Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

SEJARAH DAN PENGERTIAN JURNALISTIK

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Jurnalistik

Dosen Pengampu: Usman Roin, M.Pd.

Di Susun Oleh :

Kelompok 01

1. Muhammad Hilma Ma’arif (20015170)


2. Candy Purnomo Aji (20015183)
3. Nailal Hidayah (20015221)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI
BOJONEGORO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha kuasa yang telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat,taufiq dan hidayah-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah Jurnalistik. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak dosen mata kuliah ini, sebab
tugas yang telah diberikan ini dapat menambah banyak pengetahuan dan wawasan. Dalam
penulisan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil
yang memuaskan, namun penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, mengingat keterbatasan akan kemampuan, pengalaman dan pengetahuan
kami. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca, sehingga penulisan makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Bojonegoro, 25 Oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu kegiatan komunikasi yang menggunakan media massa sebagai media
dalam proses penyampaian pesan atau informasi kepada khalayak yang bersifat tidak
langsung serta satu arah disebut jurnalistik. Seiring munculnya perkembangan
teknologi, mediapun mengalami perkembangan yang dinamis. Adanya internet
memunculkan berubahan ruang untuk selalu berinovasi menghadirkan berita yang
lebih cepat kepada masyarakat.
Dinamika jurnalistik mengalami perkembangan cukup kompleks sebagai salah
satu aspek komunikasi massa yang sering mendapat perhatian masyarakat. Jurnalistik
diidentikan dengan proses atau aktivitas penyebarluasan berita di media massa. Ketika
media online hadir sebagai new media, maka sekarang ini dikenal adanya jurnalistik
media online. Di mana setiap media memiliki medium tersendiri untuk menyajikan
berita yang akan dikonsumsi secara online. Namun di era media baru, terdapat
pendangkalan kualitas jurnalisme dengan semakin berkembangnya jurnalisme
berbasis online. Kecepatan atau akurasi dalam penyebaran berita menjadi suatu hal
yang substansial sehingga kerap mengabaikan kelengkapan dan mengorbankan
akurasi.
Sebelum melihat bagaimana perkembangan jurnalistik pada saat ini, penulis
akan menjelaskan sedikit tentang sejarah munculnya jurnalistik atau komunikasi
menggunakan media massa dan bagaimana media massa itu muncul dan berkembang.
B. Tujuan Penelitian
1. Bagaimana sejarah jurnalistik?
2. Bagaimana sejarah jurnalistik di Indonesia?
3. Bagaimana pengertian jurnalistik?
C. Manfaat Penelitian
1. Mengetahui sejarah jurnalistik
2. Mengetahui sejarah jurnalistik di Indonesia
3. Mengetahui pengertian jurnalistik

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Jurnalistik
Sebagai aktivitas menghimpun, mengolah dan mendistribusikan
informasi jurnalistik telah dimulai sejak awal peradaban manusia. Kebutuhan
manusia untuk menyampaikan dan menerima informasi itulah yang
melahirkan jurnalistik. Manusia menghimpun informasi dengan panca
indranya, mengolah dengan pikirannya, lalu mempublikasikannya kepada
orang terdekat dengan lisan tubuh atau peralatan lainnya. Sejarah jurnalistik
sendiri merujuk kepada Acta Diurna pada zaman Romawi Kuno masa
pemerintahan kaisar Julius Caesar (100-44 SM). Oleh karena itu Julius Caesar
disebut sebagai “Bapak Pers Dunia”. Sebenarnya, Caesar hanya meneruskan
dan mengembangkan tradisi yangmuncul pada permulaan berdirinya kerajaan
Romawi. Saat itu, atas peritah Raja Imam Agung, segala kejadian penting
dicatat pada “Annals”, yakni papan tulis yang digantungkan di serambi rumah.
Catatan pada papan tulis itu merupakan pemberitahuan bagi setiap orang yang
lewat dan memerlukannya
Acta Diurna, yakni papan pengumuman (sejenis majalah dinding atau
papan informasi sekarang), diyakini sebagai produk jurnalistik pertama; pers,
media massa, atau surat kabar harian pertama di dunia. Dokumen itu
diperkirakan telah ada sejak 59 sebelum masehi di Roma. Pada masa itu Acta
Diurna berisi informasi tentang kejadian-kejadian penting yang terjadi di
kota pada hari tersebut. Papan pengumuman itu ditempelkan atau dipasang di
pusat kota yang disebut Forum Romanum (Stadion Romawi) untuk diketahui
oleh umum. Berita di Acta Diurna kemudian disebarluaskan. Saat itulah
muncul para Diurnarii, yakni orang-orang yang bekerja membuat catatan-
catatan tentang hasil rapat senat dari papan Acta Diurna itu setiap hari, untuk
para tuan tanah dan para hartawan. Dari kata Acta Diurna inilah secara harfiah
kata jurnalistik berasal yakni kata Diurnal dalam Bahasa Latin berarti harian
atau setiap hari. Diadopsi ke dalam bahasa Prancis menjadi Du Jour dan
bahasa Inggris Journal yang berarti hari, catatan harian atau laporan.
Di cina, sekitar tahun 910 M, muncul surat kabar cetak pertama dengan
nama Tching-pao yang diartikan “Kabar dari Istana” dan pada tahun 1351M,
Kaisar Quang Soo mengedarkan surat kabar Tching-pao untuk dapat dibaca
oleh rakyatnya secara teratur dengan waktu terbit seminggu sekali. Belum
tersedianya kertas membuat aktivitas jurnalistik berbiaya mahal dan memiliki
jangkauan yang relatif terbatas. Pada masa itu, catatan-catatan penting ditulis
pada kulit binatang, logam tipis, atau batu dan tanah liat. Pada tahun 1282 di
Aragon (Spanyol) berdiri pabrik kertas yang menjadi titik awal masa depan
jurnalistik mulai tampak. Namun saat itu kertas juga masih menjadi komoditas
yang terlalu mahal.
Kemajuan jurnalistik berkembang dengan pesat pada tahun 1440
dengan adanya penemuan mesin cetak oleh Johan Guttenberg. Seorang tukang
emas terlatih asal Jerman ini berinovasi dengan menciptakan alat cetak dari

5
timah yang berbentuk huruf-huruf. Ketika diolesi dengan tinta, permukaan
timah berbentuk huruf tersebut dapat ditekan ke permukaan kertas sehingga
meninggalkan tulisan. Guttenberg juga berjasa karena berinovasi menciptakan
tinta berbasis minyak yang tidak mudah pudar sebagaimana tinta berbasis air
yang digunakan sebelumnya.
Pada 1541, buku berita (news book) pertama diciptakan di Mexico
City. Pada 1594, sebuah buku berjudul Mercurius Gallobelgicus dicetak
pertama kali dan diterbitkan secara berkala. Pada 1605, koran berbahasa
Jerman Johann Carolus’s terbit pertama kali di Strassbourg (sekarang
Perancis) dan diakui sebagai koran pertama di dunia. Lima belas tahun
kemudian, pada 1620 di Belanda terbit koran berbahasa Inggris The Courante.
Koran ini terbit mingguan dengan dimensi kertas yang cukup lebar, yaitu 22
sentimeter. Media massa baru mulai lahir di Amerika pada tahun 1590. Koran
pertama yang terbit di benua tersebut adalah Publick Occurrences Both
Forreign and Domestick yang terbit pada 25 September 1690. Pada tahun-
tahun berikutnya, di Boston juga terbit media-media lain seperti Boston-News
Letter (1704) dan The Boston Gazette (1719). Tahun 1800-an, industri media
di Amerika berkembang pesat dan melahirkan jurnalis tokoh besar, salah
satunya yaitu Joseph Pulitzer. Pulitzer dikenal berkat jasanya menawarkan
“jurnalisme” baru. Pada 1879, ia membeli surat kabar St. Louis Dispatch dan
St. Louis Post yang kemudian digabungkannya menjadi satu dengan nama St.
Louis Post-Dispatch yang kemudian diubah namanya lagi menjadi koran St.
Louis saja. (Petaguran, Rahmat; Asikin, Saroni, 2020)
B. Sejarah Jurnalistik di Indonesia
Dunia jurnalistik memang mengalami perkembangan bersama jatuh
bangunnya Indonesia namun tidak membuatnya terhambat berkembang
seperti sekarang ini sesuai sejarahnya dunia jurnalistik Indonesia dibagi
menjadi tiga golongan masa:
1. Jurnalistik kolonial, yaitu jurnalistik yang dibangun oleh orang
Belanda pada abad ke-18 yang ditandai dengan munculnya surat berita
berbahasa Belanda yang bernama Bataviasche Nouvellesd.
2. Jurnalistik Cina, yaitu jurnalistik yang dirancang sang orang
berketurunan Tionghoa di Indonesia menerbitkan surat warta menjadi
media penghubung dan pemersatu kaum Tionghoa Indonesia.
3. Jurnalistik nasional, yaitu jurnalistik yang didesain oleh anak bangsa
orisinil Indonesia menjadi media perjuangan dan alat konvoi
kemerdekaan diabad ke-20 kemunculannya ditandai menggunakan
ikatan jurnalis yang dinamakan median priyayi dengan dipimpin sang
Tirto Hadisuryo atau lebih dikenal dengan Raden Djikomonk (Putra,
2023)
C. Pengertian Jurnalistik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tercatat bahwa jurnalistik
berarti “yang menyangkut kewartawanan dan persuratkabaran”, jurnalis
berarti “orang yang pekerjaannya mengumpulkan dan menulis berita di
media massa cetak atau elektronik”, adapun jurnalisme berarti “pekerjaan
mengumpulkan dan menulis berita di media massa cetak atau elektronik.”

6
Kusumaningrat dan Kusumaningrat menyebutkan, kata jurnalistik berasal
dari kata journal yang berarti catatan harian atau catatan mengenai kejadian
sehari-hari. Adapun kata journal berasal dari bahasa Latin diurnalis yang
berarti harian atau setiap hari. Dari sinilah lahir kata turunan jurnalistik,
jurnalis, dan jurnalisme yang selaras dengan pengertian secara etimologi
tersebut. (Kusumaningrat, Hikmat; Purnama, 2016)
Meskipun tidak secara bulat, jurnalistik disepakati pengertiannya sebagai
aktivitas menghimpun, mengolah, dan menyebarluaskan informasi. Seiring
berkembangnya teknologi, cara jurnalis menghimpun, mengolah, dan
mempublikasikan informasi semakin variatif. Dari berbagai definisi tersebut
tampak bahwa ada tiga aktivitas utama dalam jurnalistik yaitu aktivitas
menghimpun atau mengumpulkan, mengolah, dan memublikasikan
informasi. Aktivitas menghimpun informasi dilakukan dengan melakukan
reportase, berupa kegiatan wawancara, observasi, dan penelitian. Setelah
informasi diperoleh, informasi tersebut diolah untuk dibedakan mana yang
penting dan menarik serta mana kurang penting dan manarik. Informasi
penting dan menarik itulah yang kemudian disampaikan kepada masyarakat
melalui berbagai sarana, seperti kertas, transmisi gelombang radio, internet,
media sosial atau sarana lain yang memungkinkan.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran

Dengan selesainya makalah yang kami tulis ini, kami berterima kasih kepada semua
pihak yang mendukung atas tersusunnya makalah ini yang tentunya masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pada para pembaca sekalian
sangat kami harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari makalah kami ini kedepannya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Kusumaningrat, Hikmat; Purnama. (2016). Jurnalistik; Teori dan Praktik. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Petaguran, Rahmat; Asikin, Saroni. (2020). Jurnalistik Dasar Landasan Teori dan Panduan
Praktis. Semarang: Cipta Prima Nusantara.
Putra, M. A. (2023). Jurnalistik. Banjar: Ruang Karya Bersama.

Anda mungkin juga menyukai