Media massa atau Pers adalah istilah yang mulai digunakan pada tahun 1920-an untuk
mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat
luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media.
b. Fungsi
Menurut Harold D. Laswell (1936) ada empat fungsi sosial media massa:
1. Pengamatan sosial (social surveillance). Media massa hendaknya menyebarkan informasi dan
interpertasi yang objektif mengenai berbagai peristiwa yang terjadi di dalam dan di luar
lingkungan sosial dengan tujuan melakukan kontrol sosial agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
dinginkan.
2 . Korelasi sosial (social correlation). Media massa hendaknya memberikan informasi dan
interpretasi yang menghubungkan satu kelompok sosial dengan kelompok sosial lainnya atau
antara satu pandangan dan pandangan lainnya dengan tujuan mencapai konsensus.
3. Sosialisasi (socialization). Media massa hendaknya mewariskan nilai-nilai (yang baik) dari satu
generasi ke generasi lainnya atau dari satu kelompok ke kelompok lainnya.
4. Hiburan (entertainment). Media massa juga mempunyai tugas untuk memberikan hiburan
(yang sehat) dan kesenangan kepada masyarakat
c. Media Massa Menjadi Kekuatan Piolitik Indonesia
Fungsi media massa sebagai sarana komunikasi antara lembaga-lembaga publik
(pemerintah, parlemen, dan institusi ekonomi). Dimana Media massa juga merupakan salah satu
pembentuk opini publik yang dapat juga berkembang menjadi sebuah kebijakan apabila terdapat
atensi yang massif.
Posisi strategis media massa dalam proses politik bangsa berkenan dengan status sosial
politik. Media massa akan berpengaruh bagi proses konstruksi sosial, kendatipun sebenarnya
media massa sudah ditempatkan sebagai suatu pilar demokrasi, selain legislatif, eksekutif, dan
yudikatif.
Termasuk peran media massa dalam penjatuhan rezim orde baru tahun 1998. Gelombang
demontrasi massa menjelang dan pasca kejatuhan soeharto tahun1998, media massa hadir sebagai
satu kekuatan penting yang menginformasikan berbagai huru-hara politik , RCTI dan SCTV dua
televisi swasta yang cukup berpengaruh pada mass itu, bahkan SCTV dengan program liputan 6
cukup berhasil menginformasikan peristiwa-peristiwa politik actual yang terjadi , seperti
menyiarkan peristiwa penjarahan yang melanda Jakarta dalam huru-hara mei serta mewawancarai
berbagai tokoh politik yang berpengaruh pada mass aitu untuk mengomentari soal-soal actual
dalam politik nasional. SCTV dipandang sukses dengan pemberitaan politiknya, juga dianggap
sebagai media massa yang berpihak pada kepentingan rakyat luas, para mahasiwa. Media massa
mempercepat proses tranmisi informasi-informasi politik kepada masyarakat, bahkan kini melalui
media sosial seperti Facebook dan Twiter telah mempercepat proses penerimaan informasi-
informasi politik, ekonomi, budaya, hukum dan kemanusiaan yang terjadi di Indonesia.
Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, pers sangat dibatasi oleh kepentingan
pemerintah. Pers dipaksa untuk memuat setiap berita dimana berita-berita itu harus tidak
bertentangan dengan pemerintah, Pada era lingkungan pemerintahan Soeharto ini untuk
mencari, kebebasan pers memang ada, tetapi terbatas, dan penyimpanan informasi
keterbatasan itu ditujukan untuk memperkuat status quo. Sehingga fungsi guna
membangun keseimbangan antar fungsi eksekutif,yudikatif, dan legislatif.
Faktanya, kebebasan pers pada saat itu tampak hanya sebagai wujud kebebasan
(bebasnya) pemerintah dalam mengatur ruang gerak pers dibidang pengelola penerbitan
pers atau media massa dan juga konsumen pers, untuk menentukan thema, materi, corak
dan arah substansi pers, apa saja yang boleh dan yang tidak boleh diterbitkan .
Setelah reformasi bergulir pada bulan Mei 1998, pers Indonesia mengalami perubahan
yang luar biasa, terutama dalam hal mengekspresikan kebebasannya. Fenomenà itu
ditandai dengan munculnya media-media baru, baik cetak maupun elektronik dengan
berbagaikemasannya. Keberanian pers dalam mengkritik penguasa juga menjadi ciri baru
dari kebebasan pers di Indonesia. Kondisi ini menunjukkan bahwa tidak ada lagi yang
ditakuti oleh pers, apakah itu peraturan -perundang-undangan, sanksi-sanksi, atau
eksistensi organisasi profesinya. Mereka • benar- benar masuk pada era kebebasan yang
riil bias dinikmati. Ibaratnya, pers yang awalnya "buta" sekarang bisa' melihat kembali.
Keberpihakan media massa di Indonesia sendiri dapat kita lihat secara jelas pada
pemilu tahun 2014 dimana menurut data KPI, sebagaimana dilansir Koran Tempo pada
berita utamanya Senin, 26 Mei 2014 menyebutkan Metro TV menayangkan berita soal
Jokowi sebanyak 62 kali pada 6-15 Mei. Pada periode yang sama iklan kampanye di
Metro TV mencapai 96 kali. Bahkan usai deklarasi pemberitaan soal Jokowi di Metro TV
bisa mencapai 15 kali tiap hari. Hal tersebut melanggar aturan maksimal 10 kali setiap
hari dengan durasi masing-masing paling lama 30 detik. Sebaliknya, pemberitaan soal
Prabowo di Metro TV hanya 22 kali dan penayangan iklan kampanye Prabowo di Metro
TV nihil. Di sisi lain, TV One juga memperlihatkan keberpihakannya dengan menyiarkan
secara langsung deklarasi duet Prabowo-Hatta Rajasa dari Taman Makan Pahlawan
Kalibata pada Senin, 19 Mei lalu. Sementara pemberitaan Jokowi, TV One sebagaimana
diungkap koordinator divisi penelitian Remotivi Muhammad Heychael Jokowi
merupakan tokoh politik dengan berita negatif terbanyak di TV One, yaitu 30.7 persen.
Hal seperti ini lah yang membangun opini public bahwa media tidak bersikap netral
karena pemilik MetroTV, Surya Paloh sendiri merupakan ketua umum Partai Nasem
yang memang mendukung Jokowi-Jusuf Kalla sementara TV One,yakni Aburizal Bakrie
merupakan Ketua Umum DPP partai Golkar yang juga berkoalisi dengan pasangan
Prabowo-Hatta Rajasa. Secara umum, media massa, tidak hanya terindikasi sebagai
partisan,tapi juga gagal menjalankan perananya untuk bersikap netral dan objektif pada
Pemilu. Melihat adanya keberpihakkan media massa di Indonesia. Menurut pemaparan
diatas dapat dilihat secara jelas bahwa sebenarnya media massa di Indonesia belum bisa
mengimplementasikan fungsi nomor satu,yakni media massa hendaknya menyebarkan
informasi dan interpertasi yang objektif. Objektif disini dimaksudkan bahwa media massa
belum mampu memberikan informasi tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan
pribadi.
Kemudian, seperti dapat dilihat di bawah ini, bahwa media sosial yang paling sering digunakan
oleh masyarakat Indonesia setelah Youtube ialah Whatsapp, diikuti Instagram, Facebook serta
Twitter. Dimana platform-platform ini banyak digunakan untuk berbagi opini dan suara.
REFRENSI
Diskominfo., ‘Pengertian Hoax dan Cara Menangkalnya’, Diskominfo Kabuupaten
Badung, 2022, <https://diskominfo.badungkab.go.id/artikel/42985-
pengertian-hoax-dan-cara-menangkalnya> diakses tanggal 1 Oktober
2022.
Fadhil, H., ‘Berawal dari Bully di Medsos, Begini Kronologi Kasus Audrey’,
detiknews.com, 2019, <https://news.detik.com/berita/d-4506079/berawal-
dari-bully-di-medsos-begini-kronologi-kasus-audrey>, diakses tanggal 1
Oktober 2022.
Mashitoh, N. D., ‘Se-Indonesia Pernah Dibuat Geger Gegara Tipuannya, Begini Kabar
Gadis di Balik Justice For Audrey yang Ngaku Dianiaya 12 Siswi SMA
hingga Depresi’, Sosok.id, 2021, <
https://sosok.grid.id/read/412688780/se-indonesia-pernah-dibuat-geger-
gegara-tipuannya-begini-kabar-gadis-di-balik-justice-for-audrey-yang-
ngaku-dianiaya-12-siswi-sma-hingga-depresi?page=all>, diakses tanggal 1
Oktober 2022.
Yunita., ‘Ini Cara Mengatasi Berita “Hoax” di Dunia Maya’, kominfo.go.id, 2017, <
https://www.kominfo.go.id/content/detail/8949/ini-cara-mengatasi-berita-
hoax-di-dunia-maya/0/sorotan_media>, diakses tanggal 1 Oktober 2022.
https://media.neliti.com/media/publications/101204-ID-analisis-peran-dan-fungsi-pers-
sebelum-d.pdf
Ardiyanti, H. (2014). Keberpihakan Televisi pada Pemilu Presiden 2014. Jurnal Info Singkat, VI
(10), 14â, 20.
https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/
2014/05/140527_kpi_independensi_mediatv_pilpres