MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Mata Kuliah Teori
Komunikasi Semester III pada Program Studi Ilmu Komunikasi
Di susun Oleh:
BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Sejak Indonesia merdeka hingga saat ini, telah berlaku empat macam
sistem politik dan sistem ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya,
sehingga dikenal juga dengan tiga macam sistem pers. Ketiga macam sistem
pers itu adalah Pers Merdeka yang berkaitan dengan masa perjuangan
(1945-1950) dan Demokrasi Liberal (1950-1959), Sistem Pers Terpimpin
yang terpaut dengan demokrasi Terpimpin (1950-1965), dan Sistem Pers
Pancasila yang bergandengan dengan Demokrasi Pancasila (1980-saat ini).
Pada masa itu, orde media di kuasai oleh penguasa. Media menjadi
corong pemerintahan Soeharto menggaungkan pembangunan nasional yang
besar-besaran. Dengan alasan stabilitas ekonomi politik dan keamanan,
media dan wartawan yang kritis bisa di penjarakan atau di berangus izin
SIUP-nya. Pers pancasila yang di lahirkan di era Orde Baru hanya sekedar
teori, nyatanya pers Indonesia hidup dalam Sistem Pers Otoritarian. Sistem
Pers Otoritarian itu di kendalikan oleh rezim yang otoriter pula. Bukan saja
media, kebebasan masyarakat untuk mengkritik dan berpendapat pun di
berangus. Banyak orang yang di penjara tanpa pengadilan hanya
karena vokal terhadap pemerintahan Soeharto. Alhasil, rezim itu berhasil
bertahan hingga 32 tahun.
PEMBAHASAN
Istilah “pers” berasal dari bahasa Belanda, yang dalam bahasa Inggris
berarti press. Secara harfiah pers berarti cetak dan secara maknawiah berarti
penyiaran secara tercetak atau publikasi secara dicetak (printed publication).
Susunan Kodrat
- Raga (an organik, vegetatif, animal)
- Jiwa (akal, rasa, kehendak)
Sifat Kodrat
- Individual
- Sosial
Kedudukan Kodrat
- Pribadi Mandiri
- Makhluk Tuhan
Sistem Pers Pancasila memiliki jati diri dengan adanya prinsip dasar
yaitu, bebas dan bertanggung jawab serta interaksi positif antara pers
dengan pemerintah dan masyarakat. Jati diri inilah yang membedakan
Sistem Pers Pancasila dengan sistem pers yang lain.
Jati diri yang pertama yakni pers yang bebas dan bertanggung jawab.
Kebabasan pers harus di jamin demi tegaknya demokrasi. Karena pers
menjadi pilar demokrasi ke-empat setelah eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Pers harus menjadi watch dog atau “anjing penjaga” yang selalu siap sedia
setiap kali ada yang janggal dalam penyelenggaraan negara oleh eksekutif,
legislatif, dan yudikatif tersebut. Pers juga harus menjembatani aspirasi
masyarakat agar cita-cita demokrasi tercapai. Namun pers pancasila
membatasi kebebasan itu dengan tanggung jawab, agar pers tidak semena-
mena dalam menjalankan kebebasannya.
Jati diri adalah adanya interaksi positif antara pers dengan pemerintah
dan masyarakat. Pola interaksi tersebut di kembangkan dengan menjalin
hubungan mitra secara struktural menjadi hubungan mitra secara fungsional
yaitu secara bersama-sama menegakkan keadilan dan kebenaran serta
bersama-sama mewujudkan kesejahteraan umum dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia sesuai dengan posisi dan fungsi masing-masing.
1. Jatuhnya sirkulasi
2. Jatuhnya pendapatan advertising
3. Difusi perhatian
4. Krisis yang berwenang
5. Ketidakmampuan atau keengganan jurnalisme mempertanyakan
struktur kekuasaan
Dari lima indikasi itu, saat ini pers di Indonesia cukup baik dalam hal
sirkulasi dan pendapatan adversiting. Tiga indikasi lainnya mengarah ke arah
krisis jurnalisme yang mengakibatkan pula krisis pers pancasila.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah tersusunnya makalah ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa
pers terjadi menjadi dua pengertian. Pertama, pengertian pers luas. Dalam
pengertian luas, pers mencakup semua media komunikasi massa, seperti
radio, televisi, dan film yang berfungsi memancarkan atau menyebarkan
informasi, berita, gagasan, pikiran, atau perasaan seseorang atau
sekelompok orang kepada orang lain. Maka di kenal adanya istilah jurnalistik
radio, jurnalistik televisi, jurnalistik pers. Kedua, dalam pengertian sempit,
pers hanya di golongkan produk-produk penerbitan yang melewati proses
percetakan, seperti surat kabar harian, majalah mingguan, majalah tengah
bulanan dan sebagainya yang di kenal sebagai media cetak. Juga Pers
mempunyai dua sisi kedudukan, yaitu pertama merupakan medium
komunikasi yang tertua di dunia dan kedua, pers sebagai lembaga
masyarakat atau institusi sosial merupakan bagian integral dari masyarakat,
dan bukan merupakan unsur yang asing dan terpisah dari padanya. Dan
sebagai lembaga masyarakat yang mempengaruhi dan di pengaruhi oleh
lembaga- lembaga masyarakat lainnya. Kemudian Pancasila itu sendiri
Secara etimologis kata Pancasila berasal dari istilah Pancasyila yang
memiliki arti secara harfiah dasar yang memiliki lima unsur, yang mana unsur
yang terkandung dalam sila-sila pancasila sampai saat ini. Pers Pancasila
bisa kami artikan sebagai media komunikasi secara tertulis maupun secara
elektronik yang berasaskan pancasila.
DAFTAR PUSTAKA
Hal 373.
Arief, Yovantra, dan Utomo. 2015. Orde Media. Jakarta:INSIST Press, Hal. 9.