Anda di halaman 1dari 10

SISTEM PERS INDONESIA

NAMA : ARYANTO
NIM : C1D320091
KELAS : GANJIL (A)

JURUSAN JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020

 
1.      Jelaskan secara singkat apa yang dimaksud dengan sistem, berilah contoh
dalam kehidupan di lingkungan anda masing-masing.
2.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan Pers dan uraikan bagiaman perjalanan
pers di Indonesia, mulai masa sebelum kemerdekaan, masa orde lama, masa orde
baru, hingga masa reformasi.
3.      Apa yang anda pahami tentang kemerdekaan (kebebasan) pers. Bagaimana
implementasinya di Indonesia jika dihubungkan dengan ideologi bangsa.
4.      Bagimana menurut Anda kemerdekaan (kebebasan) pers di era keterbukaan
informasi yang ditandai teknologi digital dewasa ini.
5.      Jelaskan menurut pendapat Anda kekuatan pers disandingkan dengan
melajunya informasi di media sosial, seperti FB, IG, dll. Dapat diberikan dengan
contoh.
 
Setiap mahasiswa membuat tugas berdasarkan pikiran masing-masing. Jika
ditemukan ada kesamaan maka akan diberi nilai EROR terhadap tugas2 yang
mempunyai kesamaan tersebut, Tugasnya dikumpul lalu dibundel (ilid) secara
keseluruhan (1 bundel untuk semua tugas dalam 1 kelas). Disetor paling lambat
Rabu 31 Maret 2021. Terimakasih.
 
 Jawab;

1. Sistem berasal dari bahasa Latin dan bahasa Yunani adalah suatu kesatuan yang
terdiri atas komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk
memudahkan aliran informasi, materi, atau energi untuk mencapai suatu tujuan.
Contohnya Komponen elektronik komputer yang membentuk sistem
komunikasi, sistem perangkat lunak, sistem perangkat keras, sistem jaringan

2. Pada dasarnya, sejarah Pers di Indonesia terbagi dalam dua babak, yakni babak
pertama yang berlangsung antara tahun 1745-1854 dan babak kedua yang
berlangsung antara tahun 1854 hingga Kebangkitan Nasional (1908). Babak
pertama dimulai saat Indonesia masih dalam keadaan terjajah oleh kolonialisme
Belanda. Pada masa itu, surat kabar masih mutlak dikuasai oleh orang-orang
Eropa dan hanya tersedia dalam bahasa Belanda. Kontennya pun, hanya seputar
kehidupan orang-orang Eropa dan tidak berkaitan dengan kehidupan masyarakat
Indonesia. Kabarnya, koran pertama di Indonesia bernama Bataviasche
Nouvelles yang terbit pada bulan Oktober 1744. Selain dibagi menjadi dua
babak, sejarah pers di Indonesia juga dibagi lagi kedalam 6 periode zaman mulai
dari Zaman Belanda, Zaman Jepang, Zaman Kemerdekaan, Zaman Orde Lama,
Zaman Orde Baru.
 
a.      Zaman Belanda
perkembangan dunia pers di Indonesia diawali sejak masa penjajahan Belanda.
Pada tahun 1744, percobaan pertama untuk menerbitkan media massa diawali
dengan terbitnya surat kabar pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Van
Imhoff dengan nama Bataviasche Nouvelles. Kemudian, pada tahun 1828,
Javasche Courant diterbitkan di Batavia (sekarang Jakarta) dan memuat berita-
berita resmi pemerintahan, berita lelang, dan berita kutipan dari aktivitas-aktivitas
harian di Eropa. Mesin cetak pertama di Indonesia juga datang melalui Batavia
melalui seorang Belanda bernama W. Bruining dari Rotterdam yang kemudian
menerbitkan surat kabar bernama Het Bataviasche Advertantie Blad. Pada tahun
1885, di seluruh daerah yang dikuasai Belanda, telah terbit sekitar 16 surat kabar
dalam bahasa Belanda dan 12 surat kabar dalam bahasa Melayu seperti Bintang
Barat, Hindia-Nederland, Dinihari, Bintang Djohar (terbit di Bogor), Selompret
Melajoe, Tjahaja Moelia, Pemberitaan Bahroe (Surabaya) dan surat kabar
berbahasa Jawa, Bromatani yang terbit di Solo.
Dengan adanya surat kabar, beberapa pejuang kemerdekaan Indonesia mulai
memanfaatkan pers sebagai alat perjuangan. Namun, hal ini dihambat oleh
pemerintah Belanda dengan membuat UU untuk membendung pengaruh pers di
Indonesia. Pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan yang berisi pasal-pasal
ancaman hukuman terhadap siapa pun yang menyebarkan perasaan permusuhan,
kebencian, serta penghinaan terhadap pemerintah Belanda, sekutu, atau kelompok
penduduk Belanda.
 
b.      Zaman Jepang
Saat Jepang masuk dan menguasai Indonesia, surat kabar yang beredar di
Indonesia pelan-pelan mulai diambil alih. Salah satunya adalah dengan
menyatukan beberapa surat kabar untuk mempermudah dan memperketat
pengawasan pemerintah Jepang terhadap isi surat kabar. Konten surat kabar pun
kemudian dimanfaatkan sebagai alat propaganda untuk memuji-muji
pemerintahan Jepang. Di masa penjajahan Jepang, pers Indonesia sama sekali
tidak memiliki ruang kebebasan
Salah satu surat kabar yang diizinkan terbit pada masa itu adalah Tjahaja. Surat
kabar ini sudah menggunakan Bahasa Indonesia dan diterbitkan di Bandung.
Kantor berita Tjahaja dipimpin oleh Oto Iskandar Dinata, R. Bratanata, dan
Mohamad Kurdi. Meskipun terbit dan beredar di Indonesia, surat kabar ini
memberitakan segala kondisi yang terjadi di Jepang.
 
c.      Zaman Kemerdekaan
Ketika pemerintah Jepang menggunakan surat kabar sebagai alat propaganda
pencitraan pemerintah, Indonesia juga melakukan perlawanan dalam hal sabotase
komunikasi. Edi Soeradi, seorang tokoh pers yang menerbitkan surat kabar Berita
Indonesia, melakukan propaganda agar rakyat berdatangan pada Rapat Raksasa
Ikada tanggal 19 September 1945 untuk mendengarkan pidato Bung Karno.
Beberapa surat kabar yang digunakan sebagai alat perjuangan lainnya adalah
Harian Rakyat, Soeara Indonesia, Pedoman Harianyang kemudian berubah nama
menjadi Soeara Merdeka(Bandung), Kedaulatan Rakyat(Bukittinggi), Demokrasi
(Padang), dan Oetoesan Soematra(Padang).
 
d.      Zaman Orde Lama
Pers pada masa Orde Lama terbagi menjadi dua periode, yakni periode Demokrasi
Liberal dan periode Demokrasi Terpimpin. Pers pada masa Demokrasi Liberal
merupakan suatu masa di mana pers di Indonesia mengalami kebebasan yang
begitu besar. Setiap orang yang memiliki modal dapat memiliki sebuah surat
kabar sehingga bebas untuk mengeluarkan pendapatnya tanpa harus terlebih
dahulu mengurus perizinan. Pers pada masa ini umumnya mewakili aliran-aliran
politik yang banyak bertentangan bahkan disalahgunakan untuk menebar fitnah,
mencaci maki, menjatuhkan martabat seseorang atau keluarga, tanpa memikirkan
ukuran sopan-santun dan tatakrama.
Kemudian, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden tahun 1959 yang
membuat Indonesia memasuki sebuah era baru yaitu era Demokrasi Terpimpin.
Pada era ini, terdapat larangan terhadap kegiatan politik termasuk pers.
Persyaratan untuk mendapat Surat Izin Terbit dan Surat Izin Cetak diperketat
hingga kemudian para buruh dan pegawai surat kabar banyak melakukan
slowdown atau mogok secara halus. Selain itu, Partai Komunis Indonesia (PKI)
juga cukup berpengaruh dalam pemerintahan Indonesia, sehingga berita yang
diterbitkan separuhnya bersifat pro-komunis.
 
e.      Zaman Orde Baru
Pada masa Orde Baru, lahirlah istilah Pers Pancasila, yaitu pers Indonesia dalam
arti pers yang orientasi, sikap dan tingkah lakunya didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila dan UUD 1945. Hakikat pers Pancasila adalah pers yang sehat, pers
yang bebas, dan bertanggung jawab dalam menjalankan fungsinya sebagai
penyebar informasi yang benar dan objektif, serta sebagai penyalur aspirasi rakyat
dan kontrol sosial yang konstruktif. Namun, masa kebebasan ini hanya
berlangsung selama delapan tahun dan semenjak terjadinya peristiwa malari
(Malapetaka Limabelas Januari) pada 15 Januari 1974, pers harus kembali seperti
zaman orde lama. Dengan peristiwa malari serta beberapa peristiwa lain, beberapa
surat kabar seperti Kompas, Harian Indonesia Raya, dan Majalah Tempo dilarang
terbit karena pers lagi-lagi dibayangi oleh kekuasaan pemerintah yang cenderung
memborgol kebebasan pers dalam membuat berita serta menghilangkan fungsi
pers sebagai kontrol sosial terhadap kinerja pemerinta. Pers pasca peristiwa malari
cenderung pers yang mewakili kepentingan penguasa, pemerintah atau negara.
 
f.       Zaman Reformasi
Setelah melewati berbagai periode zaman, Reformasi merupakan masa
pencerahan terhadap kebebasan pers setelah runtuhnya rezim Soeharto pada tahun
1998. Titik kebebasan pers mulai terasa lagi saat BJ Habibie menggantikan
Soeharto sebagai presiden. Banyak media massa yang muncul dan PWI bukan lagi
menjadi satu-satunya organisasi profesi.
Kalangan pers kembali bernafas lega karena pemerintah mengeluarkan UU No. 39
tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan UU no. 40 tahun 1999 tentang Pers.
Dalam UU tersebut, disebutkan bahwa kemerdekaan pers dijamin sebagai hak
asasi warga negara (pasal 4 ayat 1) dan terhadap pers nasional tidak dikenakan
penyensoran, pembredelan atau pelarangan penyiaran (pasal 4 ayat 2). Hingga
kini, kegiatan jurnalisme diatur dengan Undang-Undang Penyiaran dan Kode Etik
Jurnalistik yang dikeluarkan oleh Dewan Pers, walaupun, banyak kegiatan
jurnalisme yang melanggar kode etik pers sehingga masih menimbulkan
kontroversi di masyarakat.
 
3.      Kemerdekaan pers bukan lah untuk kepentingan pers itu sendiri, melainkan
juga untuk demokrasi, kehidupan berbangsa dan bernegara.Kebebasan pers atau
kemerdekaan pers adalah hak mutlak untuk dijaga dan dijamin secara hukum.
Untuk bisa menjaga kebebasan pers dan kemerdekaan pers maka pers sebagai
bagian demokrasi harus harus memiliki profesionalisme dan bertanggung jawab
dalam melaksanakan tugasnya.
Dalam Sistem Pers Indonesia yang berdasarkan Undang-Undangan Nomor 40
Tahun 1999, istilah Pers Pancasila memang tak disebutkan. Namun dari persepktif
ideologi tak dapat dipungkiri bahwa Pers Indonesia adalah Pers Pancasila. Istilah
Pers Pancasila merupakan kekhususan Pers Indonesia. Sebutan untuk
membedakannya dengan pers lain seperti Pers Komunis, Pers Libetarian atau Pers
Otoritarian. Namun pada era reformasi sekarang ini, perbedaan antara Pers
Pancasila dengan pers lain tersebut sudah hampir tak terlihat. Kian kabus.
Bedanya mungkin hanya setipis kulit ari. Pasalnya, salah satu prinsip dasar yang
dimiliki dan menjadi jati diri Pers Pencasila, yaitu benar dan bertanggungjawab,
kini “nyaris tak terdengar”. Asas jurnalistik yang benar, yakni jujur, tak memihak
atau berat sebelah, objektif, berimbang, memisahkan fakta dan opini, etis dan
memperhatikan hak-hak asasi masyarakat, kini bak air menguap. Begitu pula
fungsinya sebagai watch dog atau “anjing penjaga”. Sebagai mata dan telinga.
Menguap entah kemana. Tersebab menguapnya semua itu, keberadaannya sebagai
salah satu sarana untuk mencerdaskan masyarakat dan bangsa, kini kian
diabaikan. Kini, kalaupun ada media yang masih berani “tampil beda” dengan
tetap mempertahankan idealisme, jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Dalam
kaitan dengan penegakan demokrasi yang membutuhkan pasokan dan sirkulasi
informasi yang cukup, baik dan benar, maka kian terkikisnya asas jurnalistik yang
benar, maka suka tidak suka, mau tidak mau, hal tersebut secara nyata semakin
menutup pintu partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan negara. Padahal,
salah satu misi pers adalah untuk menyigi segala sesuatu secara proporsional dan
profesional. Mencari kesimbangan dalam berita dan tulisannya demi kepentingan
semua pihak sesuai dengan konsensus demokrasi Pancasila.
 
4.   menurut saya kemerdekaan kebebasan pres  ini pada   Pengunduran diri
Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mundurnya Presiden Soeharto menjadi
sebagian besar masyarakat Indonesia yakin dengan adanya reformasi akan ada
keterbukaan demokrasi, yang menjadi pilar kehidupan bermasyarakat baik dalam
bidang politik, ekonomi, sosial , dan budaya. Euforia keterbukaan ini menjadi
cikal bakal munculnya keterbukaan informasi, sehingga masyarakat lebih mudah
mendapatkan akses informasi publik, terutama mengenai tata kelola
pemerintahan.
Setelah hampir 32 tahun bangsa Indonesia nyaris tidak merasakan keterbukaan
dan kemudahan memperoleh informasi. Presiden B.J. Habibie pengganti Presiden
Soeharto mengawali keterbukaan informasi dengan mengeluarkan beberapa
kebijakan kebebasan pers. Presiden B.J. Habibie memberikan kesempatan kepada
pers dalam membuat berita dan menghapuskan SIUPP (Surat Ijin Usaha
Penerbitan Pers).
Kebebasan pers ini kemudian ditegaskan lagi lewat Undang-Undang Nomor 40
Tahun 1999 tentang Pers. Ketentuan mengenai kebebasan pers dan keterbukaan
informasi diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia. Pemerintah juga mencabut sejumlah peraturan yang dianggap
mengekang kehidupan pers.
Gerakan reformasi politik juga memunculkan ide untuk melakukan amandemen
UUD 1945. Perubahan mendasar dalam amandemen UUD 1945 diantaranya
adalah setiap orang berhak memperoleh informasi yang diperlukan untuk
mengembangkan pribadinya dan lingkungan sosialnya. Setiap orang juga berhak
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan
informasi dengan menggunakan segala jenis sarana yang tersedia. Semua ini
tercantum dalam amandemen UUD 1945 pasal 28 F.
Dengan munculnya dukungan peraturan-peraturan tersebut pasca Orde Baru,
maka hal ini merubah paradigma terkait keterbukaan informasi, termasuk
keterbukaan informasi publik pada badan publik. Ketentuan mengenai
keterbukaan informasi publik diatur dalam UU Nomor 14 Tahun 2018 tentang
Keterbukaan Informasi Publik. Pada undang-undang ini dijelaskan
bahwa informasi publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola,
dikirim, dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan
penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan
penyelenggaraan badan publik lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang ini
serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik.
Badan publik sendiri menurut UU Nomor 14 Tahun 2018 adalah lembaga
eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya
berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, atau organisasi nonpemerintah sepanjang
sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri.
Untuk mewujudkan suatu pelayanan informasi yang cepat, tepat, dan sederhana,
setiap badan publik menunjuk pejabat pengelola informasi dan dokumentasi.
Pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID) menurut undang-undang ini
adalah pejabat yang bertanggung jawab di bidang penyimpanan,
pendokumentasian, penyediaan, dan/atau pelayanan informasi di badan publik.
Lalu, siapa saja yang dapat melakukan permohonan informasi publik? Menurut
undang-undang ini, pemohon informasi publik adalah warga negara dan/atau
badan hukum Indonesia yang mengajukan permintaan informasi publik
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Bagaimana alur pelayanan yang harus dilalui pemohon informasi publik dalam
memperoleh informasi publik? Pertama, pemohon informasi publik mengajukan
permohonan informasi publik menuju badan publik yang dituju. Ketika
mengajukan permohonan informasi publik, pemohon harus membawa Kartu
Tanda Penduduk (KTP) untuk perorangan, tambahan surat kuasa dan KTP
pemberi kuasa jika pemohon mewakili orang perorangan atau sekelompok orang,
atau bukti pengesahan badan hukum untuk badan hukum serta formulir
permohonan informasi yang telah dilengkapi. Kemudian petugas layanan
informasi memeriksa kelengkapan persyaratan dan mencatat dalam buku register.
Selanjutnya PPID akan menjawab permohonan informasi publik dari pemohon
dalam jangka waktu sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Jika
pemohon informasi publik merasa tidak puas dengan layanan informasi, pemohon
dapat mengajukan keberatan kepada PPID hingga mengajukan sengketa ke
Komisi Informasi.
Informasi publik ada yang dapat diperoleh oleh publik dan ada yang tidak.
Terdapat informasi publik yang termasuk Informasi yang Wajib Diumumkan dan
Disediakan. Yang dimaksud dengan informasi ini adalah informasi yang wajib
disediakan dan/atau diumumkan sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan mengenai keterbukaan Informasi Publik. Informasi jenis ini
bisa diakses melalui media informasi badan publik yang bersangkutan atau
dimohonkan oleh pemohon informasi publik. Selain itu terdapat Informasi Publik
yang Dikecualikan, yaitu informasi publik yang dikecualikan sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan mengenai keterbukaan Informasi
Publik. Informasi publik yang dikecualikan bersifat ketat dan terbatas, serta
rahasia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan
kepentingan umum yang didasarkan pada pengujian tentang konsekuensi yang
timbul apabila suatu informasi diberikan kepada masyarakat serta setelah
dipertimbangkan dengan saksama bahwa menutup informasi publik dapat
melindungi kepentingan yang lebih besar daripada membuka Informasi Publik
atau sebaliknya.
Saat ini kita sudah memasuki era keterbukaan informasi. Pada era ini setiap orang
memiliki kesempatan yang lebih luas untuk dapat mengakses informasi, tidak
terkecuali untuk informasi publik. Keterbukaan informasi publik bertujuan
menjamin dan melembagakan hak publik untuk mengakses informasi
penyelenggaraan pemerintahan di semua lini dan semua level birokrasi sekaligus
demi mendukung pentingnya pengawasan rakyat terhadap badan-badan publik
yang nantinya akan menjadi faktor pendorong dalam menciptakan dan
mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan, efektif
dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan. Pemerintah dan Badan
publik wajib menyediakan layanan informasi publik bagi masyarakat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Masyarakat juga diharapkan
agar memahami dengan baik peraturan perundang-undangan terkait keterbukaan
informasi publik sebagai pemohon dan konsumen informasi publik. Sehingga
pengelolaan dan pelayanan informasi publik dapat berlangsung dengan akuntabel
dan kredibel, tanpa merugikan kepentingan umum yang lebih luas.

 5. Menurut saya kekuatan pres  dengan melajunya Media sosial sangat berperan
dalam penyebaran informasi bagi masyarakat luas. Sejak awal dibangun, sosial
media diperuntukkan sebagai wadah bagi para penggunanya agar dapat dengan
mudah berpartisipasi, berbagi, dan bertukar informasi dan ide di komunitas dan
jejaring virtual. Sosial media dalam hal ini meliputi blog, jejaring sosial, forum,
dan dunia visual. Produksi informasi dan berita saat ini bukan lagi eksklusif hanya
dilakukan oleh penerbit berita besar. Saat ini siapa pun bisa menjadi pembuat
berita dan memberikan dampak kepada orang banyak. Begitupun dengan
konsumsi informasi yang dapat dengan bebas dinikmati siapa saja melalui media
digital.
Media sosial memiliki beberapa karakteristik terkait penyampaian informasi di
dunia digital. Beberapa karakteristik tersebut diantaranya pesan yang disampaikan
bersifat umum dan ditujukan untuk banyak orang. Isi pesan yang disampaikan
bersifat bebas, Pesan yang disampaikan cenderung lebih cepat menyebar
dibanding media lainnya. Kekuatan yang pada media sosial inilah yang sesuai
sebagai media alternatif penyebaran informasi selain media konfensional seperti
brosur, leaflet, dan komunikasi tatap muka.
Saat ini kepemimpinan Gubernur NTB sangat mengedepankan kritik dan saran
dari masyarakat NTB dalam memberbaiki sistem birokrasi. Semua OPD harus
bergerak dalam menyampaikan informasi/ progres kegiatan yang sudah dilakukan
di masyarakat. Melalui media sosial, masyarakat dapat melihat, menilai, memberi
saran/ kritik atas capaian kenerja yang sudah diupload oleh OPD.
Sejalan dengan hal tersebut, Ibu Kadis Nakertrans Prov. NTB, Dra.
T.Wismaningsih Drajadiah, menekankan pentingnya koordinasi yang baik antara
Bidang sebagai unit teknis bersama Sekretariat sebagai Tim Media Informasi
dalam menyampaikan capaian/pelaksanaan program/kegiatan bidang
ketenagakerjaan dan ketransmigrasian, sehingga informasi yang disampaikan
terus terupdate dan valid.
Contohnya
Contoh fungsi pers sebagai penyampai informasi berita
 
Konten berita dalam pers memiliki isi yang sangat informatif mengenai suatu
kejadian atau peristiwa yang sedang atau baru saja berlangsung. Contoh fungsi
pers ini dalam media informasi misalnya konten berita tentang bencana alam,
hasil pertandingan sepak bola, informasi terkini mengenai arus mudik; dan
sebagainya baca juga: perkembangan pers di indonesia).
 
 
1.Contoh fungsi pers sebagai penyampai informasi edukatif
 
Salah satu fungsi pers yaitu sebagai media edukasi. Informasi edukasi memiliki isi
yang bersifat edukatif atau menambah pengetahuan pembacanya. Misalnya
informasi tips & trik mengenai sesuatu, artikel mengenai teknologi terbaru, review
buku, jurnal, atau konten lainnya yang mengajarkan sesuatu (baca juga:
karakteristik komunikasi massa).
 
Fungsi pers ini akan lebih sering kita temukan pada media massa yang memiliki
konsentrasi di bidang pendidikan, namun konten seperti ini juga dapat kita
temukan pada koran atau majalah umum.
 
 
2. Contoh fungsi pers sebagai penyampai informasi rekreatif
 
Fungsi pers sebagai penyampai informasi rekreatif disini memiliki maksud bahwa
pers dapat menghadirkan konten yang bersifat menghibur (baca: jenis-jenis
informasi). Konten seperti ini biasanya bersifat ringan dan mudah dipahami.
Seringkali mengambil bentuk umum seperti yang sering ditemukan dalam
percakapan sehari-hari seperti gurauan, candaan, dan sebagainya.
 
Contoh konten rekreatif misalnya cerita pendek atau cerita bersambung, puisi,
kartun kocak, lawakan, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai