Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga penulis
dapat menyusun makalah tentang "Peran Sejarah dalam Membangkitkan Semangat
Nasionalisme" dengan sebaik-baiknya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjadikan siswa-siswinya
mengolah materi secara mandiri. Dengan membuat makalah sesuai materi yang guru berikan,
sehingga siswa bisa lebih aktif.
Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, memfasilitasi,
memberi masukan, dan mendukung penulisan makalah ini sehingga selesai tepat pada
waktunya. Semoga dibalas oleh Allah SWT dengan ganjaran yang berlimpah.
Meski penulis telah menyusun makalah ini dengan maksimal, tidak menutup
kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran
yang baik dari pembaca sekali.
Akhir kata, saya berharap makalah ini dapat menambah referensi keilmuan
masyarakat.
1
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I ISI
A. HAKIKAT PERS DI INDONESIA
B. PERS YANG BEBAS DAN BERTANGGUNG JAWAB SESUAI DENGAN
KODE ETIK JURNALISTIK
C. KEBEBASAN PERS DAN DAMPAK PENYALAHGUNAAN KEBEBASAN
PERS DALAM MASYARAKAT DEMOKRASI DI INDONESIA
BAB II PENUTUP
2
BAB I
Pers berasal dari bahasa Inggris, yaitu press, sedangkan menurut bahasa
Perancis, yaitu presse yang berarti tekan atau cetak. Menurut Undang-Undang Pers,
istilah pers dibedakan dengan istilah jurnalistik, hubungan kemasyarakatan (humas),
atau reporter. Jadi, pers merupakan usaha percetakan atau penerbitan, yang mencakup
surat kabar, majalah, buku, atau pamphlet-pamflet. Pers juga diartikan sebagai usaha
pengumpulan dan penyiaran suatu berita lewat surat kabar, majalah, radio, televise.
Jadi, secara umum pengertian pers dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
Pers dalam arti sempit, yaitu penyiaran-penyiaran pikiran, gagasan, atau berita-berita
dengan kata tertulis. misalnya surat kabar, koran, majalah dan tabloid
Pers dalam arti luas, yaitu memasukkan di dalamnya semua media mass
communications yang memancarkan pikiran dan perasaan seseorang baik dengan
kata-kata tertulis maupun dengan lisan. (mencakup semua media massa) termasuk
radio, televisi, film dan internet
3
Bentuk Penyampaian Pendapat di Muka Umum. UU No.9 Tahun 1998
Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum, telah menetapkan
beberapa bentuk penyampaian pendapat dimuka umum, yaitu unjuk rasa atau
demonstrasi, pawai, rapat umum, dan rnimbar bebas.
Penyampaian pendapat dimuka umum dapat dilakukan dengan bentuk lisan, tulisan,
atau bentuk lain.
Penyampaian pendapat dimuka umum-dilaksanakan ditempat-tempat terbuka
untuk umum, kecuali di lingkungan istana kepresidenan, tempat ibadah, instalasi
militer, rumah sakit, pelabuhan ‘ udara atau laut, stasiun kereta api, terminal angkutan
darat, obyek-obeyk vital nasional. Penyampaian pendapat dimuka umum itu tidak
boleh dilakukan pada hari besar nasional.
Dalam menyampaikan pendapat dimuka umum, misalnya berunjuk rasa maka
pelaku wajib memberitahukan kepada Polri, pemimpin, atau penanggung jawab
kelompok. Pemberitahuan tersebut selambat-lambatnya 3 x 24 jam telah diterima oleh
Polri setempat sebelum kegiatan dimulai. Pemberitahuan sebagaimana yang dimaksud
tidak berlaku bagi kegiatan ilmiah di dalam kampus dan kegiatan keagamaan. Dalam
melakukan penyampaian pendapat dimuka umum para pelaku atau peserta wajib
menjaga ketertiban dan tidak mengganggu ketertiban umum.
1.Kebebasan Pers
Kebebasan pers (freedom of the press) adalah hak yang diberikan oleh
konstitusional atau perlindungan hukum yang berkaitan dengan media dan bahan-
bahan yang dipublikasikan seperti menyebarluaskan, pencetakan, dan penerbitan surat
kabar, majalah, buku atau dalam material lainnya tanpa ada campur tangan dari
pemerintah. Menurut Retno Lisyarti (2007). kebebasan pers berarti kekebalan media
komunikasi (meliputi surat kabar, buku, majalah. radio, dan televisi) dari kontrol atau
sensor pemerintah.
4
B. Pers sebagai sarana atau forum kebebasan publik
Pers yang bebas adalah hal yang sangat penting dalam suatu masyarakat.
Namun banyak sekali bentuk penyalahgunaan kebebasan pers itu sendiri, diantaranya
seperti penyajian informasi yang tidak akurat, tidak objektif, bias, sensasional,
tendensius, menghina, memfitnah, menyebarkan kebohongan, menyebarkan
permusuhan, maupun mengeksploitasi kekerasan.
Adapun dari sisi pers, kerugian yang timbul dari penyalahgunaan kebebasan
pers adalah hilangnya kepercayaan terhadap pers dan munculnya pendapat negatif
terhadap pers. Menurut Bagir Manan (2016) kebebasan pers sama sekali tidak
dimaksudkan sebagai suatu kemerdekaan atau kebebasan tanpa batas. Pembatasan
kemerdekaan atau kebebasan pers dilaksanakan atas dasar ketentuan-ketentuan hukum
yang dibuat secara demokratik dalam bingkai asas-asas negara hukum, dan asas
kemauan sendiri sebagaimana diatur Kode Etik Jurnalistik (KEJ) atau standar atau
kebiasaan jrnalistik demokratik. Kode Etik Jurnalistik memberikan kewajiban kepada
pers sebagai pers yang bertanggung jawab, berdisiplin, menjunjung tinggi moral,
kebenaran, dan keadilan.
5
BAB II
PENUTUP