Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

POLITIK MEDIA
Untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Ekonomi, Politik, dan Budaya Media

Dosen Pengampu : Dr. Hj. Siti Solikhati, MA

Disusun oleh :

Nabilla Kinantiya Dwita (2001026090)

Najmah Lu’lu (2001026091)

Noviatun Hasanah (2001026093)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Menurut Herbet Miclosky (dalam,Setiadi,2013:129) menyatakan bahwa “Partisipasi politik


adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil
bagian dalam proses pemilihan penguasa, baik secara langsung atau tidak langsung, dalam proses
pembentukan kebijakan umum”. Oleh karena itu sangat baik jika seluruh rakyat Indonesia ikut
berpartisipasi. Untuk dapat mewujudkan partisipasi yang baik maka harus adanya sarana dan
prasarana. Sarana dan prasarana yang dapat merangsang partisipasi politik adalah media massa.

Media massa merupakan salah satu sarana yang dijadikan sebagai perpanjangan lidah dan
tangan yang berjasa meningkatkan kapasitas manusia untuk mengembangkan struktur sosialnya.
Peran media massa khususnya dalam kehidupan politik tidak diragukan lagi. Media massa sangat
berperan dalam perkembangan atau bahkan perubahan pola tingkah laku dari suatu masyarakat.
Oleh karena itu kedudukan media massa dalam masyarakat sangat penting. (McQuail,2000:66).

(Hasanuddin,dkk,2015:41) menyatakan bahwa: “Media massa mampu mempengaruhi


tindakan dan pemikiran khalayak antara lain dalam hal budaya, sosial, dan politik. Hal ini
menjadi sangat penting dalam setiap kampanye politik. Cakupan yang luas dalam masyarakat
membuat media massa dianggap sebagai salah satu cara yang efektif dalam mengkomunikasikan
program kerja, pesan politik kepada konsumen pembaca”.

2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan politik media?

2. Bagaimanakah konsep dari politik media?

3. Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan politik media?

2. Mengetahui bagaimanakah konsep dari politik media?


BAB II

PEMBAHASAN

1. Politik media
Media merupakan bagian terpenting dari sistem politik dan sosial. Selain sebagai sumber
informasi, menghibur, dan mendidik, media sekaligus menanamkan nilai-nilai masyarakat serta
mengintegrasikannya ke dalam sistem sosial. Media menyediakan ruang atau saluran bagi para
politikus, kelompok kepentingan, dan publik untuk melangsungkan komunikasi. Memediasi
berlangsungnya diskusi atau beradu argumentasi dan seperangkat saluran disediakan media
untuk para politikus, partai politik, kelompok kepentingan, dan publik. Media merupakan bagian
terpenting dari sistem politik dan sosial. Selain sebagai sumber informasi, menghibur, dan
mendidik, media sekaligus menanamkan nilai-nilai masyarakat serta mengintegrasikannya ke
dalam sistem sosial. Media menyediakan ruang atau saluran bagi para politikus, kelompok
kepentingan, dan publik untuk melangsungkan komunikasi. Memediasi berlangsungnya diskusi
atau beradu argumentasi dan seperangkat saluran disediakan media untuk para politikus, partai
politik, kelompok kepentingan, dan publik.
Hal ini berarti politisi media berdiri berlawanan dengan sistem yang lebih dulu ada, yakni politik
partai. Dalam pengertian konvensional, politisi berupaya untuk memenangkan pemilihan umum
dan dapat memerintah sebagai anggota tim partai. Dengan cara ini politik partai menjadi usang,
tetapi sistem ini sekarang menjadi hal yang setidak-tidaknya menjadi praktik politik yang umum
den gan berbagi panggung politik dengan politik media,sebagai sebuah sistem yang sedang
menggejala dengan muatan -muatannya yang mulai dapat dipahami. Politik media merupakan
sebuah sistem politik, istilah ini untuk membandingkannya dengan sistem-sistem lainnya, seperti
politik legislatif, politik birokrasi, politik yudisial, sertayang telah dibahas sekilas, politik partai.
Dalam setiap domain tersebut, dapat diidentifikasi peran kunci, kepentingan yang bermacam-
macam, aturan perilaku yang rutin, serta politik interaksi yang mapan, yang bila digabungkan
dapat memperjelas bentuk khusus dari perjuangan politik.
Politik media merupakan sebuah sistem politik, politisi saecara individual dapat terus menambah
ruang privat dan publiknya, sehingga mereka tetap dapat mengurusi masalah politik ketika ia
tengah duduk di kursi kerjanya, yaitu melalui komunikasi yang bisa menjangkau masyarakat
sasarannya melalui media massa. Dalam pengertian ko nvensional, politisi berupaya untuk
memenangkan pemilihan umum dan dapat memerintah sebagai anggota tim partai. Dengan cara
ini politik partai menjadi usang, tetapi sistem ini sekarang menjadi hal yang setidak -tidaknya
menjadi praktik politik yang umum den gan berbagi panggung politik dengan politik media,
sebagai sebuah sistem yang sedang menggejala dengan muatan -muatannya yang mulai dapat
dipahami. Politik media merupakan sebuah sistem politik, istilah ini untuk membandingkannya
dengan sistem-sistem lainnya, seperti politik legislatif, politik birokrasi, politik yudisial, serta
yang telah dibahas sekilas, politik partai. Dalam setiap domain tersebut, dapat diidentifikasi
peran kunci, kepentingan yang bermacam-macam, aturan perilaku yang rutin, serta politik
interaksi yang mapan, yang bila digabungkan dapat memperjelas bentuk khusus dari perjuangan
politik.(Aminah, 2006)

Terdapat 3 (tiga) pelaku dalam politik media :


1. Politisi,
Bagi politisi, tujuan dari politik media adalah dapat menggunakan komunitas massa
untuk memobilisasi dukungan publik yang mereka perlukan untuk memenangkan
pemilihan umum dan memainkan program mereka ketika duduk di ruangan kerja.
2. Jurnalis,
Bagi jurnalis, tujuan politik media a dalah untuk membuat tulisan yang menarik perhatian
banyak orang dan menekankan apa yang disebutnya dengan “suara yang independen dan
signifikan dari para jurnalis”.
3. Masyarakat (orang -orang yang digerakkan oleh dorongan (kepentingan) khusus.
Bagi masyarakat, tujuan politik adalah untuk keperluan mengawasi politik dan menjaga
politisi agar tetap akuntabel, dengan menggunakan basis usaha yang minimal.

Tujuan tersebut merupakan sumber ketegangan konstan yang ada di ketiga pelaku politik
media. Politisi menghendaki para jurnalis untuk bertindak sebagai pembawa berita yang
netral dalam statemen mereka dan dalam rilis pers. Sementara para jurnalis tidak ingin
menjadi tangan kanan pihak lain, mereka lebih berharap untuk bisa membuat kontribusi
jurnalistik khusus untuk berita, dimana mereka dapat menyempurnakannya dengan
menggunakan berita terkini, inves tigasi, dan analisis berita yang sangat dibenci oleh
kalangan politisi.
Jurnalis sama sekali tidak ingin membantu politisi untuk menerbitkan berita mereka kepada
publik. Jika jurnalis selalu saja melaporkan berita yang dikehendaki politisi, atau hanya
melaporkan berita politik yang sesuai dengan keinginan pembaca, maka jurnalisme hanya akan
menjadi profesi yang kurang menguntungkan dan kurang memuaskan bagi.

2. Konsep Politik Media

Membicarakan orientasi pilihan media dalam sebuah negara, tak akan lepas dari konsep yang
disebut “politik media”. Secara umum politik media dipahami sebagai upaya untuk mewujudkan
kebebasan media, kebebasan informasi, dan kebebasan penyampaian ide dan pemikiran.
Demikian pula konsep ini sering juga dipahami sebagai kajian kepentingan politik oleh aktor-
aktor politik yang terkait dengan media.(Wahyuni, 2013) konsep politik media dapat dipahami
setidaknya dalam tiga frame analisis:

a. Politik media sebagai kebijakan negara


Dalam perspektif ini, politik media merupakan keseluruhan kebijakan yang melibatkan
seluruh unsur-unsur dari sistem politik (partai, parlemen, pemerintah), yang langsung
ataupun tidak langsung mempengaruhi produksi, distribusi, dan konsumsi (penerimaan)
isi informasi dalam masyarakat. Konsep politik media sebagai kebijakan negara sangat
berkait dengan horizon nilai yang terkandung dalam sebuah penataan media, yang pada
akhirnya menentukan orientasi makro kebijakan media.
Gerhard Vowe merumuskan 3 horizon nilai yang dominan dalam penataan media:
1. Nilai keamanan (Security) politik media seharusnya mampu menjamin terciptanya rasa
aman dalam masyarakat. Melindungi masyarakat dari bahaya yang mengancam sebagai
akibat keterbukaan dan kebebasan penyampaian informasi melalui media massa Banyak
dipraktekkan oleh negara-negara yang menggunakan tradisi Etatisme dan korporatisme
(contoh: Jerman, Austria)
2. Nilai kebebasan (freedom) politik media seharusnya menjamin terwujudnya media
massa sebagai sebuah arena publik yang dapat digunakan oleh seluruh kelompok-
kelompok dalam masyarakat untuk menyampaikan ide dan pemikiran mereka yang
berkait dengan kepentingan publik. Banyak dipraktekkan oleh negara-negara Anglo
Saxon (Amerika, Kanada, Australia, dan Inggris)
3. Nilai keadilan (equality) politik media seharusnya dapat dirasakan pengaruhnya oleh
seluruh kelompok-kelompok dalam masyarakat secara optimal, media diharapkan
memperkecil kesenjangan dalam masyarakat. Banyak dipraktekkan di negara-negara
Skandinavia.
b. Politik media sebagai sistem jaringan perilaku antar actor
Pada konsep ini, politik media terkait erat dengan media massa sebagai arena yang di
dalamnya bertemu berbagai kepentingan aktor baik ekonomi dan politik. Menyebut
beberapa diantaranya misalnya penyelenggara media penyiaran, percetakan, aktor dari
sistem intermediar (kelompok agama, perserikatan, dan asosiasi-asosiasi dalam
masyarakat). Aktor-aktor yang relevan dari jaringan kerja yang sama akan berusaha
sekuat tenaga untuk mempengaruhi dan menggoalkan wacana utama yang mampu
mewakili kepentingan mereka.
c. Politik media sebagai konvergensi ekonomi – politi
Politik media sebagai arena konvergensi ekonomi-politik, merupakan sebuah thesis
bahwa media massa tidak lagi dapat dipandang sebagai sebuah bidang yang berdiri
sendiri. Melainkan ia berkembang bersama bidang yang lain. Perubahan pada bidang
tertentu, misalnya perubahan pada bidang teknologi ataupun ekonomi sangat berkait
dengan bidang kebijakan media. Dalam tingkat praxis hal ini terkait erat dengan masalah
distribusi siaran, ataupun pengaturan telekomunikasi.

KESIMPULAN

Jadi, politik media merupakan sebuah sistem politik, politisi saecara individual dapat terus
menambah ruang privat dan publiknya, sehingga mereka tetap dapat mengurusi masalah politik
ketika ia tengah duduk di kursi kerjanya, yaitu melalui komunikasi yang bisa menjangkau
masyarakat sasarannya melalui media massa.

Terdapat 3 (tiga) pelaku dalam politik media

1. Politisi
2. Jurnalis
3. Masyarakat (orang -orang yang digerakkan oleh dorongan (kepentingan) khusus.

Ssedangkan konsep secara umum politik media dipahami sebagai upaya untuk mewujudkan
kebebasan media, kebebasan informasi, dan kebebasan penyampaian ide dan pemikiran.
Demikian pula konsep ini sering juga dipahami sebagai kajian kepentingan politik oleh aktor-
aktor politik yang terkait dengan media.(Wahyuni, 2013) konsep politik media dapat dipahami
setidaknya dalam tiga frame analisis:

A. Politik media sebagai kebijakan negara


Gerhard Vowe merumuskan 3 horizon nilai yang dominan dalam penataan media:
1. Nilai keamanan (Security)
2. Nilai kebebasan (freedom)
3. Nilai keadilan (equality)
B. Politik media sebagai sistem jaringan perilaku antar actor
C. Politik media sebagai konvergensi ekonomi – politik

BAB III
PENUTUP
1.Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Aminah, S. (2006). Politik Media, Demokrasi Dan Media Politik. Jurnal Universitas Airlangga,
19(3).
Wahyuni, H. I. (2013). Politik Media dalam Transisi Politik: Dari Kontrol Negara Menuju Self-
Regulation Mechanism. Jurnal ILMU KOMUNIKASI, 4(1).
https://doi.org/10.24002/jik.v4i1.228

Anda mungkin juga menyukai