Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk
berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang
berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh
pemakainya. Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana komunikasi serta sebagai
sarana integrasi dan adaptasi.
Kita sering berkomunikasi terlebih kita selalu berinteraksi dengan suatu
bahasa baik itu secara tatap muka ataupun dengan suatu alat penghubung. Dengan
bahasa kita mampu mengerti apa maksud dan tujuan antara komunikan dan
komunikator. Bahasa sangatlah penting untuk interaksi kita di dunia ini baik untuk
tujuan bisnis, pendidikan, etnis, sejarah juga untuk kepentigan bangsa dan negara.
Di era derasnya arus informasi seperti sekarang ini, berbagai media massa
berlomba-lomba untuk menyajikan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat
sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Wartawan sebagai ujung tombak
dalam mencari dan memberikan informasi yang cepat, aktual dan dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dituntut untuk bekerja sesuai
dengan kode etik wartawan.  Selain itu, wartawan juga harus menguasai
berbagai teknik penulisan berita yang baik agar dapat menghasilkan karya
jurnalistik yang memiliki nilai berita yang tinggi.
Ada pula yang disebut dengan jurnalistik islam yaitu bergerak dalam
kegiatan memberi informasi dan orang yang memberi informasi tersebut
mengabdikan diri kepada nilai agama islam dan tentunya melahirkan informasi
yang baik dan memberikan manfaat juga.

B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan di bahas dalam penulisan makalah ini
adalah:
1. Apa karakteristik dari bahasa jurnalistik?
2. Apa yang dimaksud dengan jurnalisme islam?
3. Apa fungsi dari jurnalisme islam?

1
C. Tujuan Penulisan
Dari permasalah yang telah dipaparkan dalam rumusan masalah, maka
tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui karakteristik dari bahasa jurnalistik
2. Mengetahui apa itu jurnalisme islam
3. Mengetahui fungsi dari jurnalisme islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Bahasa Jurnalistik


Bahasa jurnalistik dapat dibedakan menurut bentuknya, yaitu bahasa
jurnalistik surat kabar, bahasa jurnalistik tabloid, bahasa jurnalistik majalah,,
majalah jurnalistik radio siaran, bahasa jurnalistik televisi dan bahasa jurnalistik
surat kabar. Adapun ciri utama dari bahasa jurnalistik yang secara umum berlaku
untuk semua media berkala yaitu:1
1. Sederhana
Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau. kalimat
yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang sangat
heterogen, baik dilihat dari tingkat intelektualitasnya maupun karakteristik
demografis dan psikografisnya. Kata-kata dan kalimat yang rumit, yang hanya
dipahami maknanya oleh segelintir orang, tabu digunakan dalam bahasa
jurnalistik.
2. Singkat
Singkat berarti langsung kepada pokok masalah (to the point), tidak
bertele-tele, tidak berputar-putar, tidak memboroskan waktu pembaca yang sangat
berharga. Ruangan atau kapling yang tersedia pada kolom-kolom halaman surat
kabar, tabloid, atau majalah sangat terbatas, sementara isinya banyak dan
beraneka ragam. Konsekuensinya apa pun pesan yang akan disampaikan tidak
boleh bertentangan dengan filosofi, fungsi, dan karakteristik pers.
3. Padat
Padat dalam bahasa jurnalistik  menurut Patmono SK, redaktur senior
Sinar Harapan dalam buku Teknik Jurnalislik (1996: 45), padat dalam bahasa
jurnalistik berarti sarat informasi. Setiap  kalimat dan paragraf yang ditulis
memuat banyak informasi penting dan menarik untuk khalayak pembaca. Ini
berarti terdapat perbedaan yang tegas antara kalimat singkat dan kalimat padat.
Kalinat yang singkat tidak berarti memuat banyak informasi. Sedangkan kaliamat
yang padat, kecuali singkat juga mengandung lebih banyak informasi.

1
Ahmad Qorib, dkk. Pengantar Jurnalistik. (Bogor: Guepedia, 2019), Hlm.178

3
4. Lugas
Lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari eufisme atau
penghalusan kata dan kalimat yang bisa membingungkan khalayak pembaca
sehingga terjadi perbedaan persepsi dan kesalahan konklusi.
5. Jelas
Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan kabur. Sebagai
contoh, hitam adalah wara yang jelas. Putih adalah warna yang jelas. Ketika kedua
warna itu disandingkan, maka terdapat perbedaan yang tegas mana disebut hitam,
mana pula yang disebut putih. Pada. Kedua warna itu  sama sekali tidak
ditemukan nuansa warna abu-abu. Perbedaan warna hitam dan putih melahirkan
kesan kontras. Jelas di sini mengandung tiga arti: jelas artinya, jelas susunan kata
atau kalimatnya sesuai dengan  kaidah subjek objek predikat keterangan (SPOK),
jelas sasaran atau maksudnya.
6. Jernih
Jernih berarti bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus, tidak
menyembunyikan sesuatu yang lain yang bersifat negatif seperti prasangka atau
fitnah. Dalam pendekatan analisis wacana, kata dan kalimat yang jernih berarti
kata dan  kalimat yang tidak memiliki agenda tersembunyi di balik pemuatan
suatu berita atau laporan kecuali fakta, kebenaran, kepentingan public. Dalam
perspektif orang-orang komunikasi, jernih berarti senantiasa mengembangkan
pola piker positif (positive thinking) dan menolak pola pikir negative (negative
thinking). Hanya dengan pola pikir positif kita akan dapat melihat semua
fenomena dan persoalan yang terdapat dalam masyarakat dan pemerintah dengan
kepala dingin, hati jernih dan dada lapang.
7. Menarik
Menarik artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak
pembaca dan memicu selera pembaca. Bahasa jurnalistik berpijak pada prinsip
menarik, benar, dan baku.2

2
Ibid. Hlm. 180-181

4
8. Demokratis
Demokratis berarti bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan, pangkat,
kasta, atau perbedaan dari berbagai pihak yang menyapa dan pihak yang disapa.
9. Populis
Populis berarti setiap kata, istilah atau kalimat apapun yang terdapat dalam
karya-karya jurnalistik harus akrab ditelinga, dimata, dan dibenak pikiran
khalayak pembaca, pendengar, dan pemirsa. Bahasa jurnalistik harus merakyat,
artinya diterima dan diakrabi oleh semua lapisan masyarakat. Kebalikan dari
populis adalah elitis. Bahasa yang elitis adalah bahasa yang hanya dimengerti dan
dipahami segelintir kecil orang saja, terutama mereka yang berpendidikan dan
berkedudukan tinggi.
10. Logis
Logis berarti apapun yang terdapat dalam kata, istilah, kalimat atau
paragraf jurnalistik harus dapat diterima dan tidak bertentangan dengan akal sehat
(common sense). Bahasa jurnalitstik harus dapat diterima dan sekaligus
mencerminkan nalar. Disini berlaku hukum logika.
11. Gramatikal
Gramatikal berarti kata, istilah, atau kalimat apa pun yang dipakai dan
dipilih dalam bahasa jurnalistik harus mengikuti kaidah tata bahasa baku. Bahasa
baku artinya bahasa resmi sesuai dengan ketentuan tata bahasa serta pedoman
ejaan yang disempurnakan berikut pedoman pembentukan istilah yang
menyertainya. Bahasa baku adalah bahasa yang paling besar pengaruhnya dan
paling tinggi wibawanya pada suatu bangsa atau kelompok masyarakat.
12. Menghindari kata tutur
Kata tutur ialah kata yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari
secara informal dan tidak memperhatikan masalah struktur dan tata bahasa.
13. Mengutamakan kalimat aktif
Bahasa jurnalistik harus jelas susunan katanya, dan kuat maknanya (clear
and strong). Kalimat aktif lebih memudahkan pengertian dan memperjelas
pemahaman. Kalimat pasif sering menyesatkan pengertian dan membingungkan
tingkat pemahaman.3

3
Ibid. Hlm. 181-183

5
14. Menghindari kata atau istilah teknis
Karena ditujukan untuk umum, maka bahasa jurnalistik harus sederhana,
mudah dipahami, ringan dibaca, tidak membuat kening berkerut apalagi sampai
membuat kepala berdenyut. Salah satu cara untuk itu ialah dengan menghindari
penggunaan kata atau istilah-istilah teknis. Bagaimanapun kata atau istilah teknis
hanya berlaku untuk kelompok atau komunitas tertentu yang relatif homogen.
Realitas yang homogen, menurut perspektif filsafat bahasa tidak boleh dibawa ke
dalam realitas yang heterogen. Kecuali tidak efektif, juga mengandung unsur
pemerkosaan.
Kalaupun tak terhindarkan, maka istilah teknis itu harus disertai penjelasan
dan ditempatkan dalam tanda kerung. Surat kabar, tabloid, atau majalah yang
lebih banyak memuat kata atau istilah teknis, mencerminkan surat kabar itu :
a. Kurang melakukan pembinaan dan pelatihan terhadap wartawannya yang
malas.
b. Tidak memiliki editor bahasa.
c. Tidak memiliki buku panduan peliputan dan penulisan berita serta laporan.
d. Tidak memiliki sikap profesional. dalam mengelola penerbitan pers yang
berkualitas.
15. Menghindari kata atau istilah asing
Berita ditulis untuk dibaca atau didengar. Pembaca atau pendengar harus
tahu arti dan makna setiap kata yang dibaca dan didengarnya. Berita atau laporan
yang banyak  diselipi kata-kata asing, selain tidak informatif dan komunikatif juga
membingungkan. Menurut teori komunikasi, khalayak media massa anonim dan
heterogen. tidak saling mengenal dan benar-benar majemuk, terdiri atas berbagai
suku bangsa, latar belakang sosial-ekonomi, pendidikan, pekerjaan, profesi dan
tempat tinggal. Dalam perspektif teori jurnalistik, memasukkan kata atau istilah
asing pada berita yang kita tulis, kita udarakan atau kita tayangkan, sama saja
dengan sengaja menyebar banyak duri di tengah jalan. Kecuali menyiksa diri
sendiri, juga mencelakakan orang lain.4

4
Ibid. Hlm. 183-184

6
16. Tunduk kepada kaidah dan etika bahasa baku
Pers, sebagai guru bangsa dengan fungsinya sebegai pendidik, pers wajib
menggunakan kaidah dan bahasa baku serta tunduk pada kaidah dan etika bahasa
baku. Bahasa pers harus baku, benar, dan baik.
Dalam etika berbahasa, pers tidak boleh menuliskan kata-kata yang tidak
sopan, kata-kata vulgar, kata-kata berisi sumpah serapah, kata-kata hujatan dan
makian yang sangat jauh dari norma sosial budaya agama, atau dengan rendah
lainnya dengan maksud untuk membangkitkan asosiasi serta fantasi seksual
khalayak pembaca.

B. Jurnalisme Islam
Disebut juga jurnalisme dakwah. Setiap berita, artikel opini, ataupun
feature yang mengandung seruan secara langsung maupun tidak langsung, tersirat
ataupun tersurat, untuk beriman, berbuat baik (beramal saleh), dan bertakwa
kepada Allah SWT masuk dalam kategori jurnalistik dakwah. Berita, artikel,
feature, pada program radio dan televisi yang mengekspos tentang keindahan dan
kebenaran islam juga termasuk dalam jurnalistik dakwah.5
Jurnalisme dakwah adalah jurnalis yang bergerak dibidang informasi dan
teknologi dalam kegiatan penerbitan tulisan yang mengabdikan diri kepada nilai
agama islam. Wartawan sebagai sosok juru dakwah dibidang pers yakni
mengembangkan dakwah bil qolam. Ia menjadi khalifah Allah di dunia media
massa dengan memperjuangkan tegaknya nilai-nilai norma, etika, dan syariat
islam.
Sampai saat ini belum terpikirkan oleh kalangan pemimpin islam untuk
membentuk jurnalistik islam yang benar-benar murni tanpa dikaitkan dengan
suatu golongan. Pada masa lalu, jurnalistik islam terlihat lebih condong kepada
partai/organisasi islam, sehingga yang ditemukan hanya saling serang sesama
golongan umat.

C. Fungsi Jurnalisme Islam


Jurnalisme Islam tidak hanya memiliki motivasi,tetapi juga fungsi. Ia
memiliki dua fungsi yaitu fungsi internal dan fungsi ekternal. Fungsi internal

5
Andi Fachruddin, Journalism Today, (Jakarta: Kencana, 2019), hlm. 16

7
meliputi menyampaikan informasi dan berita, dan sarana amar ma’ruf nahi
munkar, dan stabilitas keamanan atau ketentraman masyarakat muslim.
Sedangkan fungsi eksternal adalah sebagai sarana dakwah atau syiar dan media
pembela atas kezholiman media massa terhadap islam6. Berikut penjabaran lebih
jelas mengenai fungsi-fungsi jurnalisme islam :
1. Fungsi Internal
a. Sebagai penyampai informasi dan berita.
Seperti pada Qs. Al-Baqarah ayat 119 yang artinya berikut ini :
“Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran;
sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan
diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka”. (QS. Al-
Baqarah : 119)
b. Sebagai sarana amar ma’ruf nahi munkar.
Seperti pada Qs. Al-A’raf ayat 157 yang artinya berikut ini :
“(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang
(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi
mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka
dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik
dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka
beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang
yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya
yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang
yang beruntung”. (QS. Al-A’raf : 157)
c. Sebagai stabilitas keamanan atau ketentraman masyarakat muslim.
Seperti pada Qs. Al-An’am ayat 82 yang artinya berikut ini :
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka
dengan dengan kezhaliman, mereka itulah orang-orang yang mendapatkan
keamanan, dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. Al-
An’am : 82)

6
Anton Ramdan, Jurnalistik Islam, (Jakarta: Shahara Digital Publishing, 2009), hlm. 27

8
2. Fungsi Eksternal
Sebagai sarana dakwah atau syiar dan media pembela atas kezholiman
media massa terhadap islam.7 Seperti pada Qs. An-Nahl ayat 125 yang artinya
berikut ini :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. An-
Nahl : 125)

7
Ibid. Hlm. 31

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Karakteristik utama bahasa jurnalistik adalah sederhana, singkat, padat,
lugas, jelas, jernih, menarik, demokratis, populis, logis, gramatikal, menghindari
kata tutur, mengutamakan kalimat aktif, menghindari kata atau istilah teknis,
menghindari kata atau istilah asing, serta tunduk kepada kaidah dan etika bahasa
baku.
Jurnalisme islam adalah jurnalis yang bergerak dibidang informasi dan
teknologi dalam kegiatan penerbitan tulisan yang mengabdikan diri kepada nilai
agama islam. Wartawan sebagai sosok juru dakwah dibidang pers yakni
mengembangkan dakwah bil qolam. Ia menjadi khalifah Allah di dunia media
massa dengan memperjuangkan tegaknya nilai-nilai norma, etika, dan syariat
islam.
Fungsi Jurnalisme Islam ialah fungsi internal meliputi menyampaikan
informasi dan berita, dan sarana amar ma’ruf nahi munkar, dan stabilitas
keamanan atau ketentraman masyarakat muslim. Dan fungsi eksternalnya adalah
sebagai sarana dakwah atau syiar dan media pembela atas kezholiman media
massa terhadap islam.

B. Saran
Menyikapi derasnya arus informasi seperti sekarang ini maka kita harus
mampu memahami dan memperaktikkan bagaimana karakteristik dari bahasa
jurnalistik yang baik sehingga dapat diterima dengan baik pula oleh orang lain.
Selain itu, semaga umat muslim hendaknya kita mengamalkan jurnalistik islam
yang memiliki fungsi-fungsi yang baik tentunya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Fachruddin, Andi. 2019. Journalism Today. Jakarta : Kencana

Ramdan, Anton. 2009. Jurnalistik Islam. Jakarta : Shahara Digital Publishing

Qorib, Ahmad, dkk. 2019. Pengantar Jurnalistik. Bogor : Guepedia

11

Anda mungkin juga menyukai