MAKALAH
FAKULTAS TARBIYAH
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat, taufik, serta
Hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
bertema “ Etika Pers”
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang….........................................................................................1
B. Rumusan Masalah………………................................................................2
C. Tujuan Masalah…………………………....................................................2
BAB II PEMBAHASAN…………………………….............................................3
A. Pengertian Pers……………………...……….............................................3
A. Kesimpulan………………………………................................................13
B. Saran………………………………………………………………..........14
DAFTAR RUJUKAN……………………………...............................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Reni Triwardani, “Pembreidelan Pers Di Indonesia Dalam Perspektif Politik Media,” Jurnal Ilmu
Komunikasi Vol. 7 No.2 (Desember 2010). Hlm.189
3
B. Fungsi dan Peran Pers {point 2} Siti Khoirotul Umamah
4
C. Kriteria Dan Jenis Delik Pers {point 3} Nadika
Kasus kasus yang berkaitan degan pers lazim disebut delik pers.
Istilah delik pers sebenarnya bukan merupakan terminology hukum,
melainkan hanya sebutan dan konvensi dikalangan masyarakat,
khususnya praktisi dan pengamat hukum. Delik pers bagian dari delik
khususnya yang berlaku umum. Karena yang sering melakukan
pelanggaran atas delik itu adalah pers, maka tindak pidana itu
medikatakan sebagai delik pers. Jadi, sama dengantindak pidana yang
dilakukan umum atau delik yang berlaku bagi umum tentang
penghinaan, pencemaran nama baik, fitnah kesusilaan. Tetapi kalau
dilakukan oleh pers disebut delik pers.
5
a. apakah wartawan yang bersangkutan mengetahui
sebelumnya isi berita dan tulisan dimaksud.
Terdapat dua jenis delik pers, delik aduan dan delik biasa. Delik
aduan berarti kasus pers baru muncul hanya apabila ada pihak yang
mengadukan kepada pihak kepolisian akibat suatu pembertaan pers.
Jadi selama taka da pihak yang mengadu, pers tidak bisa digugat,
dituntut atau diadili. Delik biasa berarti kasus per situ muncul dengan
sendirinya tanpa didahului dengan munculnya pengaduan dari pihak
yang mersa dirugikan aibat pemberitaan pers. Delik biasa, terutama
berkaitan dengan lembaga kepresidenan. Artinya tanpa pengaduan dari
pihak manapun, kalau suatu pemberitaan pers dianggap melakukan
penghinaan terhadap presiden atau wakil presiden, maka aparat
kepolisian secara otomatis akan memprosesnya secara hukum.
6
KUHP. Semua pasal ini dianggap kalangan pakar, pengamat, dan
praktisi pers, sebagai proses sistematis kea rah kriminalisasi.
7
kekerasan atau tekanan terhadap wartawan dan atau media pers yang
oleh aparat Negara atau kelompok masyarakat. Penyelesaian yang
dilakukan dewan pers untuk menindaklanjuti pengaduan tersebut ialah:
3
Ibid, hlm. 235-236
8
5. Dalam rangka mengungkap kebenaran dan tegaknya prinsip-prinsip
proses hukum yang wajar (due process of law) pers sebaiknya mencari
dan menyiarkan pula keterangan yang diperoleh di luar sidang, apabila
terdapat petunjuk-petunjuk tentang adanya sesuatu yang tidak beres
dalam keseluruhan proses jalannya acara.
7. Untuk menghindari trial by the press nada dan gaya dari tulisan berita
jangan sampai ikut menuduh, membayangkan bahwa tertuduh adalah
orang jahat dan jangan menggunakan kata-kata sifat yang mengandung
opini, misalnya memberitakan bahwa “saksi-saksi memberatkan
terdakwa” atau “tertuduh memberikan keterangan yang berbelit-belit”.
9
Kode etik jurnalistik yang merupakan pengganti dari kode etik
wartawan In-donesia, merupakan landasan hukum bagi setiap wartawan.
Dengan demikian, kodeetik jurnalistik adalah standar nilai yang haras
dijadikan acuan bagi wartawan dalammenjalankan profesi kewartawanan.
Secara sederhana dapat dipahami, bahwaseorang wartawan yang tidak
memaliami kode etik jurnalistik, sama halnya merekabelum mempunyai
tujuan dan acuan hidup kewartawanan. Sebaliknya, seseorangyang
senantiasa taat paturan yang ada dalam kode etik jurnalistik, dapat
dinilaisebagai orang yang menghormati hak dan kewajiban pers. Ini berarti
mereka tergolongprofessional dalam menjalankan tugas kewartawanan.
4
Hamdan Daulay, Kode Etik Jurnalistik dan Kebebasan Pers di Indonesia ditinjau dari perspektif
islam, (Jurnal Penelitian Agama, vol. xvII no.2: 2008), hlm. 302-304.
10
wartawandari segala macam resiko kekerasan atau intimidasi dari berbagai
pihak.
11
d. Tanggungjawab, yaitu kemampuan memenuhi kewajiban-
kewajiban ataubertindak tanpa penuntunan dari atas, penciptaan
serta penerapan suatu kodeetik
5
Ibid, hlm. 306-305.
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Istilah “pers” berasal dari bahasa Belanda, yang dalam bahasa
Inggris berarti press. Secara harfiah pers berarti cetak dan secara
maknawiah berarti penyiaran secara tercetak atau publikasi secara dicetak
(printed publication). Dalam perkembangannya pers mempunyai dua
pengertian, yakni pers dalam pengertian luas dan pers dalam pengertian
sempit. Dalam pengertian luas, pers mencakup semua media komunikasi
massa, seperti radio, televisi, dan film yang berfungsi memancarkan/
menyebarkan informasi, berita, gagasan, pikiran, atau perasaan seseorang
atau sekelompok orang kepada orang lain.
13
c. pengumuman pikiran yang dapat dipidana tersebut serta yang
dilakukan melalui barang cetakan tadi harus dapat dibuktikan telah
disiarkan kepada masyarakat umum atau dipublikasikan. Jadi syarat
atau unsur terpenting adalah publikasi.
B. SARAN
Kami menyadari bahwa makalah ini banyak terdapat kekurangan
dikarenakan kekurangan referensi, oleh karna itu kami mengharapkan
kritikan atau saran yang membangun dari pada pembaca agar makalah ini
kedepannya lebih baik dari pada sekarang.
14
DAFTAR RUJUKAN
Media, Bandung)
Daulay, Hamdan. 2008. Kode Etik Jurnalistil dan Kebebasan Pers di Indonesia
Ditinjau dari perspektif Islam, (Jurnal Peneleitian Agama, vol. XVII No.2
15