Anda di halaman 1dari 11

EKONOMI POLITIK MEDIA

A. Kendali Pasar (Market Driven)

Ekonomi politik media massa merupakan kajian yang akhir-akhir ini cukup hangat dalam perkembangan
ilmu komunikasi. Media pada prinsipnya memperhatikan kendali pasar (market driven). Kendali pasar
dilakukan dengan mengkonstruksi pasar media. Pada masa orde lama merupakan konstruksi pers
menuju authoritarian dominasi sentralistikflgur Soekarno dalam mainstream Pers Pancasila. Di masa
orde baru, konstruksi pasar media menjadi konstruksi yang dipengaruhi oleh konstruksi kekuasaan
otoriter. Maksudnya adalah pemerintah ikut mengatur pasar (state regulation) dalam mainstream Pers
Pancasila. Selanjutnya, di orde reformasi, konstruksi ini menjadi konstruksi yang dipengaruhi oleh
liberalisasi ekonomi dan liberalisasi publik dalam "pers pancasila”. Saat ini, di masa setelah reformasi
atau konstruksi neoliberalisme, konstruksi pasar media merupakan kekuatan pasar yang dikuasi oleh
kapitalisme yang berkolaborasi dengan kekuatan kelompok tertentu.

Kendali pasar dilakukan dengan menjawab seberapa besar kekuatan pasar media massa di tengah-
tengah masyarakat dalam mencari bentuk yang ideal. Menurut Mosco (1996:201) bentuk mekanisme
pasar, ditentukan oleh kekuatan pasar. Melalui pengendalian pasar akan terlihat faktor mana yang Iebih
dominan dalam menentukan isi media. Faktor tersebut bisa berupa sumber berita, pemilik, pengiklan
atau konsumen Media massa selalu melakukan inovasi untuk menyesuaikan bentuk dengan kebutuhan
dan keinginan masyarakat sebagai desain pelaku media.

Di sisi lain konsep ”ideal" media massa selalu berupaya menyelaraskan kepentingan negara (state), pasar
(market) dan masyarakat (society) dalam rangka untuk mendatangkan keuntungan dan modal tetapi
bebas "kendali kepentingan”.

Dimmick & Rothenbuhler (1984:103-119) mengemukakan bahwa ada tiga sumber kehidupan bagi media,
yaitu content, capital dan audiences. Content terkait dengan isi dari sajian media, misalnya program
acara (Televisi dan Radio), berita/feature, dan lain sebagainya. Capital menyangkut sumber dana untuk
menghidupi media. Sedangkan audience terkait dengan masalah segmen yang dituju. Ketika media lebih
mengedepankan konten dan penonton tentu sajian isi media sesuai dengan konsep yang ideal.

Media bisa lebih eksis bila memperhatikan keseimbangan ketiga sumber media tersebut. Menilik ke
belakang, kita bisa melihat beberapa stasiun televisi seperti LATIVI menjadi TV ONE dan TV 7 menjadi
TRANS 7 disebabkan manajemen media tidak memperhatikan keseimbangan sumber kehidupan media.
Dengan suntikan dana 1,3 Trilliun di harapkan TV ONE tumbuh. Realita telah menunjukkan TV ONE dan
TRANS 7 eksis. Kabar yang muncul PARA GROUP dan MNC berlomba untuk memperebutkan TV ONE.
Bisnis televisi sangat menjanjikan, hampir 4O % pendapatan PARA GROUP dari hasil TRANS CORP.

Salah satu stasiun televisi yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah MNC TV. MNC TV memiliki
strategi agar dapat memproduksi konten yang selalu unggul bagi pemirsanya. Hal ini dapat dilihat dari
hasil rata-rata pemirsa yang meningkat sehingga MNC TV menjadi peringkat 2 di tahun 2012 bila
dibanding dengan tahun sebelumnya yaitu peringkat 6 di tahun 2011. Kemudian prime time menjadi
salah satu sasaran MNCTV untuk meningkatkan pangsa pasarnya yang bekerjasama dengan SineMart
dan MD Entertainment sehingga MNC TV memproduksi 15 dari 20 sinetron prime time di Indonesia.
Selain itu MNC TVjuga memiliki 4 sinetron dalam 10 sinetron terbaik pilihan pemirsa dan 15 dari 20
program olahraga (Sihombing, 2013).

Perubahan besar-besaran konten program MNC TV tidak hanya untuk sinetron. Program siaran langsung
AFF CUP U19juga mereka siarkan di september 2013. Hasilnya Indonesia yang 22 tahun tanpa gelar juara
sepakbola kali ini MNC TV berkesempatan menyiarkan ternyata menjadi juara. Suatu prestasi PSSI dan
MNC TV tentunya. Padahal selama ini yang sering melakukan siaran langsung adalah RCH dan SCTV,
tetapi kali ini MNC Group melakukan terobosan yang tidak di prediksi oleh TV Iainnya.

Dalam hal pengelolaan konten televisi, penonton menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan
dan meraih pasar. Faktanya adalah penonton pun dibayar untuk dapat ’menciptakan’ dan
mengkondisikan acara menjadi lebih hidup dan meriah sehingga terkesan banyak pemirsanya. Seperti
yang dikatakan oleh salah seorang agensi penonton, Nia, bahwa agennya bisa mengirim minimal 1.000
penonton dalam sehari untuk berbagai acara televisi (Dori, 2013).

Agen penonton Iainnya yaitu Eli, juga mengatakan bahwa usaha ini tidak perlu membutuhkan keahlian
khusus, sementara itu kuantitas dan kualitas penonton ditentukan dari sang agen (Dori, 2013). Kuantitas
yang dimaksud adalah banyaknya jumlah penonton yang dibutuhkan oleh acara yang diminta dari stasiun
televisi. Sementara yang dimaksud dengan kualitas adalah penonton yang disiplin, hadir tepat waktu,
serta bisa mengikuti alur yang diinginkan produser televisi. Dalam mengatur pentonton, para agen juga
memiliki koordinator yang mengarahkan para penonton sesuai dengan aluryang diinginkan; dimana
koordinatorjuga memiliki penonton inti atau penonton tetap yang sudah pasti keikutsertaan ketika ada
order. Lebih Ianjut Eli dan Nia mengatakan bahwa mereka memiliki sekitar 100 hingga 150talent inti
(Dori, 2013).

Talent inti juga memiliki arti penting karena para talentinti yang kemudian sering ditugaskan untuk
mencari massa penonton lainnya yang dibutuhkan. Perlu dicatat bahwa ternyata yang menjadi talent inti
ini tidak hanya dari kaum remaja tetapijuga ibu-ibu rumah tangga. Namun talent inti yang dimiliki oleh
Nia dan Eli pada umumnya adalah remaja.

Nia menjadi pemasok penonton di enam stasiun televise, yakni MNC TV, Global TV, Trans TV, RCTI, Trans
7 dan Kompas TV. Sehingga menjadi relasi yang baik diperlukan Nia agar tetap terjalin hubungan yangs
saling menguntungkan bagi kedua belah pihak (Dori, 2013), Adapun bayaran yang diterima adalah
penonton adalah antara Rp 30.000 hingga Rp 50.000 per acara, per kedatangan dan agensi akan
mengutip sebesar Rp 5.000 perorang bahkan hingga Rp 10.000 atau Rp 15.000.

Fakta dan contoh di atas merupakan tiga sumber kehidupan media dimana konten, kapital dan audience
memegang peranan dalam keberlangsungkan kehidupan sebuah media.
B. Pendekatan Ekonomi Politik

Perspektif ekonomi politik adalah proses produksi berita tidak ubahnya seperti relasi ekonomi yang
ditempatkan sebagai alat-alat atau komponen yang menghasilkan keuntungan dan peningkatan modal
bagi media massa.Asumsi sederhananya adalah bahwa isi media Iebih diaturoleh kekuatan-kekuatan
ekonomi media. Mengapa media harus melakukan pemberitaan? Mengapa media hanya memfasilitasi
individu atau kelompok tertentu? Mengapa media harus mengangkat dengan sudut pandang atau isu
tertentu? Jawaban-jawaban inilah yang akan dikaji lebihjelas dalam perspektif ekonomi politik kritis yang
menempatkan aspek ekonomi politik sebagai kontrol, siapa yang Iebih dominan mengendalikan pasar
(market driven) apakah owner, sumber, pengiklan atau penonton (Agung, 2009:4).

Ekonomi politik kritis menempatkan aspek pengendalian pasar memiliki posisi yang beragam dan
ketidaksamaan posisi dalam sebuah organisasi media, sehingga menyebabkan dominasi satu kelompok
kepada kelompok lain. Bagian iklan dan pemilik media dimungkinkan mendominasi pihak lain, sedangkan
bidang pemberitaan hanya menampilkan berita-berita sesuai arahan pemilik dan penonton hanya pasif
menerima tayangan-tayangan yang diberitakan.

Konstalasi keseimbangan yang dimainkan oleh media dipengaruhi oleh lingkungan dalam media dan
lingkungan luar media. Lingkungan daIam media menjelaskan kemampuan sumber daya di dalam media
untuk memberikan pengaruhnya melalui isi sajian media. Lingkungan luar media mempengaruhi isi
sajian media. Dua posisi tersebut saling tarik menarik dalam dua perspektif aliran yang menempatkan
pers tidak bebas (tekanan) dan pers bebas (keterbukaan).

Perspektif aliran pers tidak bebas dan pers bebas setidaknya menjelaskan pengaruh dan keberpihakan
media. Tampilan yang dikemas oleh media menggambarkan kolaborasi dari faktor-faktor yang
menjelaskan beberapa hal : 1) isi pesan berupa pesanan dari pihak-pihak yang memiliki kepentingan, 2)
"ruang terbuka” yang bisa dikendalikan dan mengendalikan, 3) kekuasaan yang dibatasi oleh lingkungan
dalam (pengelola dan pekerja) dan lingkungan luar media (pemerintah, pasar dan masyarakat), 4)
kekuatan isi pesan yang mampu melegitimasi dan me-delegitimasi kekuasaan bahkan menghancurkan
(destruction), dan 5) kontrol yang dilakukan untuk mengharapkan pengakuaan dalam membangun
”kekuasaan" dari masyarakat dan pemerintah.

Isi pesan dalam bentuk berita, merupakan penjabaran dari berbagai macam kepentingan yang
”terseleksi” sehingga berita tersebut menjadi konsumsi ranah publik; Sedangkan ruang terbuka yang bisa
dikendalikan adalah isu-isu yang dimuat adalah terbatas, produsen dan konsumen bisa saling
mempengaruhi (saling mengendalikan), agenda media mengacu kepada agenda khalayakdan agenda
khalayak

dibentuk oleh agenda media dalam rangka memuluskan kepentingan tertentu. Sementara kekuasaan
yang dibatasi adalah tidak ada pers yang betul-betul bebas. Media dibatasi oleh aturan-aturan lembaga
dan kepentingan pemerintah, pasar dan masyarakat. Kekuatan isi pesan bisa menjadi alat untuk
mendukung dan tidak mendukung kekuasaan bahkan dapat menghancurkan kekuasaan. Kontrol yang
dilakukan media secara sadar atau tidak disadari untuk menonjolkan kekuasaannya untuk diakui oleh
masyarakat dan pemerintah. Namun eksistensi media juga tidak bisa lepas dari pengaruh lingkungan luar
media (pemerintah, pasar dan masyarakat).

Regulasi media massa yang dibuka seluas-Iuasnya masa pemerintahan Presiden BJ Habibie dan
Abdurrahman Wahid di era reformasi telah memancing berbagai kalangan untuk mendirikan media
massa baru baikcetak maupun elektronik, setidaknya mengubah situasi pola-pola keberpihakan media
massa itu sendiri. Masa-masa orde baru pers Indonesia masih dominan pada situasi keberpihakan
maupun netral.Tetapi setelah regulasi yang dibuka oleh pemerintah, orientasi pers bergeser ke arah
pasar (market). Pasar lah yang dominan menentukan eksistensi media.

C. Pasar Media Massa (Journalism Market)

Pasar yang dimaksud dalam hal ini yaitu konteks pasar media massa (journalism market). Pasar dalam
arti sederhana sama dengan pengertian tempatjual beli, dimana orang datang untuk melakukan jual beli
barang-barang atau produk dan jasa. Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang mempunyai
kebutuhan atau keinginan tertentu yang mungkin bersedia dan mampu melibatkan diri dalam suatu
pertukaran guna memuaskan kebutuhan atau keinginan tersebut. Journalism Market dalam kaitan hal ini
bahwa terjadinya jual beli yang dimaksud adalah isi media atau content tampilan dari media yang di jual
ke pasar.

Para ahli ekonomi mengatakan berita-berita yang disiarkan oleh media di sebut public good dalam
empat market media komersil yaitu para investor, sumber-sumber berita, pengiklan dan para konsumen
berita (McManus, 1994:27).

Media massa pengelolaannya dikategorikan sebagai sebuah industri. Pola manajemen industri secara
langsung ataupun tidak Iangsung membentuk industri budaya media itu sendiri. Industri masuk dalam
budaya ekonomi. Budaya ekonomi mempunyai prinsip & hukumnya sendiri (Garnham dalam McQuail,
2000:82). Tuntutan industri dengan tuntutan moralitas dua posisiyang saling berbenturan. Di satu sisi
media harus menjunjung moralitas dalam hal ini memegang idealismenya, disisi lain untuk tetap eksis
media dituntut oleh iklim industrialisasi budaya yang mengedepankan persaingan kapital (marxist).

Dari titik pandang ini, lembaga media massa dianggap sebagai sistem ekonomi yang berhubungan erat
dengan sistem politik. Sifat utama pendekatan ekonomi politik adalah produksi media yang ditentukan
oleh: pertukaran nilai isi media yang berbagai macam di bawah kondisi tekanan ekspansi pasar dan juga
ditentukan kepentingan ekonomi-politik pemilik dan pembuat kebijakan media (Garnham dalam
McQuail, 2000282). Kepentingan tersebut secara jelas dalam rangka memperoleh keuntungan sebagai
implikasi kecenderungan monopolistis dan proses integrasi, baik secara vertikal maupun horisontal.
Kajian ekonomi politik komunikasi berupaya menjadikan media bukan sebagai pusat perhatian, dengan
konsentrasi lebih diarahkan pada kajian mengenai keterkaitannya dengan ekonomi, politik, dan faktor-
faktor lainnya. Menjadikan media bukan sebagai pusat perhatian berarti memandang sistem komunikasi
sebagai terintegrasi dengan proses ekonomi, politik, sosial, dan budaya fundamental dalam masyarakat.”
(Mosco, 1996:22-38).

Ekonomi politik merupakan kajian yang diidentifnkasi sebagai kelompok pendekatan kritis (McQuail,
2002:82). Pendekatan ekonomi politik memfokuskan pada kajian utama tentang hubungan antar struktur
ekonomi-politik, dinamika media, dan ideologi media itu sendiri. Fokus penelitian ekonomi politik
diarahkan pada kepemilikan. kontrol serta kekuatan operasional pasar media.

Pendekatan ekonomi politik telah memenuhi kategori-kategori kelompok pendekatan kritis. Setelah
berakhirnya rezim orde baru. media massa menentukan posisinya sendiri. Banyak realitas atau praktek-
praktek yang dilakukan oleh media lebih baik bila dijelaskan dengan perspektif ekonomi politik. Realitas
yang sebenarnya terjadi adalah adanya kepentingan tarik-menarik dari berbagai pihak, baik antara
kepentingan politik atau kepentingan modal. Disinilah aspek ke 'kritisan’ dari kajian ekonomi politik, yang
menggambarkan bahwa media tidak ideal lagi.

Menurut Mosco (1996:5), pengertian ekonomi politik bisa dibedakan dalam pengertian sempit dan luas.
Dalam pengertian sempit berarti kajian relasi sosial, khususnya relasi kekuasaan, yang bersama-sama
membentuk produksi, distribusi dan konsumsi sumber daya termasuk sumber daya komunikasi. Dalam
pengertian luas kajian mengenai kontrol dan pertahanan kehidupan sosial. Dewasa ini setidaknya
terdapat tiga konsep penting yang ditawarkan Mosco untuk mengaplikasian pendekatan ekonomi politik
pada kajian komunikasi : komodifikasi (commodification); spasialisasi (spatialization); dan strukturasi
(structuration).

Kajian "ekonomi politik" pada media mengandung pemikiran kritikal yang terkait tentang kepemilikan
dan kontrol terhadap media. Mosco (19963) menggunakan hukum ekonomi untuk menjelaskan
hubungan antara individu dengan pasar. Perspektif ekonomi politik dapat diartikan daIam dua kategori,
sempit dan luas. Arti pertama, ekonomi politikadalah penelitian mengenai hubungan sosial, terutama
mengenai hubungan-hubungan kekuasaan, produksi, distribusi dan konsumsi dari sumberdaya, termasuk
sumber daya komunikasi. Arti kedua, merupakan penelitian terhadap kontrol dan kelangsungan hidup
pada kehidupan sosial.

Sebenarnya isi sajian media massa dilatarbelakangi oleh dua kepentingan yang saling tarik menarik guna
mencari konsep ”ideal" yaitu kepentingan khalayak dan kepentingan pengelola sangat dipengaruhi oleh
kepentingan pemerintah, politikus, pengusaha dan pengiklan.

Ekonomi media pun bersandar pada pasar dan nonpasar. Menurut Baker (2004:73) kombinasi pasar dan
penyediaan nonpasar memiliki dua alasan yaitu:

”pertama, signifikansi dalam meyakinkan media berpikiran independen dan mencegah sensor nasihat
dalam mendukung berbagai bentuk media yang berbeda penciptaan dan distribusi; kedua, produk media
melayani berbeda fungsi: mendidik, menginformasikan partisipasi politik, menyulut energi partisipasi
masyarakat dan politik, menyediakan sebuah forum untuk debat publik dan dialog. Sehingga isi media
mempengaruhi pejabat publik langsung tetapi juga secara tidak langsung melalui mempengaruhi
pandangan atau pendapat warga, dan membantu menciptakan dan memberikan bagian penting dari
budaya di mana orang hidup. Namun media juga melayani fungsi lainnya yaitu menghibur dan
mengalihkan. Media mempromosikan pribadi konsumsi produk komersial dan memberikan informasi
yang relevan untuk kegiatan konsumtif pribadi orang-orang dan daftar ini bisa terus berlanjut. Sebuah
ukuran pasar preferensi mungkin sangat tepat untuk konten media yang terutama melayani fungsi
hiburan dan tidak ada alasan yang sah untuk mencegah orang dari menerima (baik harga) media yang
pasar akan menyediakan (Baker, 2004:73)”.

Terlihat jelas bahwa segmentasi media secara ekonomi adalah pasar dan nonpasar dimana fungsi media
juga berhubungan dengan masyarakat dalam menjalannya fungsinya. Peran ganda yang dimainkan oleh
media massa adalah memiliki kemampuan sebagai alat kekuasaan, instrumen elit untuk menyebarkan
ideologi dominan (Barat, 1994: 51-52). Media mampu menarik dan mengarahkan berhatian. membujuk
pendapat dan anggapan, mempengaruhi sikap memberikan sIatus dan mendefinisikan legitimasi serta
mendefinisikan realitas (MC Quail, 1987). Media juga menjadi alat propaganda nagara (Herman dan
Chomsky 1988; Chomsky 1989 dalam Kellner, 2010:290-291) dan mediajuga menjadi jaringan komersial
yang mencari rating dan keuntungan (Kellner, 2010:291).

Lebih mengkhawatirkan lagi pengaruh yang ditampilkan media massa dewasa ini sudah mengarah dalam
membentuk opini di masyarakat. Pembentukan opini tersebut dilakukan oleh media lewat berita yang
disampaikannya. Realitas pemberitaan di televisi sangatlah nampak menonjolkan pembentukan Opini.
Secara tldak sadar penonton diarahkan untuk memberikan pembenaran terhadap isi yang disampaikan
oleh media massa. Konsep pendekatan yang dilakukan saat ini tidak hanya linear tetapl menuju ke arah
interaktif dan partisipatif. Model interaktif dan partlsipatif memungkinkan terjadinya hubungan sirkuler,
dimana khalayak bisa berhubungan lebih aktif melalui media massa.

D. Fungsi Media Massa

Fungsi media massa bukan hanya sebagai saluran menyampaikan informasi, mendidik, menghibur,
kontrol sosial, dan mempengaruhi masyarakat semata. Dewasa ini media massa telah melakukan fungsl
dalam pembentukan pendapat umum dan juga proses mediasi, (McQuail, 1987: 83, Nimmo dalam
McQuail. 1996: 1-20 dan McNair, 1995: 2-15) dengan menghubungkan realitas objektif dengan realitas
yang ada dalam pengalaman khalayaknya. Realitas politik tersebut dibagi dalam tiga bentuk 1) objective
political reality, kejadian-kejadian politik sebagaimana adanya. 2), subjective reality, kejadian-kejadian
politik menurut persepsi aktor-aktor politik dan khalayak. Dan 3), constructed reality, realitas politik hasil
liputan media (McNair, 1995; 12).

Kekuatan isi media massa pada dasarnya selain memberikan pengaruh tertentu kepada khalayaknya
dengan proses transfer informasi pendidikan, budaya, sikap dan nilai-nilai kehidupan. Dibalik sajian isi
media massa tersebut ada kekuatan internal (pemilik modal) dalam hal ini individu atau kelompok yang
mengatur dan mempengaruhi isi sajian media massa. Selain itu kekuatan external (selain pemilik modal)
kelompok, organisasi masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bahkan pemerintah sekalipun
yang memberikan tekanan (pressure) dan arahan (guide) bagaimana seharusnya media menyajikan
berita dan informasi, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh media dalam menyajikan kepada
khalayaknya.

Pendekatan persuasi oleh media dalam upaya untuk membentuk opini pada media massa lintas lokal,
regional dan internasional yang terjadi tidak lain adalah untuk menstrukturkan isu-isu yang masuk ke
dalam sistem kehidupan. Sehingga masyarakat menjadi jeli dan tanggap terhadap isu-isu mana yang
cenderung menjadi pembicaraan dan diskusi umum.

Mediasi politik telah menjadi pusat bagi politik dan kehidupan masyarakat dalam demokrasi-demokrasi
kontemporer. Gambarangambaran tradisional dari politik itu pun hidup dari gaya lama,
mengkampanyekan dari pintu ke pintu sampai ke partai dan organisasi pergerakan sosial. Bagaimana pun
banyak politikus-politikus yang telah mencapai satu kesepakatan bersama dari proses-proses yang terkait
seperti halnya formasi opini yang tidak dapat terjadi dalam bentuk-bentuk seperti sekarang tanpa
dibantu dengan berbagai macam penggunaan media (Bennett dan Etman, 2004: 1).

lsu-isu politik cenderung sensitif sehingga menarik sebagian besar khalayak. Terbentuknya pola atau
sistem yang nantinya bermuara kepada kebijakan politik baik di tingkat lokal, regional dan internasional.
Kecenderungan tersebut lama-kelamaan akan semakin Spesifik dan mengkerucut. Namun tidak selalu
akan menjadi sesuatu yang harus diupayakan untuk selesai tetapi kadang justru isu-isu tersebut hanya uji
coba (testcase) untuk mengukur reaksi masyarakat.

Menurut Chesney dalam Bennett dan Entman (2001 :4-5) tampaknya ada semacam kaidah bahwa
aktifltas pemimpin pemerintah lebih bernilai berita dibandingkan aktor-aktor yang memiliki kekuasaan
dan kekuatan ekonomi besar. Tentu hal ini pertimbangan yang digunakan media di Amerika. Namun
kondisi demikian belum tentu sama dengan situasi yang ada di Indonesia.

Media massa diharapkan sering menjadi sumber informasi disamping sebagai saluran komunikasi bagi
para politisi. Cara-cara media menampilkan peristiwa-peristiwa politik dapat mempengaruhi persepsi
para aktor politik dan masyarakat mengenai perkembangan politik. Melalui fungsi kontrol sosialnya,
bersama institusi sosial lainnya, secara persuasif media massa dapat mengugah partisipasi publik untuk
ikut serta dalam merombak struktur politik (Gurevitch dan Jay G, 1990 : 269-289)

Media massa memiliki kecenderungan atau perbedaan dalam memproduksi informasi kepada
khalayaknya, dapat diungkap dengan pelapisan-pelapisan yang meliputi institusi-institusi media massa.
Shoemaker dan Reese (1991:175-122) membentuknya dalam model "hierarcy of influence” dalam Iima
kategori : (1) pengaruh individu-individu pekerja media. Diantaranya adalah karakteristik pekerja
komunikasi, latar belakang personal dan professional, (2) pengaruh rutinitas media. Apa yang dihasilkan
oleh media massa dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan seleksi-seleksi yang dilakukan oleh komunikator,
(3) pengaruh organisasional. Masalah satu tujuan dari media massa adalah mencari keuntungan materil
Tujuan-tujuan dari media massa akan berpengaruh pada isi yang dihasilkan, (4) pengaruh dari
luarorganisasi. Pengaruh ini meliputi Iobi dari kelompok kepentingan isi media, Pseudoevent dari praktisi
public relations dan pemerintah yang membuat peraturan-peraturan di bidang pers, dan ke (5) Pengaruh
ideologi. Ideologl merupakan sebuah pengaruh yang paling menyeluruh darl semua pengaruh. Ideologi
di sini diartikan sebagai mekanisme simbol yang menyediakan kekuatan kohesif yang mempersatukan di
dalam masyarakat.

E. Ruang Pemberitaan (news room)

Ruang pemberitaan di gambarkan seperti Kelima Level dalam peta media Shoemaker dan Reese di atas.
Berdampak lebih jelas terlihat aplikasinya dalam ruang pemberitaan (news room) memiliki konstalasi
pengaruh luar dan ketergantungan yang berimplikasi di dalam proses produksi dan konsusmsi ruang
berita media cetak, radio dan televisi. Tentu posisi diruang pemberitaan inilah terjadinya kepentingan
tarik menarik tentang berita-berita yang layak untuk ditayangkan. Seperti bisa kita lihat seperti gambar
1.2 di bawah ini:
Mengamati persaingan
pengelolaan stasiun televisi
swasta nasional yang semakin
ketat, setelah kehadiran
stasiun televisi baru (METRO
TV, TRANS TV, TV 7, LATIVI (TV
ONE) dan GLOBAL TV).
Setelah sebelumnya
(RCTI, MNC, SCTV,
INDOSIAR, AN TEVE) dan TV lokal lainnya yang hadir ke hadapan permirsa di tanah air. Persaingan
diantara stasiun televisi setidaknya mengubah paradigma, bahwa televisi sekarang sebagai bagian dari
industri media tentu hal ini menuntut pendekatan manajemen yang berbeda.

Manajemen pemasaran merupakan Iangkah-Iangkah yang penting dilakukan oleh pemilik media
memenangkan persaingan, antara lain : menganalisis tingkah laku pasar, meneliti dan memilih peluang
pasar, mengembangkan strategi pasar, taktik pemasaran dan mengendalikan upaya pasar. Kesemuanya
itu merupakan upaya untuk melakukan pembentukan pasar. Bahwa pasar merupakan sesuatu yang
dinamis yang dimainkan dan dibentukoleh pelaku-pelaku pasar.
Konteks persaingan yang lebih jelas dapat diamati dalam pengemasan program-program acara televisi.
Pertimbangan aspek program untuk ditayangkan selalu berangkat dari kebutuhan penonton karena
program yang menarik yang akan membuat pasar iklan kondusif sehingga stasiun televisi tetap eksis.

Program-program berita di televisi saat ini menjadi acara unggulan karena hampir seluruh stasiun televisi
bersaing menyajikan berita. Berita juga memiliki kecendrungan kuat untuk menarik "kue” iklan. Untuk itu
pengelola media bersaing dalam melakukan peliputan. Suatu peristiwa yang terjadi dapat dilaporkan
secara cepat dari tempat kejadian dengan teknologi yang memadai saat ini, pemanfaatan perangkat OB
Van guna melakukan siaran secara Iangsung dari tempat kejadian.

Hal lain yang juga menjadi fokus bagi praktisi televisi guna meningkatkan image-nya, yaitu kemampuan
dalam mengolah dan mengemas peristiwa menjadi sebuah sajian yang enak ditonton merupakan kiat
sukses dalam persaingan. Bidang pemberitaan di stasiun-stasiun televisi menawarkan kepada pemirsa
dengan macammacam program berita. Ada beberapa stasiun televisi berkosentrasi penuh menyiapkan
paket program berita sebagai program ungguIan dan diharapkan dapat memberikan pemasukan iklan
yang tinggi.

Subjektifitas ini terjadi ketika praktisi televisi melakukan pilihan angle, narasi dan gambar (fakta) apa saja
yang disampaikan, ditonjolkan atau disamarkan. Subjektifltas ini juga dipengaruhi oleh kebijaksanaan
redaksi dan kode etik yang mengatur teknis penayangan berita. Konstruksi fakta yang dibangun secara
berbeda setidaknya memberikan arti berbedanya tingkat kemampuan reporter atau kameramen dalam
memaknai sebuah peristiwa yang diliputnya.

Tom Brokaw seorang reporter Amerika, mendefinisikan berita sebagai ”peristiwa yang memancing
kegembiraan atau perbuatan keji" Berita membangkitkan. Dengan deflnlsl inl, 'buruk’ dan 'baiko adalah
nilai sewenang wenang. Drama dan konflik mendefinisikan apa itu berita" (Blohowiak. 1987226 dalam
Macnamara, 1996:19).

Dalam menginformasikan peristiwa dengan ukuran nilai baik dan buruk. Pekerja media massa melakukan
rekonstruksi tertulis tersebut diawali dengan kemampuan wartawan (reporter-pen) kemudian redaktur
(produser-pen) ketika melakukan pemaknaan atas realitas. Proses pemaknaan yang dilakukan praktisi
media untuk lebih memahami makna bahasa, struktur pesan dalam komunikasi. dan upaya media dalam
mendefmisikan realitas sosial dalam kemasan teks-teks berita. Objektivitas media, sebenarnya, mitos
(Macnamara, 1996:21).

Perbedaan tayangan televisi disebabkan karena perbedaan makna para reporter dan kameramen ketika
merekonstruksi suatu kejadian melalui laporannya. Makna sebagai konsep komunikasi menurut
Djadjasudarma (19993); Fiske (1990:227);adalah makna bukan berada dalam teks itu sendiri. Makna
dihasilkan antara teks dengan khalayak. Makna dicapai apabila antara pembicara/ penulis dan kawan
bicara berbahasa sama. Makna mencakup lebih sekedar penafsiran atau pemahaman seorang individu
saja. Makna selalu mencakup banyak pemahaman, aspek-aspek pemahaman yang secara bersama
dimiliki para komunikator.
Makna yang tersurat dan tersirat diartikulasi dalam suatu dikursus (discourse) dimana gagasan dan
informasi didefinisikan dan direpresentasikan serta membentuk makna lebih diluar dari apa yang
disajikan.

Wacana pemberitaan yang disampaikan oleh televisi swasta setidaknya sangat dipengaruhi oleh unsur
ekonomi media dalam hal ini konstruksi pasar (market), setidaknya media televisi swasta nasional
memiliki kepentingan ekonomis dari apa yang diberitakan.

Pasar yang dimaksud melingkupi investor atau pemilik (owner, samber-sumber berita, pengiklan dan
konsumen. lnvestor/owner disebut pasar karena memiliki keterkaitan dan kepentingan terhadap isi
pemberitaan politik terutama menjelang pemilu.

lnvestor/owner memberikan bantuan dalam bentuk uang dan jasa kepada televisi untuk memperlancar
usahanya. Ada dugaan mereka juga turut berperan "bermain" di balik layar pemberitaan tv. Sementara
sumber-sumber berita disebut pasar, karena sumber-sumber berita bisa dari kalangan pemerintah,
politikus, cendikiawan, masyarakat dan lain-Iain, mereka memberikan pengaruh terhadap isi media
dengan pendapatnya yang menarik perhatlan publik untuk memancing reaksi, dukungan atau penolakan
dalam bentuk sikap. Kepentingan pengiklan menyangkut dukungan terhadap media dengan melakukan
pembelian jam siar dan merupakan nafas media untuk bisa tetap eksis. Konsumen dalam hal ini
penonton memberikan tingkat kepemirsaan (rating) dan audience share (persentase jumlah penonton),
dalam hal ini penonton merupakan sasaran atau target dari isi siaran media, semakin banyak penonton
berarti semakin tinggi penilaian penonton terhadap isi media.

Anda mungkin juga menyukai