Anda di halaman 1dari 12

Laporan Praktikum 1 Ilmu Tilik dan Tingkah Laku Ternak

SIFAT KUANTITATIF DAN TINGKAH LAKU AYAM

Oleh

NAMA :
NIM :
KELAS :
KELOMPOK :
AST PEMBIMBING :
ANGGOTA :

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
HALAMAN KONSULTASI

No
Hari/tanggal Materi konsultasi Paraf
.

Kendari, Novembver 2020


Menyetujui
Asisten Praktikum

Nama Asisten
Nim.
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang

Ayam merupakan unggas penghasil daging dan sangat popular di kalangan


masyaarakat Indonesia hingga saat ini. Usaha sector peternakan masih menjadi
kegiatan yang paling cepat dan efisien untuk memenuhi kebutuhan daging maupun
telur masyarakat. Ayam merupakan salah satu jenis unggas yang dapat dipelihara
oleh masyarakat dan dimanfaatkan sebagai keperluan hidup pemeliharannya. Salah
satunya adalah nilai gizi yang baik.

Perkembangan ternak unggas di Indonesia ini sangat pesat, salah satunya


adalah ayam buras. Ayam buras yang sudah mulai dibududayakan yaitu ayam
kampung. Namun, pemeliharaannya berada di pedesaan secara tradisional tanpa
pemberian pakan yang baik , tidak melakukan pengendalian penyakit yang baik dan
lain sebagainya. Oleh karena itu pertumbuhan dan produktivitasnya baik telur
maupun daging masih rendah. Akan tetapi seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi ayam kampung mulai dibudidayakan dan dikembangkan
dengan baik entah itu secara semi intensif maupun intensif. Pemeliharaan ayam
kampung secara semi intensif dilakukan dngan cara pada pagi hari setelah diberikan
makan kemudian dilepas dan pada sore harinya dimasukan kemali ke dalam kandang.
Sedangkan pemeliharaan secara intensif dilakukan dengan cara ayam dikandangkan
sepanjang hari semua kativitas dibawah pengelolaan peternak.

Sebaliknya pemeliharaan secara intensif ini dapat memberikan dampak stress


atau cekaman terhadap ayam kampung tersebut yang diakibatkan penyakit dan
ketidak seimbangan nutrient dalam ransum yang dibutuhkan untuk meningkatkan
produksi telur maupun daging tanpa memberikan dampak pada pertumbuhan. Stress
dan cekaman ini akan mempengaruhi pertumbuhan ayam kampung yang dapat
menurunkan produktivitas daging dan telur dan mempengaruhi tingkah laku atau
kebiasaan pada ayam kampung tersebut.
Upaya mengatasi stress dan cekaman ini banyak digunakan bahan pakan
herbal sebagai feed supplement untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme
yang dapat menggangu metabolisme tubuh, sistem pencernaan, dan absorbsi nutrisi.
Sema itu dapat memberikan dampak pada pertumbuhan bobot badan dan
skarakteristik tingkah laku pada ayam kampung tersebut.

I.2. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam praktikum pengamatan pada ayam kampung ini adalah :

1. Bagaiman pengukuran sifat kuantitatif pada ayam kampung ?


2. Bagaiman tingkah laku ayam kampung ?
I.3. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum pengamatan pada ayam kampung ini adalah :

1. Mengetahui pengukuran sifat kuantitatif pada ayam kampung


2. Mengetahui tingkah laku ayam kampung

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ayam kampung telah dikenali masyarakat sebagai sebagai potensi kekayaan


genetic asli unggas Indonesia. Ayam kampung dikenal juga dengan ayam local, ayam
sayur, atau ayam buras. Jenis unggas ini memiliki habitat hidup yang sangat luas,
tumbuh serta berkembang sesuai dengan kondisi, dan keberadaan faktor-faktor
pendukung kehidupannya. Oleh karena itu variasi genetiknya sangat tinggi.
Potensinya sebagai ternak peliharaan maupun sebagai ternak industri semakin besar
dan memiliki kemampuan bersaing yang belum tergeser oleh jenis unggas lainnya.
Ayam kampung merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan
genetic perunggasan ditanah air. Ayam kampung diindikasikan dari hasil domestikasi
ayam hutan merah atau red jungle fowls( Gallus galus ) dan ayam hutan hijau
( Gallus varius ). Awalnaya, ayam tersebut hidup dihutan, kemudian didomestikasi
serta dikembangkan oleh masyarakat pedesaan. Jadi ayam kapung adalah ayam asli
Indonesia yang telah beradaptasi, hidup, berkembang, dan berproduksi dalam jangka
waktu yang lama, baik dikawasan habitat tertentu maupun dibeberapa tempat.
Adapun berkembang biakannya dilakukan antara sesame tanpa ada perkawinan
campuran dengan ayam ras ( Aman Yaman 2010 ).

Menurut sejarahnya aktivitas peternakan ayam kampung telah ada sejak


zaman dahulu. Sesuai dengan namanya, ayam kampung sejak zaman kerajaan
pertama di Indonesia hingga era reformasi ini sangat erat dengan kehidupan
masyarakat desa. Konon ayam jinak yang dipelihara oleh manusia sekarang berasal
dari ayam liar. Keturunan yang menjadi ayam jinak pun disilang-silangkan ayau
dikawinkan oleh manusia bahkan menurut teorinya ayam liar ini adalah ayam hutan
atau Gallus gallus ( Wawan Hendriyanto 2019 ).

Salah satu sumber kekayaan genetik ternak local Indonesia adalah ayam
kampug. Ayam kampung memiliki kelebihan dibandingkan dengan ayam ras, antara
lain dapat diusahakan dengan modal yang sedikit maupun dengan modal yang
banyak dan perawatannya tidak sulit karena ayam kampung memiliki daya adaptasi
yang baik. Ayam kampung umumnya memiliki keunggulan dalam hal resistensi
terhadap penyakit, resistensi terhadap panas, serta memiliki kualitas daging dan telur
yang baik dibandingkan dengan ayam ras. Selain itu ayam kampung juga memiliki
kelemahan yaitu sulitnya memperoleh bibit yang baikdan produktivitasnya yang
rendah, ditambah dengan dengan adanya fakor penyakit musiman seperti ND
( Newscastle Disease), sehingga dikhawatirkan populaasi ayam kampung akan
semakn menurun, bahkan ayam ayam kampung yang mempunyai sifat-sifat spesifik
tersebut akan punah ( Subekti dan Arlina 2011).

III. METODE PRAKTIKUM


III.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Ilmu Tilik dan Tingkah Laku Ternak dengan sifat kuantitatif dan
tingkah laku ayam pada hari Rabu tanggal 17 November 2020 pukul 08 : 30 yang
bertempat di Desa Lindo, Kecamatan Wadaga, Kabupaten Muna Barat, Sulawesi
Tenggara.

III.2. Alat dan Bahan


III.2.1.Alat

Alat yang dapat menunjang pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 1. Alat pengamatan praktikum ayam kampung

No Alat Kegunaan
1 Meteran Mengukur onjek pengamatan
2 Alat tulis ( buku dan fulpen ) Menulis hasil pengamatan
3 Kamera Hp Dokumentasi pengamatan (foto dan
video)

III.2.2.Bahan

Bahan yang dapat menunjang pada praktikum ini adalah ayam kampung
jantan dan betina sebagai objek pengamatan.

III.3. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan dlam praktikum sifat kuantitatif dan tingkah
laku ayam adalah :

1. Menyiapkan dan membawa alat yang akan digunakan


2. Mengukur sifat kuantitatif pada ayam kampung
3. Mengamati tingkah laku ayam kampung
4. Mencatat hasil pengamatan
5. Membuat laporan
IV. HASIL DAN PEMBAHSAN
IV.1. Hasil

Hasil yang diperoleh dalam praktikum sifat kuantitatif dan tingkah laku ayam
dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Hasil pengamatan pengukuran sifat kuantitatif ayam

No Pengukuran Ayam Ayam Ayam Ayam Ayam Rata-


Sifat kuantitatif 1 2 3 4 5 rata
1 Panjang badan 21,3 15,5 18 19 22 19,16
2 Panjang sayap 11 13,5 19,5 14 13 14,2
3 Lingkar dada 32 17 26 28 24 25,4
4 Panjang shank 7 9 13 7,6 6 8,52
5 Panjang paruh 2 2 2,3 2,1 2,2 2,12

Tabel 3. Hasil pengamatan tingkah laku ayam

No Tingkah laku Keterangan


1 Mematuk 15 mematuk dalam 10 detik
2 Minum Menenggelamkan, mengangkat dan membuka paruh
pada tempat minum
3 Kawin Jantan mendekati betina
4 Social Bergerombol
5 Bertarung Menyerang dan menghinar
6 Kanibalisme -

IV.2. Pembahasan

Pada praktikum ini ada lima ekor ayam kampung yakni 3 ekor ayam kampung
jantan dan 2 ekor ayam kampung betina yang dijadikan sebagai bahan pengamatan
dari pengukuran sifati kuantitatifnya. Akan tetapi untuk pengamatan tingkah laku
ayam digunakan ada 13 ekor ayam kampung yang diamati.
IV.2.1. Sifat kuantitatif ayam kampung

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan bahwa pada pengukuran sifat


kuantitatif pada ayam kampung adalah dengan diperoleh, untuk panjang badan pada
pengukuran ayam kampung menghasilakn rata-rata 19,16 cm sedangkan pada
pengukuran panjang sayap diperoleh dengan rata-rata 14,2 cm. untuk lingkar dada
yang kami amati pada ayam kampung menghasilkan rata-rata 25,4 cm dan untuk
panjang shank menghasilkan rata-rata 8,52 cm. Sedangkan untuk panjang paruh pada
ayam kampung yang kami amati diperoleh dengan rata-rata 2,12 cm.

Keragaman ukuran tubuh hewan disebabkan oleh faktor genetic dan faktor
lingkungan dan variasi yang Terdapat pada suatu individu disebabkan oleh variasi
genetic dan lingkungan ( Subekti dan Arlina 2011 ).

IV.2.2. Tingkah laku ayam kampung

Tingkah laku merupakan ekspresi suatu ternak yang disebabakan oleh semua
faktor yang mempengaruhinya seperti faktor ekternal maupun faktor internal yang
akan mempengaruhi perilaku asli dan modifikasi ayam tersebut ( Wardi, dkk 2019 ).

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan tentang tingkah laku ayam


kampung yang dapat diamati adalah mematuk, minum, kawin, keadaan social,
bertarung dan kanibalisme. Tingkah laku tersebut yang dapat kami amati adalah :

1. Tingkah laku mematuk

Tingkah laku mematuk yang kami amati adalah ketika ayam teersebut
mencari makan, ayam itu terlebih dahulu mengais-ngais tanah untuk mendapatkan
makanan tersebut. Kemudian ayam tersebut akan mematuk makanan yang didapatnya
dari tanah dan kembali lagi mengais-ngais tanah, begitulah seterusnya. Interval waktu
yang kami amati yaitu dengan 15 mematuk dalam kurung waktu 10 detik.Perbedaan
kecepatan mematuk pada tingka laku ayam dipengaruhi oleh faktor genetic, suhu
lingkungan, jenis makanan yang tersedia dan habitatnya ( Wardi, dkk 2019 ).

2. Tingkah laku minum

Aktivitas minum pada ayam umumya relative tinggi yang dipengaruhi oleh
penyinaran matahari. Tingkah laku meminum pada ayam kampung yang kami amati
adalah pertama, ayam akan menenggelamkan paruhnya pada tempat ia akan minum
kemudian ayam tersebut akan mengangkat kepalanya dengan membuka paruhnya,
keadaan ini dilakukan terus menerus selama ayam tersebut akan melakukan aktivitas
minum. Hal ini dapat didukung dengan pernyataan dari (Wardi, dkk 2019) bahwa
perilaku minum pada ayam biasanya dilakukan sambil menenggelamkan kepalanya
kedalam tempat minum, kemudian selang beberapa dtik ketika ayam meminum air
biasanya ayam tersebut mengangkat kepala sambil membuka paruhnya.

3. Tingkah laku kawin

Tingkah laku kawin pada ayam kampung ini sangat unik dari hewan ternak
lainnya. Berdasarkan pengamatan proses kawinya didahului dengan beberapa tingkah
laku yakni pada ayam jantan dengan memancing ayam betina dengan berkokok lalu
kemudian menjulurkan salah satu sayapnya dan mengelilinginya. Tingka laku kawin
ini bersifat poligami dan dikendalikan oleh hormone.

4. Tingkah laku social

Tingkah laku social pada ayam kampung yang kami amati adalah dimana
ayam tersebut berjalan secara bergerombol. Keadaan ini sering terjadi ketika kita
mendekati ayam tersebut.

5. Tingkah laku bertarung

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan tingkah laku bertarung pada ayam


kampung meliputi menyerang dan menghidar dari lawan, dan melarikan diri ketika
kalah dalam perkelahian. Keadaan ini dijumpai ketika kedua ayam jantan tersebut
memperebutkan makanan.

Aktivitas agonistic adalah aktivitas dimana ayan waspada dan siap


menyerang sesame ayam. Aktivitas ini ditandai dengan ayam saling patuk mematuk
dan kanibal terhadap ternak lain. Tingkah laku agonistic merupakan tingkah laku
yang ditunjukan oleh unggas untuk mempertahankan diri saat terjadi konflik social
antar unggas. Secara umum agonistic behavior padda unggas melibatkan ancaman,
agresi, penaklukan, usaha untuk menghindar dan kepasifan (sifat apatis).
Dibandingkan dengan unggas betina, unggas jantan cenderung lebih memperlihatkan
tingkah laku agonistic terutama terkait dengan usaha memperebutkan unggas betina
untuk dikawini (Wardi, dkk 2019).

Sedangkan pada tingkah laku kanibalisme pada ayam kampung tidak terdapat
dalam pengamatan ini.

V. PENUTUP
V.1. Kesimpulan

Tingkah laku pada ayam kampung yaitu tingkah laku mematuk dengan 15 kali
mematuk dalam 10 detik, tingkah laku meminum dengan yang relative tinggi akibat
pengaruh penyinaran matahari, tingkah laku kawin yang bersifat poligami dan
dikendalikan oleh hormone, tingkal laku social yang bergerombol, tingkah laku
bertarung yang meliputi menyerang dan menghindar. Sedangkan pada tingkah laku
kanibalisme tidak terlihat pada pengamatan praktikum ini.

V.2. Saran

Asisten diharapkan untuk lebih menjelaskan secara spesifik mengenai prosedur-


prosedur dalam praktikum ini.

Praktikan, alatmya dapat dilengkapi lagi dan bisa mengatur waktu dalam kegiatan
praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA

Hendriyanto, W. 2019. Panduan Beternak dan Berbisnis Ayam Kampung. Laksana.


Yogyakarta.
Saartika, T. 2016. Panen Ayam Kampung 70 Hari. Penebar Swadaya. Jakarta.
Subekti, K dan Arlina, F. 2011. Karakteristik Genetik Eksternal Ayam Kampung di
Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu
Peternakan. XIV. (2). 74-84.
Wardi, M., Dewi dan Ishak B. L. 2019. Tingkah Laku Ayam KUB Pada Perbibitan
Ayam KUB di Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal
Peternakan. 16 (2). 49-54.
Yaman, A. 2010. Ayam Kampung Unggul 6 Minggu Panen. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai