingan kekuasaan yang berlarut larut
membuat persatuan Mesir tidak bisa dipertahankan lagi. Setelah Pepi II meninggal, Mesir
terpecah belah. Keadaan itu menandai berakhirnya masa Kerajaan Mesir Tua.

2. Kerajaan Mesir Pertengahan (2040-1640 SM)


Masa Kerajaan Mesir Pertengahan diawali oleh keberhasilan Firaun Mentuhotep II dari Thebe
menaklukkan raja Herakleopolis. Mesir dipersatukan kembali dengan ibu kotanya Thebe. Untuk
memperkuat pemerintahan pusat, Mentuhotep melakukan pembersihan terhadap berbagai pihak
yang melawan kebijakannya. ia juga mengangkat sejumlah tokoh dan Thebe yang loyal (setia)
menjadi pejabat penting dalam pemerintahan.

Masa Kerajaan Mesir Pertengahan sempat ditandai perebutan kekuasaan. Ketika itu,
Amenemhet I berhasil menggulingkan Mentuhotep IV. Amenemhet I kemudian memindahkan
ibu kota Mesir ke Itjawy dekat Memphis. Akan tetapi, kudeta itu tidak mengakhiri Kerajaan
Mesir Pertengahan. Bahkan, kerajaan itu mengalami kejayaan semasa pemerintahan Amenemhet
I dan para penggantinya. Firaun terkenal dari masa itu antaralain Senusret I, Senusret III, dan
Amenemhet III.

Pada awal masa Kerajaan Mesir Pertengahan, pengaruh para nomarch masih kuat. Sepak terjang
mereka dapat membahayakan persatuan Mesir. Untuk mengatasi masalah itu, Senusret III
melakukan reorganisasi. Nomes dihapuskan. Sebagai gantinya, Mesir dibagi menjadi 3 daerah
administratif yang disebut waret. Sejak pemerintahan Ratu Sobek-neferu, pemerintahan pusat
semakin lemah. Sementara itu, muncul persaingan di antara pejabat pemerintahan.

Mesir kembali terpecah belah. Kondisi Mesir yang Iemah mengundang invasi musuh dari luar.
Akhir Kerajaan Mesir Pertengahan ditandai oleh serangan bangsa Hyksos dan Timur tengah
Selanjutnya, Mesir diperintah oleh bangsa dan rumpun Semit itu. Ibu kota Mesir berpindah ke
Awaris.

3. Kerajaan Mesir Baru (1552-1069 SM)

Kerajaan Mesir Baru diawali oleh keberhasilan pasukan Mesir dibawah


pimpinan Ahmosis mengusir bangsa Hyksos. Masa ini merupakan masa paling gemilang
dibandingkan dua masa sebelumnya. Mesir membangun armada militernya menjadi amat kuat
sehingga mampu memperluas wilayah ke Asia Barat. Dengan kekuatan militernya, Mesir
menjadi kerajaan yang amat disegani di wilayah sekitar Laut Tengah ketika itu.
Kejayaan Kerajaan Mesir Baru didukung oleh keunggulan raja-raja yang memerintah.
Firaun ternama dari masa itu antara lain :

Firaun Ternama :
Ahmosis
Tuthmosis III
Amenhotep IV
Tutankhamun
Ramses II
Ramses III Masa Kerajaan Mesir Baru juga ditandai oleh tampilnya para ratu. Mereka
memiliki pengaruh politik. Bahkan, Hatshepsut (permaisuri Tuthmosis II) pernah menjadi
penguasa tertinggi di Mesir, sebelum putera tirinya Tuthmosis III naik tahta. Keruntuhan
Kerajaan Mesir baru mulai muncul setelaah Ramses III meninggal. Terjadi persaingan di antara
kalangan pejabat tinggi dan pemimpin agama, ditambah dengan korupsi yang merajalela. Mesir
kembali terpecah belah. Sejumlah wilayah taklukan melepaskan diri atau bahkan menyerbu
masuk ke Mesir, seperti bangsa Libya dan Nubia. Sejak tahun 1069 SM, Mesir berada di bawah
kendali kerajaan asing, seperti Nubia, Assyria, Persia, Macedonia, dan Romawi.

B. SISTEM KEPERCAYAAN

Sistem kepercayaan Mesir kuno adalah polytheisme. Artinya, menyembah


banyak dewa-dewi. Bangsa Mesir mengenal sekitar 2000 dewa-dewi. Ada dewa-dewi yang
bersifat nasional, artinya disembah seluruh rakyat Mesir Kuno. Ada pula dewa-dewi yang
bersifat lokal, artinya disembah rakyat Mesir dan kalangan tertentu dan di wilayah tertentu saja.

Dewa-dewi yang disembah secara nasional ternyata berbeda dari masa kerajaan yang satu ke
masa kerajaan yang lain. Pada masa Kerajaan Mesir Tua, pemujaan utama terarah kepada Re,
dewa matahari. Untuk memuja Re, bangsa Mesir Kuno membangun kuil di Heliopolis. Pada
masa Kerajaan Mesir Pertengahan, pemujaan utama terarah kepada Osiris, dewa hakim di alam
baka. Kemudian, pada masa Kerajaan Mesir Baru, pemujaan utama terarah kepada Dewa Amun,
raja para dewa.

Dewa tersebut sering disembah bersama dewa matahari sehingga digabung menjadi Dewa
Amun-Re. Pembaharuan keagamaan pernah terjadi saat Amenhotep IV memerintah, semasa
Kerajaan Mesir Baru. Raja itu mengubah agama Mesir yang polytheis menjadi monotheis.
Meskipun ditentang kalangan pendeta Amun-Re, ia menciptakan ibadah kepada satu dewa, yakni
Aten, yang dilambangkan dengan cakram matahari. Dewa-dewi lain dianggap tidak ada. Namun,
setelah raja tersebut meninggal, ibadah kembali terarah kepada Amun-Re dan dewa-dewi
lainnya.
Dewa-dewi Mesir :
Amun: raja para dewa,
Re: dewa matahari,
Shu: dewa udara,
Set: dewa gurun, badai, dan bencana,
Osiris: dewa hakim di alam baka
Min: dewa kesuburan,
Khonsu: dewa bulan,
Anubis: dewa kematian,
Maat: dewi keadilan dan kebenaran.
Selanjutnya, kepercayaan Mesir Kuno tidak dapat dilepaskan dari tradisi pengawetan jenasah
mummi. Tradisi itu memperlihatkan kepercayaan Mesir Kuno bahwa orang yang telah mati akan
hidup abadi asalkan raganya tetap utuh. Mummi yang terkenal antara lain jenasah Tutankhamun,
firaun dan masa Kerajaan Mesir Baru, yang ditemukan oleh arkeolog Inggris pada tahun 1922.

C. SISTEM TULISAN

Bangsa Mesir kuno telah mengenal tulisan


sejak 3300 SM. Tulisan itu berupa gambar (pictogram), tiap abjad dilambangkan dengan gambar
tertentu. Bangsa Mesir Kuno menamai sistem tulisannya sebagai sabda para dewa. Sebutan
itu diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani menjadi hieroglyph, yang artinya tulisan suci.
Itulah sebabnya, sampai sekarang kita menyebut tulisan Mesir Kuno sebagai hieroglyph. Bangsa
Mesir Kuno memahat tulisan hieroglyph pada dinding bangunan. Di samping itu, mereka pun
menulis dengan semcam kuas ataupun pena dan tinta pada lembaran papyrus. Lembaran itu
terbuat dari dedaunan yang banyak tumbuh di Timur Tengah. Dan kata papyrus itulah diperoleh
kata paper untuk kertas.

Tidak semua rakyat Mesir Kuno sanggup menulis. Tulisan hieroglyph memerlukan keahlian
khusus. OIeh karena itu, orang yang terampil menulis hieroglyph (juru tulis) mendapat perlakuan
khusus. Perlakuan itu membuat juru tulis memperoleh hak dan kedudukan istimewa. Dengan
mudah mereka memperoleh pekerjaan di kuil-kuil dan dalam pemerintahan. Telah kita ketahui
bahwa juru tulis menjadi bagian dari organisasi pemerintahan Mesir Kuno. Dalam
perkembangannya, tulisan hieroglyph hanya untuk keperluan keagamaan (kitab-kitab suci) dan
pemerintahan (hukum, laporan pajak,panen, dan urusan pemerintahan lain). Sedangkan untuk
keperluan lainnya digunakan sistem tulisan lain, yaitu hieratis dan demofis. Tulisan hieratis
digunakan semasa Kerajaan Mesir Tua, sedangkan tulisan demotis digunakan sejak 700-an SM.
D. SISTEM PENANGGALAN
Bangsa Mesir Kuno amat tertarik pada astronomi (ilmu perbintangan). Mereka telah memahami
adanya perbedaan antara planet-planet dan bintang-bintang. Pengetahuan itu mereka gunakan
untuk membuat sistem penanggalan. Penanggalan Mesir Kuno berdasarkan peredaran bintang-
bintang. Bintang yang merek anggap penting adalah Sopdet (Sirius). Berdasarkan pengamatan
mereka, Sopdet menghilang di balik cakrawala pada saat yang sama setiap tahun, dan muncul
kembali tepat 70 hari kemudian sebelum matahari terbit. Kemunculan itu bersamaan dengan
naiknya permukaan Sungai Nil yang mengawali banjir tahunan. Bangsa Mesir Kuno menyebut
saat itu sebagai tahun baru. Mereka menyebutnya wepet renpet

Penanggalan yang pertama itu dibuat semasa Kerajaan Mesir Tua. Tokoh yang berjasa membuat
penanggalan itu bernama imhotep, seorang imam agung, arsitek, dan dokter semasa
pemerintahan Firaun Sozer. Berdasarkan penanggalan itu, 1 tahun terdiri atas 365 hari.
Penanggalan itu juga mengenal tahun kabisat. Ketika Julius Caesar dari Romawi mengunjungi
Mesir, ia terkagum-kagum oleh sistem penanggalan bangsa itu. Berdasarkan penanggalan Mesir
itu, ia membuat sistem penanggalan Romawi yang di kemudian hari menjadi dasar penanggalan
Masehi sekarang ini.

E. BANGUNAN

Sejak masa Kerajaan Mesir Tua, peradaban Mesir Kuno mampu


menghasilkan bangunan yang menakjubkan. Adanya beragam bangunan yang megah itu
menunjukkan bahwa bangsa Mesir Kuno telah mengenal seni arsitektur. Sebelum
mulaimembangun, para arsitek membuat gambar rancangan dan model bangunan yang akan
dibuat. Setelah disetujui raja, pengerjaan dapat dilakukan. Bangunan itu antara lain sebagai
berikut.

1. Piramida
Piramida adalah membangun raksasa dari batu yang digunakan sebagai makam raja-raja
beserta keluarga mereka. Piramida pertama dibangun oleh Imhotep untuk makam Firaun Sozer.
Piramid itu terdapat di Sakkara. Sejumlah piramida termashur lainnya terdapat di Giza (Gizeh)
untuk makam Firaun Cheops (Khufu), Chefren, dan Mekaure.

Pembangunan piramida didasari oleh penghargaan tinggi bangsa Mesir Kuno terhadap raja-raja
mereka. Sebagai turunan dewa, pemimpin politik, sekaligus keagamaan raja harus diabadikan
dalam suatu monumen yang pantas dikenang sepanjang masa. Maka, dibangunlah piramida yang
membutuhkan banyak tenaga dan waktu.

2. Sphinx
Sphinx adalah bangunan raksasa dan batu berupa singa berkepala manusia (wajah raja Mesir).
Sphinx merupakan perwujudan Dewa Re. Biasanya sphinx dibangun di depan piramida sebagai
penjaga. Hal itu sebagai lambang lindungan dewa matahari terhadap raja. Sphinx terbesar
terdapat di Giza.

3. Obelisk
Obelisk adalah bangunan batu berupa tugu. Pembangunan obelisk dimaksudkan untuk memuja
Dewa Re. Bangunan yang dianggap suci itu itu juga berfungsi mencatat kejadian-kejadian
penting. Itulah sebabnya, pada dinding obelisk dijumpai tulisan hieroglyph.

4. Kuil
Kepercayaan Mesir Kuno yang bercorak polytheis tidak dapat dilepaskan dan kuil. Oleh karena
itu, peradaban Mesir Kuno meninggalkan sejumlah kuil yang megah. Kuil itu dibangun untuk
memuja dewa tertentu. Kuil peninggalan Mesir Kuno antara lain sebagai berikut.
Kuil Dewa Re di Heliopolis, yang dibangun semasa Kerajaan Mesir Tua.
Kuil Hatshepsut di Deir-el Bahari, yang dibangun semasa pemerintahan Hatshepsut.
Kuil Aten di Tel el Amarna, yang dibangun semasa pemerintahan Amenhotep IV.
Kuil Dewa Amun di Karnak, yang dibangun semasa pemerintahan Ramses II.
Kuil di Medinet Habu, yang dibangun semasa pemerintahan Ramses III
Peradaban Yunani Kuno

Peradaban Yunani Kuno tumbuh di atas tanah yang tidak begitu subur layaknya peradaban
Mesir Kuno atau peradaban Sungai Hoang Ho (Sungai Kuning). Yunani sendiri dibagi menjadi
dua bagian yaitu bagian selatan yang beriklim panas-dingin serta bagian utara yang beriklim
dingin-bersalju. Selain itu, kondisi demografi wilayah Yunani yang berupa jurang terjal,
pegunungan tinggi dan pantai bertebing curam membuat masyarakatnya hanya bisa
mengandalkan hidup berpindah-pindah secara berkoloni. Wilayah Yunani bagian utara dengan
tengah dihubungkan oleh pegunungan tinggi sedangkan Yunani tengah dengan selatan
dihubungkan dengan Tanah Genting Chorento. Pada umumnya, hujan sangat jarang turun di
wilayah Yunani namun karena wilayahnya terletak di daerah mediterania iklimnya menjadi sejuk
dan cocok untuk menanam buah zaitun dan anggur.

Wilayah Yunani Kuno sebelumnya dihuni oleh Bangsa Kreta (ras Indo-Jerman) yang akhirnya
keluar dari wilayah Yunani menuju Palestina (orang Philistin) sekitar pada tahun 1250 SM.
Kemudian sekitar tahun 1100 SM nenek moyang Bangsa Yunani masuk ke wilayah Yunani yang
kemudian menetap sebagai penduduk, yakni bangsa Yonia.

Secara umum kita dapat menggolongkan perkembangan Bangsa Yunani kedalam 4 periode,
yakni:

1. Fase pembentukan negara-negara kota (Polis) yang berlangsung antara 1000-800 SM,

2. Fase kolonisasi polis-polis Yunani. Ekspansi polis-polis Yunani ke arah barat sampai ke Italia
Selatan sedangkan ke arah Timur sampai ke Asia Kecil (Troya),

3. Fase kejayaan polis-polis Yunani (600-400SM),

4. Fase Keruntuhan Yunani (400-300 SM), tapi kebudayaan Yunani berkembang di luar daerah
Yunani itu sendiri.

Bangsa Yunani Kuno terbagi terpecah menjadi 3 golongan, yakni antara lain:

a. Bangsa Doria, tinggal di Jazirah Peloponesos, dimana ibu kotanya adalah Spartha,

b. Bangsa Yonia, tinggal di Jazirah Attica, ibu kotanya di Athena,

c. Bangsa Aeolia, tinggal di Yunani bagian Utara,ibu kotanya di Olympia dan Delphi.

Setiap dari bangsa-bangsa tersebut, mereka saling mendiami di wilayah masing-masing dengan
membangun bangunan-bangunan yang dikelilingi oleh benteng pertahanan dan mereka memiliki
pemerintahan, sistem politik, kebijakan ekonomi dan hukum sendiri-sendiri. Dari ketiga Bangsa
Yunani Kuno tersebut, pusat pemerintahannya yang sangat berkembang yaitu Polis Spartha dan
Athena. Meskipun masyarakatnya tersebar, Bangsa ini tetap bersatu. Hal ini disebakan oleh:

b. Sama-sama sebagai pemuja Dewa Zeus yakni dewa tertinggi Yunani,


c. Adanya pekan olah raga olimpiade yang setiap empat tahun sekali akan digelar. Acara ini
untuk menghormati Dewa Zeus,

d. Populernya cerita tentang kepahlawanan hasil karya Homeros, yaitu Ilias dan Odisea,

e. Adanya kesatuan upacara nujum yang sangat terkenal di Delphi.

Polis Athena merupakan Polis yang menerapkan sistem Demokrasi (kekuasaan berada di tangan
dewan rakyat) yang diperkenalkan oleh Solon antara tahun 638 SM 559 SM). Pelaksanakan
pemerintahan dilakukan oleh 9 orang Archon yang akan diganti tiap tahunnya. Kinerja Archon
akan diawasi oleh Aeropagus (Mahkamah Agung)yang anggotanya merupakan mantan anggota
Archon. Polis Athena banyak sekali menghasilkan para filosof seperti Tahles, Anaximander,
Anaximenes, Pytagoras, Heraclitus, Parmenindes, Hippocartus, Socrates, Plato dan Aristoteles.
Untuk lebih jelasnya akan kita bahas di artikel Para Filosof dari Athena.

Pada tahun 625 SM, Lycurgus telah memperkenalkan pola pemerintahan yang bergaya
militeristik kepada pemerintahan Spartha dimana pemerintahan di pegang oleh dua orang raja
dan pemerintahan tertinggi dipegang oleh Ephor yang anggotanya terdiri dari 5 orang. Setiap
Ephor memiliki dewan tua (berusia 60 tahun) yang bertugas menyiapkan undang-undang yang
nantinya diajukan kepada dewan rakyat (wakil rakyat). Sedangkan untuk masyarakat awam -
khususnya pemuda-, mereka akan diseleksi masuk sebagai tentara.

Gambar. Peta wilayah peradaban Yunani Kuno (Sumber: pendidikan4sejarah.blogspot.com)

Antar polis di Yunani Kuno sering terjadi perebutan wilayah hingga memicu peperangan namun
tatkala terjadi serangan dari Bangsa Persia, mereka justru bersatu terutama polis Athena dan
polis Spartha. Adapun peperangan antara Bangsa Yunani dan Bangsa Persia telah terjadi
beberapa kali.
a. Perang Persia-Yunani I terjadi pada tahun 492 SM. Peperangan antara Yunani dan Persia
tidak terjadi karena sebelumnya armada tempur Persia dihancurkan oleh badai dan terpaksa harus
menarik pasukan lebih awal.

b. Perang Persia-Yunani II terjadi pada tahun 490 SM. Pertempuran terjadi di daerah Marathon
dimana dalam pertempuran itu berhasil dimenangkan oleh bangsa Yunani. Para prajurit Yunani
harus berlari sepanjang 42 km antara daerah Marathon dan Athena dalam rangka berkonsolidasi
dan meminta bantuan.

c. Perang Yunani-Persia III. Pasukan Persia melawan pasukan Yunani di daerah Termopile.
Persia dapat dipukul mundur namun Raja Spartha terbunuh dalam pertempuran.

Lambat laun peperangan antara Bangsa Persia dengan Bangsa Yunani meredup. Keadaan politis
di Yunani Kuno mulai berubah dimana para polis-polis melakukan koalisi militer. Ada dua
koalisi yaang terbentuk yakni Persatuan Peloponessos (Spartha dan beberapa polis lainnya) dan
Persatuan Delosatika (Athena dan polis lainnya). Kedua koalisi tersebut pada akhirnya saling
beberapa kali berperang (Perang Peloponessos) sehingga mengakibatkan kekuatan polis-polis
melemah. Kesempatan ini kemudian dimanfaatkan oleh Bangsa Macedonia dibawah
kepemimpinan Alexander Agung untuk menguasai Yunani. Namun setelah Alexander Agung
wafat, akhirnya wilayahnya menjadi terpecah-pecah menjadi beberapa bagian yakni Yunani,
Syria dan Mesir.

Anda mungkin juga menyukai