FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM 2023 Abstrak A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Keberadaan media massa dipengaruhi oleh perkembangan arus teknologi informasi dan komunikasi. Media massa menjadi sebuah kekuatan besar di mana bisa menyebarkan informasi yang ada di salah satu belahan dunia ke seluruh dunia dalam waktu yang hampir bersamaan. Sejarah jurnalistik di Indonesia sendiri sudah diperoleh saat Indonesia masih belum merdeka. Sejarah perkembangan Jurnalistik di Indonesia menjadi tonggak berkembangnya dunia pers Indonesia hingga sekarang ini masih terus mendunia. Perkembangan jurnalistik di Indonesia mulai tumbuh pesart sejak Indonesia meraih kemerdekaan. Sejarah perkembangan jurnalistik di Indonesia ini digolongkan menjadi beberapa fase. Dalam penyusunan artikel ini akan dijelaskan sejarah perkembangan dan ruang lingkup jurnalistik. 2. Rumusan Masalah a. Bagaimana sejarah perkembangan jurnalistik di dunia dan Indonesia? b. Apasaja yang menjadi ruang lingkup jurnalistik? 3. Tujuan a. Untuk mengetahui sejarah perkembangan jurnalistik di dunia dan Indonesia. b. Untuk mengetahui yang menjadi ruang lingkup jurnalistik. B. Pembahasan 1. Sejarah Jurnalistik Orang seringkali menyamakan jurnalistik dengan Pers, bahkan menyamakan jurnalistik dengan surat kabar. Ini disebabkan oleh media massa yang pertama diciptakan manusia adalah surat kabar. Manusia tidak lagi hanya melakukan komunikasi antarpribadi dan kelompok. Teknologi komunikasi mempertemukan manusia melalui industri telepon, surat kabar, majalah, fotografi, radio, film, televisi, komputer dan satelit serta internet. Manusia kini berada dalam abad informasi. Sejarah awal jurnalistik terjadi pada media cetak di zaman Romawi kuno pada masa pemerintahan Julius Caesar sekitar abad 60 SM. Saat itu terdapat media pertama yang berupa papan pengumuman yang disebut “Acta Diurna” yang artinya catatan harian. Awalnya berisi tentang catatan dan keputusan hukum. Namun akhirnya berkembang menjadi pemberitahuan public dan informasi lainnya seperti perkawinan dan kematian. Papan pengumuman ini ditempelkan di pusat kota yang disebut Forum Romanum (Stadium Romawi). Setiap warga diperbolehkan membaca isi Acta Diurna, bahkan boleh mengutipnya untuk disebarluaskan ke daerah lain. Saat itu muncul para “Diurnari” yang bekerja membuat catatan-catatan tentang hasil berita dari papan acta diurna. Dari kata Acta Diurna secara harfiah kata jurnalistik itu berasal. Diurna dalam bahasa latin berarti harian atau catatan mengenai kejadian sehari-hari. Kata diurna diubah kedalam bahasa Prancis menjadi “De Jour” dan Bahasa inggris “Journal” yang berarti catatan harian. Dari kata diurnari muncul kata diurnalis artinya harian atau tiap hari. Dari perkataan itulah lahir kata “Jurnalis” yaitu orang yang melakukan kegiatan jurnalistik. 2. Perkembangan Jurnalistik. Penyebaran informasi secara tertulis mulai berkembang pada masa peradaban Mesir yang mulai menemukan teknik pembuatan kertas. Pada abad 8 M, tepatnya tahun 911 M, di Cina muncul surat kabar cetak pertama dengan nama “King Pau” atau Tching-pao, yang berarti “Kabar dari Istana”. Kemudian pada tahun 1351 M, Kaisar Quang Soo mulai mengedarkan surat kabar itu secara teratur seminggu sekali. Pada Abad ke-18, jurnalisme menjadi bisnis dan alat politik ketimbang sebuah profesi. Misalnya komentar tentang politik sudah bermunculan pada masa ini. Demikian pula keterampilan desain sudah mulai berkembang dengan semakin majunya teknik percetakan. Perkembangan jurnalisme juga mulai diwarnai perjuangan kebebasan pers antara wartawan dan penguasa. Pers Amerika dan Eropa berhasil menyingkirkan batu-batu sandungan sensorsip pada akhir Abad ke-18 dan memasuki era jurnalisme modern seperti yang kita kenal sekarang. Pada tahun 1883, kesadaran akan jurnalisme yang profesional mendorong para wartawan untuk membentuk organisasi profesi mereka sendiri. Organisasi profesi wartawan pertama kali didirikan di Inggris, yang diikuti oleh wartawan di negara- negara lain. Pada era 1970–1980 komputer berkembang pesat sehingga mengubah proses produksi berita. Memasuki era 1990an teknologi komputer sudah semakin canggih dengan sudah adanya teknologi wireless, dan akses pengiriman berita melewati internet atau via satelit yang memudahkan wartawan untuk meliput dimana saja. Pada era 2000an mulai banyak situs-situs pribadi yang menuliskan laporan jurnalistik pribadi pemiliknya (blog). Walaupun tidak semua menuliskan karya jurnalistik, tetapi tetap banyak yang melaporkan karya jurnalistik bermutu juga. Setelah memahami sejarah jurnalistik dunia secara global, selanjutnya kita akan membahas mengenai sejarah jurnalistik di Indonesia. Dunia jurnalistik memang mengalami perkembangan beserta jatuh bangunnya di Indonesia, namun tidak membuatnya terhambat untuk berkembang seperti sekarang ini. Berdasarkan sejarahnya, dunia jurnalistik Indonesia dibagi menjadi tiga golongan masa: 1. Jurnalistik Kolonial, yaitu jurnalistik yang dibangun oleh orang Belanda pada abad ke-18 yang ditandai dengan munculnya surat kabar berbahasa Belanda yang bernama Bataviasche Nouvellesd 2. Jurnalistik China, yaitu jurnalistik yang dibuat oleh orang berketurunan Tionghoa di Indonesia dengan menerbitkan surat kabar sebagai media penghubung dan pemersatu kaum Tionghoa Indonesia. 3. Jurnalistik Nasional, yaitu jurnalistik yang dibuat oleh anak bangsa asli Indonesia sebagai media perjuangan dan alat pergerakan kemerdekaan pada abad ke-20. Kemunculannya ditandai dengan ikatan jurnalis yang dinamakan Medan Priayi dengan dipimpin oleh Tirto Hadisuryo atau yang lebih dikenal sebagai Raden Djikomono. Sedangkan jika menilik sejarah jurnalistik di Indonesia berdasarkan perkembangannya, kita akan melihat bahwa jurnalistik Indonesia terbagi ke dalam 6 masa. Berikut adalah masa-masa yang sangat penting dalam perkembangan jurnalistik di Indonesia: 1. Masa Pendudukan Belanda Sejarah jurnalistik di Indonesia dimulai saat Belanda menjajah Indonesia. Jurnalistik pada masa pendudukan Belanda ditandai dengan diterbitkannya surat kabar Memories der Nouvelles pada tahun 1615 oleh Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterzoon Coen. Surat kabar ini awalnya masih ditulis tangan sampai pada tahun 1688 pemerintah Hindia Belanda memiliki mesin cetak yang dikirim dari negeri Belanda dan akhirnya dapat membuat surat kabar dengan cetakan pertama. Isi surat kabar cetakan pertama ini antara lain ketentuan dan perjanjian yang dibuat antara Belanda dengan Sultan Makassar pada saat itu. Kemudian, perkembangan dunia jurnalistik dan surat kabar di Indonesia pada masa itu terus menanjak hingga dicatat ada sekitar 30 surat kabar berbahasa Belanda, 27 surat kabar berbahasa Indonesia, dan satu surat kabar berbahasa Jawa pada pertengahan abad ke-19. 2. Masa Pendudukan Jepang Setelah masa pendudukan di Indonesia berganti oleh pendudukan Jepang, dunia jurnalistik Indonesia mengalami perubahan besar-besaran dimana semua surat kabar dipaksa bergabung menjadi satu dan isinya disesuaikan dengan rencana serta tujuan Jepang dalam Dai Toa Senso atau Perang Asia Timur Raya. Dikutip dari bebagai data peninggalan sejarah di Indonesia, perkembangan jurnalistik di masa pendudukan mengalami kesulitan. Dimana, kebebasan pers sangat dibatasi dan tentunya ditekan untuk mengikuti kepentingan pemerintahan Jepang pada saat itu. Hal itu bisa dibuktikan saat berita surat kabar yang seharusnya merupakan representasi kenyataan menjadi tulisan yang diatur dengan tujuan pro pemerintahan Jepang semata. 3. Masa Pasca Kemerdekaan/ Pemerintah Presiden Soeekarno. Setelah kedudukan Indonesia sudah semakin kuat dengan dibubarkannya RIS (Republik Indonesia Serikat) dan diakuinya kedaulatan Indonesia sebagai Republik Kesatuan berdasarkan UUDS, peranan jurnalistik mulai tergoyahkan. Surat kabar justru mulai digunakan sebagai alat manuver politik yang bertujuan mengguncang bahkan menyerang lawan politik supaya mendapatkan kekuasaan di pemerintahan Indonesia yang baru. 4. Masa Pemerintahan Presiden Soeharto Masa ini disebut juga masa demokrasi liberal yang berpengaruh kepada kebebasan pers dan dunia jurnalistik di Indonesia, dimana setiap orang selama memiliki modal diperbolehkan menerbitkan media massa berupa surat kabar atau majalah tanpa memerlukan pengesahan pihak manapun. Dengan begitu, masyarakat Indonesia terutama kalangan wartawan lebih bebas dalam menyuarakan pendapat dan pemikiran mereka tanpa khawatir akan ditangkapi seperti sebelumnya. Namun justru karena itu, setiap surat kabar dan majalah berlomba untuk menerbitkan tulisan sebanyak-banyaknya dengan agak sedikit mengesampingkan mutu dan kualitas media pada saat itu. Sehingga tidak banyak media yang bermutu bagus dikarenakan minimnya peralatan mencetak dan lain sebagainya.Bahkan orang lebih memilih koran bekas RDV (Dinas Penerangan Belanda) daripada koran baru pada saat itu. Selain itu, ada juga permasalah baru yaitu munculnya media yang berisi konten pornografi yang bebas disebarluaskan karena tidak adanya pembatasan mengenai hal itu. Karena keadaan semakin memburuk, seperti terjadinya perang pena dan fitnah dimana-mana, pemerintah pun membuat peraturan yang berkaitan dengan dunia jurnalistik supaya dapat sesuai dengan dasar negara yaitu Pancasila dan UUD 1945. Kemudian, pemerintah mengeluarkan ketetapan MPRS No. XXXII/MPRS/1966 pada tanggal 6 Juli 1966 yang disambut oleh kalangan wartawan dengan Deklarasi Wartawan Indonesia hasil dari konfrensi kerja PWI di Jawa Timur. 5. Masa Reformasi Perkembangan jurnalistik pada masa reformasi ditandai dengan kebebasan pers yang membolehkan surat kabar dan majalah terus berjalan tanpa adanya pembaharuan izin karena SIUPP sudah dihapuskan. Jurnalistik Indonesia pun berkembang pesat dan dapat mencakup berbagai kalangan masyarakat karena semua lapisan masyarakat dapat membuat media massa. Hal ini terlihat dari berkembang pesatnya jurnalistik baik cetak, elektronik, digital, dan internet. Berbagai media televisi dengan salurannya masing – masing, siang malam menghiasi layar televisi. Kemudian, keberadaan radio dan majalah yang juga berkembang pesat seiring perkembangan zaman. Tak luput dengan keberadaan teknologi, yang memungkinkan kita mengakses internet lebih cepat baik melalui komputer maupun dengan smartphone yang semakin merajalela. Keberadaannya mampu menjangkau hingga pelosok daerah. 3. Ruang Lingkup Jurnalistik a. Pengertian Jurnalistik Secara etimologi jurnalistik artinya kewartawanan dan Jurnalisme berasal dari sebuah kata journal yang berarti buku harian atau catatan dari kejadian sehari-hari, juga dapat diartikan sebagai sebuah surat kabar. Journal berasal dari diurnalis istilah latin, yaitu orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik. Secara terminology Jurnalistik merupakan proses mengumpulkan, mengolah, menulis, menyebarluaskan informasi melalui media. Jurnalistik juga dikatakan sebagai profesi yaitu presenter, fotografer, vidiografer, wartawan dan jurnalistik merupakan bagian dari ilmu pengetahuan, yaitu ilmu yang mempelajari mengenai pembuatan dan penyebarluasan informasi. b. Produk Jurnalistik Produk jurnalistik yaitu informasi yang diperoleh setelah adanya proses jurnalistik. Berikut adalah beberapa contoh produk jurnalistik: 1. News atau Berita Berita adalah produk utama jurnalistik, laporan peristiwa terbaru dengan beberapa jenis berita berikut: -Berita Langsung – Straight News -Berita Mendalam – Depth News -Berita Investigasi – Investigative News 2. Views atau Pandangan/Opini Opini merupakan tentang pendapat, analisis, maupun ulasan suatu peristiwa atau masalah. Beberapa jenis opini pada media massa yaitu: -Artikel -Editorial (Opini Redaksi, Tajuk/Tajuk Rencana) -Karikatur 3. Features, Paduan Opini/Berita Karangan khas, dengan konten tentang data, fakta, maupun interpretasi dari penulis menggunakan gaya bahasa sastra. Selain itu, feature adalah cerita pendek atau disebut juga cerpen, tapi benar-benar terjadi secara nyata atau faktual. c. Penyusunan Informasi: Proses Pemberitaan Informasi yang disajikan sebuah media massa tentu harus dibuat atau disusun dulu. Yang bertugas menyusun informasi adalah bagian redaksi (Editorial Department), yakni para wartawan, mulai dari Pemimpin Redaksi, Redaktur Pelaksana, Redaktur Desk, Reporter, Fotografer, Koresponden, hingga Kontributor. Menurut UU No. 40/1999, wartawan adalah “orang yang melakukan aktivitas jurnalistik secara rutin”. Untuk menjadi wartawan, seseorang harus memenuhi kualifikasi berikut ini: 1) Menguasai teknik jurnalistik, yaitu skill meliput dan menulis berita, feature, dan tulisan opini. 2) Menguasai bidang liputan (beat). 3) Menguasai dan menaati Kode Etik Jurnalistik. d. News Processing (Pembuatan Berita) Teknis pembuatan informasi atau berita terangkum dalam konsep proses pembuatan berita (news processing), meliputi: 1) News Planning (perencanaan berita) Dalam tahap ini redaksi melakukan Rapat Proyeksi, yakni perencanaan tentang informasi yangakan disajikan. Dalam rapat inilah ditentukan jenis dan tema-tematulisan/berita yang akan dibuat dan dimuat, lalu dilakukan pembagian tugas di antara para wartawan. 2) News Hunting (pengumpulan bahan berita) Setelah rapat proyeksi dan pembagian tugas, para wartawan melakukan pengumpulan bahan berita, berupa fakta dan data, melalui peliputan, penelusuran referensi atau pengumpulan data melalui observasi dan wawancara. 3) News Writing (penulisan naskah) Setelah data terkumpul, dilakukan penulisan naskah 4) News Editing (penyuntingan naskah) Naskah yang sudah ditulis harus disunting dari segi redaksional (bahasa) dan isi (substansi).Dalam tahap ini dilakukan perbaikan kalimat, kata, sistematika penulisan, dan substansi naskah, termasuk pembuatan judul yang menarik dan layak jual serta penyesuaian naskah dengan space atau kolom yang tersedia. Setelah keempat proses tadi dilalui, sampailah pada proses berikutnya, yakni proses pracetak berupa Desain Grafis, berupa lay out (tata letak), artistik, pemberian ilustrasi atau foto, desain cover, dll. Setelah itu langsung ke percetakan (printing process). e. Penyebarluasan Informasi: Publikasi Informasi yang dibuat wartawan dan diedit editor disebarluaskan kepada publik (publikasi) melalui media massa (mass media). C. Penutup 1. Kesimpulan 2. Saran DAFTAR PUSTAKA