Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM INDUSTRI PAKAN

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

Kelompok 3 :

Ananda Putri Pratama (D24170004)


Dewi Sartika Miharja (D24170012)
Aenyfatchu Rohmah (D24170040)
AstriAyu Hapsari (D24170060)
Ester Ayu Nadeak (D24170086)
Nadia Ayu Meiriza (D24170099)
Isnaini Dafri (D24170110)
Rachel Ayudia (D24170121)

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Industri pakan sebagai industri hulu memiliki peranan yang sangat penting
dalam pengembangan industri peternakan. Industri yang bergerak dibidang pakan
ternak di Indonesia bervariasi, mulai dari industri besar sampai industri kecil.
Industri-industri tersebut mempunyai hasil produk berupa pakan ternak dengan
kualitas dan kuantitas yang berbeda. Menurut Wigati (2009), proses penyimpanan
adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menahan atau menunda suatu barang
sebelum barang tersebut dipakai tanpa merubah bentuk barang tersebut.
Kualitas pakan yang disimpan akan turun jika melebihi batas waktu tertentu.
Oleh sebab itu, uji kualitas fisik pakan sangat penting untuk diketahui. Uji kualitas
fisik tersebut meliputi: kadar air, berat jenis, aktivitas air, sudut tumpukan,
kehalusan bahan, kerapatan tumpukan, dan kerapatan pemadatan bahan. Kualitas
pakan juga harus diiringi dengan pengawasan. Tindakan sangat penting dalam
pengawasan mutu bahan baku dan proses produksi adalah pengambilan sampel
(sampling). Laboratoriun yang dilengkapi dengan peralatan yang canggih dan
didukung dengan tenaga ahli yang berpengalaman tidak akan mampu memberikan
data yang akurat tanpa didukung ketersediaan sampel yang tepat. Teknik, jumlah,
dan peralatan yang tepat diperlukan untuk memperoleh sampel yang representatif .
Kandungan kadar air pada penyimpanan pakan juga perlu diperhatikan (Nurhayatin
dan Purbasari 2017).
Penurunan kadar air disebabkan karena kondisi udara yang panas dimana
waktu sedang masa kemarau, maka kandungan air dalam pakan pellet juga
mengalami penurunan. Kondisi perbedaan kadar air ransum, suhu dan kelembaban
lingkungan sekitarnya selama proses pengukuran memungkinkan terjadinya
penyerapan air dari udara. Dan kondisi ini dapat terjadi sebaliknya. Untuk menjaga
agar kadar air tidak banyak berubah, maka menurut Alamsyah (2005), syarat
tempat penyimpanan pakan adalah tidak lembab , kering dan berventilasi.
Berat jenis ditentukan oleh lama penyimpanan. Hal ini disebabkan karena
lama penyimpanan berpengaruh terhadap kandungan air bahan pakan. Menurut
Yuli (2011), semakin lama bahan pakan disimpan, maka berat jenis akan
berfluktuasi yang dikarenakan terjadi penggumpalan yang disebabkan oleh
pertumbuhan jamur pada bahan pakan. Aktivitas air dalam bahan pakan
dipengaruhi lama waktu penyimpanan.
Aktivitas air berbanding lurus dengan kadar air, dimana jika aktivitas air
meningkat maka kadar air juga meningkat. Semakin meningkatnya kadar air
seimbang dikarenakan banyak sedikitnya uap air yang diserap dipengaruhi oleh
lingkungan. Semakin tinggi tingkat aktivitas air (aw) maka jumlah uap air yang
diserap bahan untuk mencapai keseimbangan semakin besar. Semakin
meningkatnya kadar air seimbang dikarenakan banyak sedikitnya uap air yang
diserap dipengaruhi oleh lingkungan. Semakin tinggi tingkat aktivitas air (aw) maka
jumlah uap air yang diserap bahan untuk mencapai keseimbangan semakin besar
(Amanto et al. 2011).
Tujuan

Praktikum ini bertujuan mengetahui kandungan air dan aktivitas air pada
bahan pakan.

MATERI DAN METODE

Materi

Materi yang digunakan pada praktikum kali ini meliputi bahan dan alat.
Bahan-bahan yang diperlukan, yaitu buah papaya, buah pisang, makanan kucing,
jagung pipil, pakan wafer, maggot, dan habbatussauda. Alat-alat yang digunakan,
yaitu timbangan digital, aw meter, besi untuk mengambil sampel di karung,
gunting, dan rika moisture meter.

Metode

A. Pengukuran aktivitas air


Buah yang telah disiapkan dikupas terlebih dahulu. Lalu, buah papaya dan
pisang dipotong-potong sesuai ukuran yang diminta. Buah- buah tersebut
dimasukan kedalam aw meter. Cek selalu aw meter tiap 10 menit selama total waktu
30 menit. Catat hasil yang diperoleh.

B. Pengukuran kadar air


Ambil bahan pakan yang akan diukur kadar air, meliputi . Bahan pakan
dipotong-potong dengan gunting sesuai keperluan. Bahan yang telah dipotong-
potong diletakan kedalam alat rika moisture meter, tutup degan penutup yang
disediakan untuk menghancurkan bahan lebih kecil lagi.

C. Sampling bahan
Pengambilan sampel bahan baku kemasan karung dilakukan di titik-titik
secara acak. Bahan baku yang digunakan yaitu jagung pipil. Pengambilan jagung
pipil sebanyak 100 gram. Pisahkan jagung pipil dari pecahan biji, biji mati, biji
jamur, kotoran janggel, dan benda-benda asing. Kemudian ditimbang. Hitung
persentase bahan-bahan asing tersebut terhadap bahan baku.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Suatu bahan pakan perlu diuji terleih dahulu untuk mengetahui kandungan
nutriennya. Salah satu teknik yang dilakukan yaitu sampling. Kandungan air dan
aktivitas air juga perlu diketahui untuk memperkiran kandungan nutrien pada bahan
pakan. Berikut tabel hasil tabel pengamatan dalam teknik sampling, kadar air, dan
aktivitas air.
Table 1. Data pengamatan sampel jagung

Berikut ini merupakan data hasil sampling jagung


Jenis Berat Pengamatan fisik Pemeriksaan bijian
bahan sampe warna aroma tekstu Biji Biji Kotora Bend
l r pecah jamur n a
(gram) (gram (gram janggel asing
) ) (gram) (gam)
Jagun 100 orang jagun Kasar 1.7 2.2 1.3 0.5
g e g (pipil)

Table 2. Data kadar air dari beberapa produk pakan

Berikut ini merupakan data kadar air beberapa bahan pakan


Nama bahan Kadar air
Jagung 11.9
Biscuit of nigella sativa waste 11.6
Pellet nigella sativa waste 14
Complete feed wafer 12.3
Maggot 13.5
Pellet makanan kucing 12.5
Wafer of nigella sativa waste 7.8

Table 3. Data aktivitas air dari beberapa produk pakan

Nama bahan Aktivitas air


Wafer 0.714
Biscuit 0.776
Papaya 0.944
Pisang 0.904

Dalam suatu usaha peternakan baik yang berskala kecil maupun industri
peternakan, pakan memegang peranan yang amat penting dan merupakan salah satu
faktor produksi yang menentukan keberhasilan usaha tersebut . Ketersediaan pakan
baik kualitas maupun kuantitas harus dapat menjamin serta mendukung bagi
kelangsungan usaha. Kualitas pakan atau bahan pakan akan ditentukan oleh
kandungan nilai gizi dari bahan itu sendiri, dengan demikian untuk memenuhi
kebutuhan gizi suatu komoditas ternak perlu diketahui terlebih dahulu kandungan
nilai gizi pakan yang diberikan dengan cara menganalisa sampel dari pakan atau
bahan tersebut . Analisa sampel bahan pakan pada dasarnya dapat dilakukan
terhadap semua bahan baik hijauan maupun bahan-bahan lainnya . Dalam
pengambilan sampel untuk dianalisa, terdapat hal-hal yang tidak boleh diabaikan
diantaranya bahwa sampel tersebut harus benar-benar mewakili bahan-bahan secara
keseluruhan dan tercampur secara merata. Selain itu, analisa tersebut perlu
ditunjang oleh alat-alat laboratorium yang baik serta memadai sehingga diperoleh
data yang akurat . Analisa bahan pakan ternak secara kimiawi perlu dilakukan untuk
mengetahui dan mengevaluasi nilai gizi yang terkandung dalam suatu bahan pakan
ternak . Analisa kimia ini dilakukan dengan cara pengambilan sampel yang benar-
benar mewakili bahan- bahan pakan secara keseluruhan. Analisa tersebut perlu
ditunjang oleh alat-alat (Askar et al. 1985). Pengambilan
sampel pada bahan pakan bertujuan untuk mendapatkan bahan yang dapat
mewakili bagian yang dapat mewakili bagian yang diharapkan informasinya.
Sampel harus memenuhi beberapa kriteria sebelum analisis yaitu 1) Homogen,
artinya setiap bagian dari sampel tersebut harus sama/mewakili dari bahan asalnya.
Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan test homogenitas atau dengan teknik
random sampling pada pengambilan sampel hijauan dilapangan. 2) Proporsional
terhadap bahan/donor asal. Setelah sampel asal homogen maka sampel dapat
diambil minimal 5%-20% dari jumlah yang ada. Penentuan ini harus konstan untuk
setiap pengambilan sampel. Sistem komposit (mencampur) pada sampel yang
cukup besar banyak perlu dilakukan tanpa harus mengubah spesifikasi dari sampel
tersebut. 3) Diusahakan bebas kontaminasi, dekomposisi, kehilangan/susut atau
berubah matrixnya (Siregar et al. 1972). Dalam melaksanakan
tugasnya, petugas pengambil sampel harus memperhatikan hal-hal berikut.
Pertama, intensitas pengambilan sampel sesuai dengan ketentuan. Kedua,
menggunakan peralatan pengambilan sampel yang sesuai. Ketiga, mengikuti teknik
pengambilan sampel yang ditetapkan. Keempat, melakukan prosedur reduksi
sampel sesuai dengan ketentuan. Kelima, melakukan pengambilan sampel ulang
apabila pengambilan sampel sebelumnya tidak dilakukan dengan cara yang benar.
Untuk mendapatkan sampel kiriman yang mewakili, diperlukan jumlah minimum
sampel dan sampel harus mempunyai ukuran yang sama. Intensitas pengambilan
sampel ditetapkan berdasarkan persyaratan statistik. Untuk memperoleh suatu
sampel kiriman yang mewakili, pengambilan sampel tidak hanya dilakukan pada
satu posisi namun sebaiknya mencakup keseluruhan posisi. Apabila dilakukan
pengambilan sampel dengan tangan (hand methode) atau alat bantu, sebaiknya tidak
mengambil dari satu posisi yang sama, tetapi harus mewakili semua kemungkinan
posisi dalam kemasan baik secara random ataupun sistematik (Rusli et al 2007)
Sample biji jagung kemudian dikelompokkan ke dalam 4 kelompok biji
yaitu biji utuh, biji rusak, biji pecah, dan biji yang sudah terserang jamur. Biji utuh
adalah biji jagung kering yang secara fisik keseluruhannya utuh tanpa adanya cacat,
bercak ataupun berjamur. Biji rusak adalah biji jagung yang cacat, kisut atau rusak
akibat serangan serangga atau hama gudang. Biji pecah adalah biji jagung yang
tidak utuh/rusak akibat proses perontokan atau pemipilan. Biji jagung yang sudah
terserang cendawan atau jamur (Adrizal et al 2011). Kualitas bahan pakan
untuk pembuatan ransum dapat dikategorikan kedalam karakteristik fisik serta nilai
analitis. Karakteristik fisik bahan baku pakan perlu ditentukan dalam penerimaan
bahan baku masuk sebelum dapat di bongkar menuju tempat penyimpanan.
Karakteristik fisik bahan pakan dapat di lihat secara visual, bau, tekstur, dan dengan
uji laboratorium. Tujuan pengambilan sampling dalam penerimaan bahan baku
antara lain adalah menguji apakah bahan baku tersebut dapat diterima atau di tolak.
Selain itu tujuan sampling antara lain adalah untuk menguji kualitas bahan baku
selama bahan baku berada dalam tempat penyimpanan apakah bahan baku tersebut
masih layak untuk digunakan atau sudah terjadi kontaminasi saat penyimpanan
(Adrizal et al. 2011). Air merupakan unsur penting dalam bahan pakan
maupun bahan pangan. Keberadaan air sangat esensial dalam proses biokimiawi.
Air dalam bahan pakan terdapat dalam berbagai bentuk antara lain adalah air bebas,
air terikat secara lemah, serta air dalam keadaan terikat kuat. Proses kerusakan
bahan pakan seperti proses mikrobiologis, kimiawi, serta enzimatik dapat dibantu
dengan adanya air bebas. Hubungan kadar air dengan air bebas ditunjukan bahwa
semakin tinggi kadar air makasemakin tinggi pula nilai air bebas. Kadar air yang
sesuai akan menyebabkan pakan atau pangan tidak mudah ditumbuhi jamur
sehingga daya simpan serta umur simpan pakan dapat maksimal. Agar kadar air
dalam pakan dapat terjaga, pakan perlu dikemas dalam suatu wadah yang mampu
menjaga kondisi pakan agar tidak mudah terserap oleh air (Romadhon et al. 2013).
Table 1. Data pengamatan sampel jagung

Berikut ini merupakan data hasil sampling jagung


Jenis Berat Pengamatan fisik Pemeriksaan bijian
bahan sampe warna aroma tekstu Biji Biji Kotora Bend
l r pecah jamur n a
(gram) (gram (gram janggel asing
) ) (gram) (gam)
Jagun 100 orang jagun Kasar 1.7 2.2 1.3 0.5
g e g (pipil)

Table 2. Data kadar air dari beberapa produk pakan

Berikut ini merupakan data kadar air beberapa bahan pakan


Nama bahan Kadar air
Jagung 11.9
Biscuit of nigella sativa waste 11.6
Pellet nigella sativa waste 14
Complete feed wafer 12.3
Maggot 13.5
Pellet makanan kucing 12.5
Wafer of nigella sativa waste 7.8

Table 3. Data aktivitas air dari beberapa produk pakan

Nama bahan Aktivitas air


Wafer 0.714
Biscuit 0.776
Papaya 0.944
Pisang 0.904

Aktivitas air (aw) menggambarkan derajat aktivitas air dalam bahan pangan,
baik kimia dan biologis. aktivitas air sangat erat kaitannya dengan kadar air dalam
bahan terhadap daya simpan (Belitz 2009). Aktivitas air atau water activity (aw)
sering disebut juga air bebas, karena mampu membantu aktivitas pertumbuhan
mikroba dan aktivitas reaksi-reaksi kimiawi pada bahan pangan. Bahan pangan
yang mempunyai kandungan atau nilai aw tinggi pada umumnya cepat mengalami
kerusakan, baik akibat pertumbuhan mikroba maupun akibat reaksi kimia tertentu
seperti oksidasi dan reaksi enzimatik.
Tinggi rendahnya nilai aktivitas air akan mempengaruhi waktu simpan dan
kualitas dari bahan makanan. Range nilai aktivitas air yaitu 0 – 1. Pada nilai
aktivitas air sama dengan 0 berarti molekul air yang bersangkutan sama sekali tidak
dapat melakukan aktivitas dalam proseskimia. Sedangkan nilai aktivitas air sama
dengan 1 berarti potensi air dalam proses kimia pada kondisi maksimal. Nilai Aw
bahan dibawah 0,25 air berada sebagai lapisan tunggal monokuler yang terikat erat
pada komponen bahan, pada nilai 0,25 – 0,75 air tidak terikat erat sebagai lapisan
tunggal, namun tidak sepenuhnya dalam keadaan bebas, pada nilai lebih besar dari
0,75 air berada pada keadaan tidak terikat dan berupa air bebas (Leviana dan
Paramita 2017).
Semakin besar nilai aktivitas air maka semakin kecil daya tahan bahan
makanan begitu pula sebaliknya semakin kecil nilai aktivitas air maka semakin
lama daya simpan bahan makanan tersebut. Mikroorganisme mempunyai Aw
minimum agar dapat tumbuh dengan baik, seperti bakteri pada Aw 0,90, khamir
Aw 0,8 – 0,9, kapang Aw 0,6 – 0,7 (Lindriati dan Maryanto 2016). Kebanyakan
bakteri tidak tumbuh pada nilai aw dibawah 0,87. Beberapa jamur xerofilik telah
menunjukkan kemampuan untuk tumbuh pada nilai aw 0,75 – 0,65 (Tapia et al
2007). Menurut Purnomo (1995), pada nilai aW antara 0,20 sampai 0,60, air
berperan sebagai pelarut sehingga aktifitas enzim dan pencoklatan non enzimatis
dapat terjadi. Menurut Bell (2007), pada nilai aw 0,2 - 0,3 oksidasi lemak berjalan
sangat lambat.
Hasil pengamatan water activity (Aw) beberapa bahan pakan menunjukan
hasil yang berbeda-beda. Pengamatan kali ini menggunakan 4 bahan pakan yaitu
wafer, biscuit, pepaya dan pisang. Hasil pengamatan menunjukan bahwa Aw
tertinggi ada pada buah-buahan yaitu pepaya dan apel berturut-turut 0.944 & 0.904,
sedangkan bahan Pakan yang sidah diolah menjadi wafer dan biscuit berturut-turut
0.714 & 0.776. Aw menjadi salah satu parameter untuk melihata tingkat ketahanan
suatu bahan, semakin tinggi nilai Aw maka akan semakin rendah tingkat ketahanan
dan daya simpan suatu bahan. Aw yang tinggi akan membuat bakteri tumbuh
didalamnya, nilai Aw dibawah 0.87 umumnya sudah bagus karena bakteri umunya
tidak bisa hidup dan berkembang di nilai Aw tersebut (Tapia et al 2007).
Hasil praktikum juga membuktikan bahwa terjadi perbedaan antara bahan yang
sudah diolah (wafer dan biscuit) dengan yang belum diolah (pepaya dan pisang),
hasil tersebut menunjukan bahwa nilai Aw bisa diturunkan dengan melakukan
proses pengolahan bahan pakan seperti pengeringan, pemadatan dan lain-lain.
Pengolahan dilakukan untuk meningkatkan ketahanan dan daya simpan dari suatu
bahan pakan.
Hasil praktikum mengenai pengambilan sampling pada bahan pakan
(jagung) curah menggunakan slobe dengan cara ditusukkan ke karung mendapat
data bahwa warna orange, aroma jagung dan tekstur kasar(pipil) itu artinya berada
dalam kondisi normal, selain itu juga dilihat dari kualitas biji dengan hasil biji pecah
1.7 gr, biji jamur 2.2 gr, kotoran janggel 1.3 gr dan benda asing 0.5 gr. Menurut
Triyono (2018) dalam bukunya yang berjudul Teknik Sampling dalam Penelitian,
salah satu metode yang dipakai dalam pengambilan sampling tersebut adalah
sampling acak sederhana, dimana setiap bahan mempunyai peluang yang sama
untuk dipilih secara acak. Sampel jagung curah yang dipakai memiliki kualitas yang
relatif baik karena benda asing hanya 0.5 gr dari total sampel 100 gr, tetapi meniliki
biji jamur yang cukup banyak yaitu 2.2 gr atau sekitar 2.2% dari keseluruhan
sampel.
Kadar air menununjukkan tingkat kekeringan dan mempunyai aspek
terhadap daya simpan serta mutu hasil proses selanjutnya. Kadar air bahan simpan
berpengaruh terhadap hama gudang, umur biji serta kerusakan mekanik baik selama
penanganan, pemrosesan ataupun pembersihan. Kadar air merupakan salah satu
faktor penting dalam memepengaruhi kemampuan benih untuk mempertahankan
viabilitasnya. Dalam batas tertentu makin rendah tingkat kadar air benih, makin
lama benih tersebut dapat mempertahankan viabilitasnya. Bahan yang disimpan
umumnya dalam keadaan kering dengan kadar air maksimum 14 persen (Kastanja
2007).
Hasil pengamatan menunjukkan kadar air jagung yaitu 11.9%, hal tersebut
menunjukkan bahwa jagung yang diamati dapat mempertahannya viabilitasnya
dalam waktu yang lama. Menurut Kastanja (2007), bahwa tingkat kadar air yang
aman untuk menyimpan jagung pipilan adalah 13%. Penyimpanan jagung dapat
dilakukan dalam beberapa bentuk yaitu berkulit, tongkol terkupas dan pipilan.
Kadar air biscuit of nigella sativa waste dari hasil pengamatan yaitu sebesar 11.6%,
pellet nigella sativa waste yaitu sebesar 14%, complete feed wafer yaitu sebesar
12.3%, maggot yaitu sebesar 13.5%, pellet makanan kucing yaitu sebesar 12.5%,
dan wafer of nigella sativa waste yaitu sebesar 7.8%. Hal tersebut menunjukkan
bahwa seluruh bahan pakan yang diamati dapat mempertahannya viabilitasnya dan
dapat disimpan dalam waktu yang lama.

DAFTAR PUSTAKA
Adrizal, Anggraini D, Novita N, Santosa, Andasuryani. 2011. Pendugaan kualitas
fisik biji jagung untuk bahan pakan menggunakan jaringan syaraf tiruan
berdasarkan data citra digital. Jurnal Peternakan Indonesia.13 (3):183-190
Adrizal, Anggraini D, Novita N, Santosa, dan Andasuryani. Pendugaan kualitas
fisik biji jagung untuk bahan pakan menggunakan jaringan syaraf tiruan
berdasarkan data citra digital. Jurnal Peternakan Indonesia. 13(3):183-190.
Alamsyah dan Rizal. (2005). Pengolahan Pakan Ayam dan Ikan Secara Modern.
Penebar swadaya. Jakarta.
Amanto S et al. 2011. Prediksi umur simpan tepung jagung (Zea mays l.) instan di
dalam kemasan plastik. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian. 4(2) : 74-83.
Askar S, Lubis D. 1985 . Penuntun Analisa Bahan Makanan Ternak. Laboratorium
Makanan Ternak . Balai Penelitian Ternak Bogor .
Belitz, H.D., Grosch, W. & Schieberle, P., 2009. Springer Food chemistry 4th
revised and extended edition. Annual Review Biochemistry, 79:655-681.
Bell, L.N. 2007. Moisture effect on Food’s Chemical Stability. In: Water Activity
in Foods: Fundamentals and Applications. Barbosa-Canovas, G.V., Fontana
Jr., A.J., Schmidt, S.J., Labuza, TP (ed). Blackwell Publishing. Iowa, USA.
Kastanja AY. 2007. Identifikasi kadar air biji jagungdan tingkat kerusakannya pada
tempat penyimpanan. Jurnal Agroforestri. 2(1): 27-32.
Leviana W dan Paramita V. 2017. Pengaruh Suhu Terhadap Kadar Air Dan
Aktivitas Air Dalam Bahan Pada Kunyit (Curcuma Longa) Dengan Alat
Pengering Electrical Oven. Metana. 13(2):37-44
Lindriati T, Maryanto. 2016. Aktivitas air, kurva sorpsi isothermis serta perkiraan
umur simpan flake ubi kayu dengan variasi penambahan koro pedang. J.
Agroteknologi. 10 (2): 129-136.
Nurhayati T dan Purbasari M. 2017. Pengaruh cara pengolahan pati garut (Maranta
arundinacea) sebagai binder dan lama penyimpanan terhadap kualitas fisik
pellet ayam broiler. Jurnal Ilmu Peternakan. 2(1) : 32-40
Purnomo, H. 1995. Aktivitas Air dan Peranannya dalam Pengawetan Pangan.
Universitas Indonesia, Jakarta.
Romadhon I, Komar N, dan Yulianingsih R. 2013. Desain optimal pengolahan
sludge padat biogas sebagai bahan baku pelet pakan ikan lele. Jurnal
Bioproses Komoditas Tropis. 1(1):26-35.
Rusli ES, Samodra H, Permana ND, Aini L, Noerachman T, Hudri AS, Syarifudin
E, Acrom M, Rustiani US, Desnurvia R. 2007. Pedoman teknik
pengambilan sampel biji-bijian untuk benih. Jakarta(ID): Pusat Karantina
Tumbuhan Badan Karantina Pertanian.
Siregar ME, Susanto R, Djajanegara A. 1972 . Petunjuk Pengambilan Contoh
Bahan Makanan Ternak dan Cara Pengirimannya untuk Dianalisa.
Lembaran L.P.P . LembagaPenelitian Peternakan Bogor.
Tapia, M.S., Alzamora, S.M. and Chirife, J., 2007. Effects of water activity (aw) on
microbial stability: As a Hurdle in Food Preservation. In: Water Activity in
Foods: Fundamentals and Applications. Barbosa-Canovas, G.V., Fontana
Jr., A.J., Schmidt, S.J., Labuza, TP (ed). Blackwell Publishing. Iowa. USA.
Tapia, M.S., Alzamora, S.M. and Chirife, J., 2007. Effects of water activity (aw) on
microbial stability: As a Hurdle in Food Preservation. In: Water Activity in
Foods: Fundamentals and Applications. Barbosa-Canovas, G.V., Fontana
Jr., A.J., Schmidt, S.J., Labuza, TP (ed). Blackwell Publishing. Iowa. USA.
Triyono. 2018. Teknik Pengambilan Sampling Dalam Penelitian. Universitas
Widya Dharma (ID).
Wigati, Dimar. 2009. Pengaruh Jenis Kemasan dan Lama Penyimpanan terhadap
Serangan Serangga dan Sifat Fisik Ransum Broiler Starter Berbentuk
Crumble. [Skripsi]. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Yuli Retnani, E.D. Putra dan L. Herawati. (2011). Pengaruh Taraf Penyemrpotan
dan Lama Penyimpanan Terhadap Daya Tahan Ransum Broiler Finisher
Brbentuk Pellet. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai