Anda di halaman 1dari 17

JURNALISTIK

KEWARTAWANAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Jurnalistik

Dosen Pengampu :
Dra. Berliana Lukitawati M.Ikom.

Kelompok 3 (KPI-3F)
Disusun oleh :
Iis Iswatunisa [11180510000131]
Muhammad Habib Mahbubillah [11180510000352]
Holilah [11180510000203]
Ahmad Raihan [11180510000208]
Fatma Al Fiana [11180510000263]
Rian Fahardhi Risyad [11180510000050]

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019M/1441H

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
BAB I ..................................................................... Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN ................................................. Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang ................................................. Error! Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah ............................................ Error! Bookmark not defined.
BAB II ................................................................... Error! Bookmark not defined.
PEMBAHASAN ................................................... Error! Bookmark not defined.
2.1 Pengertian Wartawan ....................................... Error! Bookmark not defined.
2.2 Jenis-Jenis Wartawan ........................................................................................ 6
2.3 Prinsip Dasar Wartawan .................................. Error! Bookmark not defined.
2.4 Tugas dan Fungsi Wartawan ........................................................................... 10
BAB III ................................................................................................................. 11
PENUTUP ........................................................... Error! Bookmark not defined.4
DAFTAR PUSTAKA ......................................... Error! Bookmark not defined.5

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Kewartawanan”. Makalah ini kami susun
dalam rangka untuk menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Jurnalistik. Dengan
disusunnya makalah ini, semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi
para pembaca.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah


ini, kami berharap adanya kritik dan saran dari para pembaca untuk melengkapi
segala kekurangan dan kesalahan dari makalah ini, sehingga kedepan dapat menjadi
makalah yang lebih baik.

Akhir kata, kami ucapkan banyak terima kasih kepada seluruh civitas
akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Ibu Dra. Berliana
Lukitawati M.Ikom.

. Selaku dosen pengampu mata kuliah Jurnalistik yang telah mebimbing


kami dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi kita
semua. Aamiin.

Penulis

Ciputat, 26 September 2019

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era ini media semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu dan kemajuan
teknologi yang semakin mumpuni. Media yang tidak akan pernah hilang bahkan semakin luas siring
berjalannya waktu menjadi hal yang sangat krusial yang tak pernah luput dari kehidupan sehari-hari
kita. Berita adalah segala laporan mengenai peristiwa, kejadian, gagasan, fakta yang
menarik perhatian dan penting untuk disampaikan atau dimuat dalam media massa agar
diketahui atau menjadi kesadaran umum. Di dalam menyampaikan sebuah berita, harus
jelas serta mudah untuk dipahami oleh para penikmat berita. Media tidak akan mendapat
informasi yang dapat disebarkan ke publik tanpa peran seorang wartawan atau jurnalis yang
mengumpulkan berita. Sehingga peran wartawan dalam persebaran informasi media sangat penting.
Berbagai hal tentang kewartawanan penting untuk dipelajari terutama bagi seorang wartawan
atau jurnalis agar mengetahui tugas utama dan fungsi dari seorang wartawan itu sendiri.
Untuk itu, dalam makalah ini akan disampaikan beberapa hal mengenai seperti apa itu seorang
wartawan hingga tugas dan fungsi seorang wartawan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu wartawan ?
2. Apa saja jenis-jenis wartawan ?
3. Bagaimana prinsip dasar seorang wartawan ?
4. Apa saja tugas, kompetensi dan fungsi seorang wartawan ?

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Wartawan
Bekerja sebagai wartawan atau jurnalis memiliki gengsi tersenduru, bahkan sebagian
orang menilai profesi sebagai wartawan memiliki prestise yang tinggi. Profesi wartawan
dianggap publik memiliki “kelas” yang berbeda dengan profesi lainnya. Terlepas dari aspek
kesajahteraan, bekerja sebagai wartawan memiliki citra yang relatif lebih tinggi dibandingkan
profesi lainnya. Hal ini dikarenakan profesi wartawan dianggap profesi yang di dalamnya
memadukan kekuatan pengetahuan dan keterampilan. Wartawan dianggap memiliki
pengetahuan yang lebih banyak dibandingkan yang bukan wartawan. Tidak hanya dianggap
serba tahu, wartawan pun dianggap mampu menulis kan setiap informasi yang dimilikinya
sehingga menjadi berita. Ada pengentahuan dan mampu menulikan menjadi berita, itulah
wartawan.

Profesi wartawan tergolong disegani oleh oleh publik. Mengapa? Wartawan dianggap
kritis dan tajam dalam bertanya, mampu mengungkap informasi secara rinci, piawai dalam
meliputi berita, dan mampu mempengaruhi orang lain melalui tulisannya. Wartawan sangat
identik dengan aktivitas jurnalistrik. Dalam Undang Undang Pera No.40 Tahun 1990, Bab I
Pasal I dinyatakan bahwa wartawan adalah orang yang secara teratur melaksankan kegiatan
jurnalistrik.

Profesi wartawan memiliki mobilitas dan dinamika yang tinggi. Wartawan tidak
berurusan dengan benda mati atau dunia khayal. Wartawan harus aktif melakukan “personal
contact”atau hubungan dengan orang lain. Menariknya, wartawan menjalin hubungan dengan
semua orang dari berbagai latar belakang dan status sosial. Namun begitu, wartawan harus tetap
menjunjung tinggi status sosial orang lain, khususnya narasumber. Karena narasumber berita
yang menjadi mitra wartawan adalah orang yang memiliki perasaan, punya emosi, mungkin
memiliki pangkat, dan nasib yang beragam. Wartawan harus pandai bergaul dengan semua
lapisan masyarakat. Suku, agama, ras, dan adat/daerah seseorang tidak penting di mata
wartawan. Wartawan bekerja lebih bersandar pada “berkepala dingin”, namun tetap tidak
kehilangan daya kritis dan kecerdasan investigatif dalam menjalankan tugasnya.

Wartawan adalah orang yang melakukan pekerjaan kewartawanan dan atau tugas-tugas
jurnalistik secara rutin, atau dalam definisi lain, wartawan dapat dikatakan sebagai orang yang
pekerjaannya mencari dan menyusun berita untuk dimuat dimedia massa, baik media cetak,
4
media elektronik maupun media online. Ada banyak istilah yang digunakan untuk menyebut
seseorang bekerja sebagai wartawan. Beberapa sebutan lain dari wartawan, antara lain:
pemburu berita, pewarta, jurnalis, reporter, newsgetter, pressman, kuli tinta, dan nyamuk
pers.1

Dalam menjalankan tugasnya, seorang wartawan harus memiliki bekal mentalis yang
kuat. Kejujuran, tanggung jawab, dan akurat dalam setiap penyajian berita harus menjadi
komitmen yang melekat dalam diri profesi wartawan. Siapa yang dapat mengukur suatu berita
layak disiarkan atau tidak? Apa dampak berita yang dibuat bagi orang banyak? Jawaban
pertanyaan itu hanya ada pada wartawan. Oleh karena itu, profesi wartawan tidak hanya
memerlukan keterampilan yang bersifat teknis, tetapi harus didukung pula oleh mentalis yang
kokoh.

Wartawan dapat dikatakan sebagai “roh”-nya jurnalistik atau pers. Wartawan menjadi
pemain kunci dalam aktivitas jurnalistik. Ketergantungan jurnalistik kepada wartawan sangat
tinggi. Tanpa wartawan, maka jurnalistik pun pincang, seperti ada tetapi tiada. Mengapa?
Karena dalam jurnalistik, wartawan yang mencari dan mengumpulkan berita. Wartawan pula
yang menulis berita. Kualitas pemberitaan suatu institusi media juga sangat bergantung pada
kepiawaian dan keterampilan yang dimiliki wartawannya. Semakin objektif dan akurat seorang
wartawan dalam menyajikan berita, maka semakin baik kualitas institusi media tersebut.
Namun sebaliknya, semakin tidak objektif wartawannya, maka medianya pun di klaim menjadi
tidak objektif.

Ke depan, profesi wartawan akan terus berkembang. Wartawan dan aktivitas jurnalistik
sangat dibutuhkan dan penting bagi masyarakat. Karena itu, untuk bekerja dan menekuni
profesi wartawan tidak cukup hanya mengandalkan keinginan dan semangat. Wartawan
membutuhkan keterampilan yang komprehensif, seperti terampil bicara dan menulis, terampil
dalam bergaul, terampil dalam liputan di lapangan, terampil dalam mengalokasikan waktu, dan
terampil dalam bertanya. Tugas dan tanggung jawab wartawan sangat besar dan karenanya
membutuhkan orang-orang yang berjiwa dan berhati besar.

Menjadi wartawan merupakan suatu proses yang panjang. Bekal pendidikan sangat
diperlukan bagi wartawan. Bekal kesiapan dan keberanian mental juga diperlukan dalam
menekuni profesi sebagai wartawan. Intinya, untuk menjadi wartawan diperlukan kemampuan

1
Syarifudin Yusuf, Jurnalistik Terapan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010). h. 38
5
praktik dan teoretik yang mumpuni. Tidak ada wartawan yang berkualitas terlahir secara instan.
Profesi wartawan membutuhkan latar belakang pribadi yang kuat, di samping dituntut
profesionalisme dalam melakukan tugas jurnalistiknya. Hanya wartawan profesional yang pada
akhirnya dapat memastikan tegaknya kode etik jurnalistik sebagai pijakan tugas kewartawanan.

2.2. Jenis-Jenis Wartawan


Secara garis besar wartawan terbagi atas 4:
1) Wartawan profesional
Adalah Wartawan yang memahami tugasnya dengan baik untuk memaksimalkan isi berita
sesuai dengan fakta yang ada dan menggunakan bahasa yang baik dan benar yang
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan memenuhi etika.

2) Wartawan Freelance
Adalah Wartawan yang tidak terikat pada satu penerbitan atau satu surat kabar saja.
Umumnya wartawan freelance mencari berita dan nantinya berita tersebut disalurkan
keberbagai media.
3) Koresponden
Adalah Wartawan yang bertugas didaerah dan merupakan daerah yang berbeda dengan kantor
pusat penerbit berita. Koresponden bertugas mencari berita yang nantinya akan dikirimkan
melalui sarana komunikasi seperti telepon, faksimili, email dan lain-lain.
4) Wartawan Kantor Berita
Wartawan yang bertugas mencari berita untuk satu kantor berita dan nantinya akan disalurkan
atau dijual ke berbagai lembaga penerbitan yang membutuhkan.

Berdasarkan media tempatnya bekerja:


1. Wartawan Media Cetak -- surat kabar, tabloid, majalah
2. Wartawan Media Penyiaran -- radio & televisi
3. Wartawan Media Online -- situs berita, media siber.
4. Wartawan Kantor Berita – Press News Agency.
5. Wartawan Media Internal -- Corporate Journalist; wartawan media internal humas

6
Berdasarkan struktur organisasi atau manajemen redaksi media:

1. Pemimpin Redaksi -- bosnya para wartawan di sebuah media.


2. Redaktur/Editor -- penyeleksi, penilai, penyunting, dan penentu layak muat/layak siar
tidaknya sebuah berita yang dibuat reporter.
3. Reporter -- wartawan lapangan yang bertugas mencari, menghimpun dan menulis berita.
4. Koresponden (reporter yang bertugas di daerah/luar negeri)
5. Kontributor (wartawan lepas yang terikat kontrak dengan sebuah media)

2.3. Prinsip Dasar Wartawan

1. Berdasarkan kebenaran

Kebenaran adalah hal yang sangat mahal dan tidak bisa dibeli dengan uang. Hal inilah yang
harus disampaikan oleh jurnalis ketika membuat sebuah informasi. Kebenaran yang ada dalam
informasi tersebut harus sesuai dengan kebenaran yang sesungguhnya terjadi.

Ketika seseorang menjadi jurnalis, maka salah satu sumpahnya adalah menyajikan kebenaran
kepada khalayak ramai dan tidak menyembunyikan sesuatu demi keuntungan semata. Namun
sayangnya, di jaman yang semakin maju ini justru kebenaran semakin sulit dilihat dan
didapatkan. Beberapa media juga justru menjadi alat dalam menyampaikan berita bohong yang
sering disebut hoax.

2. Kesetiaan

Prinsip yang satu ini bukan bermakna setia pada satu orang atau institusi saja, tapi setia kepada
masyarakat. Dalam penyampaian informasi, seorang jurnalis harus setia pada kebenaran yang
akan disampaikan pada masyarakat. Ia tidak boleh memihak pada pihak tertentu yang hanya
menguntungkan diri sendiri.

3. Verifikasi

Untuk bisa mendapatkan kebenaran yang utuh, seorang jurnalis harus rajin dan disiplin dalam
melakukan verifikasi informasi yang ia dapatkan. Ini merupakan prinsip dalam jurnalistik yang
sangat penting. Verifikasi yang dilakukan hendaknya juga berulang kali untuk mendapatkan
kepastian kebenaran informasi tersebut.

7
Verifikasi sangat penting dalam jurnalistik modern, apalagi dengan semakin banyaknya berita
bohong yang dengan mudah beredar di masyarakat luas. Tindakan verifikasi merupakan salah
satu bentuk tanggung jawab dalam jurnalistik modern.

4. Independen

Independen adalah kebebasan dari pihak yang mengekang atau mengarahkan informasi
tertentu. Seorang jurnali haruslah independen dan terbebas dari rasa kekangan atau ketakutan
dalam menyampaikan kebenaran.Independen bukan berarti netralitas. Sering kali seorang
jurnalis menyampaikan kebenaran namun dianggap memihak pada pihak tertentu. Hal ini
terjadi akibat adanya sensitivitas pada pihak tertentu dari masyarakat.

5. Pemantau

Jurnalis tidak seharusnya menjadi alat dari pihak tertentu untuk melancarkan kepentingannya
sendiri. Jurnalis harus bisa menjadi pemantau dari rakyat kecil yang tidak mampu bersuara
untuk bisa mengeluarkan pendapatnya agar didengar oleh penguasa.

6. Menampung aspirasi

Prinsip dalam jurnalistik, seorang jurnalis tak hanya memberikan informasi saja, ia harus bisa
menjadi wadah bagi mereka yang membantu banyak orang untuk memberikan tanggapan,
kritik, dan aspirasi lain terkait beberapa isu tertentu.

7. Membuat berita yang menarik dan relevan

Prinsip jurnalistik selanjutnya adalah mampu menyajikan informasi yang menarik dan relevan.
Banyak informasi yang sebenarnya sangat penting untuk diketahui oleh masyarakat, namun
sayangnya karena penyajian yang tidak menarik, informasi tersebut tidak digubris oleh
masyarakat.

Maka dari itu, sangat penting untuk bisa menyajikan dan mengolah informasi yang didapatkan
menjadi informasi yang menarik. Jika berita atau informasi yang disampaikan tidak menarik,
tentu berita itu menjadi sia-sia karena tidak ada yang melihatnya.

8. Mudah dicerna

Jurnalis bukanlah penulis yang akan menyajikan informasi kepada kaum intelek, tapi seluruh
kalangan masyarakat. Maka dari itu, jurnalis harus mampu menyajikan informasi yang mudah
dicerna oleh setiap kalangan. Sajian yang berimbang dan luas sangat penting untuk difokuskan.

8
9. Menggunakan hati nurani

Seorang jurnalis bukan menulis berita hanya berdasarkan permintaan atau logika saja, tapi juga
hati nurani. Dengan adanya hati nurani, maka secara otomatis jurnalis akan memiliki etika dan
moral yang mengutamakan kepentingan masyarakat dan kebenaran yang hakiki

Di sisi lain, Carl Warren, dalam buku Modern News Reporting menegaskan perlunya wartawan
memiliki 10 (sepuluh) prinsip dalam menjalankan tugas, yaitu:

 Mampu memperhatikan dan mendengar


 Memiliki pergaulan yang luas
 Memiliki pengetahuan
 Rajin membaca dan kritis
 Memiliki inisiatif dan sanggup
 Rajin bekerja dan sabar
 Menggunakan pikiran, tidak palsu
 Menulis, menulis, dan menulis
 Berpikir jelas dan tepat
 Mampu memanfaatkan waktu

2.4. Tugas dan Fungsi dan Kompetensi Wartawan

Tugas wartawan tidaklah ringan. Di samping penuh dinamika dan tantangan, tugas
wartawan pun sering kali memiliki ancaman tersendiri. Pemberitaan yang dianggap tidak
objektif pun dapat mengancam keselamatan diri wartawan. Karena itu, wartawan harus
melaksanakan tugas pemberitaan yang menjunjung tinggi objektivitas dan profesionalisme, di
samping memperhatikan tanggung jawab yang harus diembannya.
Tugas pokok seorang jurnalis hanyalah menulis menulis dan menulis akan tetapi
didalam melaksanakan tugas sebagai jurnalis selalu menghormati norma-norma dan kode etik
jurnalis dan apabila didalam menjalankan tugas profesinya, bagi siapa saja yang secara
melawan hukum dengan sengaja melakukan tindakan yang berakibat menghambat atau
menghalang halangi pelaksanaan ketentuan Pasal 4 Ayat (2) dan Ayat (3) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (Lima
Ratus Juta Rupiah).

9
Berikut ini tugas, pokok dan fungsi wartawan Dalam buku Blur: How to Know What’s True
in the Age of Information Overload karya Bill Kovach dan Tom Rosenstiel yang dikutip oleh
Budlimbad, sebagai berikut :

1. Authenticator, yakni konsumen memerlukan wartawan yang bisa memeriksa


keautentikan suatu informasi.

2. Sense maker, yakni menerangkan apakah informasi itu masuk akal atau tidak.

3. Investigator yakni wartawan harus terus mengawasi kekuasaan dan membongkar


kejahatan.

4. Witness bearer, yakni kejadian-kejadian tertentu harus diteliti dan dipantau kembali dan
dapat bekerja sama dengan reporter warga.

5. Empowerer, yakni saling melakukan pemberdayaan antara wartawan dan warga untuk
menghasilkan dialog yang terus-menerus pada keduanya.

6. Smart aggregator, yakni wartawan cerdas harus berbagi sumber berita yang bisa
diandalkan, laporan-laporan yang mencerahkan, bukan hanya karya wartawan itu sendiri.

7. Forum organizer, yakni organisasi berita, baik lama dan baru, dapat berfungsi sebagai
alun-alun di mana warga bisa memantau suara dari semua pihak, tak hanya kelompok mereka
sendiri.

8. Role model, yakni tak hanya bagaimana karya dan bagaimana cara wartawan
menghasilkan karya tersebut, namun juga tingkah laku wartawan masuk dalam ranah publik
untuk dijadikan contoh.

Bekerja dalam bidang kewartawanan harus tau juga risiko apa saja yang akan kita dapatkan
saat terlibat dalam wilayah pekerjaan.

Fungsi Wartawan

Menurut Dja’far H Assegaf (1983), kewartawanan/jurnalistik merupakan kegiatan untuk


menyampaikan pesan atau berita kepada khalayak ramai (massa), melalui saluran media,
baik media cetak maupun media elektronik.
Adapun fungsi dari wartawan, antara lain:
1. Pemberi informasi.

10
Pemberi informasi atau menyiarkan informasi kepada pembaca (publik). Informasi
yang disajikan melalui karya-karya wartawan/jurnalistik, seperti berita (straight news),
feature, reportase dan lainnya, memang sesuatu yang sangat diharapkan publik pembaca,
ketika membaca, membeli dan berlangganan media pers. Informasi yang disampaikan pun
beragam jenisnya. Tidak hanya sebatas informasi yang berkaitan dengan suatu peristiwa,
tetapi juga bersifat ide, gagasan-gagasan, pendapat atau pikiran-pikiran orang lain yang
memang layak untuk disampaikan ke publik pembaca.
2. Pemberi hiburan.
Menghibur dalam kaitan meredakan atau melemaskan ketegangan-ketegangan pikiran
karena kesibukan aktivitas kehidupan. Jadi, informasi yang disajikan media pers tidak
hanya berita-berita serius atau berita-berita berat (hard news), tapi juga berita-berita atau
karya lainnya yang mampu membuat pembaca tersenyum, dan melemaskan otot-otot
pikirannya.
3. Pemberi kontrol (alat kontrol sosial)
Sebagai media penyampai informasi, media pers tidak hanya sebatas menyampaikan
atau memberikan informasi yang berkaitan dengan suatu peristiwa, akan tetapi
berkewajiban juga menyampaikan gagasan-gagasan maupun pendapat yang berkaitan
dengan kepentingan masyarakat luas. Bila ada suatu kebijakan, baik dari pemerintah
maupun lembaga-lembaga tertentu, yang dipandang tidak sesuai atau berlawanan dengan
kepentingan masyarakat, media pers punya kewajiban untuk mengingatkan.
4. Pendidik masyarakat.
Dalam pengertian yang luas, pers berkewajiban mendidik masyarakat pembacanya
dengan memberikan beragam pengetahuan yang bisa bermanfaat bagi peningkatan nilai
kehidupan. Sajian-sajian karyanya haruslah mencerahkan dan memberikan tambahan
pengetahuan serta wawasan yang luas, sehingga masyarakat memperoleh pemahaman atau
pengertian baru tentang kehidupan yang lebih maju dibanding sebelumnya.2

Kompetensi wartawan
Menuurt Dr.Lakshamana Rao (Assegaf, 1987), sebuah pekerjaan itu disebut sebagai profesi
jika memiliki empat hal, yaitu sebagai berikut ;
1. Harus Ada Kebebasan dalam Pekerjaan

2 Patmono SK, Teknik Jurnalistik; Tuntunan Praktis Untuk Jadi Wartawan, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia,

1996), cet. 3, hlm. 2-3


11
Wartawan sebagai Profesi memiliki kebebasan yang disebut kebebasan pers, yakni kebebasan
mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan berita yang berisi gagasan atau informasi. Bahkan
UU No. 40/1999 tentang Pers menyebutkan kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga
Negara, bahkan pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredalan, atau pelarangan
penyiaran (Pasal 4 ayat 1 dan 2). Pihak yang mencoba menghalangi kemerdekaan pers dapat
dipidana penjara maksimal 2 tahun atau denda maksimal Rp 500 juta (Pasal 18 ayat 1)
Berbeda dengan kebebasan pers di negara lain, kebebasan pers Indonesia dibatasi dengan
kewajiban menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat, serta asa praduga
tak bersalah (Pasal 5 ayat 1).

Kebebasan pers Indonesia tidak berarti bahwa wartawan dalam menjalankan tugasnya dapat
berbuat semaunya. Di dalam menjalankan profesinya tersebut, wartawan terikat dengan aturan
perundangan-undangan yang menyangkut delik pers. Dalam delik pers, diatur masalah-masalah
yang menyangkut fitnah, pencemaran nama baik, hinga penghinaan. Untuk mencegah
masyrakat dan terutama sumber berita yang merasa dirugikan oleh pers, maka diatur ketentuan-
ketentuan mengenai etik pers.

Namun, praktiknya seringkali kebebasan pers lebih banyak dinikmati oleh pemilik modal atau
owner ,edia massa. Akibatnya para jurnalis dan penulisnya harus tunduk pada kepentingan
pemilik, atau setidaknya pada visi, misi, dan rubrikasi media tersebut. Bahkan ada perusahaan
media massa yang tak sungkan lagi “mengebiri” kreativitas wartawannya sendiri dan mem-
black list sejumlah penulis yang tidak disukainya lantaran mendahulukan kepentingan
masyarakat dibandingkan kepentingan perusahaan mendia massa tersebut.

2. Harus ada Panggilan dan Keterikatan dengan Pekerjaan


Jam kerja wartawan adalah 24 jam sehari. Sebagai seorang professional, di mana dan kapan
saja wartawan harus terjun ke lapangan untuk meliput itulah panggilan dan keterikatan
wartawan dalam pekerjaannya. Bahkan kadang-kadang wartawan harus bekerja dalam keadaa
bahaya. Mereka ingin –dan harus begitu- menjadi orang pertama dalam mendapatkan berita dan
mengenali para pemimpin dan orang-orang ternama.

Sejalan dengan pendapat James Gordon Bennet, pendiri The New York Herald bahwa tugas
wartawan adalah separuh diplomat, dan separuh detektif. Ini berarti bahwa wartawan harus

12
memiliki keterampilan diplomasi, sekaipun cara kerjanya mirip detektif. Dalam pencarian
berita, ada kalanya wartawan memerlukan kemampuan negosiasi untuk memastikan
tercapainya tujuan pemberitaan, di samping melakukan aktivitas penyelinapan untuk
mengumpulkan bahan berita.

Ilustrasi diplomat dan detektif menggambarkan tugas yang diemban wartawan terbilang sangat
berat dan rumit. Jam kerjanya wartawan adal 24 jam sehari karena peristiwa yang harus
diliputnya sering tidak terduga dan bisa terjadi kapan saja.

3. Harus ada Keahlian (Expertise)


Keahlian yang dimaksud di sini adalah keahlian mencari, meliput, mengumpulkan, wawancara,
dan menulis berita, termasuk keahlian dalam berbahasa tulisa Bahasa Indonesia Ragam
Jurnalistik (BIRJ). Berita yang objektif, akurat, dan dapat dipertanggungjawabkan semata-mata
hanya dilahirkan dari hasil karya wartawan yang memahami seluk beluk proses kegiatan
jurnalistik sesuai dengan bidang liputannya. Harus Ada Tanggung Jawab yang Terikat pada
Kode Etik Pekerjaan

13
BAB III

PENUTUP

Kewartawanan merupakan perantara dalam penyampaian pesan dari sumber kepada media
dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis, seperti surat kabar, film, radio, buku, dan
televisi. Seiring bejalannya waktu, perkembangan media massa yang sebelumnya sangat
sederhana dan konvensional, berevolusi dengan menghasilkan inovasi-inovasi baru.
Di dalam menyampaikan sebuah berita, harus jelas serta mudah untuk dipahami oleh para
penikmat berita. Media tidak akan mendapat informasi yang dapat disebarkan ke publik tanpa peran
seorang wartawan atau jurnalis yang mengumpulkan berita. Sehingga peran wartawan dalam persebaran
informasi media sangat penting.

14
DAFTAR PUSTAKA
Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar. Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor. 2011

Ishwara, Luwi. Catatan-catatan Jurnalisme Dasar. Kompas: Jakarta. 2005

Rustadi, Suhandang. Pengantar Jurnalistik. Nuansa. Bandung. 2010

Yusuf, Syarifudin. Jurnalistik Terapan. Ghalia Indonesia. Bogor. 2010

Abdullah, Yanuar, Dasar-dasar Kewartaan, Padang: Angkasa Raya, 1992

Masduki, Kebebasan Pers dan Kode Etik Jurnalistik, Yogyakarta:UII Press, 2003

15

Anda mungkin juga menyukai