“PERS”
Disusun oleh :
1. Windi (P12022030)
2. Pipin Nurjanah (P12022022)
3. Irham Maulana (P12022026)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
YASIKA MAJALENGKA
2023
KATA PENGANTAR
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Dan kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
Pendidikan.
KATA PENGANTAR........................................................................................I
DAFTAR ISI.......................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
C. Karakteristik ...........................................................................................
E. Tipologi Pers...........................................................................................
H. Manajemen Pers......................................................................................
I. Teori Pers...............................................................................................
BAB II PENUTUP..............................................................................................
A. Kesimpulan................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah pers sebagai terjemahan dari bahasa Inggris press dapat mempunyai
pengertian luas dan sempit. Dalam pengertian luas pers mencangkup semua media
komunikasi massa, seperti radio, televisi, dan film yang berfungsi melancarkan
atau menyebarkan informasi, berita, gagasan, pikiran atau perasaaan seseorang
dan sekelompok orang kepada orang lain. Dalam pengertian sempit, pers hanya
digolongkan produk-produk penerbitan yang melewati proses percetakan seperti
surat kabar harian, majalah mingguan, majalah tengah bulanan, dan sebagainya
yang dikenal sebagai media cetak. Sementara itu, dalam kajian ini yang akan
dibahas adalah mengenai pers dalam artian sempit, yang hanya mencangkup surat
kabar harian.
Surat kabar atau pers dalam arti sempit merupakan alat komunikasi massa
yang memberikan kepada lembaga-lembaga komunikasi secara tercetak,
lembagalembaga yang memenuhi syarat-syarat publisita, periodisita, universalita
dan aktualaita. Periodesita pada umumnya berarti satu hari sekali atau beberapa
kali dalam sepekan. Pada mulanya pers hanya digunakan dalam pengertian media
yang berbentuk cetak saja, disesuaikan dengan arti dari kata press yaitu menekan
atau mengepres.
1
sosial yang merupakan bagian integral dari masyarakat dan bukan merupakan
unsur asing yang terpisah. Sebagai lembaga masyarakat pers juga mempengaruhi
dan dipengaruhi lembaga-lembaga masyarakat lainnya. Dari sudut pandang diatas,
jelas bahwa pers menjalankan fungsinya sebagai salah satu institusi sosial yang
penting dalam masyarakat. Sebagai media komunikasi, pers harus sanggup hidup
bekerja sama dan berdampingan dengan lembaga-lembaga masyarakat lainnya.
Dalam hal ini, sifat hubungan antara satu dengan lainnya tidak luput dari falsafah
yang dianut oleh masyarakat dan juga struktur sosial politik yang berlaku.
Pers yang telah membuat revolusi komunikasi, antara lain dengan mengubah
pola komunikasi tradisional menjadi tertulis sehingga bahasa yang disampaikan
lebih baik dan teratur, dalam arti tidak ada perubahan dalam proses
penelusurannya pada generasi selanjutnya. Pada 12 Oktober 1960 Presiden
Soekarno sebagai penguasa perang tertinggi mengeluarkan peraturan yang
mewajibkan setiap penerbit mendaftarkan diri untuk mendapatkan Surat Izin
Terbit (SIT). SIT bisa diperoleh jika pers memenuhi persyaratan antara lain loyal
terhadap Manipol-Usdek, bersedia mentaati Peraturan Penguasa Perang Tertinggi
No.10 tahun 1960, serta bersedia menandatangani perjanjian pemenuhan
kewajiban yang berisi 19 pasal.
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Pers
Perkembangan pers di Indonesia pada umumnya tidak terlepas dari
kerangka politik di tanah air.1 Maka perkembangan pers di Indonesia
dapat dilihat dari masa perjuangan hingga era reformasi saat ini.
1. Masa Perjuangan
Pers di Indonesia mulai berkembang jauh sebelum negara
Indonesia
diproklamasikan. Masa penjajahan Belanda pertengahan abad ke 18,
Belanda mulai memperkenalkan penerbitan surat kabar di Indonesia
meskipun penerbitnya terdiri dari orang Belanda sendiri. Pers nasional
pada waktu itu jelas membedakan dirinya dengan pers Belanda, dimana
pers penjajah yang dipergunakan oleh Belanda saat itu adalah sebagai alat
untuk mempertahankan kekuasaan.Sedangkan cikal bakal pers nasional
yaitu sebagai satu media informasi dan komunikasi yang menjadi satu
kesatuan dengan pergerakan nasional. Pers dipergunakan oleh pendiri
bangsa sebagai alat perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan. Surat
kabar pertama di Indonesia adalah Bataviase Nouvelles (Agustus 1744 -
Juni 1746), disusul kemudian Bataviasche Courant (1817), Bataviasche
Advertentieblad (1827). Pada tahun 1855 di Surakarta terbit surat kabar
pertama dalam bahasa Jawa, bernama Bromartani. Surat kabar berbahasa
Melayu yang pertama adalah Soerat Kabar Bahasa Melajoe, terbit di
Surabaya pada tahun 1956. kemudian lahir surat kabar Soerat Chabar
Betawie (1958), Selompret Melajoe (Semarang, 1860), Bintang Timoer
(Surabaya, 1862), Djoeroe Martani (Surakarta 1864), dan Biang Lala
(Jakarta, 1867). Perkembangan pers di masa penjajahan sejak pertengahan
abad ke 19 ternyata telah dapat menggugah cendekiawan Indonesia untuk
menyerap budaya pers dan memanfaatkan media cetak sebagai sarana
membangkitkan dan menggerakkan kesadaran bangsa.
2. Masa Kemerdekaan
B. Pengertian Pers
Istilah pers atau press berasal dari istilah latin Pressus artinya
adalah tekanan, tertekan, terhimpit, padat. (Ensiklopedi politik 4). Pers
dalam kosakata Indonesia berasal dari bahasa Belanda yang mempunyai
arti sama dengan bahasa inggris “press”, sebagai sebutan untuk alat
cetak.Keberadaan pers dari terjemahan istilah ini pada umumnya adalah
sebagai media penghimpit atau penekan dalam masyarakat. Makna lebih
tegasnya adalah dalam fungsinya sebagai kontrol sosial.12 Pengertian pers
itu dibedakan dalam dua arti. Pers dalam arti luas, adalah media tercetak
atau elektronik yang menyampaikan laporan dalam bentuk fakta, pendapat,
usulan dan gambar kepada masyarakat luas secara regular. Laporan yang
dimaksud adalah setelah melalui proses mulai dari pengumpulan bahan
sampai dengan penyiarannya. Dalam pengertian sempit atau terbatas, pers
adalah media tercetak seperti surat kabar harian, surat kabar mingguan,
majalah dan buletin, sedangkan media elektronik, meliputi radio, film dan
televisi. Dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang pers, yang
dimaksud dengan pers ialah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa
yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi: mencari, memperoleh,
memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi baik
dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan
grafik maupun dalam bentuk lainnya, dengan menggunakan media cetak,
media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. Dalam kamus
lengkap bahasa Indonesia kata pers didefenisikan sebagai, usaha
percetakan dan penerbitan; orang yang bergerak dalam penyiaran berita;
wartawan; penyiaran berita melalui Koran, majalah, televise, radio, dsb.
Sedangkan definisi pers menurut beberapa ahli sebagai berikut:
1. Rifhi Siddiq, Pers adalah sebuah alat komunikasi massal yang
mempunyai fungsi mengumpulkan dan mempublikasikan informasi yang
terjadi dan merupakan sebuah lembaga yang berpengaruh dan menjadi
bagian integral dari masyarakat.
2. R. Eep Saefulloh Fatah, Pers merupakan pilar keempat demokrasi (the
fourth estate of democracy) dan mempunyai peranan penting dalam
membangun kepercayaan, kredibilitas, bahkan legitimasi pemerintah.
C. Karakteristik Pers
1. Periodesitas
Periodesitas artinya pers harus menerbitkan media secara teratur,
periodik, misalnya setiap hari, seminggu sekali, dua minggu sekali,
satu bulan sekali, atau tiga bulan sekali. Pers yang terbit setiap hari pun
harus tetap konsisten dengan pilihannya, apakah terbit setiap hari atau
pada sore hari. Sekali pagi hari seterusnya harus pagi hari. Begitu juga
sebaliknya, sekali sore hari, seterusnya harus sore hari.
2. Publisitas
Publisitas artinya produk pers ditujukan kepada publik atau
khalayak sasaran umum yang sangat heterogen secara geografis dan
psikogafis. Geografis menunjukan pada administrasi kependudukan,
seperti jenis kelamin, kelompok usia, suku bangsa, agama, tingkat
pendidikan, status perkawinan, tempat tinggal, pekerjaan atau profesi,
perolehan dan pendapatan.Psikografis menunjukan pada karakter, sifat
kepribadian, kebiasaan, adat istiadat, sebagai contoh orang kota rata –
rata memiliki tingkat mobilitas sangat tinggi di bandingkan dengan rata
– rata orang desa.
3. Aktualitas
Aktualitas berarti informasi apa pun yang di suguhkan media pers
harus mengandung unsur kebaruan, menunjukan kepada peristiwa
yang benar-benar baru terjadi atau yang sedang terjadi.
4. Universalitas
Universalitas berkaitan dengan kesemestaan pers dilihat dari
sumbernya dan dari keanekaragaman materi isinya. Dilihat dari
sumbernya, berbagai peristiwa yang dilaporkan pers berasal dari empat
penjuru mata angin dan beragam topik atau tema.
Dilihat dari materi isinya, sajian pers terdiri atas aneka macam
yang mencangkup tiga kelompok besar, yakni kelompok berita (news),
kelompok opini (views), dan kelompok iklan (advertising).
5. Objektivitas
Objektivitas merupakan nilai etika dan moral yang harus di pegang
teguh oleh pers atau media dalam menjalankan profesi jurnalistik.
Setiap berita yang disuguhkan itu harus dapat di percaya dan menarik
perhatian pembaca, tidak mengganggu perasaan dan pendapat mereka.
Pers yang baik harus dapat menyajikan hal-hal yang faktual apa
adanya sehingga kebenaran isi berita yang di sampaikan tidak
menimbulkan tanda tanya.
D. Fungsi Pers
1. Fungsi Pers sebagai Media Informasi
Salah satu fungsi pers yang paling penting adalah sebagai media
informasi. Masyarakat mempunyai hak untuk mengetahui informasi
mengenai berbagai hal, seperti informasi ekonomi, politik, hobi, dan
berbagai bidang lainnya.
Di samping itu, pers juga memiliki tanggung jawab dalam
menyebarkan beragam informasi untuk mendukung kemajuan masyarakat.
Oleh karena itu, pers juga berperan penting dalam proses pembangunan
yang tengah dilakukan setiap warga negara.
E. Tipologi Pers
Menurut Djen Amar (1984:31-32), kualitas pers dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok besar. Penjelasannya adalah
sebagai berikut:
1. Pers Berkualitas
Penerbitan pers berkualitas memilih cara penyajian yang etis,
moralis, intelektual. Pers berkualitas benar-benar dikelola secara
konseptual dan profesional walaupun orientasi bisnisnya tetap komersial.
Dalam pers jenis ini serius dalam segala hal dengan mengutamakan
pendekatan rasional institusional. Materi laporan, ulasan, dan tulisan pers
berkualitas termasuk berat. Sangat dihindari pola dan penyajian
pemberitaan yang bersifat emosional frontal.
Selain itu, pers jenis ini sangat meyakini pendapat kualitas, dan
kredibilitas media hanya bisa diraih melalui pendekatan profesionalisme
secara total. Penerbitan pers berkualitas, ditujukan untuk masyarakat kelas
menengah atas.
2. Pers Populer
3. Pers Kuning
1. Pers Komunitas
2. Pers Lokal
Dalam hal ini, pers lokal hanya beredar di sebuah kota dan
sekitarnya. Salah satu ciri pers lokal ialah 80 persen isinya didominasi oleh
berita, laporan, tulisan, dan sajian gambar bernuansa lokal.
Motivasi dan ambisi pers lokal adalah menjadi “raja” di kotanya
sendiri. pers lokal bisa disebut sebagai kamus dan cermin berjalan sebuah
kota karena apa pun peristiwa dan fenomena tentang kota tersebut, pasti
dijumpai di dalamnya. Sebagai contoh, mulai dari nomor-nomor telepon
penting sampai dengan tempat-tempat barang loakan termasuk buku-buku
tua, dapat dijumpai dengan mudah pada halaman-halaman media pers
lokal.
Pers lokal bisa juga disebut sebagai buku harian berwarna sebuah
kota. Di Indonesia, pers lokal dewasa ini tumbuh bagai jamur di musim
hujan. Kecenderungan demikian merupakan dampak positif dari reformasi
dan era otonomi daerah. Benar kata teori politik, pers hanya akan tumbuh
subur di atas tanah yang dipupuk dengan sistem politik, demokratis.
3. Pers Regional
4. Pers Nasional
5. Pers Internasional
2. Komersialisme
3. Profesionalisme
H. Manajemen Pers
Keempat komponen manajemen pers menjadi prinsip dasar untuk
membangun bisnis di bidang pers atau media massa. Berikut penjelasan
dari masing-masing komponen tersebut:
1. Perencanaan
Dalam perencanaan mencakup persiapan sumber daya manusia
berserta sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pers. Perencanaan
membahas hal-hal yang terkait dengan strategi dan bagaimana perusahaan
pers akan membuat, menjual dan mendistribusikan produknya.
2. Pengorganisasian
Pada komponen ini menyangkut struktur organisasi dalam pers
seperti redaksi, tata usaha/ pemasaran dan produksi/ percetakan. Ketiga hal
tersebut merupakan unsur dasar yang harus ada dalam sebuah bisnis pers.
Setiap bagian memiliki job description yang berbeda dan bertanggung
jawab terhadap tugas masing-masing.
3. Pelaksanaan
Segala perencanaan dan strategi yang sudah dibuat, kemudian
diimplementasikan atau dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang berlaku
di perusahaan pers. Pada tahap ini sangat menentukan keberhasilan bisnis
pers termasuk bagaiman pers dapat diterima di masyarakat.
4. Pengendalian
Dengan adanya UU yang memuat tentang kebebasan pers, tidak
berarti bisnis pers yang Anda jalankan bisa sepenuhnya bebas. Adanya
unsur pengendalian di dalam bisnis pers yang Anda kembangkan akan
membantu mempertahankan bisnis tersebut.
Media massa yang baik adalah media massa yang dapat diterima
masyarakat dan tidak mengganggu keamanan nasional, apalagi
mengandung konten-konten yang menyebabkan perpecahan di tengah
masyarakat.
I. Teori Pers
Menurut Siebert, Peterson dan Scharmm dalam bukunya “Four
Theories of the Press”, ada 4 macam teori pers, yakni Otoriter, Liberal,
Komunis, dan Memiliki Tanggungjawab Sosial.
1. Teori Pers Otoriter (Authoritarian Theory)
Teori pers yang pertama adalah teori pers otoriter atau teori
otoritarian. Menurut teori ini pers mempunyai tugas untuk mendukung dan
membantu politik pemerintah yang berkuasa untuk mengabdi kepada
negara.
Pada teori pers seperti ini, pers tidak boleh mengkritik alat alat
negara dan penguasa. Ditambah lagi pers jenis ini berada di bawah
pengawasan dan kontrol pemerintah. Itu artinya rakyat tidak memiliki hak
penuh dalam mengaspirasikan pendapatnya, ia tidak bisa memberikan
opininya melalui pers. Bila diketahui pemerintah, mungkin akan diciduk
dan dihukum oleh pemeritntah. Teori ini tumbuh pada abad ke-15 hingga
16 saat mesin cetak diciptakan oleh Johannes Gutenberg pada tahun 1454
dan masa itu kebanyakan negara otoriter .
2. Teori Pers Bebas (Libertarian Theory)
Teori pers yang kedua adalah teori pers liberal. Teori jenis ini
memiliki tujuan untuk melakukan pengawasan terhdap kinerja yang
dilakukan oleh pemerintah. Liberal dikenal dengan kebebasannya, namun
sebebas bebasnya pers dalam negara yang menganut demokrasi liberal,
pers tidak leluasa untuk “menfitnah”, menyiarkan tulisan cabul ataupun
untuk menghasut. Pers liberal beranggapan bahwa pers itu harus
mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya, hal ini bertujuan untuk
membantu manusia dalam mencari kebenaran. Kebebasan pers dengan
demikian dapat menjadi ukuran atas kebebasan yang dimiliki oleh
manusia.
Teori ini muncul pada abad ke-17 dan 18 yang disebabkan
berkembangnya kebebasan politik, agama dan ekonomi kala itu. Teori ini
menekankan pada kemerdekaan dan kebebasan individu, dan menghargai
rasionalisme serta memandang manusia sebagai makhluk rasional.
Teori pers yang ketiga adalah teori per komunis atau marxis. Teori
pers yang satu ini mulai berkembang sejak awal abad ke-20, sebagai akibat
dari sistem komunis uni soviet. Media massa pada pers teori ini berperan
sebagai alat pemerintah (partai) dan bagian integral dari negara, dan media
massa mau tidak mau harus tunduk kepada pemerintah. Teori ini disebut
juga dengan pers “totaliter soviet” atau teori pers komunis soviet.
Teori Pers Komunis Soviet ini tumbuh di Rusia, dua tahun setelah
revolusi Oktober 1917 dan teori ini berakar pada teori pers otoriter atau
penguasa (Authoritarian Theori) .
Pers Komunis, menuntut agar pers melakukan yang terbaik bagi
pemerintah dan partai politik, sedangkan apabila sebaliknya dianggap
sebagai bentuk perlawanan atau “immoral”. Pers dijadikan sebagai alat
indoktrinasi massa oleh partai.
Teori pers yang ke-empat adalah teori pers tanggung jawab sosial.
Pada teori ini pers adalah forum yang dijadikan sebagai tempat untuk
memusyawarahkan berbagai masalah dalam rangka tanggung jawab
terhadap masyarakat/orang banyak (sosial).
Teori ini muncul sekitar awal abad ke-20, teori ini muncul setelah
adanya protes terhadap kebebasan yang mutlak dari terori liberal. Teori
liberal memberikan kebebasan yang sebesar-besarnya, sehingga terjadi
kemerosotan moral pada masyarakat.
Teori tanggung jawab sosial berasumsi bahwa media massa
khususnya televisi dan radio merupakan frekuensi milik publik. Jadi,
apabila media massa dijadikan kendaraan politik suatu partai atau orang
maka sudah melanggar aturan dan norma-norma yang berlaku
dimasyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Iskandarwassid & Dadang Sunendar. 2016. Strategi Pembelajaran Bahasa.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.