Anda di halaman 1dari 14

UNIVERSITAS MUARA BUNGO

Kemerdekaan Pers
Hukum dan Sistem Media Massa

Nirmawati
201016174201042
Prodi : Ilmu Hukum
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena telah


menyelesaikan makalah ini. Makalah ini saya buat untuk memenuhi nilai
tugas pada mata kuliah hukum media massa

Pada Kesempatan ini pula saya ingin mengucapkan terima kasih


kepada Bapak M. Nanda Setiawan SH.,MH selaku dosen pada mata
kuliah ini yang telah memberi penulis banyak ilmu mengenai hukum yang
ada di Indonesia dan yang memberi inspirasi melalui cerita yang sering ia
ceritakan kepada kami. Lalu penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada orang tua penulis yang telah membesarkan dan mendanai kuliah
hingga saat ini. Serta teman-teman mahasiswa yang selalu mendukung
dan telah membantu dalam mencari materi untuk makalah ini.

Harapan penulis selain mendapatkan nilai kelulusan yang baik


pada mata kuliah Hukum dan Sistem Media Massa, semoga makalah ini
dapat menjadi sumber informasi bermanfaat bagi teman-teman yang akan
memasuki dunia jurnalistik. Tak lupa penulis menghaturkan kemungkinan
kelalaian pada makalah ini, diharapkan adanya kritik yang membangun
untuk lebih menyempurnakan makalah ini.

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................... 1

Daftar Isi .................................................................................................. 2

BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 3

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 4

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 4

BAB 2 : PEMBAHASAN ........................................................................... 5

BAB 3 : PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 10

3.2 Saran ................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 12

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia saat ini peran media massa sangatlah penting. Hal ini
dikarenakan media massa merupakan tempat tercepat, terakurat dan
dapat dipertanggungjawabkan beritanya. Dengan mengetahui dan
menguasai tekhnologi maka masyarakat dapat mengetahui seluruh berita
yang berada di seluruh dunia tanpa harus mendatangi satu persatu
negara yang sedang heboh dan dapat dikatakan mengetahui berita yang
up to date.

Pers merupakan pilar keempat dari tiga pilar yang ada di Indenesia
yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif. Kehidupan pers bergantung pada
sistem politik yang berlaku dalam sebuah Negara, sebagaimana di
Indonesia sistem politik kita menganut sistem demokrasi yang mana pers
kita saat menganut sistem pers tanggung jawab sosial (social
responsibility).

Kebebasan pers adalah kebebasan seseorang untuk mendapatkan


informasi dari berbagai media massa baik media massa cetak maupun
media massa elektronik, dan kebebasan ini merupakan hak setiap
individu, namun kebebasan pers tidak boleh melanggar azas-azas atau
norma-norma yang berlaku pada agama tertentu.

Perkembangan pers dari era kemerdekaan, era pembangunan, dan


era transisi reformasi mengalami pergeseran makna. Pada kedua era
tersebut (kemerdekaan dan pembangunan) telah terjadi mis-interpretasi
makna dan manfaat kebebasan pers ( a freedom of the press ). Antara
lain terhadap subtansi pemberitaan yang dianggap berkaitan dengan
kepentingan yang merugikan kekuasaan, dibenarkanlah tindakan prevensi
(pencabutan izin terbit ataupun pembredelan) dengan maksud untuk

3
menghindari akibat luas yang sangat merugikan masyarakat. Namun
demikian, tindakan prevensi kekuasaan itu nyatanya justru menimbulkan
pelanggaran terhadap asas kehidupan pers yang bebas, yaitu larangan
tindakan prevensi yang universal.

Pergeseran makna terjadi sejalan dengan perubahan kondisi politik


negeri ini. Pada era reformasi dan demokrasi ini kehendak adanya suatu
kebebasan pers adalah suatu keharusan, meskipun pada sisi lain
menimbulkan persoalan kontroversi. Memang kebebasan pers dijamin
secara konstitusional, namun kebebasan apapun tidak diharapkan adanya
suatu kebebasan pers yang total absolut. Pers memang seharusnya
memperoleh kebebasan yang tidak boleh dipengaruhi terhadap tindakan-
tindakan prevensi, seperti pencabutan ijin maupun tindakan represi
yustisiel melalui badan peradilan. Dalam konteks ini, kebebasan pers ini
memiliki batasan-batasan yang universal sifatnya dan tentunya
dihindarinya adanya tindakan eliminasi terhadap prinsip perlindungan dan
Hak Asasi Manusia sebagai akibat subtansi pemberitaan tersebut.
Kebebasan pers yang absolut mengakibatkan adanya suatu tirani
kekuasaan pers yang berkelebihan sehinggan menimbulkan persepsi dan
stigma sebagai “otoriter kebebasan si pers”. Kepribadian yang Pancasila
menghindari adanya suatu kebebasan pers absolut yang mengakibatkan
destruksi dalam pola kehidupan masyarakat dan tatanan ketatanegaraan
Republik Indonesia tercinta ini.

1.2 Rumusan Masalah

 Apakah pengertian dari Kemerdekaan Pers?


 Mengapa ada Kemerdekaan Pers?
 Bagaimana Undang-Undang Pers berlaku di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

 Mengetahui pengertian dari Kemerdekaan Pers

4
 Mengetahui bagaimana Kemerdekaan Pers itu berkembang
 Mengetahui Undang-Undang Pers yang berlaku di Indonesia

5
BAB 2

PEMBAHASAN

Kemerdekaan pers dalam arti luas adalah pengungkapan


kebebasan berpendapat secara kolektif dari hak berpendapat secara
individu yang diterima sebagai hak asasi manusia. Masyarakat demokratis
dibangun atas dasar konsepsi kedaulatan rakyat, dan keinginan-keinginan
pada masyarakat demokratis itu ditentukan oleh opini yang dinyatakan
secara terbuka. Hak publik untuk tahu inilah inti dari kemerdekaan pers,
sedangkan wartawan profesional, penulis, dan produsen hanya
pelaksanaan langsung. Tidak adanya kemerdekaan pers ini berarti tidak
adanya Hak Asasi Manusia (HAM).

Kemerdekaan pers merupakan sarana masyarakat untuk


memperoleh informasi & berkomunikasi, guna memenuhi kebutuhan
hakiki & meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Dalam mewujudkan
kemerdekaan pers itu, wartawan Indonesia juga menyadari adanya
kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial, keberagaman masyarakat,
dan norma-norma agama.

Untuk sebuah negara demokratis, kemerdekaan pers adalah


keharusan, karena tanpa kemerdekaan pers, tak akan pernah ada negara
yang demokratis. Dengan kemerdekaan pers ita bisa mengetahui apa
yang terjadi dalam masyarkat secara terbuka. Perbedaan pendapat dapat
diketahui yang pad gilirannya akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik
lewat perbedaan itu

Dasar penting dari sebuah sistem negara yang demokratis adalah


kepercayaan besar pada masyarakatnya. Masyarakat dianggap dapat
mengatur dirinya, intervensi negara dilakukan secara terbats. Terutama
pada hal-hal yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Itulah sebabnya

6
kemerdekaan pers sangat penting, karena lewat kemerdekaan pers
partisipasi masyarakat dapat terjamin. Kemerdekaan pers itu bukan hanya
milik orang pers, tapi milik semua pihak termasuk milik masyarakat.

Pers adalah salah satu media tempat mewujudkan kebebasan


berkomunikasi, tempat mewujudkan kebebasan berpendapat, tempat
mewujudkan kebebasan berpikir, tempat mewujudkan kebebasan
menyampaikan dan memperoleh informasi yang akan mengantarkan
manusia mengembangkan saling pengertian dan kemajuan serta
perubahan atau dinamika yang merupakan salah satu kebutuhan dasar
(kebutuhan asasi) manusia atau individu maupun masyarakat pada
umumnya.

Membatasi atau membelenggu kebebasan pers berarti meniadakan


atau menutup kesempatan kebebasan dan meniadakan kesempatan
menemukan ukuran benar dan tidak benar, yang baik dan tidak baik.
Dalam hal kebebasan atau kemerdekaan berekspresi (termasuk
kebebasan pers), John Stuart Mill mengatakan setiap upaya
membungkam hak berekspresi, baik terhadap orang perorangan atau
kelompok minoritas tertentu, berarti meniadakan sesuatu yang sangat
penting bagi seluruh rakyat.

Secara politik kemerdekaan pers juga berkaitan dengan demokrasi.


Salah satu sendi demokrasi adalah kehadiran kebebasan (freedom).
Salah satu pilar kebebasan atau kemerdekaan demokrasi adalah
“freedom of opinion” yang sangat terjamin kalau ada kemerdekaan pers.
Tanpa kemerdekaan pers, tidak ada demokrasi, atau kalaupun disebut-
sebut ada demokrasi, hal itu tidak lebih dari demokrasi semu belaka
(pseudo democracy).

Baik kemanusiaan, maupun demokrasi adalah sebagian dari sendi


bernegara RI, ditambah pula dengan jaminan hak asasi manusia yang
dijamin UUD, (seperti kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan

7
berkomunikasi) menunjukkan kemerdekaan pers merupakan sesuatu
yang imperatif, atau a must dalam tatanan kehidupan bangsa dan negara
Indonesia.

Namun pers juga perlu dibatasi, pembatasan pers dapat dilakukan


atas dasar kedaruratan tertentu (baik nasional, regional, atau lokal),
seperti perang, kekerasan sosial, dan lain-lain keadaan semacam itu.
Namun pembatasan atas dasar kedaruratan harus memenuhi syarat-
syarat normatif dan syarat-syarat obyektif menurut kenyataan yang ada.
Syarat obyektif pembatasan pers adalah dapat ditunjukkan ada hubungan
yang masuk akal yang tidak lagi diragukan (unreasonable doubt), antara
keadaan darurat dengan jastifikasi pembatasan kemerdekaan pers.

Selain pembatasan yang datang dari luar, tidak kalah penting,


pembatasan dari pelaku pers sendiri, salah satu pembatasan dari pelaku
pers adalah kode etik jurnalistik yang merupakan aturan disiplin
(disiplinary rules) dan tuntunan moral (moral code) dan sekaligus sebagai
aturan kehormatan (code of honor) yang dibuat sendiri oleh pers. Sangat
tidak masuk akal, kode etik yang dibuat sendiri oleh pers tidak dipatuhi
dan tidak dijunjung tinggi, kehormatan dan kemulyaan pers pada tingkat
pertama semestinya diukur dari kepatuhan terhadap kode etik.

Pembatasan secara internal dapat juga dibimbing oleh tanggung


jawab pers (sosial, politil, ekonomi, dll). Pers demokratis hanya dapat
berkembang kalau disertai tanggung jawab dan disiplin pers sendiri.
Kemerdekaan pers tidak dimaksudkan sekedar kebebasan demi
kebebasan (freedom for the sake of freedom) tetapi untuk mewujudkan
secara utuh fungsi pers demokratik.

Pada Undang-Undang No : 40 Tahun 1999 tentang Pers semangat


kemerdekaan pers ditegaskan berkali-kali dalam undang-undang ini,
sehingga undang-undang ini betul-beul membawa semangat
kemerdekaan pers. hal ini bisa dilihat dalam pertimbangannya :

8
a.       Bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan
rakyat yang menjadi unsur yang sangat penting untuk menciptakan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang demokratis
sehingga kemerdekaan mengeluarkan pikiran dan pendapat sebagaimana
tercantum dalam pasal Undang-Undang Dasar 1945 harus dijamin

b.      Bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara


yang demokratis, kemerdekaan menyatakan pikiran dan pendapat sesuai
dengan hati nurani dan hak memperoleh informasi, merupakan hak asasi
manusia yang sangat hakiki yang diperlukan untuk menegakkan keadilan
dan kebenaran, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa

c.       Bahwa pers nasional sebagai lahan komunikasi massa, penyebar


informasi dan pembentuk opini harus dapat melaksanakan asas, fungsi,
hak, kewajiban dan peranannya dengan sebaik-baiknya berdasarkan
kemerdekaan pers yang professional, sehingga harus mendapat jaminan
dan perlindungan hukum serta bebas dari campur tangan dan paksaan
dari manapun.

Dengan demikian semangat kemerdekaan pers yang dikandung


oleh undang-undang ini didasarkan pada pasal 28 Undang-Undang 1945.
Hal ini dipertegas kemudian dalam penjelasan undang-undang ini, yaitu
bahwa pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 menjamin kemerdekaan
berserikat, berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan,
pers yang meliputi media cetak, media elektronik dan media lainnya
merupakan salah satu saran untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan
dan tulisan tersebut.

Agar pers berfungsi maksimal sebagaimana diamanatkan pasal 28


Undang-Undang Dasar 1945, maka perlu dibentuk undang-undang
tentang pers. Fungsi maksimal itu diperlukan karena kemerdekaan pers
adalah salah satu perwujudan kedaulatan rakyat dan merupakan unsur

9
yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara yang demokratis.

Dalam kehidupan yang demokratis itu pertanggungjawaban kepada


rakyat terjamin, sistem penyelenggaraan Negara yang transparan
berfungsi, serta keadilan dan kebenaran terwujud.

Pers memiliki kemerdekaan informasi juga sangat penting untuk


mewujudkan hak asasi manusia yang dijamin dengan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor  XVII/ MPR/ 1998
tentang Hak Asasi manusia, antara lain yang memperoleh informasi
sejalan dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Asasi
Manusia pasal 19 yang berbunyi : “setiap orang berhak atas kebebasan
mempunyai dan mengeluarkan pendapat, dalam hak ini termasuk
kebebasan memiliki pendapat tanpa gangguan, dan untuk mencari,
menerima dan menyampaikan informasi dan buah pikiran melalui media
apa saja dan dengan tidak memandang batas-batas wilayah ”.

Penegasan kemerdekaan pers dalam undang-undang ini juga


disebut dalam batang tubuhnya. Misalnya pasal 2 menyatakan :

Kemerdekaan pers adalah salah satu kedaulatan rakyat yang


berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan dan supremasi hukum.

Kemudian pasal 4 menyatakan :

(1)   Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga Negara

(2)   Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan


atau pelarangan penyiaran

(3)   Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak


mencari, memperoleh dan menyampaikan gagasan dan informasi

Dalam penjelasannya pasal 4 ayat 1 dikatakan bahwa dengan


“kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga Negara ”  adalah

10
bahwa pers bebas dari tindakan pencegahan, pelarangan dan atau
penekanan agar hak masyarakat untuk memperoleh informasi terjamin.

Kemudian dijelaskan bahwa kemerdekaan pers adalah


kemerdekaan yang disertai kesadaran akan pentingnya penegakan
supremasi hukum yang dilaksanakan oleh pengadilan, dan tanggung
jawab profesi yang dijabarkan dalam kode etik jurnalistik serta sesuai
dengan hati nurani insani pers.

Lalu pasal 4 ayat 2 dikatakan bahwa penyensoran, pembredelan


atai pelarangan penyiaran tidak berlaku pada media cetak dan media
elektronik. Siaran yang bukan merupakan bagian dari pelaksanaan
kegiatan jurnalistik diatur dalam ketentuan undang-undang yang berlaku.

BAB 3

11
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kemerdekaan pers merupakan hal yang perlu dijunjung tinggi oleh


kalangan eksternal dan internal pers. Pada undang-undang mengenai
pers, pers dijamin kemerdekaannya menyiarkan informasi kepada
masyarakat tanpa penyensoran dan pembredelan informasi agar informasi
tersebut transparan. Namun adanya pembatasan pers dalam menyiarkan
informasi dilakukan untuk melindungi stabilitas nasional, ada informasi
yang perlu disampaikan kepada masyarakat dan ada beberapa informasi
(yang jika terlalu banyak) dapat membuat moral masyarakat dan stabilitas
nasional terganggu.

3. 2 Saran

Undang-Undang Pers perlu disosialisasikan kembali kepada


institusi pers maupun masyarakat, karena dalam undang-undang pers
sudah secara jelas mengatur penyiaran/penyampaian informasi kepada
masyarakat secara benar. Lalu untuk kalangan mahasiswa yang akan
memasuki bidang jurnalistik diharapkan tahu bagaimana seorang jurnalis
harus mematuhi undang-undang yang berlaku dan menjalankan Kode Etik
Jurnalis dalam bekerja.

12
DAFTAR PUSTAKA

Manan, Bagir. 2010. MENJAGA KEMERDEKAAN PERS DI PUSARAN


HUKUM. Jakarta : Dewan Pers

Luwarso, Lukas dkk. 2008. MENGELOLA KEBEBASAN PERS. Jakarta :


Dewan Pers

Ulfa, Marya, 2013 HUKUM KEBEBASAN DAN KEMERDEKAAN PERS,


http://maryanewcomer.blogspot.co.id/2013/06/hukum-kebebasan-dan-
kemerdekaan-pers.html

13

Anda mungkin juga menyukai