Anda di halaman 1dari 4

Nama : Khairul Daffa Harnandi

NIM : 1901113647

Manajemen Industri Media

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan manajemen industri media dan apa alasannya
media dikatakan sebagai industri?
2. Media di satu sisi memiliki peran sebagai institusi sosial dan di sisi lain juga berperan
sebagai institusi komersial. Berikan analisa anda apa dampaknya bagi masyarakat jika
media lebih mengedepankan perannya sebagai institusi komersial. Berikan penjelasan
anda dengan menggunakan contoh kasus.
3. Jelaskan dampak kepemilikan media yang dikuasai oleh kelompok tertentu
(konglomerasi media) pada publik atau khalayak.

Jawab

1. Manajemen industri media adalah ialah sebuah sistem pengelolaan media yang mana
didalamnya terdapat fungsi-fungsi manajemen, yaitu; perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian informasi, sumber daya manusia, kualitas produksi guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh institusi media tersebut. Mengapa media
dapat dikatakan sebagai industri? Jawabannya adalah karena adanya komoditas. Isi
media adalah ekonomi politik komunikasi menurut Vincent Mosco terdapat tiga hal
yang penting, yaitu; Komodifikasi, Spasialisasi, dan Strukturasi (Alfani, 2014).
Berdasarkan tiga hal tersebut terdapat komponen yang disebut komodifikasi.
Komodifikasi merupakan bagaimana proses transformasi barang dan jasa beserta nilai
gunanya menjadi suatu komoditas yang mempunyai nilai tukar di pasar. Nilai dari
sebuah media diukur dari bagaimana media tersebut dapat menjangkau khalayak secara
luas dan bagaimana media tersebut memenuhi kebutuhan dari khalayak. Berbeda
dengan barang lain, yang mana barang-barang tersebut dapat dihitung secara ekonomi
konvensional. Hal ini berbeda karena yang dijual oleh media adalah berupa informasi
dan hiburan bukan barang. Kemudian dari segi periklanan, banyak produk-produk yang
memasang iklan di media. Dalam komodifikasi tersendiri terbagi menjadi tiga, yaitu;
Komodifikasi isi atau konten, komodifikasi khalayak, dan komodifikasi pekerja . Ketiga
hal tersebut merupakan produk dari media sehingga dikatakan menjadi industri.
Komodifikasi isi berupa konten-konten yang akan diproduksi oleh media kepada
khalayak. konten tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga dapat diterima dipasar.
Komodifikasi khalayak merupakan semakin banyak khalayak yang tertarik dengan media
tersebut maka semakin banyak penghasilan dari media tersebut. ketertarikan ini dapat
dinilai melalui rating dari media tersebut, semakin tinggi rating maka semakin banyak
iklan yang masuk dan dipasang di media tersebut. oleh karena itu khalayak merupakan
produk penting dari media. Dan yang terakhir adalah komodifikasi pekerja, yang mana
media merupakan sumber lapangan pekerjaan yang luas dan dapat menghidupkan
industri lain yang terkait. Sebagai timbal balik untuk media pekerja merupakan
penggerak kegiatan produksi. Bukan hanya produksi, tapi juga distribusi. Pemanfaatan
tenaga dan pikiran mereka secara optimal dengan cara mengkonstruksi pikiran mereka
tentang bagimana menyenagkannya jika bekerja dalam sebuah institusi media massa.

2. Media pers hadir sebagai institusi sosial, menjalankan fungsinya untuk menyediakan
informasi bagi person-person yang berada dalam berbagai institusi sosial. Pilihan
seseorang akan informasi ditentukan oleh posisinya dalam struktur sosial. Adapun
informasi selamanya merniliki fungsi pragmatis bagi penggunanya. Seseorang yang
memiliki peran dalam struktur sosial, secara hipotetis dapat dibayangkan akan lebih
memerlukan materi informasi faktual. Karena dengan informasi faktual ini dia
menempatkan dirinya dalam interaksi sosial. Sebaliknya, semakin tidak berperan
seseorang dalam kehidupan sosial, dengan sendirinya secara relatif dia tidak
memerlukan informasi faktual (Siregar, 2000). Dari pernyataan diatas dapat kita
simpulkan bagaimana pentingnya media sebagai institusi sosial, melalui informasi dari
media dapat menciptakan struktur sosial yang baik dalam bermasyarakat. Semakin
factual informasi yang didapat maka semakin besar pula pengaruh orang tersebut dalam
kehidupan publik. Namun selain sebagai institusi sosial, media juga merupakan institusi
komersial yang mana didalamnya terdapat nilai tukar tambah yang diperjualbelikan.
Media juga membutuhkan modal agar produksi dapat berjalan dengan baik. Lain hal
ketika media hanya mengedepankan perannya sebagai institusi komersial maka akan
terbentuknya masyarakat yang minim informasi dan hanya akan menciptakan
kapitalisme media. Tujuan utama kapitalisme nantinya tentu saja akan mencari untung
sebanyak-banyaknya, hal ini dapat menyebabkan media tidak mempedulikan konten-
konten yang akan mereka produksi. Media hanya memerlukan konten yang akan
memenuhi permintaan pasar atau khalayak. Berikut adalah contoh konten komersial
media, orang yang mengungkapkan perasaanya kepada orang yang mereka cintai
kemudian dibuatkan program, reality show yang mengeksploitasi kemiskinan, reality
show yang membahas permasalahan rumah tangga dan dibumbui dengan berbagai
drama. Konten seperti itulah yang mendapatkan banyak keuntungan bagi pemilik
media. Namun tanpa disadari media yang merupakan jendela dunia malah menciptakan
masyarakat yang abai terhadap kebutuhan konten yang informatif. Sikap abai tersebut
dapat terbentuk dari pembiasan (conditioning) dari dinamika sosial di luar dirinya. Jika
bertahun-tahun hanya memperoleh tipe informasi tertentu, maka kebutuhannya akan
informasi akan terformat, sehingga informasi yang relevan hanyalah seperti yang biasa
diterimanya . Oleh karena itu sangat diharapkan media tidak hanya berperan sebagai
institusi komersial namun juga sebagai institusi sosial. Warga yang berpengetahuan
(informed) dan aktif sangat mungkin terwujud di dalam demokrasi modern hanya jika
media massa berjalan dengan baik (Elisabeth Noelle Neumann, 1973).

3. Pada dasarnya praktik konglomerasi media adalah ketika perusahaan media saling
bergabung menjadi perusahaan yang lebih besar yang membawahi banyak media
termasuk jenis-jenis media yang beragam sebagai bagian dari bisnisnya (Valerisha,
2017). Tidak menutup kemungkinan isi dari sebuah media berdasarkan kepentingan
pemilik tersebut. Di era konvergesi media saat ini media dapat dengan mudah
mempengaruhi khalayak untuk kepentingan politik. Seperti kita ketahui pemilik media
yang besar saat ini merupakan para politikus; Jakob Oetama – KKG (60-an media),
Dahlan Iskan – JP Group (100-an media), Surya Paloh – Metro & Media Indonesia, Harry
Tanusoedibyo – MNC (RCTI, Global, TPI, Trijaya Network/Radio), Aburizal Bakrie (TV-
ONE dan ANTV), Khairul Tanjung (Trans Corp; Tran TV dan Tran 7) dan Satria Narada –
Pemilik 5-6 TV Lokal (Alfani, 2014). Fenomena konglomerasi media ini dapat menggiring
khalayak atau publik untuk mendukung ideologi dari pemilik media tersebut. Media
dijadikan sebagai sarana propaganda kekuasaan dan kepentingan bisnis pemilik
tersebut, kita sebagai khalayak hanya dijadikan produk untuk keuntungan mereka.
Tanpa disadari media dapat menciptakan kepatuhan khalayak, hal inilah yang
dimanfaatkan konglomerat media untuk membentuk citra politik mereka. Pada akhirnya
masyarakat akan bersikp skeptis terhadap media karena masyarakat menganggap
informasi yang diberikan media hanya sebatas untuk menguntungkan pemilik media
tersebut. Hal ini tentu tidak sejalan dengan fungsi dari media sebagai sarana informasi
bagi khalayak apabila khalayak tersebut tidak percaya lagi dengan media.

Sumber

Alfani, H. (2014). Keywords: media massa, komunikasi, ekonomi politik media, diversity media.
Jurnal Ilmu Komunikasi, 2(2), 10–26.

Elisabeth Noelle Neumann. (1973). To Inform, To Educate, Narcotizing, Gatekipping,


Newsbreak. 103–114.

Siregar, A. (2000). Media Pers Dan Negara: Keluar Dari Hegemoni. Jurnal IImu Sosial & IImu
Politik, 4(2), 171–196.

Valerisha, A. (2017). Dampak Praktik Konglomerasi Media Terhadap Pencapaian Konsolidasi


Demokrasi di Indonesia. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, 12(1), 15.
https://doi.org/10.26593/jihi.v12i1.2546.15-32

Anda mungkin juga menyukai