Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PENGERTIAN & DEFINISI JURNALISTIK

Disusun oleh:
Ilham lucky Alamsyah
2001030001
Eka wulandari
2001030005
M.Revansyach
2001030007

Universitas Islam Syekh Yusuf


TANGERANG

2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kamu ucapkan kepada Tuhan Yang Maha kuasa, karena berkat rahmat dan
Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dalam penulisan makalah ini
mungkin masih banyak terdapat kesalahan, untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan
agar penulisan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi.

Demikianlah makalah kami buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan, kami mohon maaf
yang sebesar - besarnya dan sebelumnya kami mengucapkan banyak terima kasih.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..…………………………………………………...i

KATA PENGANTAR…………………………………………………...ii

DAFTAR ISI………………………………………………………….....iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………......1
B. Rumusan Masalah………………………………………..……….1
C. Tujuan Pembahasan ……………………………………..………..1

BAB II ISI ......................………………………………………………..2


A. Sejarah Jurnalistik ……………………………………..………...2
B. Definisi Jurnalistik ……………………………………..………..9
C. Pengertian Jurnalistik …………………………………..…….......9
D. Pengertian Jurnalis/Wartawan …………………………………...12
E. Kode Etik Jurnalis ……………………………………..……….12
F. Elemen Jurnalistik ……………………………………..……….13
G. Teknik Jurnalistik ……………………………………..………..14
H. Bahasa Jurnalistik ……………………………………..………..14
I. Produk Jurnalistik ……………………………………..………..14
J. Manajemen Redaksi ……………………………………..……...15
K. Media Jurnalistik ……………………………………..………...16

BAB III PENUTUP…………………………………………………….17


A. KESIMPULAN…………………………………………………17
B. SARAN………………………………………………………..17

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Bagi para penulis dan jurnalis (wartawan), bahasa adalah senjata, dan kata-kata adalah
pelurunya. Mereka tidak mungkin bisa memengaruhi pikiran, suasana hati, dan gejolak
pe-rasaan pembaca, pendengar, atau pemirsanya, jika tidak menguasai bahasa jurnalistik
dengan baik dan benar.
Itulah sebabnya, para penulis dan jurnalis harus dibekali penguasaan yang memadai atas
kosa kata, pilihan kata, kalimat, paragraf, gaya bahasa, dan etika bahasa jurnalistik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Sejarah Jurnalistik ?
2. Apa saya metode jurnalistik?
3. Definisi Jurnalistik?
4. Bahasa jurnalistik?

1.3 Tujuan Pembahasaan


Jurnalisme berfungsi memberikan informasi kepada masyarakat, agar warga dapat
mengatur diri sendiri. Media massa sangat membantu masyarakat dengan cara
menyuguhkan berita yang terjadi di lingkungan, sehingga masyarakat bisa mengenali
permasalahan disekelilingnya yang mungkin saja terlewat dari keseharian atau tidak
disadari. Dengan adanya pemberitaan tersebut kebenaran berita menjadi dasar dari tindakan
yang diambil oleh masayarakat.
Jurnalisme berfungsi untuk membangun masyarakat. Berita yang menyuarakan kondisi
kelompok masyarakat yang selama ini mengalami kesulitan dan terlupakan bisa mendorong
kelompok masyarakat yang lain untuk membantu keluar dari permasalahan yang dialami.
BAB II
ISI

Sejarah jurnalistik

Sejarah jurnalistik senantiasa merujuk kepada Acta Diurna pada zaman Romawi Kuno masa
pemerintahan kaisar Julius Caesar (100-44 SM). Acta Diurna, yakni papan pengumuman
(sejenis majalah dinding atau papan informasi sekarang), diyakini sebagai produk jurnalistik
pertama; pers, media massa, atau surat kabar harian pertama di dunia. Julius Caesar pun
disebut sebagai “Bapak Pers Dunia”. Sebenarnya, Caesar hanya meneruskan dan
mengembangkan tradisi yang muncul pada permulaan berdirinya kerajaan Romawi. Saat itu,
atas peritah Raja Imam Agung, segala kejadian penting dicatat pada Annals, yakni papan tulis
yang digantungkan di serambi rumah. Catatan pada papan tulis itu merupakan pemberitahuan
bagi setiap orang yang lewat dan memerlukannya. Saat berkuasa, Julius Caesar
memerintahkan agar hasil sidang dan kegiatan para anggota senat setiap hari diumumkan
pada Acta Diurna. Demikian pula berita tentang kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan
penting, serta apa yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya. Papan pengumuman itu
ditempelkan atau dipasang di pusat kota yang disebut Forum Romanum (Stadion Romawi)
untuk diketahui oleh umum. Berita di Acta Diurna kemudian disebarluaskan. Saat itulah
muncul para Diurnarii, yakni orang-orang yang bekerja membuat catatan-catatan tentang
hasil rapat senat dari papan Acta Diurna itu setiap hari, untuk para tuan tanah dan para
hartawan. Dari kata Acta Diurna inilah secara harfiah kata jurnalistik berasal yakni kata
Diurnal dalam Bahasa Latin berarti harian atau setiap hari. Diadopsi ke dalam bahasa Prancis
menjadi Du Jour dan bahasa Inggris Journal yang berarti hari, catatan harian atau laporan.
Dari kata Diurnarii muncul kata Diurnalis dan Journalist (wartawan).

Dalam sejarah Islam, seperti dikutip Kustadi Suhandang (2004), cikal bakal jurnalistik yang
pertama kali di dunia adalah pada zaman Nabi Nuh. Saat banjir besar melanda kaumnya,
Nabi Nuh berada di dalam kapal beserta sanak keluarga, para pengikut yang saleh, dan segala
macam hewan. Untuk mengetahui apakah air bah sudah surut, Nabi Nuh mengutus seekor
burung dara ke luar kapal untuk memantau keadaan air dan kemungkinan adanya makanan.
Sang burung dara hanya melihat daun dan ranting pohon zaitun yang tampak muncul ke
permukaan air. Ranting itu pun dipatuk dan dibawanya pulang ke kapal. Nabi Nuh pun
berkesimpulan air bah sudah mulai surut. Kabar itu pun disampaikan kepada
seluruhpenumpang kapal. Atas dasar fakta tersebut, Nabi Nuh dianggap sebagai pencari
berita dan penyiar kabar (wartawan) pertama kali di dunia. Kapal Nabi Nuh pun disebut
sebagai kantor berita pertama di dunia.

1. JURNALISTIK DI ERA MEDIA CETAK (GENERASI PERTAMA)


- Surat kabar
Merupakan media cetak yang terbit setiap hari secara teratur, tulisannya dalam bentuk berita,
artikel, feature, tajuk dll. Informasi yang disajikan lengkap menjawab rumusan yaitu 5W 1H
(what, who, when, where, why, dan how). Isi informasi ditujukan untuk mempengaruhi atau
mempersuasifkan secara rasional atau pikiran. Kelebihan media ini adaah karena harganya
murah, informasi lengkap dan selalu actual, mudah dan cepat menjangkau khalayak yang
dinginkan, mudah disimpan dan dibawa. Namun kekurangannya adalah isi pesan terlalu
singkat, penyajian gambar kurang menarik dan pesan hanya bisa disampaikan bagi public
yang memiliki kemampuan membaca.

- Majalah
Majalah adalah media yang digunakan untuk mengahasilkan gagasan feature dan publisitas
bergambar untuk bahan referensi dimasa mendatang. Majalah biasanya terbit seminggu
sekali. Kelebihan media ini adalah mampu menyajikan informasi yang tidak hanya menjawab
5 W + 1H, tapi juga secara tuntas dengan bahasan dari berbagai sisi, dicetak dengan kertas
yang menarik dan berkualitas sehingga mampu menampilkan gambar-gambar yang lebih
menarik dan mampu disimpan pada jangka waktu yang sangat lama. Namun kekurangannya
bahwa media ini pesannya tidak bisa segera di peroleh public, dan harganya mahal.
Dalam jurnalistik cetak ada rangkaian newsprocessing –news planning, news hunting, news
writing, news editing, layouting/setting, pracetak, cetak, dan distirbusi. Kecermatan pun
terjaga karena sebelum sampai kepada pembaca ia melalui “banyak tangan” yang sengaja
atau tidak disengaja turut melakukan penyuntingan. Sang layouter, misalnya, seringkali
menamuka judul atau naskah yang salah ketik ataus salah eja.
Karena proses yang rumit itu pula, karya jurnalistik cetak lebih dapat dipercaya dan
dipertanggungjawabkan (kredibilitas dan akuntabilitas). Karakter lain, penggunaan bahasa
jurnalistik dalam jurnalistik cerak diberlakukan secara ketat karena keterbatasan
halaman/ruang atau sangat memengaruhi layout/tata letak. Maka dari itu Media cetak
membantu penerimaan informasi untuk mengatur masukan informasi tersebut. Lebih jauh
lagi media cetak dapat di seleksi oleh pembacanya secara mudah dibandingkan dengan berita
melalui radio dan televisi.
Salah satu cara untuk mendapatkan data adalah dengan cara wawancara, namun wawancara
untuk media cetak berbeda dengan media elektronik, pada media cetak, yang terpenting bagi
pembaca adalah tulisan yang dibuat berdasarkan hasil reportase, sehingga proses wawancara
tidaklah penting bagi mereka. Karena itu, wawancara untuk media cetak dapat berlangsung
tanpa kemasan yang menarik ataupun briefing antara wartawan dengan nara sumber. Satu-
satunya persiapan yang perlu dilakukan adalah persiapan wartawan itu sendiri, yang
mencakup bahan wawancara dan pengetahuan umum mengenai materi wawancara.
Sedangkan proses wawancaranya dapat berlangsung dalam berbagai situasi dan tempat. Bisa
di kantor, di restoran sambil makan siang, lewat telepon, sambil berjalan menuju halaman
parkir, sambil ngobrol, dan sebagainya.

2. JURNALISTIK DI ERA MEDIA ELEKTRONIK / PENYIARAN (GENERASI


KEDUA)
Karna berkembangnya ilmu pengetahuan, maka disamping ada media cetak, maka ada pula
karya jurnalistik elektronik atau penyiaran. Media elektronik atau penyiaran adalah Semua
kegiatan yang memungkinkan adanya siaran yang meliputi segala aspek ideal, perangkat
lunak, dan keras yang menggunakan saran pemancar/transmisi baik didarat maupun
diantariksa dengan mengunakan gelombang elektromagnetik atau jenis gelombang yang lebih
tinggi untuk dipancar luaskan kepada khalayak. Segala peralatan yang digunakan untuk
memperlancar aktifitas penyiaran disebut sebagai media massa periodic elektronik.

Dua bentuk penyiaran yang dominan adalah :


· Radio
Radio adalah media yang bersifat auditori (untuk didengar). Karena itu, menyampaikan
informasi melalui radio relatif lebih sulit dibandingkan dengan televisi. Ketika pembaca
berita menyajikan informasi, ia harus bisa menggambarkan peristiwa tersebut secara jelas,
sehingga bisa ditangkap oleh imajinasi pendengar. Inilah yang membuat radio disebut sebagai
theatre of mind.
Penulisan teks berita radio (untuk dibaca oleh news reader) harus menggunakan bahasa yang
mudah dibaca oleh news reader dan mudah pula didengar oleh audiens. Untuk mencapai
tujuan tersebut, jurnalis radio menggunakan teori ELF (Easy Listening Formula), yaitu
penulisan yang jika diucapkan, mudah didengar dan mudah dimengerti pada pendengaran
pertama. Karena dalam radio tidak ada pengulangan. Tidak seperti media cetak yang bisa
dibaca beberapa kali oleh penerima informasi.
Walaupun radio identik dengan hiburan, namun tidak berarti semua radio melulu
menyuguhkan hal itu. Seiring berkembangnya dunia jurnalistik, banyak radio khusus berita
yang tumbuh dan berkembang, bahkan dengan sangat pesat. Sebagai contoh, kita mengenal
radio Elshinta dan Trijaya Network. Kedua radio ini menyuguhkan beragam informasi dan
berita. Tidak menjadikan musik atau hiburan sebagai produk utama.
Di kancah internasional kita mengenal radio VOA (Voice of America). Radio ini merupakan
radio khusus berita yang sudah mendunia. Berita disajikan dalam berbagai bahasa. Tentu saja
berita itu datang dari berbagai penjuru dunia.
Pada awalnya, tumbuh keraguan terhadap media-media elektronik yang secara khusus
menyajikan produk jurnalistik. Karena media elektronik identik dengan hiburan. Kehadiran
media elektronik yang malulu menyuguhkan berita, hanya akan membuat masyarakat jenuh
untuk menyaksikan dan mendengarkannya. Namun itu semua tidak terbukti, justru kehadiran
radio dan televisi khusus berita menghilangkan dahaga masyarakat, dan memenuhi kebutuhan
mereka terhadap informasi. Mengingat kurangnya porsi pemberitaan yang ada pada media
hiburan.
Kelebihan dari media ini, bisa cepat langsung di terima di public, pesannya mempunyai
kekuatan mempersuasi secara emosional, proses produksinya sederhana dan fleksibel,
khalayaknya khusus, harga pesawatnya terjangkau dan bisa dibawa kemana-mana, biaya
produksi rendah, bisa menjangkau wilayah yang sulit bahkan melalui batas Negara, isi pesan
mampu dipahami oelh siapa saja termasuk yang tidak bisa membaca. Namun kekurangannya,
pesan media ini berlalu begitu cepat dan tidak bisa diulang kembali. Bila tidak digarap
dengan baik maka dengan mudah pendengar bisa langsung memindah gelombang radionya,
umpan balik membutuhkan waktu sehingga sulit untuk melakukan evaluasi.

· Televisi
Televisi adalah Media massa elektronik yang bersifat audio visual serta kemampuan
memainkan gambar sehingga mampu menstimulasi pendengaran dan pengelihatan. Namun
Prinsip dasar televisi lebih rumit, karena suara dan gambar diatur sedemikian rupa agar tersaji
dan diterima oleh khalayak secara sikron.
Berdasarkan pengamatan para ahli pertelevisian, informasi dari televisi diingat lebih lama
dibanding dengan yang diperoleh melalui membaca (media cetak). Sekalipun informasi yang
disuguhkan persis sama. Hal itu karena terdapatnya visualisasi berbentuk gambar bergerak
dalam televisi. Visualisasi tersebut berfungsi sebagai penambah dan pendukung narasi yang
dibaca reporter atau newsreader. Jadi, dalam menerima informasi, khalayak tidak hanya
menggunakan satu indera, melainkan dua indera sekaligus. Yaitu mata dan telinga.
Hal inilah yang menjadi keunggulan media televisi dibanding media informasi lainnya.
Efisiensi jurnalistik televisi pun lebih meyakinkan.
Berbagai macam produk jurnalistik televisi disuguhkan kepada masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan mereka akan informasi. Diantara produk-produk jurnalistik televisi tersebut
adalah:
1. News (berita)
Setiap televisi memiliki acara khusus berita. Baik itu televisi pemerintah, swasta, bahkan
lokal. Sebagai contoh, di SCTV terdapat program Liputan 6, Trans TV memiliki program
Reportase, RCTI dengan Seputar Indonesia, dan lain sebagainya.
2. Interview (wawancara)
Program wawancara ini bisa dimasukkan sebagai bagian dari program news. Namun kini,
kebanyakan televise memilih membuat acara khusus untuk wawancara narasumber terkait
masalah-masalah aktual.
3. Feature
Produk jurnalistik seperti ini menyajikan berita ringan. Seperti tempat-tempat wisata, aneka
makanan, kebudayaan, dan lain sebagainya.
4. Editorial
Dalam jurnalistik media cetak kita mengenal istilah tajuk rencana. Begitu juga dengan media
elektronik. Melalui editorial, redaktur menuturkan opini dan sikap resmi media tersebut
dalam menanggapi suatu permasalahan yang sedang ramai di tengah masyarakat.
5. Live reporting atau siaran pandangan mata
Laporan pandangan mata merupakan program siaran langsung dari tempat kejadian. Sering
juga disebut on the spot reporting. Namun tidak semua pelaporan jenis ini disiarkan langsung
pada waktu yang sebenarnya. Sebagai contoh, tidak semua pertandingan sepak bola disiarkan
secara langsung, melainkan ada pula yang merupakan siaran tunda.
Dalam jurnalistik televise, berita dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Hard news (berita berat)
Hard news adalah berita yang mengulas peristiwa penting bagi masyarakat luas. Seperti
berita ekonomi, kriminal, politik, dan pendidikan.
2. Soft news (berita ringan)
Berita seperti ini juga sering disebut feature. Isinya bisa berupa informasi mengenai tampat
wisata, kuliner, dan lain sebagainya.
3. Investigative report
Merupakan jenis berita eksklusif yang berdasarkan penyelidikan. Sehingga penyajiannya
membutuhkan waktu yang relatif lama. Namun menyuguhkan informasi yang lengkap dan
belum tentu diketahui oleh masyarakat yang hanya mendapat informasi melalui program
news.
Tapi media ini memiliki banyak kelebihan diantaranya adalah mampu menampilkan hal-hal
menarik yang ditangkap oleh indra pendengaran dan pengelihatan, mampu menampilkan
secara detail suatu peristiwa atau kejadian, karena mempengaruhi dua indra sekaligus, maka
afek persuasifnya lebih kuat ketimbang media lainnya maka dari itu televise adalah media
yang paling popular di kalangan masyarakat.
Namun kekurangannya, biaya produksinya mahal,waktu yang dibutuhkan untuk proses
produksi sampai selesai sangat lama, khalayak sangat heterogen sehingga sulit untuk
menjangkau public sasaran yang diinginkan, peralatan peliputannya sangat mahal dan rumit
penggunaannya, bila tidak dipersiapkan dengan matang maka pesan visual itu justru
menciptakan image buruk. Salah satu yang harus di perhatikan bahwa dunia pers dan
jurnalistik memiliki alur, nilai dan norma yang lebih dikenal dengan sebutan kode etik
jurnalistik. Dengan kata lain kode etik ini adalah acuan yang dipakai oleh wartawan atau
pencari berita sebelum disebar luaskan kepada khalayak ramai. Terkhusu untuk media
elektronik, penguunaan bahasa sangat perlu di perhatikan, mulai dari tutur bahasa, struktur
bahasa, formal atau informal, konstruksi kalimat dan lain-lain

3. JURNALISTIK DI ERA MEDIA ONLINE (GENERASI KETIGA)

Jenis Jurnalisme baru ini tidak lepas dari ditemukannya teknologi komputer yang diikuti
kemunculan teknologi internet, dikembangkan pada tahun 1990-an Online Journalism atau
lebih dikenal dengan nama jurnalisme online lahir pada tanggal 19 Januari 1998, ketika Mark
Drugde membeberkan cerita perselingkuhan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton dengan
Monica Lewinsky atau yang sering disebut "monicagate" di Website Druge Report, setelah
majalah Newsweek dikabarkan menolak memuat kisah skandal hasil investigasi Michael
Isikoff itu. Ketika itu, Drugde berbekal sebuah laptop dan modem, menyiarkan berita tentang
"monicagate" melalui internet.Semua orang yang mengakses internet segera mengetahui
rincian cerita "monicagate".
Di Indonesia Pada 17 Januari 1998 disebut-sebut sebagai tonggak sejarah kelahiran
jurnalistik online, dan dua tahun kemudian sekitar awal 2000 muncullah situs-situs pribadi
yang menampilkan laporan Jurnalistik pemiliknya yang kini dikenal dengan website blog,
weblog, atau blog saja. Sedangkan kemunculan di Indonesia ketika akhir kepemimpinan Orde
Baru saat Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998. Berita tersebut tersebar
luas melalui milist yang dikenal dikalangan aktivis demokrasi dan mahasiswa. Setelah itu,
beragam media online pun hadir seperti detik.com, bidik.com dan lainnya.

Itulah awal mula merebaknya jurnalisme online. Kenyataan yang ditampilkan di atas
menyatakan bahwa jurnalisme online itu tampaknya bukanlah jurnalisme Hal ini disebabkan
karena orang yang tidak memiliki ketrampilan jurnalistik pun bisa bercerita melalui
jurnalisme online tersebut. Orang yang tidak mengenal seluk beluk jurnalisme juga bisa
menyampaikan ide-idenya melalui internet. Terkait dengan tingkat kredibilitas atas berita
yang ada pada jurnalisme online tampaknya sulit dipastikan. Yang jelas, kesalahan
pemberitaan mungkin saja terjadi.

Semua media memiliki kemungkinan kesalahan. Tidak mungkin jurnalisme online bebas dari
kesalahan sama sekali. Bahkan berita seperti media televisi, radio, maupunsurat kabarpun
yang notabene dihasilkan oleh orang-orang yang memiliki ketrampilan jurnalistik pastinya
juga masih ada kesalahannya.

Itulah awal mula merebaknya jurnalisme online. Kenyataan yang ditampilkan di atas
menyatakan bahwa jurnalisme online itu tampaknya bukanlah jurnalisme Hal ini disebabkan
karena orang yang tidak memiliki ketrampilan jurnalistik pun bisa bercerita melalui
jurnalisme online tersebut. Orang yang tidak mengenal seluk beluk jurnalisme juga bisa
menyampaikan ide-idenya melalui internet. Terkait dengan tingkat kredibilitas atas berita
yang ada pada jurnalisme online tampaknya sulit dipastikan. Yang jelas, kesalahan
pemberitaan mungkin saja terjadi.

Semua media memiliki kemungkinan kesalahan. Tidak mungkin jurnalisme online bebas dari
kesalahan sama sekali. Bahkan berita seperti media televisi, radio, maupunsurat kabarpun
yang notabene dihasilkan oleh orang-orang yang memiliki ketrampilan jurnalistik pastinya
juga masih ada kesalahannya.
Definisi jurnalistik

Berbagai literatur tentang “sejarah jurnalistik” senantiasa merujuk pada “Acta Duirna” pada
zaman Romawi Kuno, khususnya masa pemerintahan Julius Caesar (100-44 SM).

“Acta Diurna” adalah papan pengumuman –sejenis majalah dinding (mading) atau papan
informasi sekarang– yang diletakkan di Forum Romanum agar diketahui oleh banyak orang.

Secara harfiyah, Acta Diurna diartikan sebagai Catatan Harian atau Catatan Publik Harian.

Acta Diurna awalnya berisi catatan proses dan keputusan hukum, lalu berkembang menjadi
pengumuman kelahiran, perkawinan, hingga keputusan kerajaan atau senator dan acara
pengadilan.

Acta Diurna diyakini sebagai produk jurnalistik pertama sekaligus pers, media massa, atau
suratkabar/koran pertama di dunia Julius Caesar pun disebut sebagai “Bapak Pers Dunia”.

Kata atau istilah jurnalistik pun berasal dari Acta Diurna itu. Orang yang menghimpun
dan menulis informasi untuk dipublikasikan di Acta Diurna disebut diurnalis.

Dari kata diurna muncul kata du jour (Prancis) yang berarti “hari ” dan journal (Inggris) yang
artinya laporan, lalu berkembang menjadi journalism atau journalistic.

Dalam bahasa Inggris, journalist artinya orang yang membuat atau menyampaikan laporan.

Pengertian Jurnalistik

Secara bahasa (Indonesia), jurnalistik adalah hal yang menyangkut kewartawanan dan
persuratkabaran dan seni kejuruan yang bersangkutan dengan pemberitaan dan
persuratkabaran (KBBI).

Journalisme (journalism) diartikan sebagai “the activity or profession of writing for


newspapers, magazines, or news websites or preparing news to be broadcast.” (aktivitas atau
profesi penulisan untuk suratkabar, majalah, atau situs web berita atau menyiapkan berita untuk
disiarkan).

Dalam kamus bahasa Inggris, jurnalistik adalah “The collection and editing of news for
presentation through the media; writing designed for publication in a newspaper or magazine”

Kata kunci dalam pengertian jurnalistik adalah berita dan penyebarluasan (publikasi).

Dengan demikian, secara praktis, jurnalistik dapat didefinisikan sebagai berikut:


Jurnalistik adalah pengumpulan bahan berita (peliputan), pelaporan peristiwa (reporting),
penulisan berita (writing), penyuntingan naskah berita (editing), dan penyajian atau
penyebarluasan berita (publishing/broadcasting) melalui media.

Definisi jurnalistik di atas seperti dikemukakan Roland E. Wolseley dalam


buku Understanding Magazines (1969): jurnalistik adalah pengumpulan, penulisan,
penafsiran, pemrosesan, dan penyebaran informasi umum, pendapat pemerhati, hiburan umum
secara sistematis dan dapat dipercaya untuk diterbitkan pada suratkabar, majalah, dan
disiarkan.

Ahli atau akademisi lainnya membuat definisi jurnalistik antara lain sebagai berikut:

– Jurnalistik adalah kepandaian dalam hal mengarang yang tujuan pokoknya adalah untuk
memberikan kabar/ informasi pada masyarakat umum secepat mungkin dan tersiar seluas
mungkin (Adinegoro, Hukum Komunikasi Jurnalistik, 1984).

– Jurnalistik merupakan sebuah proses kegiatan dalam mengolah, menulis, dan


menyebarluaskan berita dan atau opini melalui media massa (Asep Syamsul M
Romli, Jurnalistik Dakwah, 2003).

– Jurnalistik adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam mencatata dan melaporankan
serta menyebarkan informasi kepada masyarakat umum. Informasi yang dimaksud berkenaan
dengan kegiatan sehari-hari (Astrid Susanto, Komunikasi Massa, 1986)

– Jurnalistik merupakan suatu kegiatan untuk mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan


berita secepat mungkin dan seluas mungkin kepada khalayak (Djen Amar, Hukum Komunikasi
Jurnalistik, 1984).

– Journalism ambraces all the forms in which and trough wich the news and moment on the
news reach the public. Jurnalistik mencakup semua bentuk cara/ kegiatan yang dilakukan
hingga sebuah ulasan/ berita dapat disampaikan kepada publik (Fraser Bond, An introduction
to Journalism, 1961).

– Jurnalistik adalah teknik dalam mengelola berita, mulai dari mendapatkan bahan hingga
menyebarkannya kepada masyarakat secara luas. (Onong U. Effendi, Ilmu, Teoiri dan Filsafat
Komunikasi,1993).
Jurnalistik: Proses, Teknik, Ilmu

Saya biasa mengartikan jurnalistik sebagai proses, teknik, dan ilmu peliputan, penulisan, dan
penyebarluasan informasi aktual (berita) melalui media massa.

 Proses – “aktivitas” peliputan, penulisan, penyebarluasan info aktual melalui media.


 Teknik – “keahlian” , reporting and writing, keahlian atau keterampilan meliput,
menulis, dan menyajikan berita (skills)
 Ilmu – “bidang kajian”, ilmu komunikasi massa. Jurnalistik adalah kajian tentang
komunikasi melalui media massa.

Jenis-Jenis Jurnalistik

Berdasarkan media yang digunakan untuk publikasi atau penyebarluasan informasi, jurnalistik
dibagi menjadi tiga jenis:

 Jurnalistik Cetak (printed journalism) — yaitu proses jurnalistik di media cerak


(printed media) koran/suratkabar, majalah, tabloid.
 Jurnalistik Elektronik (electronic journalism) atau Jurnalistik Penyiaran (Broadcast
Journalism) — yaitu proses jurnalistik di media radio, televisi, dan film.
 Jurnalistik Online (online journalism) atau Jurnalistik Daring (dalam jaringan —
yaitu penyebarluasan informasi melalui situs web berita atau portal berita (media
internet, media online, media siber).

Berdasarkan gaya dan topik pemberitaannya, jurnalistik dibagi menjadi banyak jenis:

 Jurnalisme Damai (Peace Journalism)


 Jurnalisme Perang (War Journalism)
 Jurnalisme Pembangunan (Development Journalism)
 Jurnalisme Kuning (Yellow Journalism)
 Jurnalisme Umpan Klik (Clickbait Journalism)
 Jurnalisme Perang Suci (Crusade Journalism)
 Jurnalisme Warga (Citizen Journalism)
 Jurnalisme Komunitas (Community Journalism)
 Jurnalisme Investigasi (Investigative Journalism)
 Jurnalisme Korporasi (Corporate Journalism)
 Jurnalisme Merek (Brand Journalism)
 Jurnalisme Dakwah, dll.

Pengertian Jurnalis/Wartawan

Pelaku jurnalistik disebut jurnalis atau wartawan.

KBBI menyebutkan, wartawan adalah orang yang pekerjaannya mencari dan menyusun berita
untuk dimuat dalam surat kabar, majalah, radio, dan televisi. Wartawan disebut juga juru warta
atau jurnalis.

 Jurnalis/Wartawan adalah orang yang melakukan aktivitas jurnalistik secara rutin (UU
No. 40/1999 tentang Pers)
 Inggris: Journalist, Reporter, Editor, Paper Man, News Man

Kualifikasi Wartawan:

 Menaati Kode Etik (Codes of Conduct)


 Menguasai Bidang Liputan (Beat)
 Menguasai Teknik Jurnalistik (J-Skills)

Wartawan adalah orang yang bekerja di sebuah media massa dengan melakukan aktivitas
jurnalistik (peliputan dan penulisan berita) secara rutin, menaati kode etik, menguasai tema
liputannya, dan menguasai teknik jurnalistik terutama menulis berita dan wawancara.

Kode Etik Jurnalistik

Kode etik jurnalistik adalah etika profesi wartawan. Ciri utama wartawan profesional yaitu
menaati kode etik, sebagaimana halnya dokter, pengacara, dan kaum profesional lain yang
memiliki dan menaati kode etik.

Berikut ini ringkasan kode etik jurnalistik:

1. Independen, akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.


2. Profesional (tunjukkan identitas; hormati hak privasi; tidak menyuap; berita faktual
dan jelas sumbernya; tidak plagiat; penggunaan cara-cara tertentu dapat
dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik).
3. Berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan
asas praduga tak bersalah.
4. Tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
5. Tidak menyalah-gunakan profesi dan tidak menerima suap.
6. Memiliki Hak Tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui
identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar
belakang, dan “off the record”.
7. Tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau
diskriminasi SARA.
8. Hormati kehidupan pribadi, kecuali untuk kepentingan publik.
9. Segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru/tidak akurat disertai
dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.
10. Layani Hak Jawab dan Hak Koreksi secara proporsional.

9 Elemen Jurnalisme

Kode etik jurnalistik secara secara universal tercantum dalam 9 Elemen Jurnalisme yang
dikemukakan Bill Kovach dan Tom Rosenstiel (2001) dalam The Elements of Journalism,
What Newspeople Should Know and the Public Should Expect (New York: Crown Publishers,
2001) sebagai berikut:

1. Kewajiban pertama adalah pada kebenaran.


2. Kesetiaan (loyalitas) jurnalisme adalah kepada warga (citizens).
3. Disiplin verifikasi.
4. Jurnalis harus tetap independen.
5. Jurnalis bertindak sebagai pemantau.
6. Jurnalisme harus menyediakan forum bagi kritik, komentar, dan tanggapan dari
publik.
7. Membuat hal yang penting itu menjadi menarik dan relevan.
8. Berita yang disajikan komprehensif dan proporsional
9. Mengikuti hati nurani –etika, tanggung jawab moral, dan standar nilai.

Belakangan, Bill Kovach dan Tom Rosenstiel menambahkan prinsip kesepuluh: “warga juga
memiliki hak dan tanggung jawab dalam hal yang berkaitan dengan berita.”
Teknik Jurnalistik (J-Skills)

Teknik Jurnalistik (Journalism Skills) adalah keahlian atau keterampilan khusus dalam hal
reportase, penulisan dan penyuntingan berita, serta wawasan dan penggunaan bahasa
jurnalistik atau bahasa media.

 Teknik Reportase: Observasi, Wawancara, Studi Literatur. Wartawan harus piawai


wawancara dan mengamati peristiwa. Wartawan juga harus andal dalam riset data
atau studi literatur.
 News Writing. Penulisan berita adalah keterampilan utama wartawan.
 News Reporting (for Radio/TV): News Reading, Spoken Reading, News Script
Writing). Khusus wartawan media elektronik (TV/Radio) harus piawai menyajikan
berita (news presenting) secara langsung (live report) ataupun menjadi presenter
berita di studio.
 Editing. Wartawan harus piawai menyunting naskah sebelum dipublikasikan.
 Bahasa Jurnalistik. Wartawan harus menguasai kaidah bahasa jurnalistik, yakni
bahasa pers atau bahasa media, dengan ciri khas ringkas, lugas, dan mudah dipahami.

Secara praktis, dasar jurnalistik yang wajib dimiliki wartawan adalah keahlian meliput
perisiwa, menulis beritanya, melakukan wawancara, dan menaati kode etik.

Bahasa Jurnalistik

Bahasa Jurnalistik –disebut juga bahasa media, bahasa pers, bahasa koran, atau bahasa
wartawan– adalah gaya bahasa yang digunakan wartawan dalam menulis berita dengan
karakteristik singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, dan menarik.

Pakar bahasa Indonesia Jus Badudu menyatakan, bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah
dipahami, teratur, dan efektif.

Produk Jurnalistik: Karya Jurnalistik

Secara garis besar, produk atau karya jurnalistik itu adalah

1. Berita (News)
2. Opini (Views)
3. Feature
Berita adalah laporan peristiwa. Opini adalah tulisan berisi pendapat, penilaian, pemikiran, atau
analisis tentang suatu masalah atau peristiwa.

Feature adalah tulisan yang menggabungkan fakta dan opini atau tulisan khas bergaya
penulisan karya sastra seperti cerpen atau novel.

Foto dan Video masuk dalam produk jurnalistik jika berupa foto jurnalistik dan video
jurnalistik.

 Jenis-jenis berita antara lain Hard News, Opinion News, Interpretative News, Etc.
 Jenis-jenis Opini antara lain Artikel, Editorial/Tajuk, Kolom, Karikatur, Pojok, Esai,
Ilmiah Populer)
 Jenis-jenis Feature antara lain Tips, Laporan Perjalanan, Biografi, Profil, Resensi, etc.

News Processing: Proses Produksi Berita

 News Planning
 News Hunting/News Gathering
 News Writing
 News Editing
 Publishing

Proses jurnalistik dalam praktiknya yaitu perencanaan pemberitaan (mis. rapat redaksi),
peliputan peristiwa (termasuk wawancara), penulisan naskah berita, penyuntingan, dan
publikasi melalui media massa.

Manajemen Redaksi

 Pemimpin Redaksi/Chief Editor/Editor in Chief (+ wakil jika diperlukan)


 Redaktur Pelaksana/Managing Editor (+ wakil jika diperlukan)
 Redaktur/Editor/Jabrik (Penanggung Jawab Rubrik)
 Reporter & Fotografer
 Koresponden
 Kontributor (incl. penulis & kolomnis).

Proses pemberitaan masuk dalam manajemen redaksi. SDM dalam manajemen redaksi terdiri
dari pemimpin redaksi hingga kontributor. Semuanya disebut wartawan.
Wartawan ada yang menjabat –secara hierarkis– pemimpin redaksi, wakil pemred, redaktur,
koordinator liputan, reporter, fotografer (wartawan foto), koresponden (wartawan daerah), dan
kontributor, yaitu wartawan lepas yang dibayar per tulisan alias tidak digaji bulanan seperti
koresponden s.d. pemred.

Media Jurnalistik: Jenis-Jenis Media Massa

1. Media Cetak (Printed Media)


2. Media Elektronik (Electronik Media)
3. Media Siber (Cyber Media)

Hasil proses jurnalistik atau karya jurnalistik dipublikasikan melalui media massa yang terbagi
dalam tiga jenis.

Media cetak terdiri dari suratkabar (koran, terbit harian), majalah, dan tabloid.

Media Elektronik terdiri dari radio siaran, televisi, dan film.

Media Siber yaitu media massa di internet –dikenal dengan sebutan media online, situs berita,
portal berita (news portal), website berita, atau media dalam jaringan (media daring).
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Dalam dunia jurnalistik, sering terjadi penyimpangan penulisan yang disebabkan karena
minimnya penguasaan kosa kata, pengetahuan kebahasaan yang terbatas, keterbatasan waktu
untuk menulis, banyaknya naskah yang dikoreksi, dan tidak tersedianya redaktur bahasa
dalam surat kabar. Kesalahan atau penyimpangan tersebut adalah penyimpangan morfologi,
sintaksis, kosa kata, ejaan dan pemenggalan.

B.SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan dalam makalah diharapkan penyusunan makalah yang
berkaitan dengan jurnalistik dapat membahas lebih mendalam lagi agar pembaca
mendapatkan ilmu pengetahuan yang lebih banyak lagi tentang jurnalistik.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.bulelengkab.go.id/detail/artikel/dasar-dasar-jurnalistik-pengertian-jenis-
teknik-kode-etik-28

https://www.kompasiana.com/nooooooooooooo/56f7ea614df9fd550936081e/sejarah-
jurnalistik-dan-perkembanga-media-jurnalistik-salama-3-generasi?page=all

Anda mungkin juga menyukai