Anda di halaman 1dari 18

Perkembangan Pers di Indonesia

1. Pengertian Pers
Apa bedanya jurnalistik dengan pers? Dalam pandangan orang awam, jurnalistik dan
persseolah sama atau bisa dipertukarkan satu sama lain. Sesungguhnya tidak, jurnalistik
menujuk pada proses kegiatan, sedangkan pers berhubungan dengan media. Dengan
demikian jurnalistik pers berarti proses kegaitan mencari, menggali, mengumpulkan,
mengolah, memuatdan menyebarkan berita melalui media berkala pers yakni sura kabar,
tabloid atau majalahkepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya.
2. Sejarah Pers Indonesia
BEBERAPA hari setelah teks proklamasi dibacakan Bung Karno, dari kota sampai ke
pelosok telah terjadi perebutan kekuasaan dalam berbagai bidang, termasuk pers. Yang
direbutterutama adalah peralatan percetakan. Perebutan kekuasan semacam ini telah
terjadi di perusahaan koran milik Jepang yakni
Soeara Asia (Surabaya), Tjahaja(Bandung) dan Sinar Baroe
(Semarang). Dan pada tanggal 19 Agustus 2605 koran-koran tersebut telah terbitdengan
mengutamakan berita sekitar Indonesia Merdeka. Dalam koran-koran
Siaran Istimewa itu telah dimuat secara mencolok teks proklamasi. Kemudian beberapa
berita penting seperti"Maklumat Kepada Seluruh Rakyat Indonesia", "Republik Indonesia
Sudah Berdiri","Pernyataan Indonesia Merdeka", "Kata Pembukaan Undang-Undang
Dasar", dan lagu"Indonesia Raya".Di bulan September sampai akhir tahun 1945, kondisi
pers RI semakin kuat, yang ditandaioleh mulai beredarnya
Soeara Merdeka(Bandung) dan Berita Indonesia
(Jakarta),Merdeka,Independent , Indonesian News Bulletin ,
Warta Indonesia , danThe Voice of Free Indonesia. Dimasa itulah koran dipakai alat untuk
mempropagandakan kemerdekaan Indonesia. Sekalipunmasih mendapat ancaman dari
tentara Jepang, namun dengan penuh keberanian mereka tetapmenjalankan tugasnya.
Dalam masa klas pertama di tahun 1947, pers kita terbagi dua.Golongan pertama tetap
bertugas di kota yang diduduki Belanda. Dan golongan kedua telahmengungsi ke
pedalaman yang dikuasai RI. Sekalipun aktif di wilayah musuh, yang selaludibayangi
ancaman pemberedelan dan bersaing dengan koran Belanda, golongan pertamatetap
menerbitkan koran yang berhaluan Republikein.Yangterkenal di masa itu antara
lainMerdeka Waspada ,danMimbar Umum. Demikian pula yang bergerilya ke
pedalaman,dengan peralatan dan bahan seadanya, koran mereka senantiasa menjaga agar
jiwa revolusitetap menyala. Di masa itu telah beredar koran kaum gerilya, yakni Suara
Rakjat , Api Rakjat ,Patriot, Penghela Rakjat, d a n Menara. Koran-koran ini dicetak
di atas kertas merang ataustensil dengan perwajahan yang sangat sederhana

2.1 Sejarah Pers Kolonial


Sejak awal, Pertja Selatan menjadi satu-astunya surat kabar yang beredar di
Palembang, yang berani mengkritik pemerintahan kolonial Hindia Belanda.
Wartawan maupun korannya beberapa kali diperingati atau mendapat sanksi oleh
pemerintah kolonial Hindia Belanda.Bahkan, Tjondrokoesoemo, seorang wartawan
yang berani, terpaksa diganti oleh Mas Arga,setelah mendapat tekanan dari
pemerintahan colonial tersebut.Pertja Selatan berakhir setelah Jepang masuk ke
Indonesia, khususnya di Palembang. Sebabhampir semua surat kabar yang terbit di
masa colonial Hindia Belanda diberangus ataudibubarkan oleh Jepang.Di masa
pendudukan Jepang, di Palembang terbit surat kabar Shimbun Palembang.
Suratkabar ini tentu saja dibuat untuk kepentingan para Jepang, sehingga selama
proses pembuatan, pencetakan, hingga penyebaran di bawah pengawasan para
penguasa Jepang. Nungcik Ar tercatat sebagai pimpinan Shimbun
Palembang.Setelah Indonesia merdeka, Nungcik Ar bersama sejumlah wartawan
lainnya yangsebelumnya bekerja di Shimbun Palembang menerbitkan Soematra
Baroe pada 5 September 1945, kemudian pada Juni 1946 namanya berganti menjadi
Obor Rakjat yang salah seorang pemimpin redaksinya Adnan Kapau (AK) Gani,
yang kemudian menjadi tokoh PNI, danmenteri dalam kepemimpinan Soekarno-
Hatta di Jakarta (Tribuana Said, Sejarah Pers Nasional dan Pembangunan Pers
Pancasila, 1988).Satu hari setelah peristiwa 30 September 1965, PWI memecat dan
membrediel wartawan dansurat kabar yang dinilai terlibat dalam peristiwa 30
September 1965 atau pada masa OrdeLama berada dalam satu kelompok dengan
pihak komunis. Surat kabar yang dibridel ataudilarangan terbit itu adalah Fikiran
Rakjat dan Trikora dilarang terhitung sejak 1 Oktober 1965. Beberapa hari
kemudian, 23 Oktober 1965, 16 wartawan harian Fikiran Rakjat dipecatoleh PWI. Di
antaranya, M Uteh Riza Yahya, H.H. Syamsuddin, R. Abubakar H. R, danAbdullah
Hasan.Setahun kemudian, suhu politik terus meningkat. Beberapa pendukung
Soekarno tetapmelakukan perlawanan, Termasuk para wartawannya. Djohan
Hanafiah, yang tercatat sebagaiwartawan surat kabar Panji Revolusi sempat ditahan,
lantaran dirinya dan beberapa wartawandari media yang berapiliasi ke PNI itu
dituduh merusak atau merobek surat kabar yangmendukung Orde Baru di bawah
kepemimpinan Soeharto.Tahun 1970-an, surat kabar yang terkait dengan masa
perjuangan dan kemerdekaan Indonesiatampaknya sudah mati. Beberapa surat kabar
yang baru muncul, seperti Suara RakyatSemesta, Sumatera Ekspres, dan Garuda
Post.Digambarkan Soleh Thamrin, pendiri harian Sriwijaya Post atau disingkat
namanya menjadiSripo, campur tangan pemerintah terhadap pers di Indonesia di
masa Orde Baru tidaklah berbeda di masa colonial Hindia Belanda, Jepang, maupun
Orde Lama. Beberapa pers dinasional merasakan tangan besi pemerintahan
Soeharto. Misalnya yang dialami harianIndonesia Raja pimpinan Mochtar Lubis
yang kembali dibridel pada tahun 1974. Bersama pula dibriedel sejumlah surat kabar
seperti Kami, Abadi, The Jakarta Times, dan mingguanWenang dan Pemuda
Indonesia. Pembriedelan ini terkait masalah Malari (MalapetakaLimabelas
Januari).Tahun 1980-an akhir hingga 1990-an, muncul sejumlah wartawan muda
yang bermimpi inginmelahirkan surat kabar yang benar-benar berfungsi sebagai
media massa.Soleh Thamrin sendiri salah satu wartawan muda di Palembang yang
memiliki keinginantersebut. Dia pun memulai tahun 1986 dengan menerbitkan
harian Radar Selatan bersama sejumlah wartawan. Harian ini berusia 11 bulan.
Harian Radar Selatan terbit bersamaSumatera Ekspres, Garuda Post, dan Suara
Rakyat Semesta, yang lebih dulu terbit diPalembang.Memasuki abad millennium
ketiga, surat kabar di Palembang bukan hanya menghadapi persaingan modal,
ancaman kekerasan, profesionalitas pekerjanya, juga perkembanganteknologi yang
menyebabkan persaingan penyediaan informasi kian meningkat.Keberadaan internet
dan televisi, misalnya, menyebabkan surat kabar harus mampumenyajikan berita
lebih mendalam dan menarik, sebab media internet atau media online dantelevisi
telah memberikan penyajian berita secara cepat.Dari puluhan media massa di
Palembang dan sekitarnya, tampaknya hanya Sriwijaya Post danSumatera Ekspres
yang memanfaatkan secara optimal atau serius. Sriwijaya Post
denganwww.sripoku.com dan Sumatera Ekspres dengan situs
ww.sumeks.co.id.Persaingan di dunia internet ini juga tidak gampang. Surat kabar
selain mengimbangi mediaonline, juga harus berhadapan dengan weblog atau situs
pribadi, serta jejaringan social, yangterkadang memberikan pertukaran informasi
antarmasyarakat lebih cepat dari media massaonline sekalipun

2.2 Sejarah Pers China


Sejarah perkembangan pers di dunia khusunya di China tak pernah jauh
merupakancerminan dari pada zaman Romawi dan ditandai dengan lahir
wartawan-wartawan pertama.W a r t a w a n - w a r t w a n i n i t e r d r i a t a s budaj-
budak belian yang leh pemiliknya dib e r i t u g a s mengumpulkan informasi,
berita-berita, bahkan juga menghadiri sidang-sidang senat danmelaporkan
semua hasilnya baik secara lisan maupun tulisan.Surat kabar cetakan pertama
baru terbit pada tahun 911 di Cina. Namanya King Pau,Surat kabar milik
pemerintah yang diterbitkan dengan suatu peraturan khusus dari
Kaisar Quang Soo ini, isinya adalah keputusan -keputusan rapat-rapat
permusyawaratan dan berita- berita dari istana

2.3 Sejarah Pers Nasional Indonesia


Tentang pelaksanaan fungsi-fungsi pokok pers nasional dalam era
pembangunan nasionalkita berpendapat, implementasi fungsi-fungsi pers nasional
di Indonesia secara umum berjalansesuai dengan konsep fungsi dan peranan pers
yang dikemukakan para ahli komunikasi mulaidari Wilbur Schramm, Melvin
De Fleur sampai Charles Wright yang secara sosiologis dan politis tidak
pernah berubah. Media cetak maupun media elektronik selalu mempunyai
empatfungsi dan peranan, yaitu fungsi pengawasan lingkungan
(surveillance of the environment),fungsi korelasi (upaya menghubungkan
antarbagian dalam masyarakat), fungsi sosialisasi (sumbangan media dalam
proses pewarisan nilai-nilai budaya dari generasi ke generasi) danfungsi hiburan
Perkembangan Pers Nasional terdiri dari :
1. Pers pada masa Penjajahan Belanda dan Jepang
wal masuknya pers di Indonesia terjadi pada tahun 1712, namun pemerintah
VOCmelarangnya, karena khawatir saingan VOC akan memperoleh keuntungan dari berita
dagang
yang dimuat di koran itu. 32 tahun kemudian terbit koran dengan nama
Bataviase Nouvelles
,namun itupun hanya bertahan dua tahun karena dilarang kembali oleh Belanda dengan
alasan, pemberitaannya membahayakan Belanda. Intervensi media massa pada saat itu
sangat ketatsampai abad ke-20.Awal abad 20, pers mulai dijadikan sebagai alat perjuangan
oleh sejumlah organisasi politik (boedi oetomo, SI,Indische Partji, PKI, PNI,...) yang pada
pada saat itu menjadi wadahuntuk menyuarakan gagasan-gagasannya, sedangkan Pada masa
penjajahan Jepang, penguasamiliter Jepang menempatkan
shidooin
(penasihat) di bagian redaksi dalam setiap surat kabar dengan tujuan untuk mengontrol
media secara langsung. Pada tahun 1960 pemerintahmenetapkan 19 pasal yang mengatur
mengenai penerbitan yang secara keseluruhan bersifatkewajiban pers untuk mendukung
politik pemerintah.Tonggak politis yang pertama dari penguasa orde baru mengenai pers
adalah UU pokok pers No.11/66 jo UU No.4/1967,namun prakteknya sangat berbeda
dengan yang tertulisdi peraturan tesebut, karena pertimbangan politik pemerintah pada saat
itu lebih besar daripada pertimbangan perundangan. Dalam UU pokok pers dinyatakan
bahwa pers nasional tidak dikenakan sensor dan pembredelan, namun pasca peristiwa malari
1978 tujuh surat kabar ibukota dibredel. Kejadian itu juga yang menjadi awal pemusatan
kekuasaan ditangansegelintir elit
(rezim Soeharto)
yang menjangkau semua sektor kehidupan termasuk mediamassa di dalamnya.Pasca
jatuhnya rezim ORBA pada tahun 1998 dan dikeluarkannya UU No.40/1999,ratusan surat
kabat terbit tanpa SUPP setelah keharusan itu dicabut oleh menpen yang padasaat itu dijabat
oleh Yusuf Yosfiah. Pers kini lebih sering menjadi
broker
Yang menyuarakan kepentingan penguasa dan pengusaha yang memiliki modal, pun
demikiandengan para penguasa dan pengusaha tersebut, mereka bisa membuat media yang
akanmendukung kesuksesan menuju yang mereka inginkan. Kebijakan itu juga yang pada
akhirnyamemberikan alasan kuat bagi lahirnya pers industri yang berorientasi pemodal dan
menggeser pers idealis yang berorientasi rakyat jelata.

2. Pers pada masa Revolusi Fisik (1945-1949)


Pada masa ini, pers sering disebut sebagai pers perjuangan. Pers Indonesia menjadi salah
satualat perjuangan untuk kemerdekaan bangsa Indonesia. Beberapa hari setelah teks
proklamasidibacakan Bung Karno, terjadi perebutan kekuasaan dalam berbagai bidang
kehidupanmasyarakat, termasukpers. Hal yang diperebutkan terutama adalah peralatan
percetakan.Pada bulan September-Desember 1945, kondisi pers RI semakin kuat, yang
ditandai olehmulai beredarnya koran Soeara Merdeka (Bandung), Berita Indonesia
(Jakarta), Merdeka,Independent, Indonesian News Bulletin, Warta Indonesia, dan The
Voice of Free Indonesia.

3. Pers pada masa Demokrasi Liberal


Masa ini merupakan masa pemerintahan parlementer atau masa demokrasi liberal. Pada
masademokrasi liberal, banyak didirikan partai politik dalam rangka memperkuat
sistem pemerintah parlementer. Pers, pada masa itu merupakan alat propaganda dari Par-
Pol.
Beberapa partai politik memiliki media/koran sebagai corong partainya. Pada masa itu,
persdikenal sebagai pers partisipan.Keberadaan pers pada masa ini dilandasi oleh konstitusi
Indonesia Serikat dan UUDS. Dalamkonstitusi RIS pasal 19 disebutkan setiap orang berhak
atas kebebasan mempunyai danmengeluarkan pendapat. Kemudian isi pasal ini kembali
dicantumkan dalam UUDS 1950mencerminkan meskipun terjadi pasang surut kehidupan
pilitik, namun kebebasan pers dalam berpendapat seharusnya tetap ada dalam
konstitusi.Pemerintah juga menetapkan kebijakan dibidang pers yang sifatnya positif.
Pemerintahmembentuk dewan pers yang terdiri dari orang-orang persurat
kabaran, cendekiawan, serta pejabat-pejabat pemerintah. Adapun dewan ini mempunyai
tugas yaitu :
1. Penggantian undang-undang pers colonial
2. Pemberian dasar social ekonomis yang lebih kuat pada pers Indonesia
3. Peningkatan mutu jurnalisme Indonesia
4. Pengaturan yang memadai tentang kedudukan social dan hokum bagin
wartawanIndonesia.

4. Pers pada masa Demokrasi Terpimpin


Pers di era orde lama dan orde baru dapat dikategorikan ke dalam periode kedua di
manakontrol Negara terhadap pers meski di masa-masa awal berkuasanya rezim,
hubunganharmoni masih dapat terlihat sangat besar sehingga mematikan dinamika pers.
Setelah penyerahan kedaulatan Jepang pada 15 Agustus 1945, wartawan Indonesia
mengambil alihsemua fasilitas percetakan surat kabar dari tangan Jepang dan berupaya
menerbitkan suratkabar sendiri. Surat kabar pertama yang terbit di masa republik itu
bernama Berita Indonesiayang terbit di Jakarta sejak 6 September 1945.Kondisi perpolitikan
di Indonesia dalam tahun-tahun 1945-1958 dapat dikatakan masih sangat panas. Pertikaian
dengan Belanda ataupun Jepang belum lagi tuntas, dan pergolakan di beberapa tempat
dengan pihak Belanda ataupun Jepang yang belum menarik diri masih terjadi.Sebagai
upaya serangan balik terhadap propaganda anti Belanda yang dilancarkan oleh
suratkabar-surat kabar republik, maka Belanda juga menerbitkan surat kabar berbahasa
Indonesia,diantaranya Fadjar (Jakarta), Soeloeh Rakyat (Semarang), Pelita
Rakyat (Surabaya), sertaPadjajaran dan Persatoean (Bandung). Pada masa itu, sebagian besar
surat kabar terbit dalamempat halaman, dikarenakan kurangnya pendanaan dan percetakan yang
masih minim.Pada Desember 1948 di Indonesia telah terbit 124 surat kabar dengan total tiras
405.000eksemplar. Tetapi pada April 1949, jumlah surat kabar berkurang menjadi hanya 81
dengantiras 283.000 eksemplar. Ini diakibatkan oleh Agresi Militer Belanda Kedua yang terjadi
padaDesember 1948. Sementara, jangkauan tiras berubah dari 500 menjadi 5.000
eksemplar.Sepanjang periode ini, pers Indonesia semakin memperkuat semangat
kebangsaan,mempertajam teknik berpolemik, dan mulai memperlihatkan peningkatan semangat
partisan.
5 . Pers pada masa Orde Baru
Orde baru mulai berkuasa pada awal tahun 1970-an. Pada masa itu, pers
mengalamidepolitisasi dan komersialisasi pers. Pada tahun 1973, Pemerintah Orde Baru
mengeluarkan peraturan yang memaksa penggabungan partai-partai politik menjadi tiga
partai, yaitu Golkar,
PDI, dan PPP. Peraturan tersebut menghentikan hubungan partai-partai politik dan
organisasimassa terhadap pers sehingga pers tidak lagi mendapat dana dari partai politik.

6. Pers pada masa Revormasi


Pada masa reformasi, pers Indonesia menikmati kebebasan pers. Pada masa ini terbentuk
UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Era reformasi ditandai dengan terbukanya
kerankebebasan informasi. Di dunia pers, kebebasan itu ditunjukkan dengan
dipermudahnya pengurusan SIUPP. Sebelum tahun 1998, proses untuk memperoleh SIUPP
melibatkan 16tahap, tetapi dengan instalasi Kabinet BJ. Habibie proses tersebut melibatkan
3 tahap saja

Fungsi Pers dalam Masyarakat Demokratis


1. Sifat Pers
Lima sifat pers Indonesia adalah :1.perjuangan2.mencerahkan wawasan rakyat3.bebas
mengemukakan apa yang ada4.bertanggung jawab sosial5.memenuhi tuntutan globalisasi

2. Misi dan Fungsi Pers


Misi Pers
Pers sebagai lembaga kemasyarakatan yang bergerak di bidang pengumpulan
dan penyebaran informasi mempunyai misi ikut mencerdaskan masyarakat, menegakkan
keadilanmencerdaskan masyarakat, memberantas kebatilan. Selama melaksanakan tugasnya,
persterkait erat dengan tata nilai social yang berlaku dalam masyarakat. Dalam kehidupan
social,masyarakat mempunyai hak untuk mengetahui segala hal yang berkaitan dengan hajat
hidupmereka. Untuk itulah, pers sebagai lembaga kemasyarakatan dituntut untuk memenuhi
kebutuhan informasi bagi masyarakatnya.
Fungsi Pers
Fungsi-fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Fungsi menyiarkan informasi (to inform). Menyiarkan informasi merupakan fungsi pers
yang utama. Khalayak pembaca berlangganan atau membeli surat kabar karena
memerlukan informasi mengenai berbagai peristiwa yang terjadi, gagasan atau
pikiranorang lain, apa yang dikatakan orang, dan sebagainya.
2. Fungsi mendidik (to educate). Sebagai sarana pendidikan massa, surat kabar
danmajalah memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga
khalayak pembaca bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini bisa secara
implisit dalam bentuk artikel atau tajuk rencana, maupun berita.

3. Fungsi menghibur (to entertain). Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat oleh
suratkabar dan majalah untuk mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan artikel
yang berbobot. Isi surat kabar dan majalah yang bersifat hiburan bisa berbentuk
cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, karikatur,
tidak jarang juga berita yang mengandung minat insani (human interest), dan kadang-
kadangtajuk rencana.
4. Fungsi mempengaruhi (to influence). Fungsi mempengaruhi menyebabkan
persmemegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Sudah tentu surat
kabar yang ditakuti ini ialah surat kabar yang independent, yang bebas menyatakan
pendapat, bebas melakukan social control. Fungsi mempengaruhi dari surat kabar,
secara implisitterdapat pada tajuk rencana, opini, dan berita.

3. Peranan Pers
UU No. 40 Tahun 1999 Pasal 2 menyebutkan : Kemerdekaan pers adalah salah satuwujud
kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi
hukum.
Dapat disimpulkan bahwa fungsi dan peranan pers di Indonesia antara lain sbb :
1. media untuk menyatakan pendapat dan gagasan-gagasannya.
2. media perantara bagi pemerintah dan masyarakat.
3. penyampai informasi kepada masyarakat luas.
4. penyaluran opini publik.

Kode Etik Jurnalistik dan Pers yang Bebas dan Bertanggung Jawab
1. Undang-Undang Pers
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan :1.Pers adalah lembaga sosial dan wahana
komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh,
memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikaninformasi baik dalam bentuk tulisan, suara,
gambar, suara dan gambar, serta data dan grafikmaupun dalam bentuk lainnya dengan
menggunakan media cetak, media elektronik, dansegala jenis saluran yang tersedia.2.Perusahaan
pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha persmeliputi perusahaan
media cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan medialainnya yang secara
khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan informasi.3.Kantor berita adalah
perusahaan pers yang melayani media cetak, media elektronik, ataumedia lainnya serta
masyarakat umum dalam memperoleh informasi.4.Wartawan adalah orang yang secara teratur
melaksanakan kegiatan jurnalistik.5.Organisasi pers adalah organisasi wartawan dan organisasi
perusahaan pers.6.Pers nasional adalah pers yang diselenggarakan oleh perusahaan pers
Indonesia.7.Pers asing adalah pers yang diselenggarakan oleh perusahaan asing.8.Penyensoran
adalah penghapusan secara paksa sebagian atau seluruh materi informasi yangakan diterbitkan
atau disiarkan, atau tindakan teguran atau peringatan yang bersifatmengancam dari pihak
manapun, dan atau kewajiban melapor, serta memperoleh izin daripihak berwajib, dalam
pelaksanaan kegiatan jurnalistik.9.Pembredelan atau pelarangan penyiaran adalah penghentian
penerbitan dan peredaran ataupenyiaran secara paksa atau melawan hukum.10.Hak Tolak adalah
hak wartawan karena profesinya, untuk menolak mengungkapkan nama danatau identitas lainnya
dari sumber berita yang harus dirahasiakannya.11.Hak Jawab adalah seseorang atau sekelompok
orang untuk memberikan tanggapan atausanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang
merugikan nama baiknya.12.Hak Koreksi adalah hak setiap orang untuk mengoreksi atau
membetulkan kekeliruaninformasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun
tentang orang lain.13.Kewajiban Koreksi adalah keharusan melakukan koreksi atau ralat
terhadap suatu informasi,data, fakta, opini, atau gambar yang tidak benar yang telah diberitakan
oleh pers yangbersangkutan.14.Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan etika profesi
kewartawanan.

BAB II
ASAS,
FUNGSI, HAK, KEWAJIBAN DANPERANAN PERS
Pasal 2

Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-
prinsipdemokrasi, keadilan, dan supremasi hokum

Pasal 3
1. Pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan
kontrolsosial.2.Disamping fungsi-fungsi tersebut ayat (1), pers nasional dapat berfungsi sebagai
lembagaekonomi.

Pasal 4
1.Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara.2.Terhadap pers nasional tidak
dikenakan penyensoran, pembredelan atau pelaranganpenyiaran.3.Untuk menjamin kemerdekaan
pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, danmenyebarluaskan gagasan dan
informasi.4.Dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan
mempunyai HakTolak.

Pasal 5
1.Pers nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-
norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak bersalah.2.Pers wajib
melayani Hak Jawab.3.Pers wajib melayani Hak Tolak.

Pasal 6
Pers nasional melaksanakan peranannya sebagai berikut :a.memenuhi hak masyarakat untuk
mengetahui;b.menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi
hukum, dan HakAsasi Manusia, serta menghormat kebhinekaan;c.mengembangkan pendapat
umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar;d.melakukan pengawasan, kritik,
koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengankepentingan umum;e.memperjuangkan
keadilan dan kebenara

BAB III
WARTAWAN

Pasal 7
1.Wartawan bebas memilih organisasi wartawan.2.Wartawan memiliki dan menaati Kode Etik
Jurnalistik.

Pasal 8
Dalam melaksanakan profesinya wartawan mendapat perlindungan hokum

BAB IV
PERUSAHAAN PERS

Pasal 9
1.Setiap warga negara Indonesia dan negara berhak mendirikan perusahaan pers.2.Setiap
perusahaan pers harus berbentuk badan hukum Indonesia.

Pasal 10
Perusahaan pers memberikan kesejahteraan kepada wartawan dan karyawan pers dalam
bentukkepemilikan saham dan atau pembagian laba bersih serta bentuk kesejahteraan lainnya.

Pasal 11
Penambahan modal asing pada perusahaan pers dilakukan melalui pasar modal.
Pasal 12
Perusahaan pers wajib mengumumkan nama, alamt dan penanggung jawab secara terbuka
melaluimedia yang bersangkutan; khusus untuk penerbitan pers ditambah nama dan alamat
percetakan.

Pasal 13
Perusahaan iklan dilarang memuat iklan :a.a. yang berakibat merendahkan martabat suatu agama
dan atau mengganggu kerukunanhidup antarumat beragama, serta bertentangan dengan rasa
kesusilaan masyarakat;b.b. minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat aditif lainnya sesuai
dengan ketentuanperaturan perundang-undangan yang berlaku;c.peragaan wujud rokok dan atau
penggunaan rokok.

Pasal 14
Untuk mengembangkan pemberitaan ke dalam dan ke luar negeri, setiap warga negara Indonesia
dannegara dapat mendirikan kantor berita.

BAB V
DEWAN PERS

Pasal 15
1. Dalam upaya mengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupan persnasional,
dibentuk Dewan Pers yang independen.
2. Dewan Pers melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut
a. melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain;
b. melakukan pengkajian untuk pengembangan kehidupan pers;
c. menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik;
d. memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan masyarakat atas
kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers;
e. mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, dan pemerintah;f.memfasilitasi
organisasi-organisasi pers dalam menyusun peraturan-peraturan dibidang pers dan
meningkatkan kualitas profesi kewartawanan;g.mendata perusahaan pers;
3. Anggota Dewan Pers terdiri dari :
a. wartawan yang dipilih oleh organisasi wartawan;
b. pimpinan perusahaan pers yang dipilih oleh organisasi perusahaan pers
c. tokoh masyarakat, ahli di bidang pers dan atau komunikasi, dan bidang lainnya
yangdipilih oleh organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers;
4. Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pers dipilih dari dan oleh anggota.
5. Keanggotaan Dewan Pers sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal ini ditetapkan
denganKeputusan Presiden.
6. Keanggotaan Dewan Pers berlaku untuk masa tiga tahun dan sesudah itu hanya dapat
dipilihkembali untuk satu periode berikutnya.
7. Sumber pembiayaan Dewan Pers berasal dari
a. organisasi pers
b. perusahaan pers;
c. bantuan dari negara dan bantuan lain yang tidak mengikat

BAB VI
PERS ASING
Pasal 16
Peredaran pers asing dan pendirian perwakilan perusahaan pers asing di Indonesia
disesuaikandengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VII
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 17
1.Masyarakat dapat melakukan kegiatan untuk mengembangkan kemerdekaan pers danmenjamin
hak memperoleh informasi yang diperlukan.2.Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dapat berupa :a.Memantau dan melaporkan analisis mengenai pelanggaran hukum, dan
kekeliruanteknis pemberitaan yang dilakukan oleh pers;b.menyampaikan usulan dan saran
kepada Dewan Pers dalam rangka menjaga danmeningkatkan kualitas pers nasional.

BAB VIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 18
1.Setiap orang yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan tindakan yangberakibat
menghambat atau menghalangi pelaksanaan ketentuan Pasal 4 ayat (2) dan ayat (3)dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00
(Lima ratus juta rupiah)
2.Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2), serta Pasal 13dipidana
dengan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah).3.Perusahaan
pers yang melanggar ketentuan Pasal 9 ayat (2) dan Pasal 12 dipidana denganpidana denda
paling banyak Rp. 100.000.000,00 (Seratus juta rupiah).

BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 19
1.Dengan berlakunya undang-undang ini segala peraturan perundang-undangan di
bidang persyang berlaku serta badan atau lembaga yang ada tetap berlaku atau tetap
menjalankanfungsinya sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru
berdasarkanundang-undang ini.2.Perusahaan pers yang sudah ada sebelum
diundangkannya undang-undang ini, wajibmenyesuaikan diri dengan ketentuan undang-
undang ini dalam waktu selambat-lambatnya 1(satu) tahun sejak diundangkannya undang-
undang ini.

BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 20
Pada saat undang-undang ini mulai berlaku :1.Undang-undang Nomor 11 Tahun 1966
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1966 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 2815) yang telah
diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun1982 tentang Perubahan atas Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1966tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undangNomor 4 Tahun 1967 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 52,Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia);2.Undang-undang Nomor 4 PNPS Tahun 1963 tentang Pengamanan
Terhadap Barang-barangCetakan yang Isinya Dapat Mengganggu Ketertiban Umum
(Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2533), Pasal 2ayat (3) sepanjang menyangkut ketentuan mengenai buletin-
buletin, surat-surat kabar harian,majalah-majalah, dan penerbitan-penerbitan berkala;Dinyatakan
tidak berlaku.

Pasal 21
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang
mengetahuinya,memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya
dalam Lembaran NegaraRepublik Indonesia.
2. Sistem Pers di Indonesia
1. Sistem Pers Liberal
2. Sistem Pers Komunis
3. Sistem Pers Otoriter
4. Sistem Pers yang Bebas dan Bertanggung jawab
5. Sistem Pers Pembangunan6.Sistem Pers Pancasila

3. Kode Etik Jurnalistik dan Tanggung jawab


Kode Etik Jurnalistik adalah acuan moral yang mengatur tindak-tanduk seorang
wartawan.Kode Etik Jurnalistik bisa berbeda dari satu organisasi ke organisasi lain, dari satu
koran kekoran lain, namun secara umum dia berisi hal-hal berikut yang bisa menjamin
terpenuhinyatanggung-jawab seorang wartawan kepada publik pembacanya:Tanggung-
jawab. Tugas atau kewajiban seorang wartawan adalah mengabdikan diri
kepadakesejahteraan umum dengan memberi masyarakat informasi yang memungkinkan
masyarakatmembuat penilaian terhadap sesuatu masalah yang mereka hadapi. Wartawan tak
bolehmenyalahgunakan kekuasaan untuk motif pribadi atau tujuan yang tak
berdasar.Kebebasan. Kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat adalah milik setiap
anggotamasyarakat (milik publik) dan wartawan menjamin bahwa urusan publik
harusdiselenggarakan secara publik. Wartawan harus berjuang melawan siapa saja
yangmengeksploitasi pers untuk keuntungan pribadi atau kelompok.Independensi.
Wartawan harus mencegah terjadinya benturan-kepentingan (c o n f l i c t o f interest ) dalam
dirinya. Dia tak boleh menerima apapun dari sumber berita atau terlibat dalamaktifitas yang
bisa melemahkan integritasnya sebagai penyampai informasi atau kebenaran.Kebenaran.
Wartawan adalah mata, telinga dan indera dari pembacanya. Dia harus senantiasa berjuang
untuk memelihara kepercayaan pembaca dengan meyakinkan kepada mereka bahwa berita
yang ditulisnya adalah akurat, berimbang dan bebas dari bias.Tak memihak. Laporan berita
dan opini harus secara jelas dipisahkan. Artikel opini harussecara jelas diidentifikasikan
sebagai opini.Adil dan Ksatria (Fair). Wartawan harus menghormati hak-hak orang dalam
terlibat dalam berita yang ditulisnya serta mempertanggungjawab-kan kepada publik bahwa
berita itu akuratserta fair. Orang yang dipojokkan oleh sesuatu fakta dalam berita harus
diberi hak untuk menjawab.Kode Etik Jurnalistik seringkali hanya bersifat umum. Itu
sebabnya seringkali masihmenyisakan sejumlah pertanyaan, misalnya: apakah etis memata-
matai kehidupan publik
seorang tokoh, atau bolehkah menjadi anggota partai politik tertentu? Di sini,
biasanyaseorang wartawan memiliki Kode Etik Pribadi (Personal Code).

4. Profesi Kewartawanan
Jurnalisme adalah salah satu profesi yang memberikan layanan kepada publik.Secara
singkat tugas dan kewajiban wartawan adalah menyampaikan serta meneruskaninformasi
atau kebenaran kepada publik tentang apa saja yang perlu diketahui publik.Dalam
melaksanakan tugas serta kewajibannya melayani publik, wartawan memperolehsejumlah
keistimewaan. Antara lain:
Mereka dilindungi oleh undang-undang kebebasan menyatakan pendapat.

Mereka berhak menggunakan bahan/dokumen/pernyataan publik.


Mereka dibenarkan memasuki kehidupan pribadi seseorang dan para tokoh publik (public

figure) demi memperoleh informasi yang lengkap dan akurat -- karena merekamewakili

mata, telinga serta indera pembacanya.Media-massa sering disebut sebagai pilar keempat

dalam demokrasi. Koran adalah sumber kekuasaan yang bisa menjadi pengimbang dari

kekuasaan-kekuasaan lain. Tapi, kekuasaan --dari jenis yang mana pun -- cenderung

disalahgunakan. (''Power tend to be corrupted'').Wartawan semestinya sadar akan

kekuasaan dalam profesinya, namun mereka bukanlah dewaatau malaikat. Mereka bisa

membuat kesalahan -- disengaja atau tidak. Pers bahkan bisamenjadi lembaga yang sangat

kejam. Wartawan bisa menjadi tiran, seperti yang kita bisa bacadalam novel

Hilangnya Kehormatan Katharina Blum

karya Heinrich Boll (sastrawan Jerman pemenang Nobel).Beberapa hal di bawah ini

dimaksudkan sebagai pembatas tindak-tanduk wartawan dan praktek jurnalistik demi

melindungi masyarakat dari tindakan atau praktek wartawan yang tak terpuji:

Kode Etik

Pasal Pencemaran (Libel): hukum-hukum yang menyangkut pence-maran nama baik

Hukum tentang hak pribadi (Privacy)

Panduan tentang selera umum

Anda mungkin juga menyukai