Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DASAR DASAR JURNALISTIK


Dosen Pengampu Mata Kuliah : Rahmi, S.Ikom., M.Ikom

SISTEM PERS INDONESIA

Disusun Oleh:

Nama : IKA KUSMIATI


NIM : 2202038

Prodi Ilmu Komunikasi


JURUSAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAL MBOJO BIMA
TAHUN AKADEMIK 2023

1
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Pers
Indonesia” ini tepat pada waktunya dalam mepmenuhi tugas mata kuliah Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, karena kami masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Untaian terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin.

Penyusun,

2
Daftar Isi
1. Kata Pengantar ..................................................................................... 2
2. Daftar Isi .............................................................................................. 3
3. BAB I Pendahuluan ............................................................................. 4
a. Latar Belakang ............................................................................. 4
4. BAB II Pembahasan ............................................................................ 5
a. Bagaimana sejarah pers di Indonesia ............................................. 6
b. Bagaimana Sistem Pers di indonesia ............................................. 6
5. BAB III Penutup ..................................................................................
a. Kesimpulan .................................................................................... 10
6. Daftar Pustaka ...................................................................................... 11

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemerdekaan Indonesia membawa berkah bagi jurnalisme. Pemerintah Indonesia
menggunakan Radio Republik Indonesia sebagai media komunikasi. Menjelang
penyelenggaraan Asian Games IV, pemerintah memasukkan proyek televisi. Sejak tahun
1962 inilah Televisi Republik Indonesia muncul dengan teknologi layar hitam putih
Masa kekuasaan presiden Soeharto, banyak terjadi pembredaran media massa. Kasus Harian
Indonesia Raya dan Majalah Tempo merupakan dua contoh kentara dalam sensor kekuasaan
ini. Kontrol ini dipegang melalui Departemen Penerangan dan Persatuan Wartawan
Indonesia (PWI). Hal inilah yang kemudian memunculkan Aliansi Jurnalis Indepen yang
mendeklarasikan diri di Wisma Tempo Sirna Galih, Jawa Barat. Beberapa aktivisnya
dimasukkan ke penjara.
Titik kebebasan pers mulai terasa lagi saat BJ Habibie menggantikan Soeharto. Banyak
media massa yang muncul kemudian dan PWI tidak lagi menjadi satu-satunya organisasi
profesi. Kegiatan jurnalisme diatur dengan Undang-Undang Penyiaran dan Kode Etik
Jurnalistik yang dikeluarkan Dewan Pers.
Di Indonesia, perkembangan kegiatan jurnalistik diawali oleh Belanda. Beberapa pejuang
kemerdekaan Indonesia pun menggunakan jurnalisme sebagai alat perjuangan. Di era-era
inilah Bintang Timur, Bintang Barat, Java Bode, Medan Prijaji, dan Java Bode terbit.
Pada masa pendudukan Jepang mengambil alih kekuasaan, koran-koran ini dilarang.
Akan tetapi pada akhirnya ada lima media yang mendapat izin terbit: Asia Raja, Tjahaja,
Sinar Baru, Sinar Matahari, dan Suara Asia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah pers di Indonesia ?
2. Bagaimana Sistem Pers di indonesia ?

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PERS

Pers merupakan salah satu lembaga dalam masyarakat yang menjembatani informasi
antara masyarakat dan pemerintah, melaui media massa. Dalam UU Pers Nomor 40 tahun
1999, pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan
jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta
data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media
elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia Pers sangat identik dengan media massa
sebagai komponent utamanya. Marshall Mc. Luhan dalam Nurudin (2003) menyebut media
massa sebagai the exetension of man (media adalah eksistensi manusia). dengan kata lain,
media adalah perpanjangan dan perluasan dari kemampuan jasmani dan rohani manusia.
Berbagai keinginan, aspirasi, pendapat, sikap perasaan manusia bisa disebarkan melalui pers.
Pers dapat pula menjadi penyalur aspirasi masyarakat kepada pemerintah atau penguasa
demikian pula sebaliknya pers dapat menjadi corong untuk menyebarluaskan kebijakan-
kebijakan pemerintah yang akan disampaikan kepada masyarakat.

Pers adalah setiap kegiatan dalam mengelola informasi, dalam artian informasi apa
saja, mulai dari membaca surat kabar, menonton televisi di depan ruang tamu, ataupun hanya
sekedar berselancar di internet, kesemua kegiatan ini membuat kita bersentuhan kepada hal
yang disebut dengan media atau pers. Istilah pers berasal dari bahasa Belanda, yang berarti
dalam bahasa Inggris berarti press Secara harfiah pers berarti cetak, dan secara maknafiah
berarti penyiaran secara tercetak atau publikasi secara dicetak (Effendy, 1994).

2.2 KARAKTERISTIK DAN FUNGSI PERS


2.21 Karakteristik Pers
Pers Indonesia sebagai lembaga sosial serta sebagai alat komunikasi massa. Dalam
Undang-Undang No.11 Tahun 1966 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pers, tanggal 12
Desember 1966, dirumuskan bahwa pers adalah lembaga kemasyarakatan, alat revolusi

5
yang mempunyai karya sebagai salah satu media komunikasi massa yang bersifat umum,
berupa penerbitan yang teratur waktu terbitnya, diperlengkapi atau tidak diperlengkapi
dengan alat-alat sendiri berupa percetakan, alat-alat foto, klise, mesin-mesin stensil atau
alat-alat teknik lainnya. Kemudian dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 1982 Tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pers, frasa alat revolusi diganti menjadi alat perjuangan
nasional Namun pengertian tentang pers mengalami perubahan substansial dalam Undang-
Undang No.40 Tahun 1999 Tentang Pers.

Berdasarkan ketiga Undang-Undang tersebut, terdapat pergerasan pengertian Pers


dalam arti yang lebih luas, terutama perubahan dari pers sebagai alat revolusi, menjadi alat
perjuangan nasional, dan berubah lagi menjadi wahana komunikasi massa yang
melaksanakan kegiatan jurnalistik, sehingga pers tidak lagi berarti hanya sebagai media
cetak, tetapi juga dapat menjangkau media elektronik (radio dan televisi) dan segala jenis
saluran yang tersedia (internet). Dengan demikian pers memiliki empat makna yaitu:

a. Pers sebagai lembaga kemasyarakatan

b. Pers sebagai alat revolusi atau alat perjuangan nasional

c. Media komunikasi massa

d. Media yang melaksanakan kegiatan jurnalistik

Untuk itu perlu dipaparkan terlebih dahulu tentang pets sebagai lembaga
kemasyarakat atau lembaga sosial dan pers sebagai media komunikasi dan kegiatan
jurnalistik. Sedangkan pers sebagai alat revolusi atau perjuangan akan tergambar dalam
uraian tentang dinamika pers Indonesia sebagai berikut:

a. Pers sebagai lembaga sosial

alam sistem pers Indonesia dirumuskan bahwa pers adalah lembaga kemasyarakatan
atau lembaga sosial (social institution) yang memiliki sifat-sifat kelembagaan (institutional
character), karena menyelenggarakan dan melayani informasi dengan cepat dan teratur
secara melembaga. Informasi yang disalurkan dan discharluaskan olch pers pada khalayak
(audience) heterogen dan anonim itu di olah dalam sebuah organisasi uang dapat
melibatkan pembiayaan yang besar. Karena itu pers kemudian berkembang sebagai
industri jasa yang bersifat otonom dan profesional serta mendatangkan keuntungan
6
finansial. Perkembangan pers sebagai industri memberikan makna bahwa pers melayani
kepentingan bisnis, sebagaimana yang telah lama terjadi dinegara kapitalis demikian juga
pers dapat melayani kepentingan para pejuang kemerdekaan seperti yang pernah terjadi di
Indonesia pada masa sebelum dan awal kemerdekaan.

b.Pers Sebagai Media Komunikasi Massa

Dalam massa itu terdapat publik, maka pers juga disebut sebagai media publik.
Sebagai pers atau media publik yang tertua dan sekaligus sebagai media cetak yang
bersifat visual, pers memiliki kelemahan dan keunggulan sekaligus Kelemahan yang
melekat pada pers yang meliputi surat kabar dan majalah adalah hanya dapat dibaca dan
tidak meiliki aspek hunyi suara manusia, sehingga kurang persuasif dan aspek hiburannya
sangat lemah. Dengan demikian dalam menggugah dan menyentuh emosi serta sentimen
khalayak, surat kabar dan majalah hanya bersifat sederhana dan tidak terlalu mengikat
publik. Dan memiliki keunggulan lain sebagai alat komunikasi massa yang mewakili
media dari golongan the printed writing (yang berbentuk tulisan) atau media dari golongan
the visual media (yang hanya dapat ditangkap oleh mata), yaitu dapat dibaca kapan saja
dan dimana saja. Surat kabar dan majalah juga relatif lebih mampu membawakan materi
yang panjang dan masalah yang kompleks.

c. Pers sebagai kegiatan jurnalistik

Pada awalnya kegiatan jurnalistik itu dilaksanakan dalam surat kabar (news paper).
Kini kegiatan jrunalistik itu tidak hanya menggunakan media cetak seperti surat kabar,
tetapi juga dilaksanakan dengan menggunakan media elektronik seperti film dalam bentuk
film berita dan seperti radio dan televisi dalam bentuk siaran berita atau reportase.
Kegiatan jurnalistik itu dapat juga dilaksanakan melalui saluran lainnya seperti media
sosial atau internet, seperti jurnalistik dotcom (dotcom jurnalism). Perkembangan itu
berkaitan dengan kemajuan teknologi komunikasi dan demokrasi, terutama dalam upaya
penerapan kebebasan informasi (freedom of information) yang mencakup kebebasan pers
(freedom of the perss).

7
2.2.2 Fungsi Pers
Fungsi yang diharapkan dari pers adalah;

o fungsi menyiarkan informasi. Informasi tersebut berupa gagasan mengenai apa yang
dilakukan orang lain, apa yang Dikatakan orang lain, dan lain sebagainya.
o fungsi mendidik. Fungsi ini dapat bersifat iplisit dalam bentuk berita ataupun
eksplisit dalam bentuk artikel atau tajuk rencana
o Fungsi memengaruhi. Fungsi yang menyebabkan surat kabar mempunyai peranan
penting dalm kehidupan masyarakat.

2.3 Sistem Pers di Indonesia

Setiap Negara memiliki sistem pers sendiri-sendiri dikarenakan perbedaan dalam tujuan,
fungsi, dan latar belakang sosial politik yang menyertainya. Nilai, filsafat dan ideologi suatu Negara
juga telah berperan besar dalam mempengaruhi sebuah pers. Ini berarti bahwa sistem yang
dikembangkan juga berbeda, termasuk didalamnya adalah sistem persnya. Erat kaitannya dengan itu,
pola hubungan segi tiga antara pemerintah, pers dan masyarakat jung berbeda. Fred Sichert. Wilbur
Schramm, dan Theodore Peterson dalam bukunya Fourth Theories Of The Press (1963) mengamati
setidak-tidaknya ada empat kelompok besar teori (sistem) pers, yakni sistem pers otoriter
(authoritarian), sistem pers liberal (libertarian), sistem pers komunis (Marxist) dan sistem pers
tanggungjawab social (social responsibility) (Rachmadi, 1990).

Sistem pers Indonesia adalah sistem pers Pancasila. Apa yang diberitakan olch pers harus bisa
dipertanggungjawabkan pada masyarakat. Adapun tanggung jawab itu ada satu dasar ideologi yang
diyakini, yakni Pancasila. Sistem Pers Indonesia mendekati teori tanggung jawab sosial, akan tetapi
sistem pers Indonesia tidak identik dengan teori tanggung jawab social Sistem pers Indonesia
memiliki kekhasan karena ideologi dan falsafah Negara Indonesia yakni Pancasila dan budaya
masyarakat Indonesia yang khas pula.

2.4 Analisis Sistem Pers Indonesia

McQuail (1991:95), menambahkan dua teori pers, yaitu teori pers pembangunan dan teori pers
partisipan demokratik untuk sebuah negara.

8
1.) Teori Media Pembangunan Teori media pembangunan disebut juga dengan otoritarisme dalam
artian baik (authoritarianism for a good cause) yang mendukung pembangunan ekonomi dan
pembangunan bangsa atau national building. Salah satu badan dunia PBB yaitu UNESCO
memandang teori media pembangunan dalam konteks dominasi Barat dalam pencarian berita
internasional serta berita kabel, dan dalam kerangka terminologi budaya majemuk, hak untuk
berkomunikasi, dan untuk mempertahankan perbedaan budaya global. McQuail (2005)
mengemukakan pendekatan teori media pembangunan meliputi:
o Media hendaknya menerima dan melaksanakan tugas pembangunan positif sejalan dengan
kebijaksanaan yang ditetapkan secara nasional
o kebebasan media hendaknya dibatasi sesuai dengan prioritas ekonomi dan kebutuhan
pembangunan masyarakat.
o Media perlu memprioritaskan isinya kepada kebudayan dan bahasa nasional
2.) Teori Media Demokratik-Partisipan Teori media demokratik-partisipan muncul dalam
masyarakat liberal sebagai respon terhadap teori pers bebas dan teori tanggung jawab sosial.
Teori ini memberikan hak untuk berkomunikasi kepada seluruh warga Negara apakah itu
sebagai individu atau kelompok dan mengharuskan media melayani kebutuhan khalayak. Inti
dari teori media demokratik partisipan adalah kebutuhan, kepentingan, dan aspirasi penerima
dalam masyarakat politik. Hal ini terkait dengan hak atas informasi yang relevan, hak untuk
menjawab kembali, hak untuk menggunakan sarana komunikasi untuk berinteraksi dalam
kelompok masyarakat berskala kecil serta kelompok kepentingan subbudaya McQuail (2005)
mengemukakan pendekatan teori demokratik partisipan meliputi:
 Warga Negara secara individu dan kelompok minoritas memiliki hak pemanfaatan media
(hak untuk berkomunikasi) dan hak untuk dilayani oleh media sesuai dengan kebutuhan
yang mereka tentukan sendiri.
 Organisasi dan isi media hendaknya tidak tunduk pada pengendalian politik yang
dipusatkan atau pengendalian birokrasi Negara.
 Media hendaknya ada terutama untuk andiensnya dan bukan untuk organisasi media, para
ahli, atau nasabah media tersebut.
 Kelompok, organisasi, dan masyarakat lokal hendaknya memiliki media sendiri.

Sehingga ketika pers atau media massa di Indonesia telah memasuki era reformasi, dimana era
reformasi ini, pers diberikan kebebasan. Kebebasan ini bukan berarti bebas menyebarluaskan berita atau
informasi apapun, melainkan bebas yang adil dan bertanggung jawab sesuai teori sistem pers tanggung
jawab sosial yang ditulisakkan Siebert, Peterson, dan Schramm bahwa pers harus memberikan
informasian dengan standar kebenaran, akurasi, objektivitas serta keseimbangan Teori pers
9
pembangunan okh McQuail dikaitkan dengan negara-negara dunia ketiga yang tidak memiliki ciri-ciri
sistem komunikasi yang sudah maju pada tahun 1967, dengan berdirinya Press Foundation of Asia
menawarkan konsep jurnalisme pembangunan yang mendapat sambutan bagi negara-negara
berkembang.

Dalam koridor pers pembangunan yang memberikan kebebasan semu terhadap jurnalis, maka
sesungguhnya semua informasi yang didifusikan oleh media massa, telah melalui proses pengawasan
yang berlapis, sehingga berita yang munculpun sesuai dengan kehendak pemegang kekuasaan.
Implikasinya, berita yang mengungkap tentang kegagalan penguasa dalam meberikan pelayanan publik
yang lebih baik tidak akan muncul. Sebaliknya berbagai entitas di masyarakat yang tidak schaluan
dengan politik pemerintah, akan terus dieksplorasi dari sisi yang membahayakan negara. Dalam
belenggu sensor yang ketat, masyarakat yang merasa tidak puas kepada negara, sulit untuk
menyuarakan pendapatnya di media massa.

Mengingat eksistensi berbagai peraturan sudah mengarah untuk menempatkan media dalam posisi yang
independen, demokratis dan transparan, maka pemerintah dengan segala otoritas yang dimiliki, harus
mau memposisikan media sebagai institusi bebas, yang tidak bisa dipakai sebagai instrument politik
dalam menjalankan kekuasaan. Memang pemerintah dan media massa, mempunyai hubungan yang
signifikan karena keduanya memiliki kekuatan. Namun yang menjadi persoalan adalah, relasi antara
media massa dan pemerintah tidak selalu berjalan baik, karena dipengaruhi oleh berbagai kepentingan.
Jika merujuk kepada kebebasan berekspresi dan kemerdekaan menyampaikan pendapat, maka dinamika
media massa di Indonesia pasca reformasi politik berjalan seiring dengan dengan teori pers bebas atau
demokratis.
B.Sistem Pers di Indonesia
Menurut William A. Hachten (dalam bukunya yang berjudul “The World News Prism”) ada
lima system pers di dunia, yakni:
Pers Otoriter
Pers L iberal
Pers komunis
Pers Revolusioner
Pers pembangunan
Sementara Fred. S. Siebert, Theodore B. Peterson, dan Wilbur Schram (dalam bukunya “Four
Theories of The Pers”) menyebutkan bahwa ada empat konsep atau teori pers yang berlaku di dunia,
yakni:
1. Teori Otoritarian (akhir renaissance)
10
Memberikan asumsi bahwa pemerintah adalah mutlak yang berarti bahwa kebijakan-
kebijakannya adalah terlalu sulit untuk dipertanyakan. Peranan media dalam masyarakat seperti ini
adalah sangat tunduk kepada pemerintah.
Ciri-cirinya:
 Kebenaran dari lingkaran pusat kekuasaan.
 Pers milik kantor kerajaan.
 Pers swasta ada hanya dengan ijin khusus. Bertanggung jawab kepada raja atau Negara.
Dalam Teori otoritarian, setiap teori tentang hubungan komunikasi yang terorganisasi
dimana pers menjadi bagiannya akan ditentukan oleh asumsi dasar filosofi dasar tentang manusia
dan Negara sebagai berikut:
a) Hakikat manusia: manusia dapat mencapai potensi sepenuhnua hanya apabila
manusia itu menjadi anggota masyarakat. Manusia sebagai individu bidang kegiatannya
terbatas.
b) Hakikat masyarakat: manusia sebagai anggota masyarakat atau kelompok yang
terorganisasi akan mampu mencapai tujuan hidupnya, bahkan tak terukur.dengan asumsi
seperti ini, maka kelompok lebih penting daripada perseorangan karena hanya melalui
kelompoklah tujuan perseorangan dapat tercapai.
c) Hakikat Negara: Negara adalah ekspresi tertinggi dari organisasi kelompok
manusia, menggungguli perseorangan dalam segala skala nilai.tanpa Negara perseorangan
tidak sanggup mengembangkan atribut-atribut manusia yang berbudaya. Ketergantungan
perseorangan terhadap Negara dalam mencapai dan mengembangakan peradapan muncul
sebagai formula umum dari sistem otoriter.

2. Teori Libertarian
Dalam teori ini sangat berbeda atau bertolak belakang dengan teori otoritarian. Jika teori
otoritarian dikuasai oleh Negara, maka teori libertarian lebih dikuasai oleh golongan pengusaha
bermodal besar. Media massa memiliki kebebesan yang luar biasa dan dalam suasana yang nyaris
tak terkendali bagi kepentingan mengekspresikan dan bertukar pendapat.
Ciri-cirinya:
1. Kebenaran milik massa,berdasarkan pilihannya atas beberapa alternative. Tidak mutlak dari
Negara.
2. Pers sebagai mitra pencari kebenaran. Bukan instrumen penguasa.
11
3. media massa sebagai ide dan pendapat.
4. tanggung jawab sosial :
 kebenaran adalah alternative yang dimunculkan/ sindikat media massa.
 Siapa, fakta bagaimana, versi bagaimana yang disajikan ditentukan oleh pemilik
media.
 invasi seseorang tidak dilayani demi perlindungan hak umum.

Teori libertarian ini didasari oleh asumsi-asumsi dasar filosofis sebagai berikut:
a) Hakikat manusia: manusia seperti hewan rasional dan mimiliki tujuan
sendiri.walaupun manusia sering melatih kemampuannya untuk berfikir
yang diberikan tuhan kepadanya untuk memecahkan suatu masalah yang
dihadapi, pada akhirnya mereka mampu menghimpun keputusan secara
terpisah.
b) Hakikat masyarakat: tujuan masyarakat adalah kabahagian dan
kesejahteraan manusia dan sebagai organisme yang dapat berpikir ia
sanggup mengorganisasi dunia sekelilingnya dan membuat keputusan yang
dapat mendukung kepentingannya. Fungsi utama masyarakat adalah untuk
memajukan kepentingan anggotanya serta menciptakan perlindungan agar
masyarakat tidak mengambil ahli peran utama dan menjadi tujuan itu
sendiri.
c) Hakikat Negara: Negara merupakan alat yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat untuk mencapai tujuan. Negara menyediakan lingkungan bagi
masyarakat dan perorangan sehingga mereka dapat menggunakan
kemampuannya sendiri untuk mencapai tujuan.
d) Hakikat pengetahuan dan kebenaran: tindakan manusia yang menggunakan
panca indera untuk memecahkan permasalahan menjadi nyata. Kebenaran
adalah suatu yang dapat ditemukan dan diperlihatkan kepada manusia lain
untuk diperdebatkan dan melalui musyawarahakan dapat mengakhiri
peredebatan dan hasinya dapat diterima oleh akal.
3. Teori social responsibility
Bagi teori ini walaupun berasumsi pers punya hak untuk mengkritik pemerintah dan lembaga
lain, ia juga harus bertanggung jawab untuk memelihara demokrasi dengan menginformasikan
12
secara benar kepada masyarakat serta dengan memberi tanggapan terhadap apa yang dibutuhkan
dan diinginkan oleh masyarakat. Atau dengan kata lain teori ini lebih memberikan porsi lebih
penting terhadap hak warga Negara bagi perolehan akses informasi untuk menyatakan kebebasan
perpendapat. Konsep social responsibility atau pertanggungjawaban sosial tersebut lebih sesuai
karena ada persamaan tujuan dalam semangat memelihara kesatuan dan persatuan bangsa.
Fungsi teori social responsibility:

1. Mengabdi kepada sistem politik dengan menyajikan informasi, diskusi


dan debat mengenai persoalan – persoalan umum.
2. Memberipenerangan kepada khalayak sehingga menimbulkan
kemampuan untuk berpemerintahan sendiri.
3. Melindungi hak-hak perorangan dengan mengabdikan diri sebagai
penjaga menghadapi pemerintah.
4. Mengabdi system ekonomi terutama menghubungkan para pembeli dan
penjual barang dan jasa melalui periklanan.
5. Menyajikan hiburan.
6. Memelihara cukupnya kebutuhan sendiri dalam hal financial sehingga
bebas dari tekanan- tekanan pihak tertentu.
4. Teori soviet comunis

Teori ini berkembang di Uni soviet, maka teori pers ini sekarang lebih tepat disebut teori pers
komunis. Teori pers komunis menempatkan pers sebagai alat partai politik yang berkuasa, dan
karena itu pers merupakan pelayan Negara, seperti teori pers otoriter.
Pers komunis dianggap sebagai alat untuk menginterprestasi doktrin, melaksanakan kebijakan kelas
pekerja atau militant. Jelaslah menurut Marx, sesuai dengan determinisme bahwa kontrol pers akan
dipegang oleh mereka yang memiliki fasilitas seperti para pencetak, penerbit stasiun siaran, dan
sebagainya. Selama kelas kapitalis mengontrol perangkat fisik ini, maka kelas pekerja tidak akan
pernah mendapat kesempatan seimbang untuk menggunakan seluruh komunikasi.
Sejak awal tradisi marxis telah memperlihatkan otoranisme, kecenderungan membuat
perbedaan yang keras dan tajam antara yang salah dan benar.pandangan umum yang diwariskan
marx kepada orang Rusia terlihat kesalahpahaman antara Uni Soviet dan Amerika Serikat. Orang
Amerika biasa berpikir bahwa orang sebaiknya mempunyai ide dan nilai yang berbeda, dengan
13
demikian menggalakkan seni bermusyawarah serta pemerintah mayoritas. Sedangkan Rusia biasa
berpikir bahwa orang-orang seharusnya tidak berbeda pandangan, musyawarah tanda kelemahan,
dan hanya ada satu pandangan yang benar yang dapat dipertemukan dan dipertahankan, disebarkan,
dan digalakkan. Dalam sikap umum inilah marx mengembangakan konsep tentang perubahan sosial
dalam pengertian Dinamikanya (dialektikanya), motivasinya (Determinisme materialistik), dan
tujuannya ( kemenangan kelas pekerja dan akhirnya masyarakat tanpa kelas). Perubahan itu tidak
hanya terjadi di bidang politik saja atau bidang ekonomi saja, akan tetapi semua komponen
kebudayaan lainnya juga akan berubah seperti seni, agama, dan filsafat. Bagi marx Negara hanyalah
alat bagi kelas masyarakat untuk menguasai kelas lainnya. Dengan demikian masyarakat tanpa
kelas artinya masyarakat tanpa Negara. Satu hal yang jelas konep Marxis mengenai persatuan dan
pembedaan antara kebenaran dengan ketidakbenaran tidak memungkinkan pers berfungsi sebagai
lembaga sosial yang bebas mengkritik pemerintah dan bertindak sebagai forum bebas. Pers komunis
dianggap sebagai alat untuk menginterprestasi doktrin, melaksanakan kebijakan kelas pekerja atau
militant.
Bagaimana dengan pers di Indonesia? Pengertian pers di Indonesia sudah jelas sebagaimana
tercantum pada Undang-undang noner 40 tahun 1999, seperti tersurat sebagai berikut:

“ Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik
meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi
baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya
dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia”.
Definisi pers tersebut menunjukan bahwa pers di Indonesia tegas-tegas merupakan lembaga
kemasyarakatan bukan lembaga pemerintah. Dengan kata lain, pers kita menganut teori tanggung
jawab sosial.
Pers di Indonesia adalah pers pancasila dalam arti pers yang orientasi, sikap, dan tingkah
lakunya berdasarkan pada nilai-nilai pancasila dan UUD 1945 dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat, berbangsa, dan bernegara termasuk pembangunan pers itu sendiri.
Sistem pers pancasila adalah sistem pers yang digunakan di Indonesia yang merupakan
salah satu dari sebelas sistem ketatanegaraan. Sebelas sistem menurut UUd 1945 adalah:
 Sistem Undang –Undang.
 Sistem Negara.
 Sistem Keuangan.
14
 Sistem Pemerintahan.
 Sistem Kehakiman.
 Sistem Kewarganegaraan.
 Sistem Keagamaan.
 Sistem Pertahanan Negara.
 Sistem Pendidikan dan Kebudayaan.
 Sistem Kesejahteraan Sosial yang meliputi ekonomi.
 Sistem Integrasi.
.

15
BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Sejarah pers Indonesia tidaklah sepanjang sejarah pers bangsa—bangsa yang lebih dahulu
memerdekakan dirinya. Jika kita merunut titik pangkalnya, awal pers di Indonesia
memainkan peranan dalam memberikan pencerahan pada masyarakat bermula pada masa,
ketika Belanda menjajah Indonesia. Dalam masa-masa penjajahan, kemunculan pers
pribumi ditujukan untuk memotivasi, menyentil memberikan pendidikan politik dan
membakar perasaan rakyat agar mau berjuang melepaskan diri dari penjajahan. Agar lekas
memperoleh kemerdekaan.

B.SARAN
Dengan mempelajari sejarah pers, diharapkan kita dapat mengetahui bagaimana
perkembangan pers dari zaman penjajahan hingga sekarang dan kitapun dapat mengetahui
bagaimana system pers yang berjalan selama ini.
Dengan demikian, pers sangat penting bagi masyarakat untuk mengetahui berita – berita
yang ada di dunia khususnya di Indonesia ini. Dan kita dapat menimbulkan rasa persatuan
dan kesatuan terhadap bangsa Indonesia
.

16
DAFTAR PUSTAKA
1. Agus Sudibyo, 2001, Politik Media dan Pertarungan Wacana, LkiS, Yogyakarta.
2. Nurudin, 2004, Sistem Komunikasi Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta
3. Harris Sumadiria, 2005, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana, Simbiosa Rekatama
Media, Bandung.
4. Tribuana Said, 1988, Sejarah Pers Nasional dan Pembangunan Pers Pancasila, CV
Haji Masagung, Jakarta.
5. Maswadi Rauf, 1993, Indonesia dan Komunikasi Politik, Gramedia, Jakarta.
6. Undang-undang nomer 40 tahun 1999.

17

Anda mungkin juga menyukai