Anda di halaman 1dari 12

Dosen : Rino Istarno

Ekonomi Politik dan Penyalahan Kode Jurnalistik


Dalam Media Indonesia

Ahmad Zilky 0802517010


Amir Mutawadzin 0802517018
Kemal Mulya Fasya 0802517081
Renaldi Nugraha 0802517142
Bab 1
Pendahuluan
Latar Belakang
Berita adalah sebuah kebutuhan bagi kehidupan bermasyarakat untuk mengetahui apa yang terjadi di
sekitar kita, yang bisa didapatkan melalui media cetak, media online, radio, television. Akan tetapi
penyebaran berita melalui media massa seringkali dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dan
politik.
Teoritisi utama agenda setting adalah Maxwell McCombs dan Donald Shaw(1972). Mereka
menuliskan bahwa audience tidak hanya mempelajari berita – berita dan hal – hal lainnya melalui
media massa tapi juga mempelajari seberapa besar arti penting yang diberikan pada suatu isu atau
topik dari cara media massa memberikan penekanan terhadap topik tersebut.1
Media Indonesia merupakan koran nasional yang terbit sejak 19 Januari 1970. Awalnya Media
Indonesia hanya terdiri dari empat halaman dengan tiras yang masih terbatas. Kantor pertamanya saat
itu beralamat di Jalan Letnan Jenderal MT Haryono, Jakarta, dengan lembaga yang menerbitkan ialah
Yayasan Warta Indonesia.2
Pada 1987, pendiri Media Indonesia Teuku Yousli Syah bekerja sama dengan Surya Paloh, mantan
pemimpin surat kabar Prioritas. Dari kerja sama itu lahirlah Media Indonesia dengan manajemen baru
di bawah PT Citra Media Nusa Purnama. Surya Paloh menjabat direktur utama selain itu juga
menjabat sebagai ketua Nasdem, sedangkan Teuku Yousli Syah sebagai pemimpin umum. 3
Pada tahun 1970an, ekonomi politik media dikembangkan di dalam kerangka Marxis yang lebih
eksplisit. Karenanya, ekonomi politik media lebih tertarik dalam mempelajari komunikasi dan media
sebagai komoditas yang dihasilkan oleh industri kapitalis. Sedangkan Nicholas Garnham
menambahkan bahwa ekonomi politik komunikasi melibatkan analisis mengenai gaya produksi dan
konsumsi cultural yang dikembangkan dalam masyarakat kapitalis.” Di sini media dilihat sebagai
entitas ekonomi dengan peranan langsung sebagai pencipta nilai surplus dan peranan tidak langsung
sebagai pencipta nilai surplus di dalam sektor produksi komoditas lainnya (seperti iklan misalnya).
Sebagai akibatnya, muncul apa yang disebut sebagai imperialisme budaya.
Dengan adanya kepemimpinan di dalam Media Indonesia yaitu Surya Paloh yang juga memiliki partai
politik Nasdem yang kini pada pemilihan presiden bergabung dengan kubu Joko Widodo dan
K.H.Ma’ruf Amin adanya kemungkinan pemberitaan yang tidak berimbang dan dapat melanggar kode
etik jurnalistik.
Maka dari itu kami ingin meneliti seberapa jauh pengaruh kekuasaan Surya Paloh di bidang politik
dan ekonomi di Media Indonesia yang digawangi olehnya.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan masalah pada penelitian ini sebagai
berikut:

1
e-Proceeding of Management : Vol.2, No.1 April 2015 | Page 838
2
http://mediaindonesia.com/statics/tentang-kami diakses pada 10 Oktober 2018, pukul:17:16
3
Ibid
1. Sejauhmana kepentingan politik yang ada di Media Indonesia dapat berpengaruh dalam
pemilihan presiden 2018?

Bab 2
Kerangka Pemikiran
Media Massa
Media massa merupakan salah satu alat yang digunakan untuk berkomunikasi setiap hari, kapan saja
dan dimana saja antara satu orang dengan orang yang lain. Setiap orang akan selalu memerlukan
media massa untuk mendapatkan informasi mengenai kejadian di sekitar mereka, dengan media massa
pula orang akan mudah mendapatkan informasi yang mereka butuhkan pada saat tertentu mereka
menginginkan informasi. Disisi lain manusia dapat berbagi kejadian – kejadian yang terjadi di sekitar
mereka kepada orang lain. Sehingga antara satu orang dengan orang lain di daerah yang berbeda dapat
melakukan pertukaran informasi mengenai kejadian disekitar mereka melalui media massa. 4
Sifat Media Massa
Sifat media massa, yaitu serempak dan cepat. Serempak berarti bahwa keserempakan kontak antara
komunikator dengan komunikan lebih besar jumlahnya. Pada saat yang sama, media massa dapat
membuat khalayak secara serentak dapat menaruh perhatian kepada pesan yang disampaikan oleh
komunikator. Selain itu sifat dari media massa adalah cepat, yang berarti memungkinkan pesan yang
disampaikan pada banyak orang dalam waktu cepat. 5
Sejarah media Indonesia
Media Indonesia merupakan koran nasional yang terbit sejak 19 Januari 1970. Awalnya Media
Indonesia hanya terdiri dari empat halaman dengan tiras yang masih terbatas. Kantor pertamanya saat
itu beralamat di Jalan Letnan Jenderal MT Haryono, Jakarta, dengan lembaga yang menerbitkan ialah
Yayasan Warta Indonesia.6

Teori Ekonomi Politik7


Kajian awal di bidang ekonomi politik berfokus pada efek individual dan penelitian yang
berorientasi psikologis serta sedikit perhatian diberikan pada konteks ekonomi di mana media
dihasilkan, didistribusikan dan dikonsumsi. Pada tahun 1950-an dan 1960-an bekas ekonom FCC
(Federal Communications Commision) Profesor Dallas Smythe menyatakan bahwa sangat penting
untuk mempertimbangkan komunikasi sebagai bagian dari ekonomi dan memahaminya sebagai
entitas ekonomi. Ia juga berpendapat bahwa tujuan utama dari mengaplikasikan ekonomi politik pada
komunikasi adalah untuk mempelajari struktur dan kebijakan institusi komunikasi dalam lingkungan
sosialnya. Smythe berargumentasi bahwa tujuan utama dari aplikasi ekonomi politik komunikasi
adalah untuk mengevaluasi pengaruh agen-agen komunikasi dalam bentuk kebijakan-kebijakan yang
dibuat dan dioperasikan atau dengan kata lain, mempelajari mengenai struktur dan kebijakan dari
institusi komunikasi dengan latar/setting kemasyarakatan. Walaupun diskusi Smythe ini tidak
menggunakan sudut pandang Marxisme, diskusinya merupakan langkah yang cukup besar dalam
bidang kajian komunikasi massa pada masa itu.
4
http://eprints.ums.ac.id/25690/3/BAB_I.pdf

5
Havied Cangata, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2002, Hal.20
6
http://mediaindonesia.com/statics/tentang-kami
7
file:///C:/Users/rnldngrh/Downloads/16-25-1-SM%20(5).pdf diakses pada 17 November 2018 pukul 16:10
Pada tahun 1970an, ekonomi politik media dikembangkan di dalam kerangka Marxis yang
lebih eksplisit. Karenanya, ekonomi politik media lebih tertarik dalam mempelajari komunikasi dan
media sebagai komoditas yang dihasilkan oleh industri kapitalis. Sedangkan Nicholas Garnham
menambahkan bahwa ekonomi politik komunikasi melibatkan analisis mengenai gaya produksi dan
konsumsi cultural yang dikembangkan dalam masyarakat kapitalis.” Di sini media dilihat sebagai
entitas ekonomi dengan peranan langsung sebagai pencipta nilai surplus dan peranan tidak langsung
sebagai pencipta nilai surplus di dalam sektor produksi komoditas lainnya (seperti iklan misalnya).
Sebagai akibatnya, muncul apa yang disebut sebagai imperialisme budaya.
Ekonomi politik media menjelaskan perhatian lebih banyak pada struktur ekonomi dari pada
muatan (isi) ideologis media komunikasi. Teori ini mengemukakan ketergantungan ideologi pada
kekuatan ekonomi dan mengarahkan perhatian penelitian pada analisis empiris terhadap struktur
pemilikan dan mekanisme kerja kekuatan pasar media komunikasi massa
Pendekatan Ekonomi Politik Media

Pertama, pendekatan politik-ekonomi Menurut penelitian ini, isi media ditentukan


oleh kekuatan-kekuatan ekonomi dan potitik di luar media. Faktor seperti pemilik media,
modal, iklan, regulasi pemerintah lebih menentukan ekonomi dan potitik di luar media.
Faktor seperti pemilik media, modal, iklan, regulasi pemerintah lebih menentukan bagaimana
isi media. Penentuan di sini bisa mencakup peristiwa apa saja yang bisa atau tidak bisa
ditampilkan dalam pemberitaan, atau ke arah mana kecenderungan pemberitaan itu hendak
diarahkan. Dalam pendekatan ini, mekanisme produksi berita dilihat tidak ubahnya seperti
relasi ekonomi dalam struktur produksi sebuah perusahaan bisnis. Pola dan jenis pemberitaan
ditentukan oleh kekuatan-kekuatan ekonomi yang secara dominan menguasai perusahaan
media. Mengapa media memberitakan dengan cara seperti ini? Mengapa media hanya
mewadahi suara pihak tertentu? lawabannya dicari dengan melihat kepentingan ekonomi,
kepemilikan media, atau kepentingan politik di balik sebuah media.

Kedua, pendekatan organisasi (organisational approaches). Pendekatan ini bertolak


belakang dengan pendekatan ekonomi politik. Dalam pendekatan ekonomi politik, media
diasumsikan dipengaruhi kekuatan-kekuatan eksternal yang ada di luar diri pengelola media.
Pengelola media dipandang bukan sebagai entitas yang aktif, sebaliknya pekerjaan mereka
dibatasi oleh berbagai stmktur yang mau tidak mau memaksanya unfuk katakanlah
memberitakan dengan cara tertentu. Pengelola media dipandang tidak bisa mengekspresikan
pendekatan pribadinya. Sebaliknya, kekuatan eksternal di luar diri medialah yang
menentukan apa yang seharusnya dikerjakan dan diberitakan. Pendekatan organisasi justru
-"dilihat pengelola media sebagai pihak yang aktif dalam proses pembentukan dan produksi
berita. Dalam pendekatan ini, berita dilihat sebagai hasil dari mekanisme yang ada dalam
ruang redaksi. Praktek kerja, profesionalisme dan tata aturan yang ada dalam ruang organisasi
adalah unsur-unsur dinamik yartg mempengaruhi pemberitaan. Mengapa media
memberitakan kasus A, mengapa kasus A diberitakan dengan cara tertentu, penjelasannya
dilihat berdasarkan mekanisme yang terjadi dalam ruang redaksi. Mekanisme itu misalnya
dalam hal penentuan nilai-nilai berita. Dalam hal ini, sebuah peristiwa diberitakan karena
mempunyai nilai berita tertentu. Atau tokoh politik tertentu dikutip bukan karena mempunyai
motivasi ekonomi dan politik, tetapi karena ia mempunyai nilai berita yang tinggi: artis,
pejabat atau tokoh politik ternama lainnya. Dengan kata lain, proses produksi berita adalah
mekanisme keredaksian, dimana setiap organisasi berita mempunyai pola dan mekanisme
tersendiri untuk memberitakan suatu peristiwa. Mekanisme itu bersifat internal, bukan
ditentukan oleh kekuatan di luar diri media. Media dianggap otonom dalam menentukan apa
yang boleh, apa yang baik, apa yang layak dan tidak layak diberitakan.

Ketiga, pendekatan kulturalis (Culturalist Approach). Pendekatan ini jrgu dikenal


sebagai cultural studies, dan merupakan gabungan antara pendekatan ekonomi politik dan
pendekatan organisasi. Proses produksi berita dalam pendekatan kulturalis dilihat sebagai
mekanisme yang rumit dan melibatkan faktor internal media (rutinitas organisasi) juga faktor
eksternal di luar diri media. Mekanisme yang rumit itu ditunjukkan dengan melihat
bagaimana perdebatan yang, terjadi dalam ruang redaksi. Media pada dasarnya memang
mempunyai mekanisme untuk menentukan pola dan aturan organisasi, tetapi berbagai pola
yang dipakai untuk memaknai peristiwa tersebut tidak dapat dilepaskan dari kekuatan-
kekuatan ekonomi politik di luar diri media

Kode etik media jurnalistik


Kode Etik adalah acuan moral untuk mengatur tindak-tanduk seorang wartawan (Panji Semirang,
2007). Kode Etik Jurnalistik bisa berbeda antara satu organisasi ke organisasi lain, dari satu koran ke
koran lain, namun secara umum dia berisi hal-hal berikut yang menjamin terpenuhinya tanggung
jawab seorang wartawan kepada publik pembacanya. Etika jurnalistik adalah standar aturan perilaku
dan moral, yang mengikat para jurnalis dalam melaksanakan pekerjaannya (Nicholas Andrei E.S,
2011). Etika jurnalistik ini tidak hanya untuk memelihara dan menjaga standar kualitas pekerjaan si
jurnalis bersangkutan, tetapi juga untuk melindungi atau menghindarkan khalayak masyarakat dari
kemungkinan dampak yang merugikan dari tindakan atau perilaku keliru dari si jurnalis
bersangkutan.8
Ada beberapa kode etik Jurnalistik yaitu,9
Pasal 1

8
JURNAL INTERAKSI, Vol 3 No 2, Juli 2014 : 131-139
9
https://tirto.id/kode-etik-jurnalistik-8Nb diakses pada 10 Oktober 2018 pukul 17:44
Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak
beritikad buruk.
Penafsiran
a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur
tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers.
b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi.
c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara.
d. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan semata-mata untuk menimbulkan
kerugian pihak lain.
Pasal 2
Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik.
Penafsiran
Cara-cara yang profesional adalah:
a. menunjukkan identitas diri kepada narasumber;
b. menghormati hak privasi;
c. tidak menyuap;
d. menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya;
e. rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan
keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang;
f. menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara;
g. tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri;
h. penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi
kepentingan publik.
Pasal 3
Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan
fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.
Penafsiran
a. Menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang kebenaran informasi itu.
b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masing-masing pihak secara
proporsional.
c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini berbeda dengan opini
interpretatif, yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas fakta.
d. Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi seseorang.
Pasal 4
Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
Penafsiran
a. Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh wartawan sebagai hal yang tidak
sesuai dengan fakta yang terjadi.
b. Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat buruk.
c. Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan.
d. Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto, gambar, suara, grafis atau
tulisan yang semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi.
e. Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan mencantumkan waktu pengambilan
gambar dan suara.
Pasal 5
Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak
menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.
Penafsiran
a. Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri seseorang yang memudahkan
orang lain untuk melacak.
b. Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan belum menikah.
Pasal 6
Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap.
Penafsiran
a. Menyalahgunakan profesi adalah segala tindakan yang mengambil keuntungan pribadi atas
informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi pengetahuan umum.
b. Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain yang
mempengaruhi independensi.

Pasal 7
Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui
identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off
the record sesuai dengan kesepakatan.

Penafsiran
a. Hak tolak adalak hak untuk tidak mengungkapkan identitas dan keberadaan narasumber demi
keamanan narasumber dan keluarganya.
b. Embargo adalah penundaan pemuatan atau penyiaran berita sesuai dengan permintaan narasumber.
c. Informasi latar belakang adalah segala informasi atau data dari narasumber yang disiarkan atau
diberitakan tanpa menyebutkan narasumbernya.
d. Off the record adalah segala informasi atau data dari narasumber yang tidak boleh disiarkan atau
diberitakan.
Pasal 8
Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi
terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta
tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.
Penafsiran
a. Prasangka adalah anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui secara jelas.
b. Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan.
Pasal 9
Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk
kepentingan publik.
Penafsiran
a. Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan berhati-hati.
b. Kehidupan pribadi adalah segala segi kehidupan seseorang dan keluarganya selain yang terkait
dengan kepentingan publik.

Pasal 10
Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat
disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.
Penafsiran
d. Segera berarti tindakan dalam waktu secepat mungkin, baik karena ada maupun tidak ada teguran
dari pihak luar.
e. Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan terkait dengan substansi pokok.
Pasal 11
Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.
Penafsiran
a. Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau
sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya.
b. Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan
oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain.
c. Proporsional berarti setara dengan bagian berita yang perlu diperbaiki. 10
2.1 media massa
Menurut Leksikon Komunikasi, media massa adalah “sarana penyampai pesan yang berhubungan
langsung dengan masyarakat luas misalnya radio, televisi, dan surat kabar”.

10
https://tirto.id/kode-etik-jurnalistik-8Nb diakses pada 17 Oktober 2018 pukul 13:54
Menurut Cangara, media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari
komunikator kepada khalayak, sedangkan pengertian media massa sendiri alat yang digunakan dalam
penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat komunikasi seperti
surat kabar, film, radio dan televisi.
Media adalah bentuk jamak dari medium yang berarti tengah atau perantara. Massa berasal dari
bahasa Inggris yaitu mass yang berarti kelompok atau kumpulan. Dengan demikian, pengertian media
massa adalah
perantara atau alat-alat yang digunakan oleh massa dalam hubungannya satu sama lain (Soehadi,
1978:38).
Media Massa adalah sarana komunikasi massa dimana proses penyampaian pesan, gagasan, atau
informasi kepada orang banyak (publik) secara serentak.
Karakteristik Media Massa
Sebuah media bisa disebut media massa jika memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik Media
massa menurut Cangara (2006) antara lain:
Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari
pengumpulan,pengelolaan sampai pada penyajian informasi.
Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara
pengirim dan penerima. Kalau pun terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan
tertunda.
Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki
kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh
banyak orang dalam waktu yang sama.
Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar, dan semacamnya.
Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal
batas usia, jenis kelamin, dan suku bangsa
Menurut Djafar H. Assegaf (1991), media massa memiliki lima ciri:
Komunikasi yang terjadi dalam media massa bersifat searah di mana komunikan tidak dapat
memberikan tanggapan secara langsung kepada komunikatornya yang biasa disebut dengan
tanggapan yang tertunda (delay feedback).
Media massa menyajikan rangkaian atau aneka pilihan materi yang luas, bervariasi. Ini menunjukka
bahwa pesan yang ada dalam media massa berisi rangkaian dan aneka pilihan materi yang luas bagi
khalayak atau para komunikannya.
Media massa dapat menjangkau sejumlah besar khalayak. Komunikan dalam media massa berjumlah
besar dan menyebar di mana-mana, serta tidak pernah bertemu dan berhubungan secara personal.
Media massa menyajikan materi yang dapat mencapai tingkat intelek rata-rata. Pesan yang disajikan
dengan bahasa yang umum sehingga dapat dipahami oleh seluruh lapisan intelektual baik komunikan
dari kalangan bawah sampai kalangan atas.
Media massa diselenggrakan oleh lembaga masyarakat atau organisasi yang terstruktur.
Penyelenggara atau pengelola media massa adalah lembaga masyarakat/organisasi yang teratur dan
peka terhadap permasalahan kemasyarakatan.
Kategori Media: Jenis-Jenis Media Massa
Media massa dapat diklasifikasikan kepada tiga kategori:

Media Cetak –suratkabar/koran, majalah, majalah, buku, newsletter,


Media Elektronik –televisi, radio, video, dan film.
Media Online –Syber Media, Media Internet, Media Berbasis Internet. 11

2.2 berita online


Media Online disebut juga dengan Digital Media adalah media yang tersaji secara online di internet.
Pengertian Media Online dibagi menjadi dua pengertian yaitu secara umum dan khusus:
A. Pengertian Media Online secara umum, yaitu segala jenis atau format media yang hanya bisa
diakses melalui internet berisikan teks, foto, video, dan suara. Dalam pengertian umum ini, media
online juga bisa dimaknai sebagai sarana komunikasi secara online. Dengan pengertian media online
secara umum ini, maka email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp, dan media sosial (sosial
media) masuk dalam kategori media online.
B. Pengertian Media Online secara khusus yaitu terkait dengan pengertian media dalam konteks
komunikasi massa. Media adalah singkatan dari media komunikasi massa dalam bidang keilmuan
komunikasi massa mempunyai karakteristik tertentu, seperti publisitas dan periodisitas. 12
Media online adalah sebutan umum untuk sebuah bentuk media yang berbasis telekomunikasi dan
multimedia. Didalamnya terdapat portal, website (situs web), radio-online, TV-online, pers online,
mail-online, dll, dengan karakteristik masing sesuai dengan fasilitas yang memungkinkan user
memanfaatkannya.
Salah satu desain media online yang paling umum diaplikasikan dalam praktik jurnalistik
modern dewasa ini adalah berupa situs berita. Situs berita atau portal informasi sesuai dengan
namanya merupakan pintu gerbang informasi yang memungkinkan pengakses informasi memperoleh
aneka fitur fasilitas teknologi online dan berita didalamnya. Contennya merupakan perpaduan layanan
interaktif yang terkait informasi secara langsung, misalnya tanggapan langsung, pencarian artikel,
forum diskusi, dll. Atau yang tidak berhubungan sama sekali dengannya, misalnya games, chat, kuis,
dll.13
Pembahasan
1. Pendekatan ekonomi
Pendekatan politik-ekonomi Menurut penelitian ini, isi media ditentukan oleh kekuatan-kekuatan
ekonomi dan potitik di luar media. Faktor seperti pemilik media, modal, iklan, regulasi pemerintah
lebih menentukan ekonomi dan potitik di luar media. Faktor seperti pemilik media, modal, iklan,
regulasi pemerintah lebih menentukan bagaimana isi media.

11
http://komunikasi.uinsgd.ac.id/pengertian-media-massa/, diakses pada 17 Oktober 2018 pukul 14:21
12
M.Romli, Asep Syamsul. Jurnalistik Online: Panduan Praktis Mengelola Media Online (
Bandung, Nuansa Cendekia, 2012) Hal 34.
13
http://mediatajir.blogspot.com/2012/11/pengertian-media-online.html, diakses pada 17 Oktober 2018
pukul 14:34
Advetorial adalah istilah yang merujuk pada jenis tulisan yang menggunakan gaya tulisan editorial
dan iklan, dan dibuat untuk memberikan daya dukung dalam membentuk citra yang baik dibenak
publik sasaran (membentuk opini baik publik).
Dalam pemberitaan ini memiliki modal dalam pemberitaan, memiliki wewenang dalam memuat
produknya maka dengan itu media Indonesia memiliki kepentingan ekonomi dalam pemberitaan di
media onlinenya.
2. Pendekatan Kulturalis
pendekatan organisasi (organisational approaches). Pendekatan ini bertolak belakang dengan
pendekatan ekonomi politik. Dalam pendekatan ekonomi politik, media diasumsikan dipengaruhi
kekuatan-kekuatan eksternal yang ada di luar diri pengelola media. Pengelola media dipandang bukan
sebagai entitas yang aktif, sebaliknya pekerjaan mereka dibatasi oleh berbagai stmktur yang mau tidak
mau memaksanya unfuk katakanlah memberitakan dengan cara tertentu. Pengelola media dipandang
tidak bisa mengekspresikan pendekatan pribadinya. Sebaliknya, kekuatan eksternal di luar diri
medialah yang menentukan apa yang seharusnya dikerjakan dan diberitakan
Apabila kita melihat dengan pendekatan kulturalis ini maka Media Indonesia memiliki
kecenderungan memberitakan suatu hal yang berhubungan dengan cara tertentu. Apalagi kita
mengetahui bahwa pemilik Media Indonesia juga menjadi pendiri partai politik Nasdem. Maka kami
memiliki beberapa contoh pemberitaan yang dilakukan dengan cara tertentu sebagai berikut,
Pada pemberitaan Media Indonesia yang bertajuk “Jokowi Kukuh Jaga Kedaulatan, Dubes
Tiongkok Dekati Prabowo”14. Dengan ini kita melihat ada kecenderungan pemberitaan yang tak
bersifat independen dan cenderung berpihak pada salah satu capres. Perlu diketahui, bahwa Nasdem
yang dimiliki Surya Paloh berafiliansi dengan kubu Joko Widodo.
Kesimpulan
Media Indonesia, bila dilihat melalui pendekatan ekonomi memfasilitasi Toyota dalam memberitakan
produknya yang bertujuan untuk membuat opini publik bahwa Toyota adalah salah satu produk yang
wajib dibeli oleh masyarakat dan dengan melihat melalui pendekatan Kulturalis pemberitaan yang
dilakukan oleh Media Indonesia berpihak pada salah satu capres. Ini jelas sekali menyalahi kode etik
jurnalistik pasal 1, yang tertulis bahwa Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita
yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.

14
http://m.mediaindonesia.com/read/detail/187441-jokowi-kukuh-jaga-kedaulatan-dubes-tiongkok-dekati-
prabowo diakses pada 17 November 2018 pukul 17:09

Anda mungkin juga menyukai