Anda di halaman 1dari 19

KOMERSIALISASI DAN KONGLOMERASI MEDIA INDONESIA

Oleh :

Ukfa Nurussefiana (2000030163), UAD Yogyakarta, Indonesia.c


uffanrlsefiana@gmail.com

Fattyah Rahma Azizah (2000030177), UAD Yogyakarta, Indonesia.


fatyyah2000030177@webmail.uad.ac.id

Muhammad Hafizh Abimanyu (2000030161), UAD Yogyakarta, Indonesia.


manyuabi111222@gmail.com

Risma Rahmawati (2000030154), UAD Yogyakarta, Indonesia.


rismarahma888@gmail.com
Abstract
The mass media as a tool in providing free, true and objective information and forming
public opinion are still facing challenges from the practice of media conglomeration, the
media regulates what things should be discussed and what things should be avoided from
being discussed by the public. Concentration of media is an unavoidable consequence of
the interests of capital that drive the development of media in Indonesia, the current media
endangers citizens' right to information because the media is profit-oriented and media
companies have represented a favorable business image that can be formed by the interests
of the owners. Thus the media is very beneficial for those who seek power.
Keyword : Public Media, media conglomerate, Information

Abstrak
Media massa sebagai alat dalam menyediakan informasi yang terbuka bebas,benar dan
objektif dan membentuk opini masyarakat masih menghadapi tantangab-tantangan dari
praket konglomerasi media,media mengatur hal apa saja yang harus didiskusikan dan hal
apa saja yang harus dihindari untuk didiskusikan oleh masyarakat. pemusatan media
menjadi kosekuensi yang tak terhindari dari kepentingan modal yang mendorong
perkembangan media di Indonesia,media yang terjadi saat ini membahayakan hak warga
negara atas informasi karena media sudah berorientasi keuntungan dan perusahaan-
perusahaan media telah mewakili gambaran bisnis yang menguntukan yang dapat dubentuk
oleh kepentingan pemilik.dengan demikian media sangat memberi manfaat bagi mereka
yang mencari kekuasaan.
Kata Kunci : Media massa, Konglomerasi media, Informasi
PENDAHULUAN

Media merupakan saluranuntuk menyampaikan pesan atau informasi dari suatu sumber
kepada penerima pesan, Istilah media pada umumnya merujuk pada sesuatu yang dijadikan
sebagai wadah, alat, atau sarana untuk melakukan komunikasi, Tetapi ada saja
komersialisasi yang terjadi di dalam media masa, minimnya penyajian informasi yang
edukatif membuat media masa mendapat rating buruk dari beberapa penerima, Kebanyakan
penyajian informasi hanya untuk memenuhi tren pasar yang berkembang agar bisa bersaing
dengan pesaing bisnis dan media yang lain.

Tidak hanya itu, Konglomerasi juga banyak terjadi di dalam media massa di Indonesia,
Sebagai contoh praktek konglomerasi dalam media massa di Indonesia yang merupakan
salah satu raksasa Grup media cetak di Indonesia yaitu Kompas Gramedia yang memiliki
beberapa anak media yang tersebar hampir di seluruh daerah di Indonesia, Praktek
konglomerasi tersebut menimbulkan negatif dan juga positif bagi karyawan, Pemerintah,
Audiens, dan pemilik modal.

Awal masa reformasi di tahun 1998 merupakan masa-masa dimana masyarakat Indonesia
mendapatkan angin segar khususnya dalam dunia informasi. Media massa semakin banyak
bermunculan, mulai dari media cetak hingga media elektronik (radio dan saluran televisi).
Namun, pada kenyataannya kejatuhan rezim Orde Baru justru menguntungkan kaum
oligarki atau “konglomerat” untuk memulai bisnis media, yang kemudian cenderung
meminggirkan aspek kepentingan publik dan mendahulukan kepentingan komersial,
keuntungan, bahkan juga kepentingan politiknya. Bagaimana tidak, para pemilik media
tersebut juga aktif berpartisipasi dalamkegiatan politik, seperti aktif di dalam partai politik
(bahkan beberapa di antaranya menjadi ketua partai) serta juga beberapa menduduki kursi
pejabat negara.
Fenomena para pemilik perusahaan media yang terjun dalam kancah perpolitikan Indonesia
tentunya berpengaruh pada performansi media sebagai salah satu sarana komunikasi politik
yang objektif dan netral dalam sebuah negara demokrasi.

Tulisan ini mencoba memaparkan dan mendeskripsikan bagaimana dampak praktik


konglomerasi media terhadap proses demokrasi yang sedang berjalan di Indonesia.
Sehingga rumusan masalah yang hendak dijawab adalah: “Bagaimana dampak praktik
konglomerasi media terhadap pencapaian konsolidasi demokrasi di Indonesia?”. Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, maka pembahasan tulisan akan terbagi menjadi 4 (empat)
bagian, yaitu: Pertama, media dan demokrasi. Bagian ini merupakan kerangka pemikiran
yang menjadi dasar atau acuan dalam menganalisis. Kedua, kepemilikan perusahaan media
(media ownership) di Indonesia. Bagian ini akan memaparkan peta kepemilikan media di
Indonesia. Ketiga, pemaparan beberapa contoh kasus pada media di Indonesia. Keempat,
dampak dari praktik konglomerasi dalam politik Indonesia. Selanjutnya analisis kasus akan
dibahas pada bagian kelima, yaitu bagaimana hubungan praktik konglomerasi dengan
proses demokrasi khususnya dalam mewujudkan konsolidasi demokrasi di Indonesia

Oleh Karena itu tujuan dari Pembahasan ini untuk memberi tau bagaimana keadaan dan apa
itu konglomerasi dan komersialisasi yang ada di dalam Media massa di Indonesia, tidak
hanya itu kami membahas tentang perubahan media massa dari massa ke massa dimana
makin kesini media bukan hanya sekedar alat informasi yaitu sebagai ajang menaikkan
rating juga.
KAJIAN PUSTAKA

1. Komersialisasi Media di Indonesia


- Pengertian Komersialiasasi
Komersialisasi adalah sebuah proses dimana struktur dan isi sebuah media
diatur dan disesuaikan dengan keinginan konsumen atau khalayak, sehingga
konten dari media tersebut hanya berdasarkan profit oriented saja, yang
mengakibatkan isi media menjadi seragam, stereotipikal, dangkal dan tidak
otentik.
Komersialisasi konten media massa di Indonesia sendiri tidak dipungkiri
bahwa komersialisasi pesan dalam media sangat begitu tampak terutama dalam
tayangan televisi. Tayangan telivisi tidak lagi tampak berbobotdan memiliki
kulitas serta makna-makna yang positif yang dapat diambil pemirsanya
melainkanhanya sekedar tayangan-tayangan yang sekiranya dapat menarik
banyak iklan dan sebatas kepentingan komersil belaka.
Menurut Marxime klasik, isi media merupakan komoditas untuk dijual di
pasaran, dan informasi yang disebarkan diatur oleh apa yang akan diambil oleh
pasar. Jadi, kualitas siaran tidak lagi ditentukan oleh media, melainkan medialah
yang mengikuti pasar. Hal ini telah berubah jauh dari media yang seharusnya,
media seharusnya menyampaikan informasi kepada khalayak agar khalayak
menjadi paham tentang realitas yang obyektif, akan tetapi kaidah ini telah
berubah dan media dalam menyampaikan informasinya berbasis pada keinginan
khlayak. Ketika didalam masyarakat suatu berita atau fenomena masih
diperbincangkan, media akan terus memberitakannya. Hal tersebut semata-mata
hanya untuk mengejar rating belaka. Yang dimana rati akan menentukan para
investor untuk memasang iklan dan kembali lagi ini mengarah ke rana komersil.
Di Indonesia dengan sistem media yang demokrasi, siapa saja berhak
memilki media. Dengan demikian kapitalisme telah mempengaruhi paham dari
para pemilik media tersebut, sehingga konten atau isi media tersebut sudah tidak
sesuai dengan kaidah lagi melainkan berdasar pada kepentingan pemiliknya agar
bisnisnya tetap jalan dengan mengejar rating dan mendapat iklan. Karena pada
dasarnya iklan menempatkan diri sebagai bagian penting dalam mata rantai
ekonomi kapitalis. Karenanya iklan selalu dilihat sebagai bagian dari media
kapitalis, dalam arti iklan adalah bagian tak terpisahkan dari rangkaian kegiatan
perusahaan yang tidak lain adalah milik kapitalis. Demikian pula kehadiran
iklan semata-mata untuk menyampaikan pesan kapitalis. Sehingga dapat
dipastikan iklan komersial hanya lahir dari konsep-konsep kapitalis, karena itu
pula iklan tetap hidup dan berkembang bersama dengan kapitalis (Burhan
Bungin 2008:66). Hal tersebutlah yang mendasari tentang bagaimana
komersialisme media di Indonesia.

- Dampak Negatif Komersialiasasi di Indonesia


Dampak negatif dari media yang komersil tentu dapat terlihat baik secara
langsung maupun tidak langsung dan dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Dampak yang secara langsung dan dalam jangka pendek yang
diterima khalayak kebanyakan adalah mengedai dampak makna pesan media,
khalayak media kebanyakan bersifat pasif, mereka hanya menikmati isi media
dan selalu termakan oleh realitas simbolis yang dibuat oleh media. Hal ini
dapat memberi dampak negative karena media yang komersil biasanya tidak
mementingkan kepentingan isi pesannya, mereka hanya mementingkan rating,
jadi asalkan masayarakat senang, mereka terus menyiarkannya. Dengan
demikian, pesan-pesan media yang buruk tidak dapat tersaring seperti
penanaman nilai moral yang kurang baik dimasyarakat misalnya dengan
tayangan-tayangan sinetron yang kurang mendidik dan akan berdampak pada
penanaman nilai yang buruk pada khalayaknya.
Salah satunya adalah seragamnya jenis tayangan dan pola siaran. Jadi, bila
reality show sedang naik daun, semua stasiun televisi akan berlomba program
sejenis, ini akan menjadikan sebuah pola yang baru di masyarakaat atau suatu
trend. Ini akan berakibat baik ketika konten media tersebut berisi hal baik, akan
tetapi biasanya media yang mengejar rating kontennya terkesan asal-asalan
saja, dengan demikian pola yang dihasilkan dalam masyarakat akan turut
menjadi buruk. Dampak yang selanjutnya adalah kurang diutamakannya unsur
edukatif bagi perkembangan anak dan remaja. Kerapkali tayangan yang
dianggap mendidik justru sebaliknya.

- Alternatif Mengatasi Dampak Komersialisasi Media Untuk membatasi


Untuk membatasi komersialisasi yang dilakukan oleh media massa, perlu
diadakannya regulasi untuk membatasi kerugian yang dialami khalayak luas.
Mengingat perkembangan media begitu pesat dapat membahayakan
kepentingan khalayak. Apalagi pada era demokrasi media ini penyampaian
pesan yang begitu bebas telah mengarah pada rana komersialisasi produk
media. Ini erat kaitannya dengan para kapitalis media yang lebih suka
mengelompokan diri dan menjadikan kekuatan ekonomi berpusat dan bersifat
monopolistik Selanjutnya jika seluruh media kemudian membentuk pasar
monopoli maka sesungguhnya hal ini bisa berefek pada sistem demokrasi.
Setidaknya ada tiga hal mengapa regulasi penyiaran dipandang urgent.
Pertama, dalam iklim demokrasi, salah satu urgensi yang mendasari
penyusunan regulasi penyiaran adalah hak asasi manusia tentang kebebasan
berbicara, yang menjamin kebebasan sesorang untuk memperoleh dan
menyebarkan pendapatnya tanpa adanya intervensi, bahkan dari pemerintah,
Hal ini perlu dibatasi karena apabila kebebasan ini terlalu kebablasan maka
unsure kesewenganan dan kepentingan pemilik media akan begitu kuat
sehingga dapat mempengaruhi pesan yang akan diterima oleh khalayak. Kedua,
demokrasi menghendaki adanya sesuatu menjamin keberagaman politik dan
kebudayaan, dengan menjamin kebebasan aliran ide dan posisi dari kelompok
minoritas. Hal ini adalah adanya hak privasi seseorang untuk tidak menerima
informasi tertentu serta untuk mencegah adanya monopoli dari kaum mayoritas
karena pada paham kapitalis yang memiliki kekuasaan tentu akan lebih
dominan dan hal ini perlu untuk dicegah. Ketiga, terdapat alasan ekonomi
mengapa regulasi media diperlukan. Tanpa regulasi akan terjadi konsentrasi,
bahkan monopoli media. sinkronisasi diperlukan bagi penyusunan regulasi
media agar tidak berbenturan dengan berbagai kesepakatan internasional. (M.
Mufid, 2005: 67-68)

2. Konglomerasi Media di Indonesia


- Pengertian Konglomerasi Media
Konglomerasi Media adalah penggabungan perusahaan mediamenjadi
perusahaan yang lebih besar yang membawahi banyak media. Konglomerasi ini
dilakukan dengan melakukan korporasi dengan perusahaan media lain yang
dianggap mempunyai visi yang sama. Pembentukan konglomerasi ini dengan
cara kepemilikan saham, joint venture / merger, atau pendirian kartel
komunikasi dalam skala besar baik intergrasi vertikal, intergasi
horisontalmaupun kepemilikan silang
Contoh dalam hal ini Trans7 dan Trans TV berada pada payung bisnis yang
sama yakni Trans Corp yang dikuasai oleh Chairul Tanjung, Global TV, RCTI
dan TPI bergabung dalam Group MNC dan bertindak selaku pemilik di
Indonesia adalah hary Tanoesoedibyo, TV One dan ANTV bernaung di bawah
bendera Bakrie Group dengan Boss utama Abu Rizal bakrie, SCTV yang
sebahagian besar sahamnya dimiliki oleh Eddy Sariatmadja, dan yang terakhir
Metro TV dengan Surya Paloh.

- Pengertian Konglomerasi Media di Indonesia


Konglomerasi Media di Indonesia menyebabkan satu orang dapat menguasai
banyak media, sehingga orang tersebut dapat mengendalikan berbagai media
dalam satu waktu, dari kebijakan yang harus dianut, berita mana yang layak di
publikasikan, nilai-nilai yang dianut dan sebagainya. Akibatnya jika media
yang tergabung dalam satu group tertentu maka berita dan informasi yang
disampaikan akan homogen. Selain itu berita yang disampaikan hanya berita
yang dianggap menguntungan secara ekonomi bagi media atau pemilik media
tersebut. Akhirnya berita tidak lagi dinilai dari seberapa besar nilai beritanya,
tetapi berapa banyak keuntungan yang akan didapatkan dari pemuatan berita
tersebut. Sebetulnya ini merupakan tanda-tanda bahwa regulasi atau peraturan
yang mengatur tentang kepemilikan media tidak berjalan dengan baik. Padahal
konglomerasi media berbahaya danmengancam kebebasan pers.
Beberapa contoh praktik konglomerasi media yang pernah terjadi di
Indonesia misalnya merger dan akuisisi yang dilakukan oleh Elang Mahkota
Teknologi perusahaan holding SCTV pada tahun 2012 terhadap stasiun televisi
Indosiar, sehingga akhirnya dimiliki oleh Eddy Kurnadi Sariaatmaja. Lalu
detik.com dibeli oleh CT Group, sejumlah kanal televisi lokal juga diambil alih
oleh perusahaan-perusahaan besar seperti MNC Group dan jaringan SindoTV
dan 35 Jawa Pos.
- Regulasi Konglomerasi Media
UU Penyiaran no.32 tahun 2002 Pasal 18
1. Pemusatan kepemilikan dan penguasaan Lembaga Penyiaran Swasta oleh
satu orang atau satu badan hukum, baik di satu wilayah siaran maupun di
beberapa wilayah siaran, dibatasi.
2. Kepemilikan silang antara Lembaga Penyiaran Swasta yang
menyelenggarakan jasa penyiaran radio dan Lembaga Penyiaran Swasta
yang menyelenggarakan jasa penyiaran televisi, antara Lembaga Penyiaran
Swasta dan perusahaan media cetak, serta antara Lembaga Penyiaran
Swasta dan lembaga penyiaran swasta jasa penyiaran lainnya, baik
langsung maupun tidak langsung, dibatasi.
3. Pengaturan jumlah dan cakupan wilayah siaran lokal, regional, dan
nasional, baik untuk jasa penyiaran radio maupun jasa penyiaran televisi,
disusun oleh KPI bersama Pemerintah.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai pem- batasan kepemilikan dan penguasaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan pembatasan kepemilikan silang
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) disusun oleh KPI bersama
Pemerintah.
UU Penyiaran no.32 tahun 2002 Pasal 20
• Lembaga Penyiaran Swasta jasa penyiaran radio dan jasa penyiaran
televisi masing-masing hanya dapat menyelenggarakan 1 (satu) siaran
dengan 1 (satu) saluran siaran pada 1 (satu) cakupan wilayah siaran.

- Dampak Positif Konglomerasi Media

Bagi Masyarakat
 Media Informasi dan Media Edukasi.
Kebutuhan akan informasi dapat diperoleh oleh masyarakat dari
media selain itu juga media sebagai sarana edukatif. Bukan hanya sarana
edukatif dan informatif tapi media juga memiliki fungsi hiburan. Oleh
karena itu media zaman sekarang memiliki banyak program-program
televisi seperti talkshow, sinetron, dan lain-lain untuk menjawab
kebutuhan masyarakat akan hiburan.

Bagi Pemerintah

 Media Publikasi Pemerintah


Pemerintah dimudahkan untuk menyebarluaskan isu-isu atau
infromasi kepada masyarakat terkait kebijakan atau peraturan baru
pemerintah kepada masyarakat.

Bagi Kaum Elit Media

 Sumber Penghasilan (Ekonomi) dan Media Politik.


Kaum elit media digunakan sebagai media promosi atau media yang
dapat membawa keuntungan untuk kepentingan pribadi pemilik media
baik dalam bidang ekonomi maupun politik.

- Dampak Negatif Konglomerasi

Bagi Masyarakat

 Ambiguitas Pemberitaan
Terdapat beragam berita yang ambigu dan yang sebenarnya fakta
malah disembunyikan oleh media sehingga masyarakat tidak tahu
kebenarannya seperti apa. Hal itu berkaitan dengan pemilik media.
Bagi Pemerintah

 Kinerja Pemerintah dapat diawasi oleh masyarakat


Dikarenakan adanya transparansi. Seperti misalnya, terdapat meme
anggota DPR tertidur atau bermain gadget, saat rapat berlangsung. Meme
tersebut dapat disebarluaskan sehingga seluruh masyarakat mengetahui
kualitas kinerja pemerintah.

Bagi Kaum Elit Media

 Persaingan antar Pemilik Media.


Dalam hal ini kaum elit, semakin ketat persaingan antar media baik
dalam kepentingan ekonomi maupun politik. Hal ini yang akan berdampak
pada keberagaman program media yang ditawarkan tanpa melihat kualitas
dan dampak pada masyarakat atau khalayaknya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode Kuantitatif, mengenai Konnglomerasi dan


komersialisasi media di Indonesia. Dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan
data lewat artikel,jurnal, dan website. Dilihat dari sudut pandang media massa di Indonesia
masalah yang kini di alami oleh media di Indonesia adalah banyaknya praktik
komersialisasi dan konglomerasi.

Adapun pendekatan kuantitatif adalah terkait dengan bagaimana data yang dimiliki dapat
dikuantifikasikan. Hal ini digunakan oleh peneliti untuk menganalisis dan mendeskripsikan
serta menggambarkan data terkumpul. Selanjutnya, hal ini digunakan untuk membuat
kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi (Kriyantono, 2010).
HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Penelitian “Komersialisasi dan Konglomerasi Media di Indonesia” memperoleh data


dengan menyebarkan kuesioner yang terdiri dari 5 pertanyaan dan diisi oleh 13 responden
dari peserta beberapa grup whatsapp yang kelompok kami miliki. Pertanyaan ini telah
disusun berdasarkan 13 responden mengenai komersialisasi dan konglomerasi media di
indonesia oleh kelompok kami. Komersialisasi konten media massa di Indonesia sendiri
tidak dipungkiri bahwa komersialisasi pesan dalam media sangat begitu tampak terutama
dalam tayangan televisi. Tayangan telivisi tidak lagi tampak berbobot dan memiliki kualitas
serta makna-makna yang positif yang dapat diambil pemirsanya melainkan hanya sekedar
tayangan-tayangan yang sekiranya dapat menarik banyak iklan dan sebatas kepentingan
komersil belaka. Konten media massa Indonesia dihitung dengan nilai rata-rata dan interval
kelas. Hasil dari pengolahan data tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel sebagai berikut
ini.

Pertanyaan 1. Tayangan Berita apa yang paling menarik


Berita Responden Tingkat ketertarikan
Liputan 6 3 orang 55 %
Mata Najwa 8 orang 85 %
Kick Endy 4 orang 70%
Sumber. Data diperoleh dari (Responden, 2021)

Pertanyaan 2. Channel Media Massa apa yang paling cepat memberi Informasi terbaru
Channel Responden Tingkat kecepatan
TV ONE 7 orang 90 %
SCTV 3 orang 65 %
RCTI 5 orang 75 %
Sumber. Data diperoleh dari (Responden, 2021)
Pertanyaan 3. Akun Media Sosial (Instagram) apa yang informasinya sangat Edukatif

Nama Akun Responden Tingkat Edukatif


Opiniid 2 orang 45 %
Mastercorbuzier 10 orang 95 %
Greatmind.id 3 orang 65 %
Sumber. Data diperoleh dari (Responden, 2021)

Pertanyaan 4. Pencetak Pers koran Media Massa terbaik

Koran Responden Tingkat Terbaik


Kompas 7 orang 95 %
Surat Kabar 3 orang 50 %
Sindo 1 orang 30 %

Tempo 4 orang 70 %
Sumber. Data diperoleh dari (Responden, 2021)

Pertanyaan 5. Media Massa apa yang paling berpengaruh bagi Masyarakat

Media Massa Responden Tingkat keramaian


Surat Kabar 3 orang 55 %
Media Elektronik 8 orang 85 %
Majalah 2 orang 50 %

Tabloid 2 orang 50 %
Sumber. Data diperoleh dari (Responden, 2021)

PEMBAHASAN

1. Dalam data yang diperoleh pada tabel pertanyaan 1 menunjukan bahwa penggemar
media massa pada tayangan berita Mata Najwa memiki responden yang lebih
banyak tingakat tetertarikannya pun mencapai 85 % dari 8 responden.

sehingga dari Mata Najwa ini sendiri memiliki daya ketertarikan sendiri yang lebih mudah
untuk memancing seseorang agar suka atau merasa puas dengan hasil yang disiarkan atau
diskusikan oleh mba Najwa Shibah tersebut, untuk Kick Endy pun sama ia memiliki 4
responden setengah hitungan dari Platform Mata Najwa yang tertarik pada penyiaran atau
diskusi yang disampaikan oleh Pak endy tersebut.

Disini Liputan 6 memilik daya ketertarikan yang cukup rendah, semoga dari liputan 6
tersebut bisa membuat tingkat ketertarikan masyarakt indonesia meningkat untuk
menayangkan informasi berita yang Liputan 6 tersebut tayangkan.

2. Selanjutnya pada data di tabel pertanyaan 2, dalam data ini diperoleh data-data
Channel Media Massa apa yang paling cepat memberi Informasi terbaru.

Merujuk pada jawaban yang diperoleh oleh responden pada pertanyaan ini, hampir semua
penggemar menyukai Media Massa Elektronik dari Channel TV ONE, angka persen dari
responden tv one ini memiliki angka yang tinggi yaitu 90 %, hal ini dapat menjadi bukti
bahwa penyiaran, penyampaian berita yang sangat baik, aktual, tajam, terpercaya, dan
cepat.
Sehingga membuat daya tarik masyarakat di indonesia meningkat untuk menayangkan dan
mendapatkan informasi terkini melalui berita dari channel tersebut.

SCTV memilik daya ketertarikan yang sangat kurang, ia berita yang hanya selintas
disetiap waktunya, sistem penyiarannya pun kurang menarik masyarakat karna ia hanya
menampilkan beberapa berita terbaru dengan sistem singkat, maka Masyarakat pun
kadang suka mengabaikan apa isi berita yg ada di liputan 6 tersebut.

3. Dalam data di Pertanyaan 3 ini Menunjukkan bahwa akun Sosial Media


(Instagram) yang informasinya sangat Edukatif jatuh pada Mastercorbuzier dengan
10 responden dan tingkat Edukatifan 95 %.

Dan dari data tabel ini mengukuhkan pada keberhasilan kepada akun Inatagram
Mastercobuzier dalam membuat podcast tentang isu-isu di Indonesia, penyampain yang
baik dan asik dan tingkat kejernihan video yang berkualitas, sehingga membujuk
penggemarnya Dedy Corbuzier untuk sering mendengarkan Podcastnya di Intagram
maupun Youtube.

Pendengar podcast mastercobuzier pun paling banyak di minati oleh anak muda, karna
pembawaan informasi dan diskusinya yang tidak terlihat flat, maka dari situlah tingkat
ketertarikan anak muda untuk lebih mengetahui sejarah dan informasi terbaru di indonesia
yang dibahas oleh Dedy Corbuzier dengan cara mengundah tokoh atau target dari masalah
yang sedang naik daun.

4. Pencetak Pers koran Media Massa terbaik jatuh kepada pers Koran Kompas pada
tanggal 23 Mei 2020 Meraih peringkat ke 5 sebagai media terpopuler di dunia.

Koran Kompas menjadi salah satu yang masuk dalam daftar Top 200 Newspaper In The
World pada tahun 2019. Dalam peringkat yang dipublikasikan di situs www.4imn.com,
Harian Kompas menempati peringkat ke-5. Sementara posisi teratas ditempati The New
York Times.

Kemudian disusul The Guardian yang berada di urutan ke-2, The Washington Post ke-3,
dan The Daily Mail ke-4. Demikian hasil pemeringkatan yang dipublikasikan 4
International Media and Newspaper, situs pemeringkatan surat kabar dunia.

Dan ternyata ia benar nyatanya dari tabel diatas yang sudah kami susun para
responden memberi angka 90 % tingkat terbaik kepada Pers Koran Kompas.

Adapula Koran tempo yang memiliki 4 Responden dengan nilai angka yang cukup
tinggi dengan 4 responden yaitu 70 % tingkat terbaik.

5. Pada data terakhir ini pertanyaan 5, dengan data tabel pertanyaan Media Massa apa
yang paling berpengaruh bagi Masyarakat, setelah kami Telusuri bersama kembali
berjalannya perkembangan zaman saat ini masyarakat lebih condong mendapatkan
kabar terkini melalui media massa yaitu Media Elektronik.

Dengan hitungan 8 Responden dengan angka 85 % dalam tingkat yang paling berpengaruh
bagi Masyarakat jatuh pada Media Elektronik, saat ini majalah, tabloid, dan surat kabar.

Sudah menurun tingkat ketertarikan masyarakat terhadap itu semua, mereka lebih merujuk
pada satu benda elektronik yaitu handphone agar lebih mudah untuk di gunakan, di bawa
kemanapun dan kapanpun, pungkas salah satu responden.
KESIMPULAN

Media di Indonesia menyebabkan satu orang dapat menguasai banyak media, sehingga
orang tersebut dapat mengendalikan berbagai media dalam satu waktu, dari kebijakan yang
harus dianut, berita mana yang layak di publikasikan, nilai-nilai yang dianut dan
sebagainya. Akibatnya jika media yang tergabung dalam satu group tertentu maka berita
dan informasi yang disampaikan akan homogen. Selain itu berita yang disampaikan hanya
berita yang dianggap menguntungan secara ekonomi bagi media atau pemilik media
tersebut. Komersialisasi konten media massa di Indonesia sendiri tidak dipungkiri bahwa
komersialisasi pesan dalam media sangat begitu tampak terutama dalam tayangan televisi.
Tayangan telivisi tidak lagi tampak berbobotdan memiliki kulitas serta makna-makna yang
positif yang dapat diambil pemirsanya melainkanhanya sekedar tayangan-tayangan yang
sekiranya dapat menarik banyak iklan dan sebatas kepentingan komersil belaka.
REFERENSI

Adila, I. (2011). Spasialisasi Dalam Ekonomi Politik Komunikasi (Studi Kasus MRA Media). VOL. 1
NO. 1 (2011): APRIL , http://jurnalfdk.uinsby.ac.id/index.php/JIK/article/view/99.

Ferdinan, F. (2017, Mei 14). Konglomerasi Media. hal.


https://feriferdinan.com/2017/05/14/konglomerasi-media/.

Kontan, I. (2020, Mei 23). Koran Kompas raih peringkat ke 5 sebagai media terpopuler di dunia.
hal. https://industri.kontan.co.id/news/koran-kompas-raih-peringkat-ke-5-sebagai-media-
terpopuler-di-dunia.

Valerisha, A. (2019). Dampak Praktik Konglomerasi Media.

Valerisha, A. (2019). Dampak Praktik Konglomerasi Media.


https://media.neliti.com/media/publications/96664-ID-dampak-praktik-konglomerasi-
media-terhad.pdf.

Wuryanta, A. E. (2004, Februari). IDEOLOGI, MILITERISME, DAN MEDIA MASSA REPRENTASI


LEGITIMASI DAN DELEGITIMASI ideologi dalam media massa. hal.
https://id.scribd.com/doc/31096443/Representasi-Legitimasi-dan-Delegitimasi-melalui-
Media-Massa.

Anda mungkin juga menyukai