HISTORIOGRAFI JURNALISTIK
Disusun Oleh :
2020/2021
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat
nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah Jurnalistik Islami dengan
judul “ Historiografi Jurnalistik”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................6
C. Tujuan Masalah.....................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................7
A. Pengertian Jurnalistik...........................................................................7
B. Sejarah Jurnalistik.................................................................................9
C. Perkembangan Jurnalistik.....................................................................11
BAB III PENUTUP................................................................................................15
A. Kesimpulan.............................................................................................15
DAFTAR PUSAKA.............................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan tehnologi komunikasi massa mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dibuktikan mudahnya berhubungan
dengan orang yang berada di negara lain. Jarak yang dulunya terasa amat jauh,
kini sudah terasa amat dekat dengan hadirnya alat telekomunikasi. Berbagai
informasi dan peristiwa yang terjadi di belahan dunia lain dengan mudah dan
cepat diketahui. Selain informasi dan peristiwa yang cepat, juga masyarakat
dengan mudahnya mendapatkan pilihan informasi. Sekarang ini, banyak
pilihan informasi yang didapatkan seperti informasi dari media massa seperti
surat kabar dan majalah, juga dari media elektronik seperti radio dan telervisi,
serta media online yang memberikan informasi yang beragam dan mendunia
secara cepat dan praktis. Untuk mendapatkan informasi atau berita, maka ini
adalah tugas seorang wartawan (jurnalis).Kegiatan jurnalistik, telah
dicontohkan zaman dahulu seperti pembukuan Al-qur‟an yang kita kenal
dengan mushaf dalam perspektif jurnalistik, Al-qur‟an adalah karya jurnalistik
juga, yakni diformat dalam buku yang isinya firman-firman Allah
swt.demikian pula, termasuk karya jurnalistik adalah kitab-kitab kumpulan
hadis seperti Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, dan sebagainya. Semua
kegiatan ini adalah profesi seorang wartawan (jurnalis). Profesi sebagai
wartawan (jurnalis) dalam masyarakat sangatlah penting, sama pentingnya
dengan peran yang dimainkan oleh para ilmuwan, cendikiawan dan para ulama.
Seorang wartawan harus memberikan informasi yang akurat, lengkap, jelas,
jujur serta aktual, dan juga dapat memberikan prediksi serta petunjuk ke arah
perubahan dan transformasi. Selain itu wartawan pula harus
mempertanggungjawabkan berita yang didapatkannya.
4
Meskipun pekerja jurnalistik memiliki kebebasan, namun tidak dapat
terlepas dari tanggungjawab.Tak sedikit wartawan yang menyalahi aturan yang
melekat dalam peraturang yang diatur dalam Undang-Undang serta kaidah-
kaidah Islam. Oleh karena itu yang dibutuhkan seorang wartawan adalah
kejujuran.Kejujuran dalam mengumpulkan data, mengola dan menyajikan
berita, sehingga wartawan harus memahami tentang etika dalam
jurnalistik.Seorang wartawan yang melebih-lebihkan sebuah berita dengan
maksud untuk membuat berita itu lebih heboh dan sensasional merupakan
pelanggaran etis.Wartawan yang dengan mudah tergoda untuk memperuncing
fakta-fakta dengan menghilangkan sebahagian berita, menfokuskan suatu detail
yang kecil tetapi menyentil, atau dengan memancing kutipan-kutipan yang
provokatif, yang tujuannya bukanlah untuk mengatakan suatu kebenaran
melainkan untuk menarik perhatian. Tidak hanya itu, masih banyak lagi etika
yang perlu diketahui dan dijalankan oleh para jurnalis Islami agar sesuai
dengan ajaran Islam.
Jurnalistik tidak hanya sebatas melalui media cetak seperti surat kabar,
majalah, dsb. Namun meluas menjadi media elektronik seperti radio atau
televisi. Berdasarkan media yang digunakan meliputi jurnalistik cetak (print
journalism), elektronik (electronic journalism). Akhir-akhir ini juga telah
berkembang jurnalistik secara tersambung (online journalism).
Setiap bentuk jurnalistik memiliki ciri dan kekhasannya masing-
masing. Ciri dan kekhasannya itu antara lain terletak pada aspek filosofi
penerbitan, dinamika teknis persiapan dan pengelolaan, serta asumsi dampak
yang ditimbulkan terhadap khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa. Bab
ini membahas beberapa aspek pokok yang berkaitan dengan jurnalistik yakni
pengertian jurnalistik, sejarah jurnalistik, dan sekilas perkembangan jurnalistik.
5
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Jurnalistik?
2. Bagaimana Sejarah Jurnalistik?
3. Bagaimana Perkembangan Jurnalistik?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Apa itu Jurnalistik.
2. Mengetahui Sejarah Jurnalistik.
3. Mengetahui Perkembangan Jurnalistik.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jurnalistik
Secara etimologis, jurnalistik berasal dari kata journ. Dalam bahasa
Perancis, journ berarti catatan atau laporan harian. Secara sederhana jurnalistik
diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaporan
setiap hari. Jurnalistik bukanlah pers, bukan pula massa. Jurnalistik adalah
kegiatan yang memungkinkan pers atau media massa bekerja dan diakui
eksistensinya dengan baik (Haris Sumadiria, 2008). Sedangakan dalam kamus
jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan
menulis untuk surat kabar, majalah, atau berkala lainnya (Assegaff, 1983:9).
Menurut Ensiklopedi Indonesia, jurnalistik adalah bidang profesi yang
mengusahakan penyajian informasi tentang kejadian dan atau kehidupan
sehari-hari (pada hakikatnya dalam bentuk penerangan, penafsiran, dan
pengkajian) secara berkala, dengan menggunakan sarana-sarana penerbitan
yang ada (Suhandang, 2004:22).
7
4. Erik Hodgind, Redaktur Majalah Time, menyatakan, jurnalistik
adalah pengiriman informasi dari sini ke sana dengan benar,
seksama, dan cepat, dalam rangka membela kebenaran dan
keadilan berpikir yang selalu dapat dibuktikan (Suhandang,
2004:23).
5. Kustadi Suhandang menyebutkan, jurnalistik adalah seni dan atau
keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan
menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara
indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani
khalayaknya (Suhandang, 2004:23).
Dari situ kita bisa mengambil definisi dari jurnalistik secara umum. Jadi,
jurnalistik adalah kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan, mengolah,
menyajikan, dan menyebarkan berita melalui media berkala kepada khalayak
seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya.
8
mengandung seruan secara langsung dan tidak langsung, tersurat ataupun
tersurat, untuk beriman, berbuat baik (beramal saleh), dan bertakwa kepada
Allah swt masuk dalam kategori jurnalistik Islami. Dalam literatur jurnalistik,
Islami masuk dalam jenis Crusade Journalism, yaitu jurnalistik yang
memperjuangkan nilai-nilai tertentu, yakni nilai-nilai Islam.Jurnalistik Islami
mengemban misi amar ma'ruf nahi munkar seperti yang tertuang dalam QS Ali
Imran; 104.
B. Sejarah Jurnalistik
9
Berita di “Acta Diurna” kemudian disebarluaskan. Saat itulah muncul para
“Diurnarii”, yakni orang-orang yang bekerja membuat catatan-catatan tentang
hasil rapat senat dari papan “Acta Diurna” itu setiap hari, untuk para tuan tanah
dan para hartawan. Dari kata “Acta Diurna” inilah secara harfiah kata
jurnalistik berasal yakni kata “Diurnal” dalam Bahasa Latin berarti “harian”
atau “setiap hari.” Diadopsi ke dalam bahasa Prancis menjadi “Du Jour” dan
bahasa Inggris “Journal” yang berarti “hari”, “catatan harian”, atau “laporan”.
Dari kata “Diurnarii” muncul kata “Diurnalis” dan “Journalist” (wartawan).
Dalam sejarah Islam, cikal bakal jurnalistik yang pertama kali di dunia
adalah pada zaman Nabi Nuh. Saat banjir besar melanda kaumnya, Nabi Nuh
berada di dalam kapal beserta sanak keluarga, para pengikut yang saleh, dan
segala macam hewan. Untuk mengetahui apakah air bah sudah surut, Nabi Nuh
mengutus seekor burung dara ke luar kapal untuk memantau keadaan air dan
kemungkinan adanya makanan. Sang burung dara hanya melihat daun dan
ranting pohon zaitun yang tampak muncul ke permukaan air. Ranting itu pun
dipatuk dan dibawanya pulang ke kapal. Nabi Nuh pun berkesimpulan air bah
sudah mulai surut. Kabar itu pun disampaikan kepada seluruh penumpang
kapal.
Atas dasar fakta tersebut, Nabi Nuh dianggap sebagai pencari berita dan
penyiar kabar (wartawan) pertama kali di dunia. Kapal Nabi Nuh pun disebut
sebagai kantor berita pertama di dunia.
10
C. Perkembangan Jurnalistik
Kegiatan penyebaran informasi melalui tulis-menulis makin meluas pada
masa peradaban Mesir, ketika masyarakatnya menemukan tehnik pembuatan
kertas dari serat tumbuhan yang bernama “Phapyrus”. Pada abad 8 M.,
tepatnya tahun 911 M, di Cina muncul surat kabar cetak pertama dengan nama
“King Pau” atau Tching-pao, artinya "Kabar dari Istana". Tahun 1351 M,
Kaisar Quang Soo mengedarkan surat kabar itu secara teratur seminggu sekali.
Surat kabar cetak yang pertama kali terbit teratur setiap hari adalah Oxford
Gazzete di Inggris tahun 1665 M. Surat kabar ini kemudian berganti nama
menjadi London Gazzette dan ketika Henry Muddiman menjadi editornya
untuk pertama sekali dia telah menggunakan istilah “Newspaper”. Di Amerika
Serikat ilmu persurat kabaran mulai berkembang sejak tahun 1690 M dengan
istilah “Journalism”. Saat itu terbit surat kabar dalam bentuk yang modern,
Publick Occurences Both Foreign and Domestick, di Boston yang dimotori
oleh Benjamin Harris.
11
Pada abad ke-17 pula, John Milton memimpin perjuangan kebebasan
menyatakan pendapat di Inggris yang terkenal dengan Areopagitica, A Defence
of Unlicenced Printing. Sejak saat itu jurnalistik bukan saja menyiarkan berita
(to inform), tetapi juga mempengaruhi pemerintah dan masyarakat (to
influence). Di Universitas Bazel, Swiss jurnalistik untuk pertama kali dikaji
secara akademis oleh Karl Bucher (1847 – 1930) dan Max Weber (1864 –
1920) dengan nama Zeitungskunde tahun 1884 M. Sedangkan di Amerika
mulai dibuka School of Journalism di Columbia University pada tahun 1912
M/1913 M dengan penggagasnya bernama Joseph Pulitzer (1847 - 1911).
Pada Abad ke-18, jurnalisme lebih merupakan bisnis dan alat politik
ketimbang sebuah profesi. Komentar-komentar tentang politik, misalnya, sudah
bermunculan pada masa ini. Demikian pula ketrampilan desain/perwajahan
mulai berkembang dengan kian majunya teknik percetakan. Pada abad ini juga
perkembangan jurnalisme mulai diwarnai perjuangan panjang kebebasan pers
antara wartawan dan penguasa. Perceraian antara jurnalisme dan politik terjadi
pada sekitar 1825-an, sehingga wajah jurnalisme sendiri menjadi lebih jelas:
independen dan berwibawa. Sejumlah jurnalis yang muncul pada abad itu
bahkan lebih berpengaruh ketimbang tokoh-tokoh politik atau pemerintahan.
Jadilah jurnalisme sebagai bentuk profesi yang mandiri dan cabang bisnis baru.
12
Ciri khas “jurnalisme kuning” adalah pemberitaannya yang bombastis,
sensasional, dan pemuatan judul utama yang menarik perhatian publik.
Tujuannya hanya satu: meningkatkan penjualan! Namun, jurnalisme kuning
tidak bertahan lama, seiring dengan munculnya kesadaran jurnalisme sebagai
profesi. Sebagai catatan, surat kabar generasi pertama di AS awalnya memang
partisan, serta dengan mudah menyerang politisi dan presiden, tanpa
pemberitaan yang objektif dan berimbang. Namun, para wartawannya
kemudian memiliki kesadaran bahwa berita yang mereka tulis untuk publik
haruslah memiliki pertanggungjawaban sosial.
Meskipun praktik jurnalistik Islam sudah dilaksakan dari masa Nabi Saw,
namun hingga saat ini belum ada wacana untuk membentuk jurnalistik Islam
yang benar-benar murni tanpa dikaitkan dengan suatu golongan. Meskipun
telah banyak media-media Islam yang muncul, namun semuanya masih terikat
pada partai atau golongan tertentu. Jika kita menapak tilas sejarah tumbuhnya
jurnalistik Islam, yang akan kita dapatkan hanyalah puing-puing tanpa ada
bekas yang dapat dijadikan dasar bagi kelanjutannya. Penyebab utamanya
adalah jurnalistik Islam tidak pernah dijadikan suatu lembaga yang menjadi
tumpuan umat.
13
Namun ada beberapa penerbitan yang ditujukan kepada kaum muslimin,
namun tanpa komitmen demi kepentingan umat Islam atau agama Islam.
Misalnya, Muslim World Review yang diterbitkan oleh seorang Kristen dari
Amerika Serikat, merupakan media tentang masyarakat muslim, namun media
ini sama sekali tidak bisa diklasifikasikan sebagai pers Islam. Begitu juga
dengan surat kabar Hurriyat di Istambul Turki yang diterbitkan terutama oleh
orang-orang Islam dengan pandangan dunia sekular untuk pembaca yang
sebagian besar orang Islam.
Ada pula bulanan muslim Soviet (sekarang bernama Rusia) yang
diterbitkan oleh dewan agama Islam resmi Tashqand dalam bahasa Arab,
Persia, dan empat bahasa lainnya yang berisi tentang Islam dan dunia Islam
dalam perspektif sosialis merupakan penerbitan Islam, tetapi tidak banyak
analis media atau pers Islam yang bersedia menerima pengakuan tersebut.
Jejak-jejak historis tentang jurnalisme (pers) Islam bisa ditelusuri. Pada
tahun 1978 dalam konferensi Islam Asia di Karachi yang diselenggarakan
oleh Rabithah ‘Alam Islamy diputuskan perlunya mengembangkan koordinasi
di antara wartawan atau jurnalis dan pekerja media muslim untuk mengimbangi
dan menandingi monopoli Barat yang dikontrol kaum Zionis atas media massa
yang bertolak belakang dengan Islam dan dunia Islam. Cakupan yang
dirumuskan oleh konferensi di Karachi itu amat luas.
Rumusan tersebut berarti setiap penerbitan yang dibuat oleh kaum
muslimin yang memiliki komitmen untuk menandingi media Barat yang
dikontrol Zionis dapat diklasifikasikan sebagai media atau pers Islam. Namun,
cakupan tersebut telah dipersempit dan dikhususkan dalam konferensi
internasional pertama wartawan dan pekerja media muslim di Jakarta pada
bulan September 1981.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Berdasarkan hasil
pembahasan dalam makalah, dapat disimpulkan bahwa jurnalistik adalah
kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan, mengolah, meyajikan, dan
menyebarkan berita melalui media berkala kepada khalayak seluas-luasnya dan
secepat-cepatnya.
Lalu sejarah jurnalistik sendiri diawali dengan “Acta Diurna”, yakni papan
pengumuman (sejenis majalah dinding atau papan informasi sekarang),
diyakini sebagai produk jurnalistik pertama; pers, media massa, atau surat
kabar harian pertama di dunia. Julius Caesar pun disebut sebagai “Bapak Pers
Dunia”. Lalu dalam sejarah Islam, cikal bakal jurnalistik yang pertama kali di
dunia adalah pada zaman Nabi Nuh.
Pada Abad ke-18, jurnalisme lebih merupakan bisnis dan alat politik
ketimbang sebuah profesi. Pada pertengahan 1800-an mulai berkembang
organisasi kantor berita, kantor berita pelopor yang masih beroperasi hingga
15
kini antara lain Associated Press (AS), Reuters (Inggris), dan Agence-France
Presse (Prancis). Sedangkan di Islam Praktik jurnalistik telah dilakukan di
masa Nabi Saw, yakni melalui pencatatan Al-Qur’an di berbagai media seperti
kayu, batu, pelepah kurma, tulang dll.
16
DAFTAR PUSAKA
17
PERTANYAAN
JAWABAN
18