Tesis
Diajukan kepada Sekolah Pascasarjana
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar magister
program studi Dakwah dan Komunikasi
oleh :
Abdul Jalil
NIM : 00.2.00.1.07.01.0247
Pembimbing :
Prof. Dr. H. M. Yunan Yusuf, M.A.
Prof. Dr. H. Badri Yatim, M.A.
PERSETUJUAN
Tesis berjudul
Penyusun
: Abdul Jalil
NIM
: 00.2.00.1.07.01.0247
Program Studi
Pembimbing I,
Pembimbing II,
iii
PENGESAHAN
Tesis berjudul
Penyusun
: Abdul Jalil
NIM
: 00.2.00.1.07.01.0247
Program Studi
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
iv
LEMBAR PERNYATAAN
: Abdul Jalil
Program Studi
Abdul Jalil
ABSTRAK
Judul
Penulis
NIM
KATA PENGANTAR
tokoh
Soekarno
mempunyai
kesulitan
tersendiri.
Sungguhpun banyak literatur tentang tokoh ini, namun tetap saja penyusun
menemui banyak kendala. Setidaknya ada asumsi bahwa sebuah tesis ditulis
harus teruji kesahihannya. Demikian pula mencermati makna tersirat dari
sekedar penampilan teks, membutuhkan kecermatan tersendiri. Kiranya
tulisan ini mampu memberikan kesadaran bahwa banyak celah kehidupan
yang bisa dimanfaatkan dalam menyampaikan ajaran Islam, baik tataran
teoritis maupun aplikatif.
Dan akhirnya dengan ijin Allah juga, penyusunan tesis ini selesai
Hal demikian tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Maka dalam
kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M.A. dan Prof. Dr. Azyumardi Azra,
M.A. selaku rektor dan direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi
kesempatan kepada penyusun mengikuti program pendidikan magister,
vi
2. Prof. Dr. H. M. Yunan Yusuf, M.A. dan Prof. Dr. H. Badri Yatim,
M.A., yang telah meluangkan waktu memberi bimbingan kepada
penyusun,
3. Kepala MAN Insan Cendekia, H. Abdul Gawi, Drs. Japar dan Kastolan,
S.Pd., atas kesempatan untuk mengikuti program ini,
4. Teman teman di Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Serpong, yang
turut memompa semangat belajar,
5. Ayahanda Rahmad dan ibunda Sufiah yang senantiasa melantunkan
doa dan harapan buat penyusun. Kepada merekalah penyusun belajar
mengarungi kehidupan sekaligus menghadapi tantangannya,
6. Istri tercinta Muzdalifah Mursyad yang senantiasa menyemangati
penyusun untuk segera menyelesaikan program pendidikan,
7. Mas Syaifuddin, mbak Nadzir, Armedo dan Briant yang turut memberi
dukungan moral bagi penyusun.
Semoga Allah membalas kebaikan budi mereka dengan yang lebih
baik. Akhirnya hanya kepada Allah saja, segala upaya ini penyusun
kembalikan, kiranya dapat perkenanNya dan menjadi kunci pembuka
perjuangan penyusun selanjutnya. Kepada pembaca yang berkenan
memberi kritik dan saran guna perbaikan penyusunan tesis ini dikemudian
hari, penyusun sampaikan terima kasih.
Jakarta, Oktober 2007
Penyusun,
vii
DAFTAR ISI
ii
iii
iv
PERNYATAAN ..............................................................................
vi
vii
xi
xii
BAB I
: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .........................
13
14
17
17
21
22
26
27
viii
BAB II
BAB III
31
35
41
50
58
64
69
73
85
98
BAB IV
114
121
148
157
ix
159
163
165
203
BAB V
220
: PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................
233
236
238
DAFTAR TABEL
39
49
58
64
68
73
79
83
100
146
223
227
xi
229
xii
TRANSLITERASI
Arab
Latin
Arab
Latin
'
kh
..'...
sy
....
....
....
xii
xii
BAB I
PENDAHULUAN
( : )
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk. 1 (QS. An-Nahl 16 : 125)
Ayat ini menunjukkan bahwa metode dakwah dapat berupa
hikmah (kebijaksanaan), mauizah hasanah (pengajaran yang baik) dan
Hikmah lebih dari ilmu, hikmah adalah ilmu yang sehat, sudah
dicernakan, yang berpadu dengan nilai rasa ,sehingga menjadi daya
penggerak untuk melakukan sesuatu yang berguna dan bermanfaat.
Kalau dibawa ke bidang dakwah, untuk melakukan suatu tindakan
yang berguna yang efektif.4
Lebih lanjut, Toto Tasmara mempertegas, metode hikmah ini
sangat menonjol dalam bidang informatif, menyampaikan pesan
semata-mata.5
Terlepas dari berbagai penafsiran kata hikmah, hal ini
menunjukkan betapa metode ini sangat bersentuhan pada sisi
kemanusiaan (human sense) obyek dakwah, karenanya dalam dakwah
dituntut metode yang persuasif. 6 Dengan kata lain,
Sebuah cara yang mengharuskan pengemban dakwah
mengetahui kondisi obyeknya secara detil, sehingga dapat
menentukan metode dakwah semanusiawi mungkin, metode yang
menghargai obyek dakwah sebagai manusia dengan berbagai
karakteristiknya. Karena dakwah adalah sebuah proses
penyampaian pesan dari manusia ke manusia yang lain.7
hal. 38.
6
(: )
Artinya : Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli kitab, melainkan
dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang
zalim di antara mereka dan Katakanlah: "Kami Telah
beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami
dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu
adalah satu; dan kami Hanya kepada-Nya berserah diri". 11
(QS. Al-Ankabut 29 ; 46)
10
12
Lihat Imam Hafiz Imaduddin Abul Fida Ismail bin Kair, Tafsr AlQuran al-Azim, terjemahan, Jilid IV, Dr al-Jail, Beirut, Libanon, tth., hal. 572.
13
Sebagaimana dikutip Abbas as-Ssy, Bagaimana Menyentuh Hati KiatKiat Memikat Obyek Dakwah, terjemahan Muhil Dhafir, Intermedia, Solo, 2000,
hal. 205.
14
akan
latar
belakang
kehidupan
Soekarno,
15
satunya adalah
16
10
18
17
11
12
19
13
B. Identifikasi Permasalahan
Dari judul penelitian tentang bahasa dakwah Soekarno, bisa
teridentifikasi banyak permasalahan di antaranya,
1. Apa pemikiran pembaharuan Soekarno tentang keislaman,
2. Bagaimana pendekatan Soekarno dalam memahami agama Islam,
3. Apakah sosoknya yang nasionalis Soekarno menjadikannya tidak
disebut seorang pengemban dakwah,
4. Bahasa yang bagaimana yang digunakan dalam mensosialisasikan
ide-ide pembaharuannya,
5. Bagaimana kaitan kegiatan politik, budaya dengan pemikirannya
tentang Islam,
6. Apa kesesuian metode penyampaiannya dengan bahasa dakwah
dalam al-Quran,
7. Secara historis, kejiwaan, apakah sejarah revolusi mempengaruhi
corak Soekarno dalam menyampaikan idenya,
8. Bagaimana pola bahasa Soekarno menghadapi penguasa (pemerintah
kolonial), rakyat jelata, kawan seperjuangan, kalangan akademisi,
cerdik cendekia dan sebagainya.
14
C. Pembatasan Masalah
Melihat sangat luasnya bentangan masalah sebagaimana terlihat
dalam identifikasi masalah, maka perlu dibatasi permasalahannya.
Karena itu perlu masalah didefinisikan secara lebih operatif.
Kata analisis bahasa dalam kamus Besar Bahasa Indonesia,
berarti penelaahan yang dilakukan oleh peneliti atau pakar bahasa
dalam menggarap data kebahasaan yang diperoleh dari penelitian
lapangan atau dari pengumpulan teks. 21
Dakwah adalah usaha Mengajak / menyeru kepada orang lain
agar masuk dalam sablillah, bukan mengikuti dai atau bukan pula
untuk mengikuti sekelompok orang. 22
Maksud analisis bahasa dakwah dalam penelitian ini adalah
penelaahan data kebahasaan dalam teks pidato Soekarno. Data
kebahasaan yang dimaksud adalah bahasa-bahasa yang digunakan
dalam proses dakwah sebagaimana terdapat dalam al-Quran berupa
qaulun balgun, qaulun karmun, qaulun maysrun, qaulun saddun,
qaulun layyinun dan qaulun marfun.
21
15
Soekarno
pada
acara
khusus
di
pidato yang
mana
Soekarno
23
24
25
16
umum dan amanat ketika dia mendapat gelar tertentu Pengayom Agung
Muhammadiyah dan gelar doktor kehormatan.
Istilah pasca berarti sesudah. 26 Kemerdekaan yang dimaksud
adalah kemerdekaan Negara Indonesia yaitu 17 Agustus 1945. Saat
Soekarno bersama Mohammad Hatta mengatasnamakan bangsa
Indonesia
menyatakan
kemerdekaan
Negara
Indonesia.
Pasca
26
17
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan batasan
masalah maka dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
E. Kajian Kepustakaan
Kajian mengenai aspek bahasa dakwah dalam teks-teks pidato
Soekarno khusus tentang masalah keislaman sesudah masa kemerdekaan
belum peneliti temui. Berbeda dengan tulisan tentang Soekarno, baik
biografi maupun tentang pemikiran-pemikirannya, tentang Islam atau
politik, sudah dijadikan bahan penelitian atau ditulis.
Kajian tentang pemikiran Islam Soekarno di antaranya dilakukan
oleh Muhammad Ridwan Lubis. Penelitian ini mengupas pandangan
18
19
29
29
20
30
21
22
situasional
mempunyai
kecenderungan
dan
memerlukan
G. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Studi kepustakaan
Sumber dan data penelitian ini baik primer maupun sekunder
diperoleh dari buku-buku di perpustakaan. Sumber primer penelitian
ini adalah teks-teks pidato dan amanat Soekarno sesudah
kemerdekaan. Data ini diambil dari kumpulan naskah-naskah pidato
Soekarno tentang keislaman. 32
Sumber lain yang mendukung berupa buku-buku misalnya
biografi Soekarno atau tulisan dan buku tentang pemikiranpemikiran Soekarno tentang keislaman. Demikian pula buku-buku
penunjang lain seperti sejarah, sosiologi, psikologi dan komunikasi.
32
23
33
xii.
34
24
35
35
25
Dalam metode ini, peneliti berusaha mengemukakan faktafakta dalam aspek yang diteliti agar jelas keadaan dan kondisinya.
Penemuan fakta ini tidak sekedar menunjukkan jumlah fakta
tersebut, tetapi juga mengemukakan hubungan satu dengan yang lain
di dalam aspek yang diselidiki. Sehingga itu peneliti juga
memberikan penafsiran yang adekuat terhadap fakta-fakta yang
ditemukan. 37
Penerapan metode deskriptif dalam penelitian ini adalah
untuk menggambarkan teks pidato Soekarno tentang keislaman.
Bahasa dakwah yang terdapat dalam teks pidato Soekarno
digambarkan keadaannya sesuai ranah analisis medan, pelibat dan
sarana wacananya.
4. Metode Induktif
Metode ini diartikan metode pemikiran yang bertolak dari
kaidah (hal-hal atau peristiwa) khusus untuk menentukan hukum
(kaidah) yang umum. 38 Sutrisno Hadi juga mengungkapkan bahwa,
Dalam cara berfikir sintetik, orang berlandaskan pada
pengetahuan-pengetahuan yang khusus, fakta-fakta yang unik
dan merangkaikan fakta-fakta yang khusus itu menjadi sesuatu
pemecahan yang bersifat umum. 39
37
39
26
G. Langkah-langkah Penelitian
Dengan perumusan masalah dan penentuan metode di atas,
penelitian ini merumuskan langkah-langkah penelitian sebagai berikut :
1. Mengumpulkan, mencari ayat yang secara tegas menunjukkan
istilah qaulun baghun, qaulun layyinun, qaulun karmun, qaulun
maysrun, qaulun saddun dan qaulun marfun,
2. Mengetahui latar belakang, sebab turunnya ayat. Hal ini untuk
membantu memahami maksud ayat,
3. Meneliti hubungan ayat (munsabat) dengan ayat lain, yang masih
dalam konteks pembicaraan, hal ini untuk memahami dan
memperoleh gambaran tentang maksud ayat lebih utuh,
4. Mencari hadi yang berkaitan dengan bahasa dakwah dimaksud,
27
H. Sistematika Penulisan
Dalam bab awal, penyusun muat konsep kegiatan penelitian
secara umum. Hal ini dilakukan untuk dijadikan dasar bagi
operasionalisasi penelitian. Penulisan diawali dengan pendahuluan yang
berisi latar belakang, urgensi penelitian, identifikasi permasalahan, dan
pembatasannya. Hasil-hasil penelitian terdahulu yang mempunyai
signifikansi dengan penelitian ini, juga dicantumkan dalam bab ini. Bab
ini juga mencakup metode yang menuntun peneliti melakukan kegitan
penelitian, tujuan yang menjadi arah penelitian. Pada akhirnya bentuk
dan sistematika penulisan menjadi bahasan terakhir di bab ini.
28
29
BAB II
BAHASA DAKWAH DALAM AL-QURAN
31
agar masuk dalam sablillah, bukan mengikuti dai atau bukan pula
untuk mengikuti sekelompok orang. 2
Landasan hukum yang dipakai dalam melakukan dakwah adalah
firman Allah dalam al-Quran surat Ali Imran 3 : 110,
4 Ng9 #Zyz tb%s3s9 =tG69$# @dr& tB#u qs9ur 3 !$$/ tbqZBs?ur x6ZJ9$#
M. Nair, Fiqud Dawah, Ramadhani, Solo, 1989, Cet. Ke-8, hal. 109.
32
33
( )
Artinya : Diriwayatkan dari Tariq bin Syihab r.a., katanya: Orang
pertama yang berkhutbah pada Hari Raya sebelum
sembahyang Hari Raya didirikan ialah Marwan. Seorang
lelaki berdiri lalu berkata kepadanya: Sembahyang Hari Raya
hendaklah dilakukan sebelum khutbah. Marwan menjawab:
Sesungguhnya kamu telah meninggalkan apa yang ada di
sana. Kemudian Abu Said berkata: Orang ini benar-benar
telah membatalkan apa yang menjadi ketentuan kepadanya
sedangkan aku pernah mendengar Rasulullah s.a.w bersabda:
barang siapa di antara kamu melihat kemungkaran, maka dia
hendaklah mencegah kemungkaran itu dengan tangannya
yaitu kekuasaannya. Jika tidak mampu, hendaklah dicegah
dengan lidahnya. Kemudian kalau tidak mampu juga,
hendaklah dicegah dengan hatinya. Itulah selemah-lemah
iman 6 (HR. Muslim)
Kedua dalil, baik ayat maupun hadi di atas menunjukkan bahwa
secara umum, setiap muslim berkewajiban menunaikan dakwah. Bahkan
dalam kondisi terlemahpun, seseorang tetap dituntut melaksanakan
Hadi ini diriwayatkan melalui jalur Abu Bakar bin Abu Syaibah dari
Waki dari Sufyan dari Muhammad bin Muanna dari Muhammad bin Jafar dari
Syubah dari Qais bin Muslim dari Tariq bin Syihab. Diambil dari CD Holy
Quran versi 6.5 dan kumpulan Hadi Bukhari Muslim dan CD Maktabatu alHadi asy-Syarif. Tth.
34
kewajiban beramar maruf dan nahi munkar. Meskipun hal itu dilakukan
hanya berupa penolakan dalam hatinya terhadap kemunkaran tersebut.
Kewajiban ini sebanding dengan ancaman Allah bagi orang yang
meninggalkan amar maruf nahi munkar sebagaimana firman Allah :
tPqt !$# OgJk=x6 wur u$Z9$# w) OgRq/ cq=.'t $tB y7s9'r& x=s%
( : )
35
( : )
ttGgJ9$$/
dan
36
37
38
11
39
Tabel 1
The Psychology of Audience
Audiens
Pedestrian
Atensi
Minat
Impresi
Keyakinan
Arahan
Audiens
Pasif dan
Kelompok
Diskusi
------Minat
Impresi
Keyakinan
arahan
Audiens
Terpilih
------------Impresi
Keyakinan
Arahan
Audiens
Kesepakatan
------------------Keyakinan
Arahan
Audiens
Terorganisir
------------------------Arahan
12
12
40
dakwah
yang
bersifat
verbal.
Secara
terpisah
Allah
13
41
@%ur Ngur Nk]t r's Oh/q=% $tB !$# Nn=t 9$# y7s9'r&
15
Metode dakwah verbal menurut al-Quran ini, sudah dikaji dari segi
kejiwaan. Lihat Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah, Pustaka Firdaus, Jakarta,
1999, hal. 184 200. Dan Acmad Mubarok, Solusi Krisis Keruhanian , Jiwa
dalam Al-Quran, Paramadina, hal. 251 260.
16
42
20
yang terkait
17
61.
18
43
sifat
orang-orang
munafik
yang
sebagaimana
( )
Artinya : Rasulullah saw. Bersabda, Tanda orang munaafik itu ada
tiga, jika berbicara dia berdusta, jika berjanji mengingkari,
dan jika dipercaya dia khianat21
Kemampuan berbahasa seperti di atas, digunakan untuk
mempersempit ruang gerak dan bantahan orang munafik, maka
bahasa yang digunakanpun harus tidak mengandung makna ganda
atau menimbulkan banyak pemaknaan. Kesalahan sedikit bahasa
merupakan celah bagi orang munafik untuk membantah bahkan
menjatuhkan kredibilitas pendakwah.
20
Lihat Departeman Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, surat alBaqarah 2 : 8 10 Dana Bhakti Wakaf, Jakarta, 1995, hal. 9 11.
21
44
Allah
( : )
tYBsJ/ Nd $tBur zFy$# Qqu9$$/ur !$$/ $YtB#u Aq)t `tB $Y9$# z`Bur
45
Ngx.ts?ur NdqZ/ !$# |=yds &s!qym $tB Nu!$|r& !$Jn=s #Y$tR ys%qtG$#
e@. 4n?t !$# c) 4 Nd|/r&ur NgJ|/ |=yds%s! !$# u!$x qs9ur 4 (#qB$s%
(- : )
s% &x
46
47
mempunyai kriteria
23
24
48
26
25
49
MATERI
CIRI-CIRI
Orang
Tajam dan
Perkataan yang
munafik dan
pedas. Benar dari
membekas di
kafir
segi bahasa.
hati
Paradigmanya
sama dengan
paradigma
madu. Benar
secara
substansial
28
CATATAN
Kesalahan kata
akan dilecehkan
Kesalahan
paradigma
disalahartikan.
Kesalahan
substansi diolokolok. Lemah
lembut dipandang
sebagai
kelemahan.
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 tahun Bung Karno,
Grasindo, Jakarta, 2001, hal. 320.
50
rr& .xtFt &#y9 $YYh9 Zwqs% ms9 wq)s - 4xs mR) tbqt 4n<) !$t6yd$#
(- : )4ys
Artinya : Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia
telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua
kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudah-mudahan ia ingat atau takut. 30 (Thaha 20 : 43
44)
Ayat tersebut juga menunjukkan ketiranan Firaun. Secara
kejiwaan, penguasa yang besar dan dalam jangka lama cenderung
29
hal. 478.
30
51
41ts? br& #n<) y79 @yd @)s 4xs mR) tbqt 4n<) =yd$#
z>s3s 3u939$# sptFy$# m1ur's 4ytFs y7n/u 4n<) y7tdr&ur
( )
4n?F{$#
52
31
53
wr& 4 tbqt tPqs% tJ=9$# tPqs)9$# M$# br& #yqB y7/u 3y$tR )ur
| ,tur bq/js3 br& $%s{r& oT) b>u tA$s% tbq)-Gt
br& $%s{r's =/Rs n?t Nlm;ur tbryd 4n<) @r's T$|9 ,=sZt wur
$pk]Js? pyJR y7=?ur t=yJ9$# z`B _n=yy_ur $VJ3m n1u < |=yduqs
54
(- : )t%9$#
Artinya : Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu menyeru Musa (dengan
firman-Nya) Datangilah kaum yang dzalim itu (yaitu)
kaum Firaun Mengapa mereka tida bertakwa ? Berkata
Musa, Ya Tuhanku, sesungguhnya aku takut bahwa
mereka akan mendustakan aku. Dan (karenanya)
sempitlah dadaku dan tidak lancar lidahku maka utuslah
(Jibril) kepada Harun. Dan aku berdosa terhadap mereka,
maka aku takut mereka akan membunuhku. Allah
berfirman, Jangan takut (mereka tidak akan
membunuhmu), maka pergilah kamu berdua dengan
membawa
ayat-ayat
Kami
(mujizat-mujizat),
sesungguhnya Kami bersamamu mendengarkan (apa-apa
yang mereka katakan). Maka datanglah kamu berdua
kepada Firaun dan katakana olehmu, Sesungguhnya
kami adalah rasul Tuhan semesta Alam, lepaskanlah bani
Israel (pergi) beserta kami. Firaun menjawab,
Bukankah kami telah mengasuhmu di antara (keluarga)
kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal
bersama kami beberapa tahun dari umurmu, dan kamu
telah berbuat suatu perbuatan yang telah kamu lakukan itu
dan kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak
membalas guna. Musa berkata, (benar) Aku telah
melakukannya, sedang aku di waktu itu termasuk orangorang yang khilaf. Lalu aku lari meninggalkan kamu
ketika aku takut kepadamu, kemudian Tuhanku
memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikanku salah
seorang di antara rasul-rasul. Budi yang kamu limpahkan
kepadaku itu adalah disebabkan kamu telah memperbudak
Bani Israil. Firaun bertanya, Siapa Tuhan semesta
Alam ?. Musa menjawab, Tuhan pencipta langit dan
bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya (itulah
Tuhanmu)
jika
kamu
sekalian
(orang-orang)
mempercayainya. Firaun berkata kepada orang-orang di
sekelilingnya, Apakah kamu tidak mendengarkan ?
Musa berkata pula, Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek
moyang kamu dulu. Firaun berkata, Sesungguhnya
55
32
56
33
33
57
35
58
Tabel 3
Karakteristik Qaulun Layyinun
MADU
Penguasa tiran
MATERI
Perkataan
yang sejuk
dan lembut
CIRI-CIRI
CATATAN
Ibnu Manzu r, Lisn al-Arab, Dr al-Marif, tth, jilid VI, hal. 4958.
59
37
38
60
Zwqs% Nl; @)s $ydq_s? y7i/ `iB 7puHqu u!$tG/$# Nk]t `|? $B)ur
39
61
- : )
62
dia
mengatakan
dengan
perkataan
yang
tidak
41
63
negara.
Soekarno
mengatakan
bahwa
kolonialisme,
42
64
Tabel 4
Karakteristik Qaulun Maysrun
MADU
MATERI
Kelompok
Perkataan yang
masyarakat
ringan
tertindas.
Orang yang
dituakan
tetapi sudah
ketinggalan
zaman.
Orang yang
teraniaya.
Masyarakat
kumuh di
tengah
kemakmuran
kota
CIRI-CIRI
CATATAN
Ringan, mudah
diterima, pas,
tidak berlikuliku, tidak
bersayap,
sederhana,
mudah. Contoh
pemahaman
sederhana. Lebih
merupakan fakta
daripada katakata. Sedikit
bicara banyak
bekerja. Tanpa
dalil efek terasa.
Dakwah bil hl.
Kelompok ini
peka terhadap
nasihat panjang,
penjelasan
tentang peraturanperaturan, dan
juga peka
terhadap rencana
pembangunan.
4. Qaulun Karmun
Qaulun karmun
`t=7t $B) 4 $Z|m) t$!uq9$$/ur n$-) Hw) (#r7s? wr& y7/u 4|s%ur *
$yJdpk]s? wur 7e$& !$yJl; @)s? xs $yJdx. rr& !$yJdtnr& uy969$# x8yY
(- : )
65
44
43
44
Lihat Jamluddin bin Mukarram al-Ansari, Ibnu Manzur, Lisn alArab, Juz V, Dr al-Marif, tth. hal. 3861.
66
( : )
67
sayang,
sebagaimana
menyayangi
keluarga
sendiri.
47
46
47
302.
68
MATERI
Manusia
Perkataan yang
lanjut usia
mulia
atau
purnawirawan
48
CIRI-CIRI
CATATAN
Mudah, lembut,
tidak menggurui,
tidak perlu
retorika yang
meledak-ledak.
Manusia lanjut
usia sudah tidak
tertarik oleh
retorika ;
Pensiunan sudah
merasa banyak
pengalamannya.
69
49
70
(- : )$Jt #qs
51
Materi
50
51
71
52
72
73
MATERI
CIRI-CIRI
CATATAN
Dakwah yang
tidak berpijak
pada moral dai
tidak mempunyai
daya panggil
54
74
`dr#uq?
$tB Nn=t !$# br& (#qJn=$#ur 4 &s#y_r& =tF39$# x=6t 4Lym y%x6iZ9$#
(:
55
75
O=ym
kita di hadapan orang lain (al-manna) dan juga tidak menyebutnyebut pemberian kita ketika mereka tidak ada (al-a). Sebab,
hal tersebut akan
menyakitkan mereka.
Dalam ayat yang lain Allah berfirman :
56
dan
76
$pk Ndq%$#ur $VJu% /3s9 !$# @yy_ L9$# N3s9uqBr& u!$ygx9$# (#q?s? wur
( :
57
77
: )
58
59
78
( : )
Artinya: Hai isteri-isteri nabi, kamu sekalian tidaklah seperti
wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah
kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginan-lah
orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah
perkataan yang baik. 60 (al-Ahzab 33 : 32)
Bahasa dakwah ini juga mengandung arti pembicaraan yang
bermanfaat, memberi pengetahuan, mencerahkan pemikiran,
menunjukkan pemecahan kesulitan kepada orang lemah, bila kita
tidak dapat membantu secara material kita harus memberikan
bantuan psikologis. 61
Dari segi psikologi khalayak, audien bahasa dakwah ini
khalayak yang tidak sadar atau tidak tahu bahwa perlu mengambil
keputusan.62 Secara umum, qaulun marfun adalah bahasa
dakwah yang mempunyai kriteria untuk ditujukan kepada madu
yang belum dewasa, belum mampu berfikir logis, orang yang
secara sosial ekonomi di bawah pertanggungjawaban. Karena itu
60
61
hal. 91.
62
79
63
MATERI
Perkataan
yang baik
CIRI-CIRI
Lembut, tidak
berbelit,
sederhana.
CATATAN
Pendakwah harus
empatif dan
memberi
semangat
80
64
81
Bahkan melalui
65
82
68
83
Tabel 8
Bahasa Persuasif Dakwah dalam Analisis Wacana (Semiotik Sosial)
Bahasa
Dakwah
Qaulun
Balghun
Qaulun
Karmun
Field of
Discourse
(Medan Wacana)
Tenor of Discourse
(Pelibat Wacana)
Mode of
Discourse
(Sarana Wacana)
- Bantahan
terhadap
serangan dan
perilaku orangorang bersifat
nifak
- Fokal, keras,
tajam, logis,
- Orang munafik
denotative
dengan sifat dusta,
ingkar dan khianat - Self reference
berupa aku
- Person yang
kamu dan saya
sengaja mencari
kelemahan
anda
komunikator
- Dialog dan
perdebatan
- Mengembalikan
kepercayaan diri
- Menghindarkan
dari
keterasingan dan
kesepian
- Merendah,
halus, tidak
menggurui,
tidak
menggunakan
kata kasar
- Self reference
berupa kami
anda
84
Bahasa
Dakwah
Field of
Discourse
(Medan Wacana)
Qaulun
Layyinun
- Pejabat (penentu
- Halus , sejuk,
kebujakan)
- Membuat
akrab, tidak
- Penguasa, orang
teguran, saran
menyinggung,
yang dipentingkan
- Mengingatkan
menggelitik,
dengan sifat
akan
memuji
takabbur, zalim,
kemahakuasaan
- Self reference
superiority
Allah
berupa saya
complex,
- Sindiran halus
(kami), hamba
temperamental,
yang mulia
terlalu percaya diri
Qaulun
Maysrun
- Kesadaran
bahwa hidup itu - Orang-orang yang
tertindas dengan
mudah
sifat inferiority
- Allah maha
complex
Pemurah
- Membangkitka - Orang-orang yang
miskin secara
n semangat
kultural
hidup
- Tidak putus asa
Tenor of Discourse
(Pelibat Wacana)
Qaulun
Saddun
Kesadaran akan
keutamaan
manusia
- Orang-orang
- Manusia
secara umum,
mencapai
sehat, berakal
derajat tinggi
dengan berfikir
Qaulun
Marfun
-
Memberi
motifasi,
bermanfaat,
mencerahkan
pemikiran
Penolakan
secara halus
Mode of
Discourse
(Sarana Wacana)
- Empatif
emosional
- Self reference
berupa kita
bersama
- Menyanjung
- Membangkitkan
semangat
- Logis secara
bahasa
- Runut,
hypothetic,
veryficative
- Jujur, dialogis
Sederhana,
halus
BAB III
SOEKARNO DAN WACANA KEISLAMAN
86
lain,
nuansa
keJawaan
Soekarno
juga
nampak
87
berbau klenik. Namun bagi yang menyakini, dia adalah penyebar agama
Islam di Jawa dengan jalur budaya. 4 Bagi Soekarno, Sunan Kalijaga
tidak sekedar tokoh yang dikagumi, bahkan lebih dari itu. Soekarno
mengklaim dirinya sebagai keturunan tokoh ini. Menurutnya Sunan
Kalijaga lahir pada saat yang tepat, ketika sedang terjadi keguncangan
budaya. Sunan Kalijaga mampu menggunakan kebudayaan sebagai
pendekatan untuk mendorong perubahan ideologi agama Hindu ke
Islam. Soekarno mengagumi tokoh ini karena berhasil memberi kesan
Islam sebagai pembawa kedamaian pada masyarakat Jawa. Sebagai
seorang pembaharu, sunan Kalijaga jeli melihat peluang wayang sebagai
media dakwah dan beliau berhasil mengislamkan masyarakat Jawa.5
Kekagumannya juga disebabkan tokohnya itu seolah jembatan
sosial yang menghubungkan status elite dengan proletar. Sunan
Kalijaga sangat terkenal di lapisan masyarakat Jawa, karena
kedekatannya dengan masyarakat kebanyakan. Beliaulah yang paling
banyak mendekati dan bergaul dengan raja-raja, para penguasa. Di
Lebih lanjut baca pidato ketika menerima gelar Doktor Honoris Causa
dalam Falsafah Ilmu Tauhid di Universitas Muhamammadiyah. Lihat Tauhid
adalah Jiwaku dalam Ilmu dan Perjuangan, Sukarno, Inti Idayu Press, Jakarta,
1986, hal. 99.
88
samping itu beliau juga memiliki lingkup pergaulan dengan rakyat jelata
dan orang-orang kecil di desa-desa. 6
Begitulah kebudayaan Jawa beserta tokoh-tokohnya turut
mewarnai sepak terjang hidupnya. Yang menarik adalah, Soekarno tidak
terjebak dalam pola fikir dan cara hidup kejawen yang berlebihan. Logat
bicaranya yang lugas meledak-ledak membakar semangat dan keras,
jelas berbeda dengan kebiasaan masyarakat Jawa pada umumnya yang
lembut, halus dan santun. Sungguhpun latar budaya Jawa tidak bisa dia
lepaskan dari kehidupannya, Soekarno tidak bisa mengelak dari
semangat pemberontakan dari dalam dirinya. Apalagi sesudah merdeka
pada tahun 1945 kehidupan kepriyayian dapat dikatakan berakhir. Hal
ini tercermin dari pola berfikir yang rasional selalu bernada berontak
dari kemapanan saat itu. Ibrahim Alfian menggambarkan Keadaan ini,
Generasi baru menduduki jabatan-jabatan pemerintahan yang
dahulu didominasi golongan priyayi. Golongan ini meski berusaha
melestarikan gaya hidup kepriyayian, tetapi hanya berhasil pada
upacara-upacara. Etika dan makna hidup kepriyayian tidak dapat
dimengerti dan diikuti.7
Hal lain bisa dimungkinkan kedekatannya dengan pemikiran
tokoh-tokoh pembaharu di belahan dunia lain, meskipun hanya
dikenalnya melalui buku. Demikian juga pengalaman hidupnya malang
6
T. Ibrahim Alfian, (ed.), Dari Babad dan Hikayat Sampai Sejarah Kritis,
Gadjah Mada Universiti Press, Yogjakarta, 1987, hal. 11.
89
melintang di alam revolusi fisik bangsa Indonesia saat itu. Dan juga
penglihatan dan interpretasi terhadap kondisi umat Islam saat itu.
Keadaan ini semua tak pelak, berimbas pada pola pemahamannya dan
wicara tentang keislaman.
Soekarno merasakan ketidakadilan secara sosial ekonomi.
Meski berasal dari keluarga priyayi Soekarno sering menyebut keadaan
ekonominya,
misalnya
dalam
sebuah
autobiografinya,
ketika
bangsa
penjajah
memperlakukan
90
91
kedekatannya
dengan
Tjokroaminoto
saat
itu,
Soekarno
11
92
dijadikannya
dia
menantu
oleh
Tjokroaminoto
yaitu
12
Ape Korver, Syarikat Islam, Gerakan Ratu Adil ?, terjemahan oleh tim
Grafiti Pers, Grafiti Pers, Jakarta, 1985, hal. 43.
93
pola pikirnya, bahkan lebih. Pada saat itu, Sarikat Islam (SI) mulai
mengalami kemunduran. Pertikaian di Sarikat Islam membuat SI terus
melemah, apalagi setelah dikeluarkannya golongan radikal dari partai
ini. Melihat itu, bagi Soekarno Sarikat Islam tidak cukup kompeten
menyelesaikan persoalan bangsa Indonesia saat itu. Soekarno dan
golongan yang berpendidikan barat, Syarikat Islam tidak menarik lagi.
Kehadiran semangat kebangsaan yang dibawa kedua tokoh
(Tjipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker) menurut Soekarno adalah
faham nasionalisme yang sesungguhnya, rumusan nasionalisme yang
mampu menjawab tuntas perjuangan bangsa. Semangat kebangsaannya
itu pula, akhirnya mendorongnya mendirikan partai politik tersendiri,
Partai Nasional Indonesia (PNI) pada tahun 1927. Soekarno mendasari
partainya ini dengan nasionalisme. Meskipun Soekarno seorang muslim,
tetapi nasionalisme menurutnya hal yang terbaik buat bangsanya.
Akibat pendangannya ini dia mulai terlibat konflik dengan kalangan
agama dan meruncing pada terpisahnya nasionalis Islami dengan
nasionalis netral agama.14 Polemik bermula dari dasar perjuangan
mereka, satu sisi paham kebangsaan dan sisi lain adalah paham Islam.
Konflik ini berlangsung lama bahkan Soekarno menjadi presiden
Republik Indonesia.
14
94
Dengan
platform
PNI
dan
semangat
kebangsaan
dan
pernah
juga
menjadi
pusat
pemerintahan
namun
perubahannya tidak secepat kota di pesisir utara Jawa. Hal itu turut
mempengaruhi kepribadian Soekarno.16
15
95
96
17
97
Soekarno memang
Islam
memahami
Islam
dengan
coraknya
tersendiri
Dia
yaitu,
19
19
98
terhadap
agama Islam sebagai sebuah ajaran yang bulat-bulat datang dari Allah,
tanpa berbaur dengan dinamika kehidupan. Cara pandang itu pula yang
menutup cara pandang dunia terhadap Islam. Lebih dari itu seakan
dengan menyebut simbol-simbol Islam atau ayat-ayat suci, serta merta
menyelesaikan semua permasalahan umat Islam.
Dan yang patut dicatat, Soekarno tetap kukuh dengan interpretasi
kreatifnya tentang doktrin keagamaan. Soekarno selain seorang pemikir,
dia juga seorang pendakwah yang dianggap berhasil. Salah satu bentuk
pengakuan akan hal ini adalah pemberian anugrah gelar Honoris Causa
dalam ilmu Ushuludin Jurusan Dakwah kepada Soekarno oleh IAIN
Jakarta pada tanggal 2 Desember 1964.
99
permasalahan manusia dalam segala tempat dan zaman. Karena itu perlu
tafsiran yang operasional kontekstual.
Ide pemikiran
itu
bertemu dengan
munculnya gerakan
100
Tabel 9
Tokoh-tokoh Pembaharu Pemikiran Islam
yang Dikutip Soekarno dalam 10 Tulisan dan Pidatonya 20
NO
NAMA
1926 - 1939
1940
1964
JUMLAH
Al-Afghn
Muhammad Abduh
Arabi Pasya
Musthafa Kamil
Farid Bey
Ali Pasya
Ahmad Bey
Muhammad Ali
10
Syaukat Ali
10
Mustafa Kemal
36
38
11
Zaghul Pasya
12
Amir Ali
14
15
13
Khwaja Kamaluddin
14
Essad Bey
15
Farid Wajdi
16
Halide Edib
24
24
17
18
Qasim Amin
19
Ahmad Khan
20
101
21
102
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno,
Grasindo, hal. 102.
24
Surat-surat dari Ende dalam Bung Karno dan Wacana Islam, Grasindo,
Jakarta, 2001, hal. 43.
103
104
harkat dan martabat manusia. Terlebih lagi hal ini bisa berakibat
rusaknya iman seseorang. Soekarno mengutip pendapat gurunya,
Tjokroaminoto :
Rusaknya sosialisme Islam bukanlah disebabkan oleh Islam
itu sendiri, rusaknya Islam itu ialah oleh karena budi pekerti
orang-orang yang menjalankannya. Sesudah amir Muawiyah
mengutamakan asas dinasti keduniawian untuk aturan khalifah,
sesudah khalifah-khalifah itu menjadi raja, maka padamlah
tabiat Islam yang sebenarnya. Amir Muawiyahlah yang harus
memikul tanggung jawab atas rusaknya taiat Islam yang nyata
bersifat sosialistis dengan sebenarnya. 25
Sikap Soekarno ini nampak ketika di Endeh. Soekarno
mengkritik kebiasaan membedakan perlakuan kaum sayyid dengan
umat biasa yang menurutnya, tidak sesuai bahkan berlawanan
dengan ajaran Islam Islam
25
105
26
Surat-surat dari Ende dalam Bung Karno dan Wacana Islam, Grasindo,
hal. 3.
106
Pada awal
27
107
sudah ada. Mereka tidak merujuk kepada sumber awal yaitu alQuran. Dan menganggap usaha keempat imam tersebut sudah
purna. Hal seperti ini menjerumuskan umat Islam karena tidak
mampu beradaptasi dengan zaman. Umat Islam hanya mengikuti
(taklid) saja kepada imam-imam itu. Pemikiran menjadi beku dan
jumud. Akibatnya umat Islam tidak mampu mengeksplorasi
kemampuan diri secara maksimal. Lebih jauh lagi mereka kesulitan
beradaptasi dengan temuan-temuan baru ilmu
pengetahuan.
Soekarno menyatakan :
Ulama-ulama dari segala waktu adalah terikat pada ucapanucapan ulama yang terdahulu dari mereka, masing-masing di
dalam kalangan mahabnya sendiri-sendiri. Mereka hanya
memilih antara pendapat-pendapatnya autoriteit-autoriteit yang
terdahulu dari mereka. Maka syareat itu seumumnya, akhirnya
tergantung kepada ijma dan tidak kepada maksud-maksudnya
firman yang asli. 28
Menurut Soekarno tafsiran-tafsiran ulama terdahulu bisa saja
tepat dilaksanakan pada saat itu, namun seiring perkembangan
manusia, tafsiran itu harus ditinjau kembali, agar al-Quran sesuai
sepanjang tempat dan waktu. Ijtihad ini senada dengan semangat
Soekarno akan elastisitas ajaran Islam. Karena itu Soekarno selalu
menggaungkan ijtihad. Soekarno menyatakan :
28
108
29
30
68 69.
109
oleh
yang
bersangkutan.
Menurutnya,
sumber
Surat-surat dari Ende dalam Bung Karno dan Wacana Islam, hal. 39.
110
32
111
Selain alasan politik di atas, sebab pemalsuan hadis yang lain adalah
campur tangan musuh Islam, diskriminasi etnis, kabilah, negara bahkan imam,
merebaknya pembuat cerita fiksi, semangat keagamaan tanpa disertai kemampuan
agama yang cukup serta menjilat penguasa. Lihat M. Ajjaj al-Khatib, Hadis Nabi
Sebelum Dibukukan, terjemahan oleh Akrom Fahmi, Gema Insani Pers, Jakarta,
1999, hal. 225 265.
112
Surat-surat dari Endeh dalam Bung Karno dan Wacana Islam, op. cit.,
hal. 32. Tampaknya Soekarno dipengaruhi oleh para orientalis yang mengkaji
hadis dan meragukan keotentisitas hadis. Hal ini mungkin karena Soekarno
terdidik dalam pendidikan kebaratan. Tentang kajian hadis dan para Orientalis,
lihat Mustafa al-Azami, Hadis Nabawi, Sejarah dan Kodifikasinya, terjemahan
oleh Ali Mustafa Yakub, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1994, hal. 584. Lihat juga Ali
Mustafa Yakub, Kritik Hadis, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1996, hal. 21.
35
113
36
Surat-surat dari Ende dalam Bung Karno dan Wacana Islam, Grasindo,
37
38
hal. 38.
114
demikian
kesinkretisannya,
nasionalisme,
unsur
pendidikan
serta
model
gerakan-gerakan
budaya
barat
Jawa
beserta
dan
semangat
pembaharuan
pemikiran
belahan dunia lain, membentuk pola pikir Soekarno. Hal ini pula
yang turut membangun pemahaman
39
115
116
41
114.
117
Tuhan,
mengurangi
kemahasempurnaan
Tuhan.
42
st79$# grB L9$# 7=9$#ur $ygY9$#ur @9$# #n=Gz$#ur F{$#ur NuqyJ9$# ,=yz b)
]t/ur $pkEqtB yt/ uF{$# m/ $umr's &!$B `B !$yJ9$# z`B !$# tAtRr& !$tBur }$Z9$# xZt $yJ/
;MtUy F{$#ur !$yJ9$# tt/ |J9$# >$ys9$#ur xth9$# #s?ur 7p-/!#y e@2 `B $pk
tbq=)t 5Qqs)j9
118
43
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
CV Haji Masagung, Jakarta, 1990, hal. 128.
44
hal. 114
45
119
Hosein Nasr, Tiga Pemikir Muslim, Ibnu Sina, Suhrawardi, Ibnu Arabi,
Terjemahan oleh Ahmad Mujahid, Risalah, Bandung, 1986, hal. 144 148.
46
47
114
hal. 115.
120
48
sehingga alam
jumlah
nama-nama
dan
sifat-sifat
Tuhan
yang
48
Ibnu Arabi, Fushush al-Hikam, edisi Afifi, Kairo, tth., hal. 90.
121
49
122
menempatkan
akal
sebagai
sarana
untuk
50
123
kemungkinan
rasionalisasi
syariat
Islam.
Seiring
52
. Menurut Soekarno,
51
Apa Sebab Turki Memisahkan Agama dari Negara, Bung Karno dan
Wacana Islam, Grasindo, hal 121.
52
124
ingin
mengubah
kebiasaan
masyarakat
jilatan
anjing
53
Masyarakat Onta dan Masyarakat Kapal Udara dalam Bung Karno dan
Wacana Islam, Grasindo, hal 63.
125
54
126
55
127
56
57
128
pendapat
Soekarno
tentang
tabir
ini
58
129
wanita berperan
besar
dalam
61
Lihat Soekarno, Sarinah, Inti Iayu Press, Jakarta, 1984. hal. 21.
130
c. Tranfusi darah
Donor darah atau transfusi darah (bloedtransfusie) adalah
temuan baru bidang kedokteran pada saat itu. Peperangan di
dunia saat itu mengakibatkan banyak tentara dan warga yang luka
dan meninggal. Hal yang sama juga terjadi di Indonesia. Revolusi
fisik memakan banyak korban. Karena itu transfusi darah sangat
membantu keselamatan orang berupa sumbangan darah. Namun
demikian masih belum terdapat ketegasan status hukum transfusi
darah ini dan diharamkan oleh kebanyakan ulama, sebagaimana
pernyataannya :
Bagi saya keadaan yang semacam ini menjadi satu
cermin benggala, bahwa masyarakat kita memang masih
lain dari masyarakat Islam di negeri-negeri lain. Di Turki
bloedtranfusie telah dikerjakan, di Mesir pun bloedtransfusie itu telah dikerjakan ! Tetapi ya moga-moga saja MIAI
Pleno dan kongres Muslimin Indonesia nanti menentukan
hukum halal atas bloedtransfusie itu, sebagai sumbangan
dalil kepada saudara-saudara ulama yang kini masih
berpendapat, bahwa bloedtransfusie itu haram. 62
Menurut Soekarno pertimbangan kebanyakan ulama saat
itu masih mengharamkan transfusi darah ini adalah sebagaimana
pernyataan Soekarno :
Haram mendermakan darah kita kepada musuh, karena
musuh itu tidak mati, tetapi hidup. Haram diambil darahnya
muslim yang suci untuk dimasukkan ke dalam tubuh orang
62
131
64
Soekarno
63
132
mereka.
Keempat,
pembebasan
kali
kedua
Yerusalem dari umat Nasrani. Meski untuk itu umat Islam harus
kehilangan 70.000 muslim, alhuddin al-Ayyubi tidak menaruh
dendam, bahkan membebaskan tawanan yang mampu membayar
tebusan.
Berdasarkan analisis sejarah ini Soekarno berpendapat
betapa luhurnya Islam menjujung tinggi nilai kemanusiaan,
133
65
134
67
135
68
69
Pandangan
Ayat itu ada dalam surat Ali Imran 130. Lihat Depatemen Agama, AlQuran dan Terejemahnya, Jakarta, 1995, hal 97.
69
136
Apa Sebab Turki Memisah Agama dari Negara, Grasindo, hal. 125.
137
pula negara harus lepas dari ikatan agama. Menurutnya, tidak ada
dalil yang kuat yang secara tegas mengatur pengaturan tata
masyarakat seperti itu. Dia menyatakan,
Bagi kita keadaan di Turki itu sebenarnya bukan
keadaan asing. Bagi kita perpisahan antara agama dan
negara itu, dengan ada perbedaan besar yang saya bicarakan
di sini sedang kita alami. Bagi kita agama Islam adalah
urusan kita sendiri, bukan urusan pemerintah. Keadaan ini
sama tetapi motif di sini dan di Turki lain. 71
Bagi Soekarno, ketika Islam bersatu dengan Negara, maka
terdapat kemungkinan yang besar salah satunya mengeksploitasi
yang lain. Dalam upaya menghindarkan hal itu, jalan satusatunya adalah memisahkan agama dari belenggu negara. Dia
menyatakan, manakala agama dipakai buat memerintah ia
selalu dipakai alat penghukum di tangan raja-raja, orang-orang
zalim dan orang-orang tangan besi. 72
Soekarno terkesan dengan gerakan nasionalisme di Turki.
Meski perbedaan yang situasi di Indonesia dan Turki tidak
disebutkan secara jelas oleh Soekarno, kemungkinan hal
demikian sejalan pemikiran politiknya di Indonesia. Seperti
diuraikan sebelumnya Soekarno berusaha menyatukan potensi
71
Apa Sebab Turki Memisah Agama dari Negara, dalam Bung Karno dan
Wacana Islam, Grasindo, hal. 110.
138
kemajemukan
bangsa
Indonesia
dalam
suatu
wadah
73
Apa Sebab Turki Memisah Agama dari Negara, dalam Bung Karno dan
Wacana Islam, Grasindo, hal. 112.
139
dengan
logika
kekuasaan,
tapi
dengan
logika
hamba
membuat
komunikasi
harmonis
dengan
Tuhannya.
Pendapat Soekarno ini terdapat kontradiksi. Hal ini bila
terdapat keadaan bahwa badan perwakilan terdiri dari mayoritas
umat Islam yang betul-betul memperjuangkan ajaran-ajaran
agamanya. Keadaan ini berdampak bahwa keputusan-keputusan
yang dihasilkan selayaknya akan sesuai dengan nuansa ajaran
Islam. Badri Yatim secara retoris mengandaikan bila yang terjadi
lebih dari sekedar keputusan yang sesuai dengan ajaran Islam.
Badri Yatim menulis,
...tetapi lebih jauh dari itu tentnu persatuan agama dan
negara akan diperjuangkan, hingga dapat tertulis dalam
konstitusi. Kalau hal ini terjadi, apakah yang dimaksud
Soekarno arti yang sebenarnya dari cita-cita Islam tersebut
masih dipertahankan ? Terpisahnya agama dan negara,
74
182.
140
Mengutip
75
hal. 159.
76
141
mengusung
gerakan
sekularisasi.77
Nurcholis
77
Istilah sekuler berasal dari kata secular, seculer, seculere yang berarti
temporal, sementara, tak abadi. Sekularisme adalah gerakan dalam masyarakat
yang mencoba memisahkan urusan luar dunia dari dunia ini. Lihat Kuntowijoyo,
Identitas Politik Umat Islam, Mizan, Bandung, 1999, hal. 174.
78
142
sesuai dengan
bumi Indonesia.
Proses
ini
80
80
Bukan
143
Soekarno
untuk
nyambung
dengan
pemikir
81
BAB IV
analisis
semiotik sosial ada tiga unsur yang menjadi pusat perhatian penafsiran teks
yaitu :
1.
2.
3.
145
Dengan pendekatan ini, akan ditemui indikasi karakteristik bahasabahasa dakwah yaitu qaulun balgun, qaulun layyinun, qaulun karmun,
qaulun maysrun, qaulun saddun dan qaulun marfun dalam teks-teks
pidato Soekarno menurut ranah semiotika sosial.
Teks pidato yang dimaksud dalam penelitian ini adalah teks-teks
pidato Soekarno tentang keislaman oleh presiden Soekarno sebagai kepala
negara, yaitu dari sisi judul menunjukkan istilah-istilah keislaman. Pidatopidato keislaman ini disampaikan oleh Soekarno pada rentang waktu setelah
kemerdekaan hingga Soekarno tidak menjabat sebagai presiden Republik
Indonesia. Pidato-pidato tersebut disampaikan Soekarno pada peringatanperingatan hari besar Islam. Demikian pula pidato keislaman pada acara
resmi berkenaan dengan tempat tertentu yang berkaitan dengan agama
Islam yaitu peresmian masjid Baiturrahman, peringatan sewindu masjid
Syuhada,
146
Tabel 10
Pidato-pidato Soekarno tentang KeIslaman Pasca Kemerdekaan
No
1
Judul
Nabi dan
Pembangunan
Masjid, Awal
Zaman Baru
10
11
Kegiatan, Tempat
Peringatan Maulid di
Istana Negara Jakarta
Peringatan Nuzulul
Quran, Istana Negara
Jakarta
Peringatan Sewindu
Masjid Syuhada,
Yogjakarta
Pembukaan Masjid
Baiturrahman, Istana
Merdeka, Jakarta
Waktu
7 Mei 1953
2 Oktober
1958
7 Februari
1959
15 Maret
1960
30 Juni 1960
3 September
1960
16 Januari
1961
Peringatan Nuzulul
Quran, Jakarta
6 Maret 1961
18 Maret
1961
13 Agustus
1962
147
12
Mencari dan
Menemukan Tuhan
13
Sirathal Mustaqim,
Jalan yang Benar
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
6 Agustus
1963
Peringatan Maulid di
Istana Negara, Jakarta
Amanat Kongres
Muhammadiyah di
Bandung
Negara, Amanat
Tuhan Kepada Kita
12 Februari
1963
15 Februari
1964
22 Juli 1964
12 Desember
1964
14 Maret
1965
12 Juli 1965
24 Juli 1965
25
September
1965
10 Januari
1966
23 Januari
1966
148
25
26
27
1 Juli 1966
18 Juli 1966
9 November
1966
mempengaruhi pidato-pidato Soekarno. Hal ini terlihat dalam ungkapanungkapan, pilihan kata yang digunakannya. Nuansa politik terlihat saat
149
Soekarno.
Dalam amanat Idul Adha 1966, di masjid Baiturrahim Istana
Negara Soekarno menyampaikan pidato berjudul Korban Hakikat Tiap
Kehidupan. Soekarno menampik dengan keras penggambaran dirinya
yang negatif. Menurut Soekarno, dirinya digambarkan secara politis dan
150
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno,
Grasindo, Jakarta, 2001, hal. 403.
4
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 403.
151
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, Jakarta, 1990, hal. 138
6
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 322.
152
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 350.
8
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 248.
153
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 321.
154
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 320.
11
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 351.
155
12
12
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 152.
13
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 338.
14
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 310.
156
15
15
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 302.
16
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 36-137.
157
18
19
Kata-kata ini
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 323.
18
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 339
19
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 350.
158
20
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 221.
159
wacana
adalah
membangkitkan
semangat
hidup,
meyakinkan
bahwa
bangsa
Indonesia
mempunyai
21
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 205.
160
23
22
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 219.
23
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 219.
161
25
24
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 61-62.
25
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 283.
162
Soekarno
menunjukkan
ancaman
kolonialisme,
Soekarno
26
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 287.
27
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 310.
163
28
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 316.
164
juga
nampak
Soekarno
secara
hiperbolis
berupaya menarik simpati audien yang lebih senior dan gaya klimaks
dengan membandingkan dirinya dengan kemampuan audien golongan
ini. Soekarno memulai pidato berjudul Nabi dan Pembangunan
dengan mengatakan,
Saya berhadapan di sini jikalau melihat barisan yang muka,
melihat mahaguru-mahaguru, orang yang berilmu tinggi, melihat
pula alim ulama, yang sudah barang tentu di dalam ilmu Islam 10
kali, 20 kali, 30 kali, 40 kali, 50 kali lebih mahir dari saya,
seorang awam dalam hal keIslaman, saya sedikit deg-degan 30
Di awal pidato berjudul Agama dan Ilmu, Soekarno berkata,
Idham Khalid, yang walaupun saya presiden, beliau wakil perdana
menteri, tetapi juga ketua dari Nahdlatul Ulama, masya Allah di dalam
hal agama Islam, beliau adalah ustad dan saya adalah murid31
Soekarno membuka pidatonya dengan bahasa dakwah Qaulun
Karmun dalam Dengan Trikora Menuju Pemenuhan Cita-cita
Bangsa. Teknik merendah hati yang dipadu dengan perbandingan dan
metafora sederhana. Soekarno mengatakan,
29
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 197.
30
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 190.
31
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 31.
165
Muljadi sebagai
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal.91.
166
33
Soekarno
Soekarno
tidak menyetujui
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 195.
34
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 194.
167
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 10.
36
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 14.
168
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 200.
38
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 44.
169
39
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 232.
170
40
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 48.
41
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 240.
171
42
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 241.
43
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 244.
172
44
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 65.
173
45
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 85.
46
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 89.
174
47
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 283.
175
berikutnya lebih
176
Kemudian
secara
rasional
Soekarno
menampilkan
berntuk
person.
Soekarno
mengistilahkannya
dengan
Pada
48
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 108.
49
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 109.
177
50
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 162.
51
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 347.
178
Soekarno
adalah
karena
pintu
ijtihad
ditutup.
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 202.
53
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 383.
179
Api Islam
peradaban.
Soekarno
memaparkan
paradoks
mengalami
180
54
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 126-127.
181
55
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 125-126.
56
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 213.
182
59
57
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 387.
58
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 213.
59
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 400.
183
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 401.
184
61
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 237.
62
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 241.
63
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 242-243.
185
64
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 216.
186
66
65
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 33.
66
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 209.
187
memulai
pidatonya
Dengan
Trikora
Menuju
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 222.
68
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 71.
188
69
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 280.
189
70
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 124-125.
71
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 346.
72
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 348
190
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 204.
74
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal 194.
191
75
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 19.
76
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 239.
192
yang
sama
juga
pada perulangan
(repetisi)
yang
77
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 33.
78
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 383.
193
80
79
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 44.
80
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 49.
81
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 49.
82
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 348
194
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 333.
84
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 56.
195
85
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 253.
86
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 254.
87
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 65.
196
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 259.
89
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 255-256.
197
90
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 76.
91
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 289.
198
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 290.
93
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 124.
199
94
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 124.
95
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 123.
200
bangkit dari ttempat tidur, aku telah mengetahui, apa yang akan
aku pidatokan. Lima dasar negara... 96
Pada bagian lain Soekarno menggunakan definisi uraian,
seperti ketika menjelaskan berdikari, Misalnya aku beri kepada
rakyat Indonesia apa yang sekarang dikatakan Berdikari, berdiri di
atas kaki sendiri. Ber, dari berdiri; di, di atas; ka, kaki; ri, sendiri;
berdikari.97
Di
samping
itu
Soekarno
juga
menggunakan
gaya
96
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 363.
97
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 361.
98
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal 365.
201
Besar
Revolusi,
waliyul
amri,
Pahlawan
Islam
sebagai
pemegang
kendali.
Audien
adalah
yang
dikendalikan.
Cara yang lain dalam menyampaikan pemikirannya dengan
adalah penjelasan logis dan filosofi dipadu dengan ilustrasi, gaya
persamaan, perulangan. Misalnya,
Nah, inilah arti dalam dari korban. Saudara-saudara. Dan
korban itu adalah essence of life, hakiki daripada hidup sendiri.
Bukan saja hidup manusia thok, hidup manusia thok, hidup
anjing thok, hidup kambing thok, hidup kucing thok, hidup
rumput thok, hidup kembang thok, hiduppohon thok. Seluruh
alam ini adalah hidup karena korban. 100
Dalam pidato Dirikanlah Masjid dari Beton, Soekarno
membangun citra diri, bahwa semua yang dilakukannya adalah benar
99
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 217.
100
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 402.
202
dirinya.
Pada
akhirnya
gagasan
dan
pesan
yang
101
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 239.
102
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 247-248.
203
103
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 266.
104
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 268.
204
105
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 114.
205
hal itu dengan taktik, dengan strategi, dengan jalan kalu perlu
setapak demi setapak.106
Dalam pidato berjudul Tuhan Bersifat tidak Terbatas,
Soekarno mencoba menyadarkan audien akan adanya masalah yang
harus dihadapi dan membangkitkan semangat. Soekarno berkata,
Tanah air kita ini, saudara-saudara, diancam bahaya. Tuhan
perintahkan kepada kita, hai buatlah tanah airmu ini terhindar
dari bahaya, tanah air ini adalah amanah Tuhan dan diancam
tanah air ini oleh bahaya, kewajiban kita untuk menyelamatkan
tanah air amanah Tuhan kepada kita. Salah satu bahaya yang
mengancam tanah air kita ialah Malaysia... 107
Mengutip perkataan guru asuhnya, Pak Suro, Soekarno
menegaskan kewajian setiap manusia kepada Tuhan, orang tua
(bapak dan ibu) serta tanah air. Sebab ketiga inilah yang turut
menjadikan seseorang eksis di dunia. Soekarno berkata dalam
Agama Mengatur Hubungan Manusia dengan Tuhan,
Manusia
yang tidak cinta kepada Tuhan, adalah bukan manusia, manusia yang
tidak cinta kepada ibu bapaknya, bukan manusia. Manusia yang
tidak cinta pada tanah airnya, bukan manusia pula. 108
Hal senada disampaikan Soekarno dalam pidato berjudul
Kebangkitan Umat Islam Sedunia, Lonceng Kematian Bagi Seluruh
106
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 301.
107
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 131.
108
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 173.
206
Nekolim,
dalam
kerangka
ibadah
kepada
Allah.
Dia
juga
Negara,
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 338.
110
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 188.
207
dalam arti menyusun negara, agar supaya negara ini selamat bagi
Soekarno adalah bentuk suatu ibadah. Soekarno berkata,
Ibadat bukan sekedar ibarat rukun dua dua dari Islam, yaitu
sembahyang atau sholat, tidak. Ibadah ialah segala sesuatu
perbuatan kita yang berarti penyembahan dan kebaktian kepda
Allah. Menyusun negara,menyelamatkan negara, ibadah. Oleh
karena negara adalah amanat Tuhan kepada kita. Menyusun
bangsa, menyelamatkan bangsa, adalah ibadah. Oleh karena itu
bangsa adalah amanat Tuhan kepada kita. 111
Di bagian akhir pidato Negara, Amanat Tuhan Kepada Kita
Soekarno mengaskan kembali dengan berkata,
Saudara-saudara marilah kita berjalan terus mengabdi kepada
negara, mengabdi dalam arti bukan penyembahan, tetapi
mengabdi dalam arti politik, sosial-ekonomi kepada negara,
kepada bangsa, kepada tanah air. 112
Pada bagian akhir pidato Haqqul Yaqin Bahwa Tuhan itu
Ada, Soekarno mengkaitkan hikmah Isra Miraj dengan perjuangan
bangsa Indoensia. Dia meyakinkan audien bahwa perjuangan bangsa
akan berhasil bisa disertai keyakinan yang haqqul yaqin. Soekarno
berkata,
Maka oleh karena itu saudara-saudara, di dalam ilmu
perjuangan selalu boleh dikatakan, engkau tidak bisa berjuang
benar, jikalau engkau tidak haqqul yaqin, merayakan kebenaran
perjuangan itu. Oleh karena itu maka selalu ku anjurkan kepada
rakyat Indonesia, kukatakan kepada rakyat Indonesia,
kugemblengkan kepada rakyat Indonesia, haqqul yaqin, haqqul
111
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 188.
112
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 374.
208
yaqin bahwa kita berdiri di atas jalan yang benar, haqqul yaqin
bahwa tujuan perjuangan kita akan berhasil... 113
Pada bagian akhir berjudul Kebangkitan Umat Islam Sedunia,
Lonceng Kematian bagi Seluruh Nekolim, Soekarno secara verbal
membaur dengan audien, mengajak umat Islam dan bangsa rakyat
Indonesia, untuk menyadari bahwa mereka sedang bersama-sama
memerangi penjajahan di atas dunia. Bahkan secara retoris, dia
mencari pembenaran perjuangan ini dengan ajaran Islam. Soekarno
berkata,
Hei bangsa Indonesia, engkau demikianlah saya katakan
berulang-ulang, engkau tidak berdiri sendiri, saudarasaudaramu dari semua negara Aisa-Afrika berdampingan
dengan engkau. Sana ada utusan dari Tunisia, sana ada utusan
dari Maghribi, sana ada utusan dari Ceylon..., semua mereka itu
bersimpati dengan kita, semua mereka itu meng-condem,
mengutuk,
menghantam
imperialisme,
kolonialisme,
neokolonialisme, penjajahan dan pengisapan manusia depada
manusia. Kita tidak berdiri sendiri, let us march forward, mari
kita berjalan terus, ever onward, no retreat, never retreat,
demikianlah semboyan kita. Semboyan kita juga sebagai
muslimin, sebagai umat yang menjalankan hukum Islam,
sebagai umat yang ingin menjalankan apa yang diperintahkan
oleh agama Islam, yaitu membebaskan diri kita dari semua
ikatan, agar Islam bisa menjadi satu agama the leading religion
among mankind, saudara-saudara. 114
Wacana kebersamaan dalam perjuangan disampaikan pada
audien. Sebagaimana dalam pidato Berjalan Terus di Atas Ajaran
113
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 335.
114
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 157.
209
audien
pemikiran
yang akan
disampaikannya.
115
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 353.
210
Ilmu,
Soekarno
116
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 197.
117
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 235.
211
118
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 39.
212
lagi amal, ...toh dia beramal, beramal, beramal, beramal sekali lagi
beramal 119
Pilihan kata yang sering digunakan dalam pidato ini juga
merujuk pada pembangunan kesadaran audien. Kata-kata beramal,
amal, pembangunan, bangun, retooling, mental adalah alat verbal
untuk membangun motivasi.
Penggunaan repetisi dalam rangka membangun semangat
nampak pada Islam Agama Amal Dia menyampaikan,
Pada malam ini, kita semuanya harus mencamkan dalam
hati kita, marilah kita selalu beramal. Hanya dengan amal kita
menolong diri kita sendiri. Hanya dengan amal, kita menolong
bangsa kita, hanya dengan amal kita menolong tanah air kita.
Hanya dengan amal kita bisa mencapai cita-cita rakyat
Indonesia...120
Dalam pidato berjudul Islam adalah Agama Perbuatan
Soekarno mensitir ayat al-Mudatstsir dan berkata, Nah, coba ini, the
gospel of the deed lagi. He, orang yang berselimut, jangan engkau
diam, jangan engkau tidur, jangan engkau cuma kemulan, selimutan
saja, bangkitlah, berjuanglah !... 121
119
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 49.
120
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 241.
121
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 202.
213
Soekarno
menggunakan
perbadingan
dalam
rangka
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 247.
123
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 260.
214
124
dalam
bentuk
penyataan
interogatif.
Hal
ini
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 70.
125
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 69.
126
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 70.
215
Aku ini ini apa ? zat yang amat kecil. Kawanku ini apa ? zat
yang amat kecil. Gunung di selatan ini yang dinamakan gunung
besar apa ? zat yang amat kecil. Bola dunia ini yang besar, apa
? zat yang amat kecil. Matahari yang besok akan membakar
dunia ini dengan sinar hangatnya, apa itu ? zat yang amat kecil.
Bahkan alam semesta ini adalah zat yang amat kecil. Yang
besar, yang akbar hanyalah Engkau, ya Tuhanku. Ya Tuhanku,
Engkau di mana-mana. 127
Gaya metafora yang digunakan adalah merujuk pada sitiran
Thomas Carlyle dan Vivekanda untuk menggambarkan keberhasilan
Muhammad. Gaya pembangkit semangat yang lain adalah pemilihan
kata membanting tulang, bangsa tempe, berjiwa kerdil, bledheg,
thundrbolt, memeras punya keringat, meleleh kita punya air mata,
mengkeret. Hal ini diperkuat dengan gaya pengulangan seperti
dalam pidato Shirathal Mustaqim, Jalan yang Benar,
Lihat Muhammad bin Abdillah saudara-saudara, dia selalu
berjuang, selalu berjuang, selalu berjuang, selalu menyuruh
orang beramal, beramal, beramal, berbuat, berbuat, berbuat,
berbuat dan berbuat. 128
Gaya bahasa campuran digunakan Soekarno dalam pidato ini.
Hal ini nampak pada self reference yang dipakainya. Soekarno
menyebut diri dengan saya, aku, penyambung lidah rakyat, bung
127
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 286.
128
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 114.
216
Karno
129
130
Kematian
Bagi
Seluruh
Nekolim,
Soekarno
129
Bung Karno
Grasindo, hal. 323.
130
Bung Karno
Grasindo, hal. 330.
131
Bung Karno
Grasindo, hal. 341.
132
Bung Karno
Grasindo, hal. 338.
217
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 166-167.
134
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 408.
218
menempatkan
dirinya sebagai bagian dari umat Islam. Cara ini untuk menarik
emosi umat Islam, meyakinkan audien tentang motivasi pidatonya.
Sehingga dari segi pelibat, Soekarno melibatkan dirinya sebagai
bagian dari audien. Soekarno berkata,
Penerimaan saya ialah sebagai berikut, kalau saya
diharuskan berbicara di masjid, tiap-tiap perkataan saya harus
betul-betul keluar dari lubuk hati saya yang sedalam-dalamnya,
yang seikhlas-ikhlasnya. Betul-betul dari lubuk hati saya yang
sedalam-dalamnya, seikhlas-ikhlasnya. Tidak boleh dicampuri
dengan agitasi. Tidak boleh dicampuri dengan, bahasa
Belandanya, goedkoop praten, berbicara gampang-gampangan,
berbicara murah-murahan.Tapi betul-betul tiap-tiap perkataan
harus keluar dari sedalam-dalamnya lubuk hati yang ikhlas.
Ikhlas kepada Allah s.w.t. 136
Penempatan diri juga nampak pada pidato berjudul Api Islam
Berkobar-kobar,
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 232.
136
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 389.
219
saya memuliakan Muhammad ? apa sebab saya cinta matimatian kepada Muhammad. 137
Pengidentifikasian diri yang dilakukan Soekarno adalah
pengabdiannya kepada bangsa. Di akhir pidato Api Islam Berkobarkobar, Soekarno berkata,
sebagai saya katakan, saya Cuma membuka isi hati
kepada saudara-saudara, kepada seluruh rakyat Indonesia. Di
muka sidang MPRS saya sudah berkata, pagi-pagi hari ini
dalam hidup saya telah dedicate myself to the service freedom.
Artinya telah mempersembahkan jiwa raga hidup saya ini untuk
mengabdi kepada kemerdekaan. 138
Soekarno melakukan testimoni dengan mensitir ayat alQuran dipadu dengan cerita. Soekarno juga memakai gaya repetisi
(perulangan) dan hiperbol. Hal ini selain untuk menunjukkan bahwa
gagasannya sesuai dengan logika dan ajaran agama, juga upaya
memotivasi audien. Dalam pidato Api Islam Berkobar-kobar,
Soekarno berkata,
Sebaliknya saudara-saudara, lihat nabi kita Muhammad
s.a.w, dia menggembleng umatnya menjadi umat pejuang, umat
yang banting tulang, umat yang bertempur jikalau perlu, umat
yang menahan segala siksaan, umat yang berani memenuhi
panggilan Allah s.w.t. La yughayyiru ma biqaumin hatta
yughayyiru ma biamfusihim. Tuhan tidak akan mengubah
nasibmu, jikalau engkau tidak mengubah nasibmu. 139
137
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 406.
138
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 234.
139
Bung Karno dan Wacana Islam, Kenangan 100 Tahun Bung Karno
Grasindo, hal. 412.
220
141
Namun dari segi kualitas jumlah yang sedikit itu berpengaruh besar
dalam mewarnai jalan pikiran Soekarno di bidang yang lain, seperti
politik, sejarah dan sebagainya. Hal ini didasarkan pada,
Pertama, riwayat hidup Soekarno mulai sejak kecil sampai
menginjak remaja telah dibentuk oleh jalan pikiran keislaman
sebagai hasil didikan Tjokroaminoto, Ahmad Dahlan, Ahmad
Hasan dan sebagainya. Kedua, sungguhpun Soekarno tidak
menyebut tulisannya dengan judul keagamaan, tetapi isi dan istilahistilah yang terkandung di dalamnya memuat semangat keislaman.
142
140
Bung Karno dan Islam, Kumpulan Pidato tentang Islam 1953 1966,
Haji Masagung, hal. 231.
141
221
yang muslim.
222
pidato
disampaikan.
Terlepas
dari
tujuan
Soekarno,
223
Tabel 11
Qaulun Balgun
Qaulun Karmun
Qaulun Layyinun
Qaulun Maysrun
Qaulun Saddun
Qaulun Marfun
33
Berjiwalah Miraj
13
10
13
No
9
10
Judul
Al-Quran Membentuk
Manusia Baru
Islam, Agama yang
Mempersatukan Tuhan
dengan Manusia
11
12
14
13
16
11
14
15
224
16
13
11
18
19
17
20
Agama Mengatur
Hubungan Manusia
dengan Tuhan
15
10
21
13
22
18
13
23
16
24
10
16
16
12
321
144
17
25
26
27
Jumlah
225
disampaikan.
Pemikiran
itu banyak
berupa pengulangan
hasil
143
226
selain
Islam
yang
menekankan
persamaan.
Soekarno
227
Qaulun Balgun
Qaulun Karmun
Qaulun Layyinun
Qaulun Maysrun
Qaulun Saddun
Qaulun Marfun
11
32
Berjiwalah Miraj
14
16
14
Al-Quran Membentuk
No
Judul
228
Manusia Baru
10
11
12
14
13
19
11
14
12
15
11
16
14
12
17
18
19
19
20
Agama Mengatur
Hubungan Manusia
dengan Tuhan
15
21
11
22
19
10
23
15
24
10
11
25
26
229
27
14
Jumlah
23
330
127
sejalan
tabel
Tabel
di
atas
medan
wacana.
Hal
ini
Qaulun Balgun
Qaulun Karmun
Qaulun Layyinun
Qaulun Maysrun
Qaulun Saddun
Qaulun Marfun
38
Berjiwalah Miraj
13
12
16
No
Judul
230
Allah kepada Nabi Besar
Muhammad SAW
9
Al-Quran Membentuk
Manusia Baru
10
10
11
14
18
12
12
13
14
15
16
10
17
13
18
19
20
20
Agama Mengatur
Hubungan Manusia
dengan Tuhan
15
21
13
22
13
23
16
24
10
231
25
26
27
13
16
Jumlah
26
18
16
338
113
232
BAB V
PENUTUP
234
235
5. Tidak terdapat indikasi bahasa dakwah Qaulun Layyinun dalam teksteks pidato Soekarno. Bahasa dakwah ini mempunyai ciri khas halus,
lembut tidak menyinggung, menggelitik dan ditujukan kepada
penguasa, pejabat pengambil keputusan (kebijakan). Ketiadaan
Qaulun Layyinun dalam pidato Soekarno dipahami karena posisi
Soekarno sebagai pemegang kekuasaan, kepala negara, presiden dan
pemegang jabatan tertinggi di pemerintahan. Dengan demikian,
adalah cukup beralasan dan logis, jika tidak ditemui bahasa Qaulun
Layyinun dalam penelitian ini. Seharusnya bahasa dakwah ini justru
ditujukan kepada diri Soekarno oleh masyarakat atau orang-orang
yang secara struktural di bawah Soekarno,
6. Latar belakang pribadi Soekarno, berupa sejarah kehidupan,
kebudayaan, sejarah revolusi dan kondisi sosial masyarakat saat
pidato disampaikan turut mempengaruhi pidato-pidato Soekarno.
Keterpengaruhan ini terdapat pada medan wacana (field of
discourse), pelibat wacana (tenor of discourse) ataupun sarana
wacana (mode of discourse). Hal ini dipahami bahwa manusia adalah
makhluk sosial. Sebagaimana Soekarno tidak berdiri sendiri, tetapi
interaksi dengan masyarakat, kondisi sosial politik bangsa Indonesia
turut mempengaruhi dirinya. Hal ini tercermin pada pola pikir dan
pola bahasa yang digunakannya,
236
B. Saran-Saran
1. Secara teoritis penyusun berharap ada penelitian lanjutan tentang
bahasa dakwah. Bahwa perkembangan masyarakat sebagai obyek
dakwah menimbulkan permasalahan yang semakin komplek. Bahasa
dakwah harus bisa menjembatani antara kewajiban dakwah bagi
setiap muslim dengan keadaan obyek dakwah yang demikian.
Karena itu penelitian dan pemahaman pesan al-Quran
tentang
237
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Persuasif,
Remaja
Nasr, Sayyed Hosein, Tiga Pemikir Muslim, Ibnu Sina, Suhrawardi, Ibnu
Arabi, Terjemahan oleh Ahmad Mujahid, Risalah, Bandung,
1986.
Nair, Muhammad, Fiqh ad-Dakwah, International Islamic Federation of
Student Organization, Salimiyah Kuwait, 1981.
ODonnell, Victoria dan Jude Kable, Persuasion, An Interactive Approach,
Random House, new York, 1982.
Onghokham, Soekarno, Mitos dan Realitas, dalam Taufik Abdullah (ed.)
Manusia dalam Kemelut Sejarah, LP3ES, Jakarta, 1981.
Panuti Sudjiman, Bunga Rampai Stilistika, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta,
1993.
Peacock, J.L., Gerakan Muhammadiyah Memurnikan Ajaran Islam di
Indonesia, Cipta Kreatif, Jakarta, 1986.
Qutub, Sayyid, F Zhilil Qurn, terjemahan oleh Ainur Rafiq Shaleh
Tamhid, Robbani Press, Jakarta, Jilid II.
Rahman, Fazlur, Mayor Themes of the Quran, Bibliotika Islamica,
Chicago, 1980.
Rakhmat, Jalaluddin, Islam Aktual, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1992.
_______, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1998.
_______, Retorika Modern Pendekatan Praktis, Rosdakarya, Bandung,
2000
Saksono, Widji, Mengislamkan Tanah Jawa, Telaah Metode Dakwah
Walisongo, Mizan, Jakarta, 1995
Salam, Solichin, Bung Karno, Putera Fajar, Penerbit Gunung agung,
Jakarta, 1982
Sayyid M. Nuh, Penyebab Gagalnya Dakwah, Jilid II, Gema Insani Press,
Jakarta, 1993.
Shihab, M. Quraish, Wawasan al-Quran, Mizan, Bandung, 1996.