Disusun Oleh
Kelompok 1 :
T. A 2021
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah yang berjudul "Sejarah
Perkembangan Jurnalistik Dunia Dan Indonesia, Media Cetak, Radio, Televisi Dan Media
Online" tepat waktu. Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas dosen bapak Dr. Winda
Kustiawan, MA pada mata kuliah Jurnalistik di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Tidak
lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak Dr. Winda Kustiawan, MA
selaku dosen mata kuliah Jurnalistik. Penulisan makalah berjudul “Sejarah Perkembangan
Jurnalistik Dunia Dan Indonesia, Media Cetak, Radio, Televisi Dan Media Online" dapat
diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami berharap makalah tentang sejarah
Perkembangan Jurnalistik di dunia dan indonesia termasuk juga media-media Jurnalistik dapat
menambah wawasan bagi pembaca. Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan
sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.
Penulis menyadari makalah bertema Jurnalistik ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama
pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan
makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah Jurnalistik ini dapat
bermanfaat.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
C.Radio ....................................................................................................................20
D.Televisi ....................................................................................................................24
A. Kesimpulan ...................................................................................................................39
B.Saran ....................................................................................................................40
3
BAB l
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jurnalistik bermula sekitar 100–44 SM pada masa pemerintahan Cayus Julius
Caesar di Romawi. Julius Caesar diebut sebagai bapak pers. Pada masa itu terdapat
Forum Romanum atau papan tulis putih untuk menyampaikan aspirasi rakyat dan
informasi yang beredar pada saat itu di pusat kota. Pada dasarnya, jurnalistik adalah
kegiatan menyampaikan pesan, informasi, ataupun berita, yang kemudian dikembangkan
oleh para wartawan dan jurnalis hingga saat ini.
Forum Romanum dulu berisi tentang laporan-laporan singkat hasil keputusan dari
sidang senat yang pada saat itu ditulis oleh para budak yang diberi tugas oleh pemiliknya
untuk mengumpulkan informasi, juga menghadiri sidang-sidang senat dan melaporkan
semua hasilnya secara lisan maupun tulisan. Tujuannya supaya tuannya selalu mengikuti
kejadian-kejadian di kota Roma.
Di Indonesia pada awalnya berita disampaikan melalui perantara mulut ke mulut.
Kemudian perkembangan jurnalistik di Indonesia dimulai dari jaman penjajahan Belanda.
Dunia jurnalistik Indonesia dibagi menjadi tiga masa : Jurnalistik Kolonial yang ditandai
dengan muncul surat kabar Belanda bernama Bataviasche Nouvellesd. Jurnalistik China
dibuat oleh orang keturunan Tionghoa yang menerbitkan surat kabar sebagai media
penghubung dan pemersatu kaum Tionghoa Indonesia. Dan Jurnalistik Nasional yang
dibuat oleh anak bangsa asli Indonesia sebagai media perjuangan dan alat pergerakan
kemerdekaan pada abad ke-20.
Media massa saat ini memiliki banyak bentuk seperti media cetak (koran, majalah,
brosur, flyer), media elektronik (televisi, radio, film), dan media online. Media online
adalah bentuk media baru yang semakin berkembang sekarang, yang bahkan media cetak
seperti koran sudah muncul dalam bentuk online.
Namun seperti yang dapat diketahui sekarang ini dengan kemunculan berita online, maka
jurnalistik berkembang dari waktu ke waktu. Jurnalistik muncul dalam bentuk sederhana
sebelumya. Dan sejarah kemunculannya jurnalistik bukan berasal dari Indonesia.
4
B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dari makalah tentang sejarah Perkembangan Jurnalistik Dunia Dan
Indonesia Media Cetak Radio Televisi Dan Media Online adalah sebagi berikut :
1. Bagaimana sejarah perkembangan Jurnalistik di dunia dan di Indonesia?
2. Apakah pengertian, karakteristik dan jenis-jenis dari media cetak?
3. Bagaimana sejarah dan proses pemberitaan media cetak?
4. Apakah pengertian, sejarah, karakteristik, jenis-jenis dan prinsip penulisan media
radio?
5. Apakah pengertian, karakteristik, format, Penulisan dan jenis-jenis media televisi?
6. Apakah pengertian, sejarah, karakteristik, istilah dan prinsip dalam media online?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui sejarah Perkembangan Jurnalistik Dunia Dan Indonesia
2. Untuk mengetahui pengertian, karakteristik, dan jenis-jenis dari media cetak
3. Untuk mengetahui sejarah dan proses pemberitaan media cetak
4. Untuk mengetahui pengertian, sejarah, karakteristik, jenis-jenis dan prinsip penulisan
media radio
5. Untuk mengetahui pengertian, karakteristik format, Penulisan dan jenis-jenis media
televisi
6. Untuk mengetahui pengertian, sejarah, karakteristik, istilah dan prinsip media online
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
“hari”, “catatan harian”, atau “laporan”. Dari kata “Diurnarii” muncul kata
“Diurnalis” dan “Journalist” (wartawan).
Dalam sejarah Islam, seperti dikutip Kustadi Suhandang (2004), cikal bakal
jurnalistik yang pertama kali di dunia adalah pada zaman Nabi Nuh. Saat banjir besar
melanda kaumnya, Nabi Nuh berada di dalam kapal beserta sanak keluarga, para
pengikut yang saleh, dan segala macam hewan. Untuk mengetahui apakah air bah
sudah surut, Nabi Nuh mengutus seekor burung dara ke luar kapal untuk memantau
keadaan air dan kemungkinan adanya makanan. Sang burung dara hanya melihat
daun dan ranting pohon zaitun yang tampak muncul ke permukaan air. Ranting itu
pun dipatuk dan dibawanya pulang ke kapal. Nabi Nuh pun berkesimpulan air bah
sudah mulai surut. Kabar itu pun disampaikan kepada seluruh penumpang kapal.
Atas dasar fakta tersebut, Nabi Nuh dianggap sebagai pencari berita dan penyiar
kabar (wartawan) pertama kali di dunia. Kapal Nabi Nuh pun disebut sebagai kantor
berita pertama di dunia.
➢ MASA PERKEMBANGANNYA
Kegiatan penyebaran informasi melalui tulis-menulis makin meluas pada masa
peradaban Mesir, ketika masyarakatnya menemukan tehnik pembuatan kertas dari
serat tumbuhan yang bernama “Phapyrus”.
Pada abad 8 M., tepatnya tahun 911 M, di Cina muncul surat kabar cetak pertama
dengan nama “King Pau” atau Tching-pao, artinya “Kabar dari Istana”. Tahun 1351
M, Kaisar Quang Soo mengedarkan surat kabar itu secara teratur seminggu sekali.
Penyebaran informasi tertulis maju sangat pesat sejak mesin cetak ditemukan oleh
Johan Guttenberg pada 1450. Koran cetakan yang berbentuk seperti sekarang ini
muncul pertama kalinya pada 1457 di Nurenberg, Jerman. Salah satu peristiwa besar
yang pertama kali diberitakan secara luas di suratkabar adalah pengumuman hasil
ekspedisi Christoper Columbus ke Benua Amerika pada 1493.
Pelopor surat kabar sebagai media berita pertama yang bernama “Gazetta” lahir di
Venesia, Italia, tahun 1536 M. Saat itu Republik Venesia sedang perang melawan
Sultan Sulaiman. Pada awalnya surat kabar ini ditulis tangan dan para pedagang
penukar uang di Rialto menulisnya dan menjualnya dengan murah, tapi kemudian
surat kabar ini dicetak. Surat kabar cetak yang pertama kali terbit teratur setiap hari
7
adalah Oxford Gazzete di Inggris tahun 1665 M. Surat kabar ini kemudian berganti
nama menjadi London Gazzette dan ketika Henry Muddiman menjadi editornya
untuk pertama sekali dia telah menggunakan istilah “Newspaper”. Di Amerika
Serikat ilmu persuratkabaran mulai berkembang sejak tahun 1690 M dengan istilah
“Journalism”. Saat itu terbit surat kabar dalam bentuk yang modern, Publick
Occurences Both Foreign and Domestick, di Boston yang dimotori oleh Benjamin
Harris.
Pada Abad ke-17, di Inggris kaum bangsawan umumnya memiliki penulis-penulis
yang membuat berita untuk kepentingan sang bangsawan. Para penulis itu
membutuhkan suplai berita. Organisasi pemasok berita (sindikat wartawan atau
penulis) bermunculan bersama maraknya jumlah koran yang diterbitkan. Pada saat
yang sama koran-koran eksperimental, yang bukan berasal dari kaum bangsawan,
mulai pula diterbitkan pada Abad ke-17 itu, terutama di Prancis.Pada abad ke-17 pula,
John Milton memimpin perjuangan kebebasan menyatakan pendapat di Inggris yang
terkenal dengan Areopagitica, A Defence of Unlicenced Printing. Sejak saat itu
jurnalistik bukan saja menyiarkan berita (to inform), tetapi juga mempengaruhi
pemerintah dan masyarakat (to influence).
Di Universitas Bazel, Swiss jurnalistik untuk pertama kali dikaji secara akademis
oleh Karl Bucher (1847 – 1930) dan Max Weber (1864 – 1920) dengan nama
Zeitungskunde tahun 1884 M. Sedangkan di Amerika mulai dibuka School of
Journalism di Columbia University pada tahun 1912 M/1913 M dengan
penggagasnya bernama Joseph Pulitzer (1847 – 1911).
Pada Abad ke-18, jurnalisme lebih merupakan bisnis dan alat politik ketimbang
sebuah profesi. Komentar-komentar tentang politik, misalnya, sudah bermunculan
pada masa ini. Demikian pula ketrampilan desain/perwajahan mulai berkembang
dengan kian majunya teknik percetakan. Pada abad ini juga perkembangan jurnalisme
mulai diwarnai perjuangan panjang kebebasan pers antara wartawan dan penguasa.
Pers Amerika dan Eropa berhasil menyingkirkan batu-batu sandungan sensorsip pada
akhir Abad ke-18 dan memasuki era jurnalisme modern seperti yang kita kenal
sekarang.
8
Perceraian antara jurnalisme dan politik terjadi pada sekitar 1825-an, sehingga
wajah jurnalisme sendiri menjadi lebih jelas: independen dan berwibawa. Sejumlah
jurnalis yang muncul pada abad itu bahkan lebih berpengaruh ketimbang tokoh-tokoh
politik atau pemerintahan. Jadilah jurnalisme sebagai bentuk profesi yang mandiri
dan cabang bisnis baru.
Pada pertengahan 1800-an mulai berkembang organisasi kantor berita yang
berfungsi mengumpulkan berbagai berita dan tulisan untuk didistribusikan ke
berbagai penerbit surat kabar dan majalah. Kantor berita pelopor yang masih
beroperasi hingga kini antara lain Associated Press (AS), Reuters (Inggris), dan
Agence-France Presse (Prancis). Tahun 1800-an juga ditandai dengan munculnya
istilah Yellow Journalism (jurnalisme kuning), sebuah istilah untuk “pertempuran
headline” antara dua koran besar di Kota New York. Satu dimiliki oleh Joseph
Pulitzer dan satu lagi dimiliki oleh William Randolph Hearst.
Ciri khas “jurnalisme kuning” adalah pemberitaannya yang bombastis, sensasional,
dan pemuatan judul utama yang menarik perhatian publik. Tujuannya hanya satu:
meningkatkan penjualan! Namun, jurnalisme kuning tidak bertahan lama, seiring
dengan munculnya kesadaran jurnalisme sebagai profesi. Sebagai catatan, surat kabar
generasi pertama di AS awalnya memang partisan, serta dengan mudah menyerang
politisi dan presiden, tanpa pemberitaan yang objektif dan berimbang. Namun, para
wartawannya kemudian memiliki kesadaran bahwa berita yang mereka tulis untuk
publik haruslah memiliki pertanggungjawaban sosial.
Kesadaran akan jurnalisme yang profesional mendorong para wartawan untuk
membentuk organisasi profesi mereka sendiri. Organisasi profesi wartawan pertama
kali didirikan di Inggris pada 1883, yang diikuti oleh wartawan di negara-negara lain
pada masa berikutnya. Kursus-kursus jurnalisme pun mulai banyak diselenggarakan
di berbagai universitas, yang kemudian melahirkan konsep-konsep seperti
pemberitaan yang tidak bias dan dapat dipertanggungjawabkan, sebagai standar
kualitas bagi jurnalisme profesional.
➢ Teknologi Informasi
Kegiatan jurnalisme terkait erat dengan perkembangan teknologi publikasi dan
informasi. Pada masa antara tahun 1880-1900, terdapat berbagai kemajuan dalam
9
publikasi jurnalistik. Yang paling menonjol adalah mulai digunakannya mesin cetak
cepat, sehingga deadline penulisan berita bisa ditunda hingga malam hari dan mulai
munculnya foto di surat kabar.
Pada 1893 untuk pertama kalinya surat-surat kabar di AS menggunakan tinta
warna untuk komik dan beberapa bagian di koran edisi Minggu. Pada 1899 mulai
digunakan teknologi merekam ke dalam pita, walaupun belum banyak digunakan oleh
kalangan jurnalis saat itu. Pada 1920-an, surat kabar dan majalah mendapatkan
pesaing baru dalam pemberitaan, dengan maraknya radio berita. Namun demikian,
media cetak tidak sampai kehilangan pembacanya, karena berita yang disiarkan radio
lebih singkat dan sifatnya sekilas. Baru pada 1950-an perhatian masyarakat sedikit
teralihkan dengan munculnya televisi. Perkembangan teknologi komputer yang
sangat pesat pada era 1970-1980 juga ikut mengubah cara dan proses produksi berita.
Selain deadline bisa diundur sepanjang mungkin, proses cetak, copy cetak yang bisa
dilakukan secara massif, perwajahan, hingga iklan, dan marketing mengalami
perubahan sangat besar dengan penggunaan komputer di industri media massa.
Memasuki era 1990-an, penggunaan teknologi komputer tidak terbatas di ruang
redaksi saja. Semakin canggihnya teknologi komputer notebook yang sudah
dilengkapi modem dan teknologi wireless, serta akses pengiriman berita teks, foto,
dan video melalui internet atau via satelit, telah memudahkan wartawan yang meliput
di medan paling sulit sekalipun. Selain itu, pada era ini juga muncul media jurnalistik
multimedia. Perusahaan-perusahaan media raksasa sudah merambah berbagai segmen
pasar dan pembaca berita. Tidak hanya bisnis media cetak, radio, dan televisi yang
mereka jalankan, tapi juga dunia internet, dengan space iklan yang tak kalah luasnya.
Setiap pengusaha media dan kantor berita juga dituntut untuk juga memiliki media
internet ini agar tidak kalah bersaing dan demi menyebarluaskan beritanya ke
berbagai kalangan. Setiap media cetak atau elektronik ternama pasti memiliki situs
berita di internet, yang updating datanya bisa dalam hitungan menit. Ada juga yang
masih menyajikan edisi internetnya sama persis dengan edisi cetak.
Sedangkan pada tahun 2000-an muncul situs-situs pribadi yang juga memuat
laporan jurnalistik pemiliknya. Istilah untuk situs pribadi ini adalah weblog dan sering
disingkat menjadi blog saja.Memang tidak semua blog berisikan laporan jurnalistik.
10
Tapi banyak yang memang berisi laporan jurnalistik bermutu. Senior Editor Online
Journalism Review, J.D Lasica pernah menulis bahwa blog merupakan salah satu
bentuk jurnalisme dan bisa dijadikan sumber untuk berita.
b. Indonesia
Seperti halnya di negara - negara lain di dunia, jurnalisik di Indonesia di
pengaruhi oleh sistem pemerintahan yang berganti - ganti. Di Indonesia pers mulai
dikenal pada abad 18, tepatnya pada tahun 1744, ketika surat kabar
bernama ”Bataviasche Nouvelles” diterbitkan dengan pengusahaan orang-orang
Belanda. Pada tahun 1776 terbit di Jakarta juga ”Vendu Niews” yang mengutamakan
diri pada berita pelelangan. Ketika menginjak abad 19 terbit berbagai surat kabar
lainya yang kesemuanya diusahakan oleh orang-orang belanda untuk pembaca-
pembaca orang-orang belanda atau bangsa pribumi yang mengerti bahasa Belanda
yang pada umumnya merupakan sekelompok kecil saja.
Surat kabar yang pertama untuk kaum pribumi dimulai pada tahun 1854 ketika
majalah " Bianglala ' diterbitkan ; disusul oleh " Bromatani " pada tahun 1885,
keduanya - keduanya di Weltevreden, dan pada tahun 1856 " Soerat Kabar Bahasa
Melajoe " di Surabaya.
Sejak itu bermuncullah berbagai surat kabar dengan pemberitaan nya bersifat
informatif, sesuai dengan situasi dan kondisi pada zaman penjajahan itu. Di Indonesia,
perkembangan kegiatan jurnalistik diawali oleh Belanda. Beberapa pejuang
kemerdekaan Indonesia pun menggunakan jurnalisme sebagai alat perjuangan. Di era-
era inilah Bintang Timur, Bintang Barat, Java Bode, Medan Prijaji, dan Java Bode
terbit.
Pada masa pendudukan Jepang mengambil alih kekuasaan, koran-koran ini dilarang.
Akan tetapi pada akhirnya ada lima media yang mendapat izin terbit: Asia Raja,
Tjahaja, Sinar Baru, Sinar Matahari, dan Suara Asia.
Sedangkan sejarah pers pada abad 20 ditandai dengan munculnya koran milik
bangsa Indonesia. Modal dari bangsa Indonesia dan untuk bangsa Indonesia yakni "
Medan Prijaji " yang terbit di Bandung. Medan Prijaji yang dimiliki dan dikelola oleh
Tirto Hadisurdjo alias Raden Mas Djokomono ini pada mulanya, yakni tahun 1907
11
berbentuk mingguan kemudian pada tahun 1910 diubah menjadi harian. Tirto
Hadisurdjo ini dianggap sebagai pelopor yang meletakkan dasar jurnalistik modern di
Indonesia, baik dalam cara pemberitaan, pemuatan karangan, iklan dan lain - lain.
Ditinjau dari sudut jurnalistik, salah seorang tokoh bernama Dr. Abdoel Rivai
dianggap sebagai wartawan yang paling terkenal karena tulisannya yang tajam dan
pedas terhadap kolonialisme Belanda. Oleh Adinegoro, Dr. Rivai diberi julukan "
Bapak Jurnalistik Indonesia ", dan diakui oleh semua wartawan pada waktu itu
sebagai kolumnis Indonesia yang pertama.
Seiring era Reformasi yang dikumandangkan dari Sabang sampai Merauke oleh
para Reformis, menggantikan era totaliterisme Soeharto, maka dunia jurnalisme kita
mendapatkan angin segar dalam menyampaikan informasi kepada khalayak umum
tanpa takut adanya ancaman pembredelan.
Tak kurang dari 32 tahun dunia jurnalisme kita mandul dan harus berfungsi
sebagai corong pemerintahan Orde Baru yang jauh dari idealisme pers sebagai
kontrol sosial. Bahkan sejak akhir masa kekuasaan Soekarno (orde lama), pun dunia
jurnalisme kita telah diarahkan menjadi corong pemerintahan. Di era orde lama,
institusionalisme pers yang berkembang adalah bagaimana sebuah lembaga penerbit
pers dapat melibatkan diri dalam pertentangan antar partai. Masing-masing media
cetak berfungsi sebagai corong perjuangan partai-partai peserta pemilu 1955.
Beberapa partai seperti PNI mempunyai Suluh Indonesia, Masyumi mempunyai
Abadi, NU mempunyai Duta Masyarakat, PSI mempunyai Pedoman dan PKI
mempunyai Harian Rakyat. Jadi fungsi media di era Orde Lama tak lain sebagai
media perjuangan partainya masing-masing.
Sejak pencabutan pengaturan mengenai SIUPP dan kebebasan penyajian berita
serta informasi di berbagai bentuk pada tahun 1999 disahkan UU Pers No 40/1999.
Mulai saat itu dunia jurnalisme kita lepas dari pemasungan yang selama akhir masa
Orde lama dan orde baru menjerat demokratisasi pers kita. Tak lama kemudian dalam
merayakan kemenangan sistem demokrasi muncul berbagai macam ribuan media
massa baik cetak maupun elektronik yang tak terbendung lagi memberikan warna
kebebasan dalam dunia jurnalisme kita.
12
Namun gagasan otonomi pers selama ini disalahtafsirkan menjadi kebebasan pers
yang tanpa batas etika. Bahkan hemat saya, kebebasan pers di era Reformasi telah
jauh meninggalkan kode etik jurnalistik dan lebih liberal dari pers Amerika yang
menganut paham leberalisme pers sekalipun. Hal itu terlihat dari beberapa media pers
kita yang menyebarkan berita mengarah ke dunia pornografi, kriminal, kekerasan
serta mengabaikan nilai-nilai perjuangan kemanusiaan. Mengingat sesuai dengan UU
No 40 Tahun 1999 tentang pers secara tegas sebagai kedaulatan rakyat, dan berfungsi
sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial.
BAGAIMANA dengan di Indonesia? Tokoh pers nasional, Soebagijo Ilham
Notodidjojo dalam bukunya “PWI di Arena Masa” (1998) menulis, Tirtohadisoerjo
atau Raden Djokomono (1875-1918), pendiri mingguan Medan Priyayi yang sejak
1910 berkembang jadi harian, sebagai pemrakarsa pers nasional. Artinya, dialah yang
pertama kali mendirikan penerbitan yang dimodali modal nasional dan pemimpinnya
orang Indonesia.
Dalam perkembangan selanjutnya, pers Indonesia menjadi salah satu alat
perjuangan kemerdekaan bangsa ini. Haryadi Suadi menyebutkan, salah satu fasilitas
yang pertama kali direbut pada masa awal kemerdekaan adalah fasilitas percetakan
milik perusahaan koran Jepang seperti Soeara Asia (Surabaya), Tjahaja (Bandung),
dan Sinar Baroe (Semarang) (“PR”, 23 Agustus 2004).
Menurut Haryadi, kondisi pers Indonesia semakin menguat pada akhir 1945
dengan terbitnya beberapa koran yang mempropagandakan kemerdekaan Indonesia
seperti, Soeara Merdeka (Bandung), Berita Indonesia (Jakarta), dan The Voice of
Free Indonesia.
Seperti juga di belahan dunia lain, pers Indonesia diwarnai dengan aksi
pembungkaman hingga pembredelan. Haryadi Suadi mencatat, pemberedelan pertama
sejak kemerdekaan terjadi pada akhir 1940-an. Tercatat beberapa koran dari pihak
Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang dianggap berhaluan kiri seperti Patriot, Buruh,
dan Suara Ibu Kota dibredel pemerintah. Sebaliknya, pihak FDR membalas dengan
membungkam koran Api Rakjat yang menyuarakan kepentingan Front Nasional.
Sementara itu pihak militer pun telah memberedel Suara Rakjat dengan alasan terlalu
banyak mengkritik pihaknya.
13
Jurnalisme kuning pun sempat mewarnai dunia pers Indonesia, terutama setelah
Soeharto lengser dari kursi presiden. Judul dan berita yang bombastis mewarnai
halaman-halaman muka koran-koran dan majalah-majalah baru. Namun tampaknya,
jurnalisme kuning di Indonesia belum sepenuhnya pudar. Terbukti hingga saat ini
masih ada koran-koran yang masih menyuguhkan pemberitaan sensasional semacam
itu.
B. Media Cetak
a. Pengertian Jurnalistik Cetak
Jurnalistik cetak adalah jurnalisme yang dipraktikkan di media cetak koran,
tabloid, dan majalah. Collin Dictionary mengartikan junalisme cetak sebagai “profesi
atau praktik pelaporan, pemotretan, atau penyuntingan berita untuk surat kabar atau
majalah” (the profession or practice of reporting about, photographing, or editing news
stories for newspapers or magazines). Jurnalistik cetak menyajikan berita atau informasi
dalam bentuk teks (tulisan) dan gambar (foto) di media cetak.
Pengaruh Media Sosial pada JurnalistikPengertian Jurnalistik secara Bahasa dan
IstilahPengertian dan Perbedaan Jurnalistik, Media, Pers Penulisan berita dalam
jurnalisme cetak menggunakan gaya bahasa jurnalistik yang ketat karena keterbatasan
kolom atau halaman. Penggunaan pola piramida terbalik, yaitu mengutamakan fakta
terpenting di bagian awal tulisan, menjadi ciri khas berita jurnalisme cetak.
14
Isinya awalnya berupa catatan proses dan keputusan hukum. Namun akhirnya
berkembang menjadi pemberitahuan publik dan informasi berguna lainnya, misalnya
kelahiran, perkawinan, dan kematian dari keluarga terpandang. Setelah beberapa hari,
papan tersebut diturunkan dan diarsipkan.
Ja’far Assegaf dalam buku Jurnalistik Masa Kini (Jakarta: Galia Indonesia, 1991)
menyebutkan Acta Diurna sebagai cikal-bakal istilah jurnalistik. Acta Diurna yang
diletakkan di Forum Romanum (Stadion Romawi) di pusat kota untuk diketahui oleh
umum, berisi informasi atau berita-berita dan pengumuman, seperti kelahiran, kematian,
dan pernikahan. Julius Caesar, sebagai penggagas Acta Diurna, disebut “Bapak Pers
Dunia”. Meski catatan sejarah juga menunjukkan, Julius Caesar sebenarnya “hanya”
melanjutkan tradisi yang muncul pada permulaan berdirinya kerajaan Romawi yaitu
media informasi yang disebut Annals . Dalam bahasa Inggris, annals artinya “catatan
sejarah”.
15
d. Proses Pemberitaan
Proses kerja redaksi media cetak meliputi News Processing sebagai berikut:
a. News Planing = rapat redaksi, perencanaan isi & peliputan
b. News Gathering/Hunting = peliputan, wawancara, riset data
c. News Writing = penulisan, penyusunan naskah/tulisan
d. News Editing = penyuntingan naskah
e. News Layouting = tata telak, setting, desain grafis, perwajahan
f. News Printing = proses cetak.
g. News Layouting dan News Printing menjadi pembeda utama jurnalisme media cetak
dengan jurnalistik media penyiaran (radio & televisi) dan jurnalisme media online.
Ada tiga jenis berita yang dapat digunakan dalam penulisan naskah berita radio yaitu :
1. Langsung (straight news). Berita yang penting dan harus segera disampaikan
kepada khalayak luas. Materinya berupa laporan langsung wartawan sesuai dengan
apa yang dia saksikan.
2. Berita Ringan (soft news). Berita yang menampilkan sesuatu yang menarik, penting
dan bersifat informatif.
3. Berita Kisah (feature). Berita yang berkaitan dengan kejadian yang dapat
menggugah perasaan dan menambah pengetahuan bagi khalayak.
Berikut ini enam bentuk berita dalam radio meliputi:
22
a) Berita tulis (Writing news), yaitu berita pendek yang bersumber dari media lain
atau ditulis ulang
b) Berita bersisipan (News with insert), yaitu berita yang dilengkapi atau di mix
dengan sisipan suara narasumber.
c) News feature, yaitu berita atau laporan jurnalis panjang yang lebih bersifat
human interest.
d) Phone in news, berita yang disajikan melalui laporan langsung reporter
menggunakan alat bantu telefon.
e) Buletin berita, merupakan gabungan beberapa berita pendek yang disajikan
dalam satu blok waktu.
f) Jurnalisme interaktif, yaitu berita yang bersumber pada sebesar mungkin
keterlibatan khalayak.
23
D. Media Televisi
24
b. Karakteristik Jurnalistik TV
Jurnalisme TV memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Audio Visual
TV menyajikan gambar dan suara.Jurnalistik televisi merupakan paduan media
komunikasi gambar (visual) dan suara (audio).
2) Mengutamakan gambar
Jurnalisme TV atau berita TV mengutamakan rekaman gambar hidup (video). Dalam
pengumpulan data (news gathering) , wartawan media televisi harus selalu ada di
lokasi kejadian, on the spot, untuk mendapatkan gambar. Ada ungkapan no pictures,
no news. Bahkan, dalam peristiwa tertentu, kata-kata harus minim dan lebih banyak
menampilkan gambar. Words must less than pictures. Tidak ada yang lebih buruk
bagi seorang reporter televisi jika ia datang ke kantor tanpa membawa gambar yang
bisa menunjang berita yang akan ditulisnya. Terlebih bila stasiun televisi lain justru
memiliki gambar tersebut.
Gambar video sebuah berita bisa menjadi penentu kredibilitas stasiun TV, oleh karena
itu seorang reporter berita dituntut untuk mendapatkan gambar dari berita yang
dilaporkannya sebaik mungkin. Jika ia gagal memperoleh gambar tersebut, dan
ternyata stasiun TV lain mendapatkannya, maka kredibilitas stasiun TV bisa hancur
dalam sekejap.
3) Melibatkan Banyak Orang
Proses pemberitaan di TV melibatkan banyak orang, mulai dari produser, wartawan
(reporter, jurnalis TV, juru kamera (camera person), editor gambar, dan penyiar
berita (news announcer ), pembaca berita (news reader), atau penyaji berita (news
presenter).
Tim inti di lapangan dalam meliput berita terdiri dari reporter dan juru kamera.
Mereka adalah kunci utama dari program berita TV. Stasiun TV juga menerima berita
dari reporter dan juru kamera free lance atau reporter amatir yang kebetulan memiliki
rekaman berita yang dibutuhkan atau bernilai berita. Dalam kasus bencana alam,
misalnya gempa, stasiun TV kerap menampilkan video amatir yang dibuat warga
yang kebentulah merekam peristiwa.
4) Penyaji Berita
25
Penyaji berita (news presenter) menjadi ujung tombak di studio dalam program berita.
Penampilan penyaji berita dan reporter di layar kaca dapat mempengaruhi
persepsi dan penerimaan pemirsa televisi.
5) Gaya Bahasa TV
Jurnalistik TV, seperti halnya jurnalistik radio, menggunakan bahasa tutur atau
bahasa percakapan (lisan). Penulis naskah berita TV menulis berdasarkan gambar
(write to pictures), menulis untuk gambar (writing for visual), atau bertutur tentang
gambar.
6) Proses Produksi Rumit
7) Jurnalistik TV melalui proses produksi yang rumit sebelum berita disampaikan
kepada publik. Proses pemberitaan (news processing) jurnalistik televisi meliputi tiga
aktivitas pokok:
a. News Gathering – peliputan oleh reporter dan juru kamera
b. News Production – penulisan naskah dan pengeditan gambar dengan durasi
tertentu. Naskah berita TV harus sinkron dengan gambar.
c. News Presenting – penyajian berita oleh news presenter dalam program berita
Karakteristik Jurnalistik TV lainnya sama dengan karakteristik media TV itu
sendiri, seperti: Dapat dilihat dan didengar hanya saat siaran berlangsung. Dan
dapat dilihat dan didengar kembali hanya bila diputar kembali rekamannya.
8) Sekilas
Karakteristik ini sekaligus kelemahan jurnalisme televisi. Berita yang ditayangkan di
layar televisi umumnya hanya muncul satu kali. Jika pemirsa tidak bisa menangkap
isi berita pada tayangan pertama, ia tak punya peluang untuk minta diulang.
c. Jenis-Jenis Berita TV
Dalam jurnalistik dikenal banyak jenis berita. Jenis-jenis berita di jurnalistik TV meliputi:
1. Hard News
Hard News adalah berita teraktual, lugas, singkat, langsung ke pokok persoalan, yang
segera dipublikasikan atau harus secepatnya harus diketahui khalayak, dengan topik
politik, ekonomi, keamanan, kriminalitas, dan kasus serius lainnya. Alur berita Hard
26
News mengikuti struktur piramida terbalik (inverted pyramid) dengan bagian yang
terpenting pada pembukaan berita.
2. Soft News / Feature
Soft News atau berita ringan –seringkali juga disebut dengan feature– yaitu berita
yang tidak terkait dengan aktualitas, namun memiliki daya tarik bagi khalayak
pemirsa. Dengan kata lain, Berita lunak atau soft news adalah segala informasi yang
penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam namun tidak bersifat harus
segera ditayangkan. Topik softnews antara lain olahraga, hiburan, fashion, gaya hidup,
budaya
3. Investigative Reports
Investigative Reports atau disebut juga laporan penyelidikan (investigasi) adalah jenis
berita eksklusif yang dibuat secara mendalam dan komprehensif.
Datanya tidak dapat diperoleh di permukaan, tetapi harus dilakukan berdasarkan
penyeledikan. Penyajian berita seperti ini membutuhkan waktu lama dan biasanya
disajikan dalam program khusus.
d. Format Berita TV
Berita di media televisi dapat disampaikan dalam berbagai format (TV News Format).
Format yang akan dipilih tergantung pada data, gambar, dan momentum. Secara umum,
format berita TV berisi suara dan gambar, sebagaimana karakteristik TV sebagai media
audio-visual. Berikut ini jenis-jenis format berita dalam jurnalisme TV:
1) Reader (RDR)
Reader adalah format berita TV yang paling sederhana, yaitu hanya berupa lead in
yang dibaca presenter, tidak memiliki gambar ataupun grafik. Reader biasanya sangat
singkat. Durasi maksimal 30 detik. Reader biasanya dipilih karena naskah berita
dibuat dekat dengan saat deadline dan tidak sempat dipadukan dengan gambar.Bisa
juga karena perkembangan peristiwa baru sampai ke tangan redaksi, ketika siaran
berita sedang berlangsung. Maka perkembangan terbaru ini pun disisipkan di tengah
program siaran. Isi berita dapat berhubungan atau tidak berhubungan dengan berita
yang sedang ditayangkan.
2) Voice Over (VO)
27
Voice Over (VO) adalah format berita TV yang lead in dan tubuh beritanya
dibacakan oleh presenter seluruhnya. Drasi satu format berita VO antara 20-30 detik.
Ketika presenter membaca tubuh berita, gambar pun disisipkan sesuai dengan konteks
isi narasi. Ini jenis berita paling banyak digunakan dalam jurnalistik TV.
3) Voice Over Grafik (VOG)VO Grafik adalah format berita TV yang lead in dan tubuh
beritanya dibacakan oleh presenter seluruhnya. Namun, ketika presenter membaca
tubuh berita, tidak ada gambar yang menyertainya kecuali hanya grafik atau tulisan.
Hal ini mungkin terpaksa dilakukan karena peristiwa yang diliput sedang berlangsung
dan redaksi belum menerima kiriman gambar peliputan yang bisa ditayangkan.
4) Sound on Tape
(SOT)Sound on Tape (SOT) adalah format berita TV yang hanya berisi lead in dan
soundbite dari narasumber. Presenter hanya membacakan lead in berita, kemudian
disusul oleh pernyataan narasumber (soundbite). Format berita ini dipilih jika
pernyataan narasumber dianggap lebih penting ditonjolkan daripada disusun dalam
bentuk narasi. Format SOT ini bisa bersifat sebagai pelengkap dari berita yang baru
saja ditayangkan sebelumnya, atau bisa juga berdiri sendiri. Durasi SOT disesuaikan
dengan kebutuhan, tapi biasanya maksimal satu menit.
5) Voice Over – Sound on Tape (VO-SOT)
VO-SOT adalah format berita TV yang memadukan voice over (VO) dan sound on
tape (SOT). Durasi VO-SOT tak lebih dari 60 detik: 40 detik untuk VO dan 20 detik
untuk soundbite. Lead-in dan isi tubuh berita dibacakan presenter. Lalu di akhir berita
dimunculkan soundbite atau clip dari narasumber sebagai pelengkap dari berita yang
telah dibacakan sebelumnya.
6) Package (PKG)
Package adalah format berita TV yang hanya lead in-nya yang dibacakan oleh
presenter, tetapi isi berita merupakan paket terpisah, yang ditayangkan begitu
presenter selesai membaca lead in. Paket berita sudah dikemas jadi satu kesatuan
yang utuh dan serasi antara gambar, narasi, soundbite, dan bahkan grafis. Lazimnya
tubuh berita ditutup dengan narasi. Kalau dirasa penting, reporter dapat muncul dalam
paket berita tersebut (stand up) pada awal atau akhir berita. Durasi maksimal total
sekitar 2 menit 30 detik.
28
7) Live on Cam
Live on Cam adalah format berita TV yang disiarkan langsung dari lapangan atau
lokasi peliputan. Sebelum reporter di lapangan menyampaikan laporan, presenter
lebih dulu membacakan lead in dan kemudian ia memanggil reporter, di lapangan
untuk menyampaikan hasil liputannya secara lengkap. Laporan ini juga bisa disisipi
gambar yang relevan. Karena siaran langsung memerlukan biaya telekomunikasi yang
mahal, tidak semua berita perlu disiarkan secara langsung. Format ini dipilih jika nilai
beritanya amat penting, luar biasa, dan peristiwanya masih berlangsung.
8) Live on Tape (LOT)
Live on Tape adalah format berita TV yang direkam secara langsung di tempat
kejadian, namun siarannya ditunda (delay). Jadi, reporter merekam dan menyusun
laporannya di tempat peliputan, dan penyiarannya baru dilakukan kemudian. Format
berita ini dipilih untuk menunjukkan bahwa reporter hadir di tempat peristiwa.
Namun, siaran tak bisa dilakukan secara langsung karena pertimbangan teknis dan
biaya.
9) Live by Phone
Live by Phone adalah format berita TV yang disiarkan secara langsung dari tempat
peristiwa dengan menggunakan telepon ke studio. Lead in berita dibacakan presenter,
dan kemudian ia memanggil reporter yang ada di lapangan untuk menyampaikan
laporannya. Wajah reporter dan peta lokasi peristiwa biasanya dimunculkan dalam
bentuk grafis. Jika tersedia, bisa juga disisipkan gambar peristiwa sebelumnya.
10) Phone Record
Phone Record adalah format berita TV yang direkam secara langsung dari lokasi
reporter meliput, tetapi penyiarannya dilakukan secara tunda (delay). Format ini
sebetulnya hampir sama dengan Live by Phone, hanya teknis penyiarannya secara
tunda. Format ini jarang digunakan, dan biasanya hanya digunakan jika diperkirakan
akan ada gangguan teknis saat berita dilaporkan secara langsung.
11) Visual News
Visual News adalah format berita TV yang hanya menayangkan (rolling) gambar-
gambar atau video yang menarik dan dramatis. Presenter cukup membacakan lead in,
dan kemudian visual ditayangkan tanpa tambahan narasi apa pun, seperti apa adanya.
29
12) Vox Pop
Secara bahasa Vox Pop (Latin: Vox Populi) artinya “suara rakyat”. Vox pop bukan
format berita, namun biasa digunakan untuk melengkapi format berita yang ada.
Isinya biasanya adalah komentar atau opini dari masyarakat tentang suatu isu. Jumlah
narasumber yang diwawancarai sekitar 4-5 orang.Vox Pop disebut juga Audience
Opinion karena berisi pendapat atau komentar warga masyarakat.
31
Sub-editor adalah orang senior pertama yang melihat skrip, biasanya untuk
menghilangkan kesalahan, mengubah sudut (angle), verifikasi fakta, dan umumnya
menawarkan panduan kepada reporter.
3. Editor Berita
Sub-Editor kemudian meneruskan skrip ke Editor, yang membuat keputusan besar
terkait konten. Apa informasi harus ditambahkan, apa yang harus dihapus, kepatuhan
terhadap masalah etika dan hukum.
4. Editor Revisi
Editor revisi biasanya digunakan dalam meningkatkan gaya skrip, menambahkan
warna, dan membuatnya mudah dibaca.
32
12. Iin house Package (in houser), paket yg ditulis writter, diedit redaktur, dengan durasi
2,5 menit
13. Natural Sound Package (Nat PKG), paket yg tak memakai narasi dari presenter. Tapi
mengandalkan kekuatan video dan suara natural
14. Open, dua atau tiga VO diedit sbg pembukaan program berita yg bertujuan menarik
perhatian pemirsa
15. Teaser, VO yg diedit untuk menarik perhatian pemirsa agar tetap menonton.
16. Sync, kata-kata yg diucapkan pembicara ketika tampil di layar TV
17. Promo, informasi mengenai suatu acara yg akan disampaikan
18. Running Story, berita yg berkembang selama beberapa hari, minggu bahkan bulan
19. Vox Pop, dikenal dgn nama voice of people, vox populi adlh komentar2 dari
masyarakat yg berada di jalan untuk merefleksikan opini publik tentang suatu berita.
E. Media online
Menurut Romli (2012:30), Per definisi, online media (media online) disebut juga cyber
media (media siber), internet media (media internet), dan new media(media baru) dapat
diartikan sebagai media yang tersaji secara online di situs web (website) internet. Secara
teknis atau fisik, media online adalah media berbasis telekomunikasi dan multimedia
(komputer dan internet). Termasuk kategori media online adalah portal, website (situs web,
termasuk blog dan media sosial seperti facebook dan twitter), radio online, TV online, dan
email.
Publik dewasa ini tak hanya mengenal surat kabar, majalah, radio, atau televisi sebagai
media massa, tetapi juga situs-situs berita di dalam ruang cyber. Media massa bertambah
anggota dengan kelahiran situs-situs berita di ruang cyberdalam kategori yang disebut
dengan Portal Berita. Portal berita terdiri dari dua kata, yaitu portal dan berita. Portal
memiliki pengertian sebagai situs atau halaman web, sedangkan berita dapat didefinisikan
sebagai informasi terbaru mengenai sesuatu yang sedang terjadi. Jadi, secara umum portal
berita dapat diartikan sebagai situs atau halaman web yang berisi mengenai berbagai jenis
berita.
Kehadiran media online memunculkan generasi baru jurnalistik yakni jurnalistik online.
Jurnalistik online (online journalism) disebut juga cyberjounalism, jurnalistik internet, dan
33
jurnalistik web (web journalism) merupakan “generasi baru” jurnalistik setelah jurnalistik
konvensional (jurnalistik media cetak,seperti surat kabar) dan jurnalistik penyiaran
(broadcast journalism – radio dan televisi).
Dalam jurnalistik online ini, proses penyampaian informasi dilakukan dengan menggunakan
media internet. Perkembangan internet yang pesat saat ini telah melahirkan beragam bentuk
media online seperti contohnya website dan portal yang digunakan sebagai media untuk
menyebarkan berita dan informasi. Sejarah media massa memperlihatkan bahwa sebuah
teknologi baru tidak pernah menghilangkan teknologi yang lama, namun mensubstansinya.
Jurnalisme online tidak akan menghapuskan jurnalisme tradisional, namun meningkatkan
intensitasnya dengan menggabungkan fungsi-fungsi dari teknologi internet dengan media
tradisional.
Di dalam media online, teknologi menjadi faktor penentu. Beda wartawan online dengan
wartawan lainnya adalah pada tantangan berita cyber yang begitu cepat, hampir tiap menit
perubahannya, dan ruang pemberitaan yang sebatas layar monitor. Pemberitaannya bisa
ditanggapi langsung khalayak, dan dapat terhubungkan dengan berbagai berita, arsip, dan
sumber lain, melalui format hyperlinks. Pavlik (2001) menyebut jurnalisme ini sebagai
contextualized journalism, dikarenakan kemampuannya dalam menggabungkan kemampuan
multimedia digital, interaksi online, dan tata rupa fiturnya.24Perbedaan utama jurnalistik
online dengan jurnalistik tradisional (cetak, radio, TV) adalah kecepatan, kemudahan akses,
bisa di-update dan dihapus kapansaja, dan interaksi dengan pembaca atau pengguna (user).
a. Pengertian Jurnalistik Online
Jurnalistik Online adalah peliputan, penulisan, dan penyebarluasan berita melalui internet,
situs web (website), atau media online. Jurnalistik Online adalah "format kontemporer
jurnalisme" dengan mendistribusikan konten editorial melalui internet, bukan publikasi
melalui media cetak atau penyiaran (radio/televisi).jurnalistik online dapat didefinisikan
sebagai proses penyampaian informasi melalui media internet, utamanya website atau
portal berita.
35
a) Karakteristik Jurnalistik Online
▪ Real Time, Running News - berita selalu update dan aktual. Bisa diberitakan saat
kejadian berlangsung atau beberapa detik setelah peristiwa.
▪ Global Audiens - pembaca di seluruh dunia selama ada koneksi internet plus
perangkat komputer dan gadget.
▪ Timeless. Berita dapat disebar dan diakses kapan saja, di mana saja, 24 jam
nonstop. Berita lama maupun baru.
38
BAB lll
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa sejarah perkembangan
Jurnalistik di dunia dalam sejarah Islam bahwa cikal bakal jurnalistik yang pertama kali
di dunia adalah pada zaman Nabi Nuh. Atas dasar fakta tersebut, Nabi Nuh dianggap
sebagai pencari berita dan penyiar kabar (wartawan) pertama kali di dunia. Kapal Nabi
Nuh pun disebut sebagai kantor berita pertama di dunia.
Dan awal mulanya muncul jurnalistik dapat diketahui dari berbagai literatur
tentang sejarah jurnalistik senantiasa merujuk pada “Acta Diurna” pada zaman Romawi
Kuno masa pemerintahan kaisar Julius Caesar (100-44 SM).“Acta Diurna”, yakni papan
pengumuman (sejenis majalah dinding atau papan informasi sekarang), diyakini sebagai
produk jurnalistik pertama; pers, media massa, atau surat kabar harian pertama di dunia.
Sehingga Julius Caesar pun disebut sebagai “Bapak Pers Dunia.
Jurnalistik sampai ke Eropa bahkan di Asia termasuk negara Indonesia,di
Indonesia sendiri perkembangan kegiatan jurnalistik diawali oleh Belanda, Jepang, masa
revolusi fisik, Demokrasi liberal, masa orde baru, reformasi hingga saat ini . Beberapa
pejuang kemerdekaan Indonesia pun menggunakan kewartawanan sebagai alat
perjuangan. Di era-era inilah Bintang Timoer, Bintang Barat, Java Bode, dan Medan
Prijaji terbit.
Jenis-jenis media seperti media cetak (koran, majalah, brosur, flyer), media
elektronik (televisi, radio, film), dan media online. Media online adalah bentuk media
baru yang semakin berkembang sekarang, yang bahkan media cetak seperti koran sudah
muncul dalam bentuk online.
Keuntungan yang ditimbulkan oleh media online sangat membantu dan dapat
memperkaya wawasan setra ilmu pengetahuan, akan tetapi di era Informasi saat ini kita
harus perlu gatekiper untuk menyaring informasi yang didapat dengan melihat terlebih
dahulu apakah informasi yang didapat dari media-media tersebut benar adanya dan dapat
dipercaya sehingga informasi yang didapat tidak salah.
39
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat jauh dari
kesempurnaan.Tentunya, kami akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.
40
DAFTAR PUSTAKA
Baksin, Askurifai. 2006. Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik. Bandung: Simbiosa Rekatama
Media
Efendy, Uchjana Onong, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT Remaja Rosdakarya, Bandung,
2011.
Harahap, Arifin S. 2006. Jurnalistik Televisi: Teknik Memburu dan Menulis Berita. Jakarta: PT
Indeks
JB Wahyudi, Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, Pustaka Utama Grafiti. Jakarta, 1996.
Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa. (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2007). h. 188.
Romli, Asep Syamsul M. Jurnalistik Online. Panduan Praktis Mengelola. Media Online.
(Bandung : Nuansa Cendikia. 2012). h. 14.
Suprato, Tommy, Pengantar Teori dan Menjemen Komunikasi, MedPress, Yogyakarta, 2009.
T. A. Latief Rousydy, Dasar-dasar Rhetorika Kamunikasi dan Informasi (Medan: Firma Rimbow,
1989), h.176.
https://romeltea.com/jenis-jenis-jurnalistik-berdasarkan-media-cetak-radio-tv-online/
http://novytania.blogspot.com/2012/10/sejarah-jurnalistik-indonesia.html
http://homework-uin.blogspot.com/2009/12/sejarah-jurnalistik.html
https://www.slideshare.net/mobile/DianaAmeliaBagti/jurnalistik-online-materi-1
41