Disusun oleh:
Ilham lucky Alamsyah
2001030001
Eka wulandari
2001030005
M.Revansyach
2001030007
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kamu ucapkan kepada Tuhan Yang Maha kuasa, karena berkat rahmat dan
Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dalam penulisan makalah ini
mungkin masih banyak terdapat kesalahan, untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan
agar penulisan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi.
Demikianlah makalah kami buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan, kami mohon maaf
yang sebesar - besarnya dan sebelumnya kami mengucapkan banyak terima kasih.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..…………………………………………………...i
KATA PENGANTAR…………………………………………………...ii
DAFTAR ISI………………………………………………………….....iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………......1
B. Rumusan Masalah………………………………………..……….1
C. Tujuan Pembahasan ……………………………………..………..1
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Bagi para penulis dan jurnalis (wartawan), bahasa adalah senjata, dan kata-kata adalah
pelurunya. Mereka tidak mungkin bisa memengaruhi pikiran, suasana hati, dan gejolak
pe-rasaan pembaca, pendengar, atau pemirsanya, jika tidak menguasai bahasa jurnalistik
dengan baik dan benar.
Itulah sebabnya, para penulis dan jurnalis harus dibekali penguasaan yang memadai atas
kosa kata, pilihan kata, kalimat, paragraf, gaya bahasa, dan etika bahasa jurnalistik.
Sejarah jurnalistik
Sejarah jurnalistik senantiasa merujuk kepada Acta Diurna pada zaman Romawi Kuno masa
pemerintahan kaisar Julius Caesar (100-44 SM). Acta Diurna, yakni papan pengumuman
(sejenis majalah dinding atau papan informasi sekarang), diyakini sebagai produk jurnalistik
pertama; pers, media massa, atau surat kabar harian pertama di dunia. Julius Caesar pun
disebut sebagai “Bapak Pers Dunia”. Sebenarnya, Caesar hanya meneruskan dan
mengembangkan tradisi yang muncul pada permulaan berdirinya kerajaan Romawi. Saat itu,
atas peritah Raja Imam Agung, segala kejadian penting dicatat pada Annals, yakni papan tulis
yang digantungkan di serambi rumah. Catatan pada papan tulis itu merupakan pemberitahuan
bagi setiap orang yang lewat dan memerlukannya. Saat berkuasa, Julius Caesar
memerintahkan agar hasil sidang dan kegiatan para anggota senat setiap hari diumumkan
pada Acta Diurna. Demikian pula berita tentang kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan
penting, serta apa yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya. Papan pengumuman itu
ditempelkan atau dipasang di pusat kota yang disebut Forum Romanum (Stadion Romawi)
untuk diketahui oleh umum. Berita di Acta Diurna kemudian disebarluaskan. Saat itulah
muncul para Diurnarii, yakni orang-orang yang bekerja membuat catatan-catatan tentang
hasil rapat senat dari papan Acta Diurna itu setiap hari, untuk para tuan tanah dan para
hartawan. Dari kata Acta Diurna inilah secara harfiah kata jurnalistik berasal yakni kata
Diurnal dalam Bahasa Latin berarti harian atau setiap hari. Diadopsi ke dalam bahasa Prancis
menjadi Du Jour dan bahasa Inggris Journal yang berarti hari, catatan harian atau laporan.
Dari kata Diurnarii muncul kata Diurnalis dan Journalist (wartawan).
Dalam sejarah Islam, seperti dikutip Kustadi Suhandang (2004), cikal bakal jurnalistik yang
pertama kali di dunia adalah pada zaman Nabi Nuh. Saat banjir besar melanda kaumnya,
Nabi Nuh berada di dalam kapal beserta sanak keluarga, para pengikut yang saleh, dan segala
macam hewan. Untuk mengetahui apakah air bah sudah surut, Nabi Nuh mengutus seekor
burung dara ke luar kapal untuk memantau keadaan air dan kemungkinan adanya makanan.
Sang burung dara hanya melihat daun dan ranting pohon zaitun yang tampak muncul ke
permukaan air. Ranting itu pun dipatuk dan dibawanya pulang ke kapal. Nabi Nuh pun
berkesimpulan air bah sudah mulai surut. Kabar itu pun disampaikan kepada
seluruhpenumpang kapal. Atas dasar fakta tersebut, Nabi Nuh dianggap sebagai pencari
berita dan penyiar kabar (wartawan) pertama kali di dunia. Kapal Nabi Nuh pun disebut
sebagai kantor berita pertama di dunia.
- Majalah
Majalah adalah media yang digunakan untuk mengahasilkan gagasan feature dan publisitas
bergambar untuk bahan referensi dimasa mendatang. Majalah biasanya terbit seminggu
sekali. Kelebihan media ini adalah mampu menyajikan informasi yang tidak hanya menjawab
5 W + 1H, tapi juga secara tuntas dengan bahasan dari berbagai sisi, dicetak dengan kertas
yang menarik dan berkualitas sehingga mampu menampilkan gambar-gambar yang lebih
menarik dan mampu disimpan pada jangka waktu yang sangat lama. Namun kekurangannya
bahwa media ini pesannya tidak bisa segera di peroleh public, dan harganya mahal.
Dalam jurnalistik cetak ada rangkaian newsprocessing –news planning, news hunting, news
writing, news editing, layouting/setting, pracetak, cetak, dan distirbusi. Kecermatan pun
terjaga karena sebelum sampai kepada pembaca ia melalui “banyak tangan” yang sengaja
atau tidak disengaja turut melakukan penyuntingan. Sang layouter, misalnya, seringkali
menamuka judul atau naskah yang salah ketik ataus salah eja.
Karena proses yang rumit itu pula, karya jurnalistik cetak lebih dapat dipercaya dan
dipertanggungjawabkan (kredibilitas dan akuntabilitas). Karakter lain, penggunaan bahasa
jurnalistik dalam jurnalistik cerak diberlakukan secara ketat karena keterbatasan
halaman/ruang atau sangat memengaruhi layout/tata letak. Maka dari itu Media cetak
membantu penerimaan informasi untuk mengatur masukan informasi tersebut. Lebih jauh
lagi media cetak dapat di seleksi oleh pembacanya secara mudah dibandingkan dengan berita
melalui radio dan televisi.
Salah satu cara untuk mendapatkan data adalah dengan cara wawancara, namun wawancara
untuk media cetak berbeda dengan media elektronik, pada media cetak, yang terpenting bagi
pembaca adalah tulisan yang dibuat berdasarkan hasil reportase, sehingga proses wawancara
tidaklah penting bagi mereka. Karena itu, wawancara untuk media cetak dapat berlangsung
tanpa kemasan yang menarik ataupun briefing antara wartawan dengan nara sumber. Satu-
satunya persiapan yang perlu dilakukan adalah persiapan wartawan itu sendiri, yang
mencakup bahan wawancara dan pengetahuan umum mengenai materi wawancara.
Sedangkan proses wawancaranya dapat berlangsung dalam berbagai situasi dan tempat. Bisa
di kantor, di restoran sambil makan siang, lewat telepon, sambil berjalan menuju halaman
parkir, sambil ngobrol, dan sebagainya.
· Televisi
Televisi adalah Media massa elektronik yang bersifat audio visual serta kemampuan
memainkan gambar sehingga mampu menstimulasi pendengaran dan pengelihatan. Namun
Prinsip dasar televisi lebih rumit, karena suara dan gambar diatur sedemikian rupa agar tersaji
dan diterima oleh khalayak secara sikron.
Berdasarkan pengamatan para ahli pertelevisian, informasi dari televisi diingat lebih lama
dibanding dengan yang diperoleh melalui membaca (media cetak). Sekalipun informasi yang
disuguhkan persis sama. Hal itu karena terdapatnya visualisasi berbentuk gambar bergerak
dalam televisi. Visualisasi tersebut berfungsi sebagai penambah dan pendukung narasi yang
dibaca reporter atau newsreader. Jadi, dalam menerima informasi, khalayak tidak hanya
menggunakan satu indera, melainkan dua indera sekaligus. Yaitu mata dan telinga.
Hal inilah yang menjadi keunggulan media televisi dibanding media informasi lainnya.
Efisiensi jurnalistik televisi pun lebih meyakinkan.
Berbagai macam produk jurnalistik televisi disuguhkan kepada masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan mereka akan informasi. Diantara produk-produk jurnalistik televisi tersebut
adalah:
1. News (berita)
Setiap televisi memiliki acara khusus berita. Baik itu televisi pemerintah, swasta, bahkan
lokal. Sebagai contoh, di SCTV terdapat program Liputan 6, Trans TV memiliki program
Reportase, RCTI dengan Seputar Indonesia, dan lain sebagainya.
2. Interview (wawancara)
Program wawancara ini bisa dimasukkan sebagai bagian dari program news. Namun kini,
kebanyakan televise memilih membuat acara khusus untuk wawancara narasumber terkait
masalah-masalah aktual.
3. Feature
Produk jurnalistik seperti ini menyajikan berita ringan. Seperti tempat-tempat wisata, aneka
makanan, kebudayaan, dan lain sebagainya.
4. Editorial
Dalam jurnalistik media cetak kita mengenal istilah tajuk rencana. Begitu juga dengan media
elektronik. Melalui editorial, redaktur menuturkan opini dan sikap resmi media tersebut
dalam menanggapi suatu permasalahan yang sedang ramai di tengah masyarakat.
5. Live reporting atau siaran pandangan mata
Laporan pandangan mata merupakan program siaran langsung dari tempat kejadian. Sering
juga disebut on the spot reporting. Namun tidak semua pelaporan jenis ini disiarkan langsung
pada waktu yang sebenarnya. Sebagai contoh, tidak semua pertandingan sepak bola disiarkan
secara langsung, melainkan ada pula yang merupakan siaran tunda.
Dalam jurnalistik televise, berita dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Hard news (berita berat)
Hard news adalah berita yang mengulas peristiwa penting bagi masyarakat luas. Seperti
berita ekonomi, kriminal, politik, dan pendidikan.
2. Soft news (berita ringan)
Berita seperti ini juga sering disebut feature. Isinya bisa berupa informasi mengenai tampat
wisata, kuliner, dan lain sebagainya.
3. Investigative report
Merupakan jenis berita eksklusif yang berdasarkan penyelidikan. Sehingga penyajiannya
membutuhkan waktu yang relatif lama. Namun menyuguhkan informasi yang lengkap dan
belum tentu diketahui oleh masyarakat yang hanya mendapat informasi melalui program
news.
Tapi media ini memiliki banyak kelebihan diantaranya adalah mampu menampilkan hal-hal
menarik yang ditangkap oleh indra pendengaran dan pengelihatan, mampu menampilkan
secara detail suatu peristiwa atau kejadian, karena mempengaruhi dua indra sekaligus, maka
afek persuasifnya lebih kuat ketimbang media lainnya maka dari itu televise adalah media
yang paling popular di kalangan masyarakat.
Namun kekurangannya, biaya produksinya mahal,waktu yang dibutuhkan untuk proses
produksi sampai selesai sangat lama, khalayak sangat heterogen sehingga sulit untuk
menjangkau public sasaran yang diinginkan, peralatan peliputannya sangat mahal dan rumit
penggunaannya, bila tidak dipersiapkan dengan matang maka pesan visual itu justru
menciptakan image buruk. Salah satu yang harus di perhatikan bahwa dunia pers dan
jurnalistik memiliki alur, nilai dan norma yang lebih dikenal dengan sebutan kode etik
jurnalistik. Dengan kata lain kode etik ini adalah acuan yang dipakai oleh wartawan atau
pencari berita sebelum disebar luaskan kepada khalayak ramai. Terkhusu untuk media
elektronik, penguunaan bahasa sangat perlu di perhatikan, mulai dari tutur bahasa, struktur
bahasa, formal atau informal, konstruksi kalimat dan lain-lain
Jenis Jurnalisme baru ini tidak lepas dari ditemukannya teknologi komputer yang diikuti
kemunculan teknologi internet, dikembangkan pada tahun 1990-an Online Journalism atau
lebih dikenal dengan nama jurnalisme online lahir pada tanggal 19 Januari 1998, ketika Mark
Drugde membeberkan cerita perselingkuhan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton dengan
Monica Lewinsky atau yang sering disebut "monicagate" di Website Druge Report, setelah
majalah Newsweek dikabarkan menolak memuat kisah skandal hasil investigasi Michael
Isikoff itu. Ketika itu, Drugde berbekal sebuah laptop dan modem, menyiarkan berita tentang
"monicagate" melalui internet.Semua orang yang mengakses internet segera mengetahui
rincian cerita "monicagate".
Di Indonesia Pada 17 Januari 1998 disebut-sebut sebagai tonggak sejarah kelahiran
jurnalistik online, dan dua tahun kemudian sekitar awal 2000 muncullah situs-situs pribadi
yang menampilkan laporan Jurnalistik pemiliknya yang kini dikenal dengan website blog,
weblog, atau blog saja. Sedangkan kemunculan di Indonesia ketika akhir kepemimpinan Orde
Baru saat Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998. Berita tersebut tersebar
luas melalui milist yang dikenal dikalangan aktivis demokrasi dan mahasiswa. Setelah itu,
beragam media online pun hadir seperti detik.com, bidik.com dan lainnya.
Itulah awal mula merebaknya jurnalisme online. Kenyataan yang ditampilkan di atas
menyatakan bahwa jurnalisme online itu tampaknya bukanlah jurnalisme Hal ini disebabkan
karena orang yang tidak memiliki ketrampilan jurnalistik pun bisa bercerita melalui
jurnalisme online tersebut. Orang yang tidak mengenal seluk beluk jurnalisme juga bisa
menyampaikan ide-idenya melalui internet. Terkait dengan tingkat kredibilitas atas berita
yang ada pada jurnalisme online tampaknya sulit dipastikan. Yang jelas, kesalahan
pemberitaan mungkin saja terjadi.
Semua media memiliki kemungkinan kesalahan. Tidak mungkin jurnalisme online bebas dari
kesalahan sama sekali. Bahkan berita seperti media televisi, radio, maupunsurat kabarpun
yang notabene dihasilkan oleh orang-orang yang memiliki ketrampilan jurnalistik pastinya
juga masih ada kesalahannya.
Itulah awal mula merebaknya jurnalisme online. Kenyataan yang ditampilkan di atas
menyatakan bahwa jurnalisme online itu tampaknya bukanlah jurnalisme Hal ini disebabkan
karena orang yang tidak memiliki ketrampilan jurnalistik pun bisa bercerita melalui
jurnalisme online tersebut. Orang yang tidak mengenal seluk beluk jurnalisme juga bisa
menyampaikan ide-idenya melalui internet. Terkait dengan tingkat kredibilitas atas berita
yang ada pada jurnalisme online tampaknya sulit dipastikan. Yang jelas, kesalahan
pemberitaan mungkin saja terjadi.
Semua media memiliki kemungkinan kesalahan. Tidak mungkin jurnalisme online bebas dari
kesalahan sama sekali. Bahkan berita seperti media televisi, radio, maupunsurat kabarpun
yang notabene dihasilkan oleh orang-orang yang memiliki ketrampilan jurnalistik pastinya
juga masih ada kesalahannya.
Definisi jurnalistik
Berbagai literatur tentang “sejarah jurnalistik” senantiasa merujuk pada “Acta Duirna” pada
zaman Romawi Kuno, khususnya masa pemerintahan Julius Caesar (100-44 SM).
“Acta Diurna” adalah papan pengumuman –sejenis majalah dinding (mading) atau papan
informasi sekarang– yang diletakkan di Forum Romanum agar diketahui oleh banyak orang.
Secara harfiyah, Acta Diurna diartikan sebagai Catatan Harian atau Catatan Publik Harian.
Acta Diurna awalnya berisi catatan proses dan keputusan hukum, lalu berkembang menjadi
pengumuman kelahiran, perkawinan, hingga keputusan kerajaan atau senator dan acara
pengadilan.
Acta Diurna diyakini sebagai produk jurnalistik pertama sekaligus pers, media massa, atau
suratkabar/koran pertama di dunia Julius Caesar pun disebut sebagai “Bapak Pers Dunia”.
Kata atau istilah jurnalistik pun berasal dari Acta Diurna itu. Orang yang menghimpun
dan menulis informasi untuk dipublikasikan di Acta Diurna disebut diurnalis.
Dari kata diurna muncul kata du jour (Prancis) yang berarti “hari ” dan journal (Inggris) yang
artinya laporan, lalu berkembang menjadi journalism atau journalistic.
Dalam bahasa Inggris, journalist artinya orang yang membuat atau menyampaikan laporan.
Pengertian Jurnalistik
Secara bahasa (Indonesia), jurnalistik adalah hal yang menyangkut kewartawanan dan
persuratkabaran dan seni kejuruan yang bersangkutan dengan pemberitaan dan
persuratkabaran (KBBI).
Dalam kamus bahasa Inggris, jurnalistik adalah “The collection and editing of news for
presentation through the media; writing designed for publication in a newspaper or magazine”
Kata kunci dalam pengertian jurnalistik adalah berita dan penyebarluasan (publikasi).
Ahli atau akademisi lainnya membuat definisi jurnalistik antara lain sebagai berikut:
– Jurnalistik adalah kepandaian dalam hal mengarang yang tujuan pokoknya adalah untuk
memberikan kabar/ informasi pada masyarakat umum secepat mungkin dan tersiar seluas
mungkin (Adinegoro, Hukum Komunikasi Jurnalistik, 1984).
– Jurnalistik adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam mencatata dan melaporankan
serta menyebarkan informasi kepada masyarakat umum. Informasi yang dimaksud berkenaan
dengan kegiatan sehari-hari (Astrid Susanto, Komunikasi Massa, 1986)
– Journalism ambraces all the forms in which and trough wich the news and moment on the
news reach the public. Jurnalistik mencakup semua bentuk cara/ kegiatan yang dilakukan
hingga sebuah ulasan/ berita dapat disampaikan kepada publik (Fraser Bond, An introduction
to Journalism, 1961).
– Jurnalistik adalah teknik dalam mengelola berita, mulai dari mendapatkan bahan hingga
menyebarkannya kepada masyarakat secara luas. (Onong U. Effendi, Ilmu, Teoiri dan Filsafat
Komunikasi,1993).
Jurnalistik: Proses, Teknik, Ilmu
Saya biasa mengartikan jurnalistik sebagai proses, teknik, dan ilmu peliputan, penulisan, dan
penyebarluasan informasi aktual (berita) melalui media massa.
Jenis-Jenis Jurnalistik
Berdasarkan media yang digunakan untuk publikasi atau penyebarluasan informasi, jurnalistik
dibagi menjadi tiga jenis:
Berdasarkan gaya dan topik pemberitaannya, jurnalistik dibagi menjadi banyak jenis:
Pengertian Jurnalis/Wartawan
KBBI menyebutkan, wartawan adalah orang yang pekerjaannya mencari dan menyusun berita
untuk dimuat dalam surat kabar, majalah, radio, dan televisi. Wartawan disebut juga juru warta
atau jurnalis.
Jurnalis/Wartawan adalah orang yang melakukan aktivitas jurnalistik secara rutin (UU
No. 40/1999 tentang Pers)
Inggris: Journalist, Reporter, Editor, Paper Man, News Man
Kualifikasi Wartawan:
Wartawan adalah orang yang bekerja di sebuah media massa dengan melakukan aktivitas
jurnalistik (peliputan dan penulisan berita) secara rutin, menaati kode etik, menguasai tema
liputannya, dan menguasai teknik jurnalistik terutama menulis berita dan wawancara.
Kode etik jurnalistik adalah etika profesi wartawan. Ciri utama wartawan profesional yaitu
menaati kode etik, sebagaimana halnya dokter, pengacara, dan kaum profesional lain yang
memiliki dan menaati kode etik.
9 Elemen Jurnalisme
Kode etik jurnalistik secara secara universal tercantum dalam 9 Elemen Jurnalisme yang
dikemukakan Bill Kovach dan Tom Rosenstiel (2001) dalam The Elements of Journalism,
What Newspeople Should Know and the Public Should Expect (New York: Crown Publishers,
2001) sebagai berikut:
Belakangan, Bill Kovach dan Tom Rosenstiel menambahkan prinsip kesepuluh: “warga juga
memiliki hak dan tanggung jawab dalam hal yang berkaitan dengan berita.”
Teknik Jurnalistik (J-Skills)
Teknik Jurnalistik (Journalism Skills) adalah keahlian atau keterampilan khusus dalam hal
reportase, penulisan dan penyuntingan berita, serta wawasan dan penggunaan bahasa
jurnalistik atau bahasa media.
Secara praktis, dasar jurnalistik yang wajib dimiliki wartawan adalah keahlian meliput
perisiwa, menulis beritanya, melakukan wawancara, dan menaati kode etik.
Bahasa Jurnalistik
Bahasa Jurnalistik –disebut juga bahasa media, bahasa pers, bahasa koran, atau bahasa
wartawan– adalah gaya bahasa yang digunakan wartawan dalam menulis berita dengan
karakteristik singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, dan menarik.
Pakar bahasa Indonesia Jus Badudu menyatakan, bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah
dipahami, teratur, dan efektif.
1. Berita (News)
2. Opini (Views)
3. Feature
Berita adalah laporan peristiwa. Opini adalah tulisan berisi pendapat, penilaian, pemikiran, atau
analisis tentang suatu masalah atau peristiwa.
Feature adalah tulisan yang menggabungkan fakta dan opini atau tulisan khas bergaya
penulisan karya sastra seperti cerpen atau novel.
Foto dan Video masuk dalam produk jurnalistik jika berupa foto jurnalistik dan video
jurnalistik.
Jenis-jenis berita antara lain Hard News, Opinion News, Interpretative News, Etc.
Jenis-jenis Opini antara lain Artikel, Editorial/Tajuk, Kolom, Karikatur, Pojok, Esai,
Ilmiah Populer)
Jenis-jenis Feature antara lain Tips, Laporan Perjalanan, Biografi, Profil, Resensi, etc.
News Planning
News Hunting/News Gathering
News Writing
News Editing
Publishing
Proses jurnalistik dalam praktiknya yaitu perencanaan pemberitaan (mis. rapat redaksi),
peliputan peristiwa (termasuk wawancara), penulisan naskah berita, penyuntingan, dan
publikasi melalui media massa.
Manajemen Redaksi
Proses pemberitaan masuk dalam manajemen redaksi. SDM dalam manajemen redaksi terdiri
dari pemimpin redaksi hingga kontributor. Semuanya disebut wartawan.
Wartawan ada yang menjabat –secara hierarkis– pemimpin redaksi, wakil pemred, redaktur,
koordinator liputan, reporter, fotografer (wartawan foto), koresponden (wartawan daerah), dan
kontributor, yaitu wartawan lepas yang dibayar per tulisan alias tidak digaji bulanan seperti
koresponden s.d. pemred.
Hasil proses jurnalistik atau karya jurnalistik dipublikasikan melalui media massa yang terbagi
dalam tiga jenis.
Media cetak terdiri dari suratkabar (koran, terbit harian), majalah, dan tabloid.
Media Siber yaitu media massa di internet –dikenal dengan sebutan media online, situs berita,
portal berita (news portal), website berita, atau media dalam jaringan (media daring).
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Dalam dunia jurnalistik, sering terjadi penyimpangan penulisan yang disebabkan karena
minimnya penguasaan kosa kata, pengetahuan kebahasaan yang terbatas, keterbatasan waktu
untuk menulis, banyaknya naskah yang dikoreksi, dan tidak tersedianya redaktur bahasa
dalam surat kabar. Kesalahan atau penyimpangan tersebut adalah penyimpangan morfologi,
sintaksis, kosa kata, ejaan dan pemenggalan.
B.SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan dalam makalah diharapkan penyusunan makalah yang
berkaitan dengan jurnalistik dapat membahas lebih mendalam lagi agar pembaca
mendapatkan ilmu pengetahuan yang lebih banyak lagi tentang jurnalistik.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.bulelengkab.go.id/detail/artikel/dasar-dasar-jurnalistik-pengertian-jenis-
teknik-kode-etik-28
https://www.kompasiana.com/nooooooooooooo/56f7ea614df9fd550936081e/sejarah-
jurnalistik-dan-perkembanga-media-jurnalistik-salama-3-generasi?page=all