Anda di halaman 1dari 4

Tugas 3

Mata Kuliah HUKUM MEDIA MASSA ( SKOM 4313 )

Nama Lengkap : Dicky Alesandro Amalo


Program Studi : Ilmu Komunikasi
NIM : 041337233
UPBJJ : Kupang

Soal :
1. Jelaskan perubahan paling mendasar dari kebijakan hukum media massa pada era
Reformasi!
2. Jelaskan mengapa kebebasan memperoleh informasi dijamin dalam konstitusi!
3. Jelaskan hubungan media massa dengan demokrasi langsung!

Jawaban :
1. perubahan paling mendasar dari kebijakan hukum media massa pada era Reformasi
adalah KEBEBASAN PERS.
Kebebasan pers yang terjadi pada era reformasi adalah kebebasan struktural seiring
dengan perobahan sistem pemerintahan. Perobahan sistem pemerintahan itu, sedikit
banyaknya dipengaruhi oleh arus globalisasi, sehingga pers Indonesia pada era ini
cenderung menganut paham Libertarian.
Dan di Era Reformasi tuntutan reformasi hukummerupakansalahsatuyangberembus
demikian kuat sejak Mei 1998. Begitu pula
halnyadalambidangpolitikhukumtermasukkebebasanpers.Dalameadaaninilahirlah
Undang-undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers
yangdibuatolehlegislatifhasilpemiluyang dinilai sangat demokratis. Berdasarkan Undang-
undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers menjurus ke sistem pers liberal yaitu dengan
adanya euforia kebebasan yang kebablasan karena tidak ada lagi ketentuan regulasi yang
represif.
Dalam era Reformasi,melalui euphoria kebebasan politik berdampak pada praktik
kebebasan pers yang luas.Banyak media suratkabar diterbitkan dan memakai pola
pemberitaan yang bebas,sehingga masyarakat mengakui bahwa praktik kebebasan pers
betul-betul dinikmati pers dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat melalui kebebasan
menyampaikan informasi tersebut.Namun dalam praktiknya,kebebasan pers masih juga
menemui hambatan juridis dan politis.Dengan demikian,praktik kebebasan pers pada
akhirnya harus dapat dikelola sendiri oleh masyarakat pers sehingga tidak
menjerumuskan media itu dan tidak merugikan masyarakat luas. Tidak ada kebebasan
pers yang tanpa batas.

2. kebebasan memperoleh informasi dijamin dalam konstitusi adalah karena kebebasan


memperoleh informasi merupakan salah satu hak asasi manusia yang juga merupakan
hak asasi warga negara. Selain itu, kebebasan memperoleh informasi juga merupakan
salah satu ciri penyelenggaraan negara yang bersih. Sebagai dasar hukum negara yang
berorientasi pada kedaulatan rakyat, kebebasan memperoleh informasi pun dianggap
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kedaulatan rakyat.
Kebebasan memperoleh informasi merupakan salah satu praktik penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih. Praktik ini menempatkan masyarakat sebagai pihak yang
berhak memperoleh informasi atas segala hal dan kegiatan yang dijalankan oleh
pemerintah, termasuk salah satunya dalam bentuk anggaran. Di Indonesia, hal ini turut
dijamin dengan adanya UU tentang Keterbukaan Informasi Publik atau KIP.

3. Hubungan media massa dengan demokrasi langsung


Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata demos yang berarti orang dan kratos
yang berarti aturan. Istilah demokrasi ini menempatkan rakyat sebagai subjek utama
dalam menjalankan system demokrasi, dari rakyat untuk rakyat dan oleh rakyat.
Dalam kajian demokrasi, media massa seakan dikesampingkan, padahal media massa
memiliki peranan kuat dalam sistem demokrasi. Media tanpa demokrasi tak akan
berjalan dengan baik, tak ada kebebasan berpendapat atau publikasi dan sebaliknya
demokrasi tanpa adanya media tidak akan terlihat karena media memberikan ruang untuk
demokrasi. Media berhubungan erat dengan pemerintah dan publik. Sehingga
keberadaan media massa dalam menjalankan sistem demokrasi patut diperhitungkan
bahkan sejak zaman feodal dimana media massa digunakan sebagai alat yang potensial
untuk mengontrol masyarakat.
Media memiliki beberapa peranan penting dalam menjalankan sistem demokrasi yakni
sebagai sumber informasi, media berperan sebagai sumber informasi untuk publik dan
berusaha berada dalam posisi netral dalam kehidupan berpolitik. Media massa juga
berperan sebagai watchdog yang berfungsi sebagai lembaga pengawasan dan kontrol
pemerintah, Edmund Burke menyebut media sebagai pilar keempat demokrasi, media
melihat dan mengawasi serta mengontrol aktivitas pemerintah, apakah pemerintah
tersebut bersih, jujur dan kompeten dalam menjalankan aktifitas pemerintahan atau
sebaliknya. dalam hal ini media memiliki tanggungjawab terhadap pengawasan
pemerintahan.
Media bukan hanya berperan sebagai pihak yang mengawasi dan memonitor pemerintah
namun media juga berperan sebagai partisipan yang dapat mempersuasi orang-orang
dengan pandangannya dan dapat bergabung dalam sebuah debat publik, sehingga media
memiliki hak layaknya publik dalam mengeluarkan argumennya.
Posisi media sebagai sebuah industri tak lepas dari adanya kebutuhan ekonomi untuk
menjalankan perputaran roda perusahaan. Media juga memiliki kebutuhan akan ekonomi
untuk bertahan hidup. menyadari bahwa persaingan di industri media mulai terasa, media
semakin berlomba-lomba untuk mencari dan menarik orang maka muncullah berita-
berita yang bersifat sensasional dan dramatisasi. Itulah yang disebut sebagai
Hyperadversarialism yakni jurnalisme bersikap lebih kritis terhadap pemerintahan dalam
mengajukan pertanyaan yang bersifat provokatif. Sehingga politik dijadikan sebagai
sebuah hiburan yang berimplikasi pada tren. Bukan hanya mengungkap subjek dari
politik sebagai politisi namun juga mengungkap kehidupan pribadinya. Itulah yang
disebut sebagai krisis media, ketika media meningkatkan hyperadversarilism maka akan
membentuk sebuah opini publik yang menyatakan kekecewaan diri dan kegagalan politik
karena dampak dari hyperadversarilism.
Dalam kehidupan berpolitik, media bukan hanya menyampaikan pesan politik tapi juga
aktif berpartisipasi dalam membuat pesan politik (Cook, 1998). Oleh karena itu, media
menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam strategi partai politik. media mampu
mempolitisi dan memobilisasi masyarakat sehingga dapat memberikan jalan bagi tujuan
partai. Menggunakan strategi media logic yakni strategi yang digunakan untuk
mempertahankan hubungannya dengan publik.
Media juga diharapkan dapat menjadi ‘marketplace of ideas’ atau pasar gagasan yaitu
sebuah forum untuk kelompok atau individu dalam mengekpresikan pandangannya,
bertukar pendapat tanpa adanya intervensi dari negara. Namun gagasan ini cenderung
mengaburkan kebenaran, seakan berkompetisi dalam memberikan argumen terbaiknya
dan menghilangkan kebenaran yang sesungguhnya.
Indikator dari adanya sebuah demokratisasi yakni adanya pemilihan umum, padahal
pemilu dapat berlangsung dibawah rezim yang mempertahankan otoritasnya. Posisi
media dalam hal ini dapat memberikan pengaruh besar kepada publik seperti halnya teori
jarum suntik, seperti yang dikatakan oleh Hence bahwa kualitas pengambilan keputusan
secara demokratis berhubungan erat dengan kualitas informasi yang diberikan oleh
media. namun publik pada dasarnya dapat menentukan sikapnya sendiri tanpa adanya
dorongan dari media massa. Oleh karena itu, publik harus memiliki kemampuan untuk
dapat memilih dan menyeleksi informasi.  
Barrington Moore menyebutkan bahwa kelas kuat dan independen penduduk kota
merupakan elemen penting dalam pertumbuhan demokrasi. Tidak ada kaum borjuis
maka tidak ada pula demokrasi. Demokrasi terlahir tidak sepenuhnya dari rakyat namun
terdapat beberapa dorongan oleh kalangan elit. Sehingga demokrasi tidak pernah lepas
dari tekanan elit politik dan intervensi dari pihak-pihak tertentu yang menyebabkan
system demokrasi yang di elu-elukan menjadi tidak efektif dan berjalan sebagaimana
mestinya.

Anda mungkin juga menyukai