Anda di halaman 1dari 11

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL

“Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-


73470-5-2

MEDIA MASSA ONLINE SEBAGAI KEKUATAN


KOMUNIKASI POLITIK
(ANALISIS KRITIS PADA TEMPO BULAN APRIL)

Jauharuddin Ahmad Akfiyan1, Erinca Febrianti2, Dewi Pu’ah3, Cipto Dwi Caksono4, Dian
Suluh Kusuma Dewi5, Imam Kanafi6
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Alamat Korespndensi: Ahmadakfiyan67@gmail.com

ABSTRAK
Media massa sebagai sarana menggali informasi, merupakan hal yang penting guna
memberikan kabar berita yang saat itu tengah terjadi. Perkembangan media massa dari
satu era ke era berikutnya, menyebabkan kemajuan teknologi sehingga memudahkan
masyarakat dalam mendapatkan bentuk informasi secara aktual. Media massa online yang
merupakan tranformasi dari media massa cetak, lebih mudah memberikan pengaruh
kepada masyarakat sehingga menjadi satu bentuk kekuatan politik. Majalah Tempo
sebagai salah satu media massa yang memiliki sifat Independen diharapkan mampu
memberikan informasi secara objektif kepada masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bentuk komunikasi politik pada majalah tempo khususnya pada edisi bulan
April tahun 2019. Metode Penelitian Observasi yang dilakukan dengan cara pengamatan
secara langsung terhadap media massa online majalah Tempo pada bulan April 2019
yang setiap minggu terbit, dan dengan menggunakan metode analisis isi (content
analysis) atau analisis tekstual dan metode interprestasi.

Kata kunci : Media massa, Informasi, Majalah Tempo

ABSTRACT
The mass media as a means of digging up information, it is important to provide
current news story that was happening. The development of mass media from one
era to the next era, led to advances in technology making it easier for people to get
actual information form. Online mass media which is the transformation of print
media, it is easier to give effect to the public so that it becomes a form of political
power. Tempo magazine as one of the mass media which have independent
properties are expected to provide objective information to the public. This study
aims to determine the form of political communication in tempo magazines,
especially in the April issue. Observational Research Methods conducted by direct
observation of the online mass media Tempo magazine in April which is published
every week, and by using content analysis or textual analysis and interprestas
methods.

Keywords: Mass Media, Information, Time Magazine

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi komunikasi telah memudahkan manusia dalam


mengakses sumber informasi. Pers sebagai salah satu elemen penting dalam

43
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL
“Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-
73470-5-2

pelaksanaan demokrasi, mulai melakukan transformasi pada media massa online.


Sebagai salah satu bentuk kemajuan teknologi komunikasi dan informatika, media
massa online tidak mengenal batasan ruang maupun waktu. Sehingga siapapun
yang hendak menggali informasi baik itu sudah terlampau lama maupun terbaru
dapat dilakukan dengan mudah selama situs yang memuat laman tersebut masih
tersedia. Setiap orang dapat berinteraksi, bertukar isu, menciptakan tema fantasi
dan visi retoris yang dapat membentuk kesadaran kelompok terbagi (Heryanto,
2009). Kemudahan dalam menggunakan media sebagai alat komunikasi dan
sumber informasi inilah, yang kemudian memicu kepentingan-kepentingan
sebagian kelompok untuk memaksimalkan potensi media massa online untuk
menebar pengaruh guna mendapatkan dukungan massa.

Beragamnya situs media massa online seringkali membuat masyarakat


bingung dengan keakuratan fakta dan data yang disajikan, khususnya di
Indonesia. Alih-alih mendapatkan informasi yang benar, masyarakat justru
terjerumus kedalam berita hoax yang sengaja di produksi guna tujuan propaganda,
agitasi, dan hal lainya yang mendukung tercapainya kepentingan segelintir
kelompok yang menghalalkan segala cara. Seperti yang kita lihat, para pemilik
perusahaan media di Indonesia punya afiliasi langsung dengan partai politik, dan
ditunjuk menduduki posisi tertentu di pemerintahan. Kapitalis media di Indonesia
mendominasi pasar dengan menjadi “konglomerat digital’, menggunakan
kemajuan teknologi komunikasi untuk menciptakan kerja pengumpulan berita
multiplatform yang lebih efektif, sementara pada saat yang sama membeli
kompetitor (Tapsel, 2018).

Media massa online seperti Tempo merupakan majalah berita mingguan


pertama yang bersifat Independen, sehingga tidak berafiliasi dengan pemerintah.
Edisi pertama tempo diterbitkan pada 6 Maret 1971 dengan Goenawan
Mohammad sebagai pimpinan redaksi. Terbitnya Tempo tersebut tidak terlepas
dari peran Harjoko Trisnadi, Fikri Jufri, Lukman Setiawan, dan Bur Rasuarto
yang kemudian dianggap sebagai pendiri.1 Namun yang menjadi perhatian
menarik disini ialah, Tempo sebagai majalah berita yang pada umumnya meliput

1
Sejarah Perkembangan Tempo.co, 2017, UIN Suska, Riau.

44
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL
“Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-
73470-5-2

persoalan politik, mampu bertahan selama 48 tahun meski dalam perjalanannya


sering mendapatkan intervensi dari pemerintah.

Dari latar belakang singkat yang penulis coba hadirkan diatas, dapat dipahami
bahwa dalam pembahasan kali ini akan mengupas terkait 3 hal. Pertama, ialah
perkembangan media massa di Indonesia. Kedua, media massa online independen
yang mendapat dukungan masyarakat atas keakuratan fakta dan data lapangan
yang terjadi. Ketiga, analisis kritis pada media massa Tempo yang menghadirkan
komunikasi politik, terutama pada bulan april menjelang pelaksanaan pemilu
serentak di Indonesia

METODE PENELITIAN
Jenis metode penelitian yang penulis gunakan meliputi dua hal.

1. Metode Penelitian Observasi yang dilakukan dengan cara pengamatan secara


langsung terhadap media massa online majalah Tempo pada bulan April yang
setiap minggu terbit, guna mengetahui seberapa besar pengaruh politik yang
dihasilkan.
2. Metode Penelitian Kepustakaan (Library Research) yaitu dengan cara
meneliti, membaca dan memahami buku-buku yang berkenaan dengan judul
penelitian tersebut. Penulis dalam penelitian ini menganalisis data
menggunakan metode analisis isi (content analysis) atau analisis tekstual dan
metode interprestasi. Metode analisis ini merupakan metode yang digunakan
untuk mengungkapkan isi kutipan sebuah buku atau pemikiran seseorang
dengan menggambarkan situasi penulis dan masyarakatnya pada waktu
pemikiran tersebut dihasilkan kemudian mengambil kesamaan situasi pada
era kontemporer dalam bentuk tulisan. Metode analisis interpretasi yaitu
sebagai upaya tercapainya pemahaman yang benar terhadap fakta, data dan
gejala.

A. PERKEMBANGAN MEDIA MASSA DI INDONESIA

45
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL
“Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-
73470-5-2

Perkembangan media massa di Indonesia mengalami peningkatan yang


signifikan setelah era reformasi. Hal ini dibuktikan dengan berlangsungnya
kebebasan pers dalam memberikan informasi bukan hanya peristiwa-peristiwa
yang terjadi diluar lingkup pemerintahan, namun juga dalam birokrasi beserta
aktivitas-aktivitas didalamnya. Dalam hal semacam ini, pers sebagai penggerak
media massa memiliki dua bentuk kebebasan. Pertama, ialah kebebasan yang
bersifat internal. Artinya pers bebas menyiarkan informasi melalui media massa
tanpa ada intervensi dari dalam, yaitu sebuah bentuk ancaman yang dilakukan
birokrasi media guna merubah fakta sebagaimana adanya. Kedua, kebebasan pers
yang bersifat eksternal, yakni pers medapat jaminan kemerdekaan dan keamanan
dalam memberikan informasi tanpa ada intervensi dari pihak luar. Kebebasan pers
dapat menjadi sarana public empowerment, karena menghendaki peran
masyarakat sebagai kekuatan sosial, didukung pemodal sebagai kekuatan
ekonomi, serta negara dan aparaturnya sebagai kekuatan politik untuk turut
mendukung dan mendorong demokratisasi pers (Severin, 2005).
Era reformasi merupakan embrio perkembangan media massa di Indonesia
menuju era digital. Secara historis, jatuhnya rezim Soeharto memunculkan
dampak menarik dengan keluarnya UU Pers No.40 Tahun 1999 mengakhiri
keharusan adanya izin khusus pemerintah dalam mendirikan penerbitan pers.
Tidak mengherankan, terjadi ledakan sekitar 1.500 media cetak baru antara 1998
hingga 2002. Selain itu, ada lebih dari 900 izin radio dan televisi komersial baru
(Haryanto 2004). Pasar-pasar media massa di Indonesia mulai menunjukan
pertumbuhan yang menakjubkan dengan kehadiran pemain dan konten baru yang
jauh lebih beragam. Masa ini merupakan awal dimana masyarakat mulai
merasakan riuh rendahnya komunikasi politik yang mulai masuk dalam lanskap
arus utama penyiaran media massa.
Namun tidak selamanya kebebasan media massa dalam penyiaran berita
membawa hasil yang baik. Pada tahun-tahun sesudah reformasi, banyak
kekhawatiran yang muncul dan meragukan peran media dalam membangun
harmonisasi di masyarakat. Kekerasan komunal pecah di berbagai daerah di
nusantara, sebab media yang terlalu bebas dalam memberitakan konten-konten
sehingga dapat bernilai provokatif. Kekhawatiran sejumlah kalangan terhadap

46
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL
“Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-
73470-5-2

potensi penggunaan politik identitas dalam Pemilu 2019 tentu beralasan (Election
2019). Isu politik yang dihembuskan media massa tidak lagi murni menyangkut
urusan hidup masyarakat, namun mulai merambah pada bentuk-bentuk praktis
komunikasi politik yang membawa identitas tertentu. Dibanyak provinsi,
negosiasi antara kelompok media dan warga yang marah di mediasi oleh
ombudsman pers (Hinca 2003). Peran media massa untuk menstabilkan proses
demokrasi tampaknya menjadi isu paling mendesak, terlebih bila menyangkut
tentang sifat birokrasi media massa.
Menuju era digitalisasi, bentuk penyiaran informasi dari yang semula
cetak mengalami perubahan dengan berbasiskan internet atau dengan kata lain
media massa online. Komunikasi politik yang dihadirkan dapat secara langsung
ditanggapi, sehingga memungkinkan seluruh warga internet untuk melihat resposn
dan feedback dari berbagai elemen masyarakat. Media massa dalam komunikasi
massa bersifat tidak menghancurkan jenis komunikasi yang lain, tetapi justru
memperluasnya (Nurudin 2007). Saat para pemilik media menjadi pemain kuat
dalam politik Indonesia, internet memungkinkan bentuk-bentuk baru media
partisipatif menginspirasi individu dan kelompok untuk menentang pesan-pesan
elite (Tapsel, 2018). Dalam persoalan semacam ini, perlu suatu penelurusan untuk
mengetahui siapa para pemain dibalik informasi yang disajikan oleh media massa
online, guna menarik kesimpulan atas respon masyarkat yang berbeda-beda
terhadap bentuk berita yang disajikan.

B. INDEPENDENSI MEDIA MASSA DI INDONESIA

Perdebatan mengenai keakuratan fakta dan data yang disajikan media


massa dewasa ini, menjadi salah satu hal yang menjadi sorotan tajam penilaian
masyarakat. Pesan yang tertuang dalam bentuk informasi, kerap kali di manipulasi
sehingga merugikan dan menguntungkan salah satu pihak, dengan
membenturkannya terhadap realitas yang sedang terjadi. Media digital lebih
mudah dimanipulasi atau disalin, serta disebarkan di antara sumber, objek, dan
perangkat pengiriman teknologi yang berbeda-beda (Vincent 2011). Maka,
objektifitas media massa dalam pesan informasi perlu dipertanyakan. Hal paling
mendasar untuk dianalisis dari pesan informasi ialah, sifat dari perusahaan yang

47
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL
“Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-
73470-5-2

memproduksi informasi tersebut. Apakah sudah tercemari oleh opini-opini


subjektif yang membenarkan salah satu pihak meskipun salah, ataukah secara
benar begitu adanya.
Dalam studi kasus lapangan yang terjadi, secara garis besar media massa
terbagi atas dua sifat. Pertama, ialah media massa yang terikat oleh kepemilikan
atas tujuan kepentingan seseorang atau sebagian kelompok elite masyarakat
(oligarki tendency). Kedua, media massa yang berdiri secara independen atas
dasar anti intervensi guna menberikan informasi objektif bagi masyarakat
(independen tendency). Manusia harus bebas bertindak berdasarkan pendapat
mereka tanpa halangan apapun, baik yang bersifat fisik maupun moral dari pihak
manapun (Stuart Mill 2002). Hal ini memberikan garis besar pandangan
masyarakat, terkait sumber media massa yang dapat dijadikan acuan dalam
mengikuti arus perkembangan informasi politik.
Namun, untuk mewujudkan sebuah informasi yang objektif, media massa
harus memenuhi dua kriteria independensi. Pertama, ialah independensi secara
organisatoris, dimana media massa tidak terikat atau menjadi bawahan atas
instansi yang lebih besar diatasnya. Masalah ini sangatlah penting, mengingat
media massa yang menyalurkan informasi kepada publik, jangan sampai melebih-
lebihkan fakta yang ada sehingga menjadi pemberitaan yang bersifat subjektif.
Kedua, independensi etis, persoalan ini menyangkut tentang diri seseorang yang
terlibat dalam penggalian informasi, sehingga ketika seseorang menyajikan berita
haruslah terbebas dari bentuk intervensi terhadap diri perseorangan.
Di Indonesia sendiri, terdapat beberapa media massa online yang
mengatasnamakan dirinya independen, dan mempertahankan semangat jurnalisme
yang berlandaskan pada kebenaran. Sehingga media massa yang bersifat demikian
berani mengklaim bahwa tidak akan memonopoli segala bentuk kebenaran dalam
hal apapun, meski kebenaran tersebut berada pada tempat yang tidak disukai.
Masyarakat di Indonesia pun cenderung memberikan dukungan terhadap media
massa online yang bersifat Independen. Terbukti dengan banyak minat
masyarakat yang menggali sumber-sumber informasi melalui media massa online
jenis ini. Selain itu, masyarakat seringkali memberikan pembelaan atas media
massa independen, apabila terdapat bentuk intervensi pihak luar yang

48
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL
“Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-
73470-5-2

mempermasalahkan informasi yang disajikan, karena dinilai terlalu vulgar dalam


pemberitaan, untuk dikonsumsi pihak luar.
Salah satu media massa online yang menjadi analisis penulis ialah media
massa online Majalah Tempo. Namun titik tumpu analisis penulis yakni pada
bentuk komunikasi politik yang dihadirkan, terutama pada bulan April 2019 yang
sangat sensitif terhadap isu-isu politik.

C. ANALISIS KRITIS PADA MEDIA MASSA TEMPO BULAN APRIL


2019
Majalah berita mingguan Tempo, merupakan salah satu media massa
yang kini menggunakan internet sebagai sarana publikasinya. Pada bulan April
2019, majalah ini mengeluarkan sejumlah laporan utama yang sangat kental
dengan informasi-informasi politik. Mengingat pada bulan ini pula, Indonesia
sedang merayakan puncak pesta Demokrasi yang ditandai dengan diadakannya
Pemilu serentak DPR RI, DPRD, DPD, Partai Politik, dan Presiden beserta wakil
presidennya.

Untuk menganalisa hal tersebut, berikut data publikasi berita yang memuat
konten komunikasi politik:

- Minggu pertama, 06 April 2019

Gambar E.1 taman safari Indonesia menjadi bagian dari perdagangan


illegal satwa dilindungi.
Pada minggu ini, komunikasi politik yang dihadirkan tidak begitu
menyentuh isu-isu pemilu ataupun politik. Hal ini ditandai dengan rubrik utama

49
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL
“Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-
73470-5-2

berita yang lebih banyak menyajikan kasus terkait transaksi satwa ilegal ditaman
safari. Dalam kolom opini pun, berita yang diusung tidak jauh dari rubrik berita
utama.

- Minggu kedua, 13 april 2019

Gambar E.2 keterlibatan anggota keluarga dan rekan kerja dalam


kampanye Joko Widodo-Ma’ruf Amin
Pada minggu kedua, berita yang disajikan meliputi isu-isu politik. Hal ini
ditandai dengan data yang menunjukan adanya 5 isu politik, 4 kolom opini, dan 1
artikel politik.

- Minggu ketiga, 20 April 2019


Gambar E.3 hasil perhitungan cepat berbagai lembaga memenangkan
pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin
Pada minggu ketiga, informasi yang disajikan lebih kepada hasil
perhitungan cepat yang dilakukan lembaga-lembaga quick count. Salah satu judul

50
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL
“Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-
73470-5-2

rubrik utama berjudulkan “Sekali lagi (hasil hitung cepat sejumlah lembaga
menempatkan Joko Widodo-ma’ruf Amin sebagai pemenang pemilihan presiden
2019”

- Minggu keempat, 27 April 2019

Gambar E.4 kedua kubu calon presiden menuding lawan curang.

Pada minggu terakhir, berita yang dihadirkan mayoritas berupa isu-isu


terkait kecurangan perhitungan pemilu di berbagai TPS di daerah-daerah. Rubrik
utama meberitakan hal-hal seperti kesalahan penghitungan suara, manipulasi suara
pemilu, dan gerakan-gerakan sebagian daerah masyarakat yang merasa kecewa
atau ketidak puasan dengan perhitungan suara yang dilakukan KPU.

KESIMPULAN

Perkembangan media massa, telah mengantarkan masyarakat kepada


bentuk media massa online atau berbasis digital sebagai sumber informasi yang
dapat digali secara instan. Media massa online yang memiliki sifat independen,
lebih mengedapankan penyiaran informasi secara objektif, dengan mengacu pada
kebenaran yang terjadi sebagaimana adanya. Oleh sebab itu, untuk mewujudkan
sebuah bentuk informasi yang sesuai dengan realitas eksternal, diperlukan
independensi pers sebagai penggerak media massa, yang kemudian menjadi
konsumsi informasi bagi masyarakat.

Majalah Tempo sebagai salah satu media massa di Indonesia yang telah
beralih pada sistem digital, mampu mempertahankan keakuratan data dan fakta

51
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL
“Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-
73470-5-2

yang disajikan kepada masyarakat, dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai


independen. Sehingga majalah ini, menjadi bentuk penyiaran informasi yang
secara murni tanpa tercemari oleh kepentingan-kepentingan dari pihak luar.

Di dalam majalah tempo edisi bulan april termuat setidaknya 20 berita


tentang politik yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan, partisipasi,
dan perkembangan politik pada masyarakat terhadap politik.

Analisis singkat media massa online Majalah Tempo di bulan April telah
menggambarkan dua hal. Pertama, penyiaran informasi yang objektif berdasarkan
realitas eksternal yang ada. Kedua, bentuk komunikasi politik yang di muat dalam
media massa online bukan hanya menjadi kekuatan bagi pemilik kekuasaan,
namun masyarakat juga menjadi potensi perubahan politik melalui media tersebut

DAFTAR PUSTAKA
Akun, D. I. et al. Video Blogging, (071411531008).
Ardha, B. (2014). Social Media Sebagai Media Kampanye Partai Politik 2014 Di
Indonesia : Visi Komunikasi, 13(1), hal. 105–120.
Di, T. dan Pulau, K. (2016). Strategi Kampanye Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (Pdip) Dalam Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2014 Di
Kabupaten Pulau Taliabu: Jurnal Politico, 3(1).
Eection, Csis. 2019. “Politik Identitas Dalam Pemilu 2019 : Proyeksi Dan
Efektivitas,” 1.
Juditha, C. (2019) . Penggunaan Media Digital Dan Partisipasi Politik Generasi
Milenial: Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik, 22(2), hal. 91–
105. doi: http://dx.doi.org/10.33299/jpkop.22.2.1628.
Haryanto, Ignatius. 2004. “Media Ownership and Its Implication for Journalism
and Journalism in Indonesia.” Politics and the Media in Twenty First
Century Indonesia.
Heryanto, G. (2009). Ruang publik komunitas virtual. Retrieved November 28,
2016, from UINJKT: http://www.uinjkt.ac.id/id/ruang-publik-komunitas-
virtual/
Hinca, I.P Panjaitan. 2003. “Peran Media, Ombudsman Pers Dan Hak Jawab
Untuk Pelaksanaan Otonomi Daerah.” Indonesia Media Law and Policy
Centre 01: 85–100.

52
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL
“Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-
73470-5-2

Manurung, H. N. dan Waluyo, T. J. (2009). Peran Sosialisasi Politik. hal. 93–108.


Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Edition 4. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Stuart Mill, Jhon. 2002. on Liberty and Utilitarianism. New York: Bantam Books.
Severin, W. J. (2005). Comunication Theoris. Jakarta: Kencana.
Tapsel, R. (2018). Kuasa Media di Indonesia. Tangerang Selatan: Marjin Kiri.

Pemula, P. P. (2011). Sosialisasi Politik Dalam Meningkatkan Kecapakan


Partisipatoris Pemilih Pemula: Sosietas, 1(1). doi:
10.17509/sosietas.v1i1.1115.
Periode, D., Kabupaten, D. I. dan Morotai, P. (2019) “ Issn :2337 - 5736,” (1), hal.
1–11.
Situmorang, J. R. (2012) . Pemanfaatan Internet Sebagai New Media Dalam
Bidang Politik, Bisnis, Pendidikan Dan Sosial Budaya : Jurnal
Administrasi Bisnis, 8(1), hal. 77–91.
Suryani, H. H. (2011). Politik Indonesia : Politik Indonesia, 1(2), hal. 206–222.
Tersedia pada:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31700/3/Haniah
Hanafie.pdf.
Taqwa, Iradhad. (2018). Expression of Political Friends AhokVoluntarism in
Elections Jakarta 2017. Journal of Local Government Issues, 1(1), 56-84,
DOI: https://doi.org/10.22219/logos.Vol1.No1.56-84.
Vincent, Miller. 2011.Understanding Digital Culture. London : Sage.

53

Anda mungkin juga menyukai