Anda di halaman 1dari 7

Media arus utama 

(Mainstream media, MSM) adalah sebuah istilah dan singkatan yang dipakai untuk
secara kolektif merujuk kepada sejumlah besar media berita massa yang mempengaruhi sejumlah besar
orang, dan merefleksikan serta membentuk keadaan pemikiran yang ada.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Media_arus_utama#:~:text=Media%20arus%20utama%20(Mainstream
%20media,membentuk%20keadaan%20pemikiran%20yang%20ada.)

Kode Etik Jurnalistik


Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi yang benar,
wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam
menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan
Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik:

1. Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak
beritikad buruk.
2. Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik.
3. Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan
fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.
4. Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
5. Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak
menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.
6. Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap.
7. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui
identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan “off the
record” sesuai dengan kesepakatan.
8. Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi
terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta
tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.
9. Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk
kepentingan publik.
10. Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat
disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.
11. Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.[1]
https://id.wikipedia.org/wiki/Kode_etik_jurnalistik#Fungsi
Teori agenda setting
adalah teori yang menyatakan bahwa media massa merupakan pusat penentuan kebenaran, yang
mampu mentransfer dua elemen, yakni kesadaran serta informasi ke dalam agenda publik
Ada dua asumsi mendasar dari teori agenda setting, yakni:
1. Pers dan media massa tidak mencerminkan kenyataan, melainkan mereka menyaring dan
membentuk sebuah isu.
2. Media massa menyediakan sejumlah isu, dan memberi penekanan lebih pada beberapa isu,
yang selanjutnya memberi kesempatan kepada publik untuk menentukan isu mana yang dirasa
lebih penting dibanding isu lainnya.
https://www.kompas.com/skola/read/2021/12/14/100000469/teori-agenda-setting-dalam-komunikasi-
massa?page=all.

Penggunaan Media Massa di pemerintahan Hitler


Di Jerman, Nazi menggunakan media massa secara maksimal. Media massa dikontrol dengan ketat oleh
Kementerian Propaganda. Menulis atau berbicara yang bertentangan dengan penguasa Nazi dapat
membawa orang pada kamp-kamp konsentrasi. Oposisi dibungkam. Hanya informasi yang dirancang
oleh penguasa yang boleh disebarkan.

Radio diperbanyak untuk menambah efektivitas mesin propaganda. Di samping Hitler, Mussolini di ltalia
juga memanfaatkan media massa untuk kepentingan fasisme. Sebelumnya, di Rusia Lenin berhasil
merebut kekuasaan, tak kurang dengan menggunakan media massa pula.
https://suakaonline.com/sejarah-penelitian-efek-komunikasi-massa/

Media dan Kekuasaan


Di Indonesia saat ini, Partai politik memahami bahwa media massa memiliki pengaruh yang sangat besar
bagi khalayak luas, selain itu media massa dapat menjangkau massa secara luas dalam waktu yang
singkat.  

Teknik partai politik yang menggunakan media massa ini, makin didukung dengan masuknya pemilik-
pemilik media di dalam partai  politik. Seperti pemiliki MNC Group Hari Tanu, yang masuk dalam partai
Perindo dan menjadi ketua umum partai. Selain itu ada Surya Palo sebagai pemilik Metro Tv dan
pimpinan partai Nasional Demokrasi dan Abu Rizal Bakrie sebagai pemilik TV One yang berperan
penting di dalam partai besar Golongan Karya.

Kepemilikan individu atau kelompok media yang masuk di dalam  partai ini, membuat partai politik dapat
dengan mudah menguasai media. Kekuasaan pada media, berdampak pada konten atau isi dari media
tersebut. Seperti ketika pesta demokrasi dilakukan media-media tersebut cenderung menayangkan
kegiatan-kegiatan partainya. Seperti MNC Group baik itu Televisi, radio dan, surat kebar cenderung
menampilkan sosok pemilik media yang terlibat di dalam aktivitas partainya, bahkan hal tersebut masih
berlangsung terus menerus sampai saat ini. 
https://www.kompasiana.com/septhy/570a72138723bd710a408d85/media-dan-kekuasaan

Disinformasi bagian dari komunikasi politik


Masyarakat atau konsumen media pada akhirnya berada dalam posisi dirugikan atas terjadinya
disinformasi, karena mereka tidak mendapatkan informasi secara benar. Dalam banyak kasus, mereka
secara tak sadar malah menikmati dan seolah-olah telah menerima informasi secara benar.

Dampak
Dalam acara tersebut, hadir pula Intelektual Muslimah Maya Puspitasari yang menjelaskan dua dampak
penggunaan media sosial. “Setidaknya, ada dua dampak dari penggunaan media sosial,” terangnya.

Pertama, dampak positif. Sebagai sarana belajar, mendengarkan dan menyampaikan; sarana
dokumentasi, administrasi dan integrasi; sarana perencanaan, strategi dan manajemen; dan sarana
kontrol, evaluasi dan pengukuran.

Kedua, dampak negatif. Menjauhkan yang dekat; kecanduan; mudah tersebarnya informasi yang tidak
akurat (hoaks); memicu konflik antar individu, kelompok atau negara; menimbulkan kecemburuan sosial;
menjadikan manusia individualis; mudah bocor atau tersebarnya data pribadi; dan pengguna bisa
mengalami tekanan virtual.
https://mediaumat.id/pemuda-dan-umat-islam-harus-menguasai-media/

Peran Media Dakwah


Setidaknya ada lima peran media dakwah, baik di lingkungan kampus maupun nonkampus atau
keduanya,
sebagai Pendidik (Muaddib), yaitu melaksanakan fungsi edukasi yang Islami.
Sebagai Pelurus Informasi (Musaddid).
Setidaknya ada tiga hal yang harus diluruskan oleh para jurnalis Muslim.
Pertama, informasi tentang ajaran dan umat Islam.
Kedua, informasi tentang karya-karya atau prestasi umat Islam.
Ketiga, lebih dari itu jurnalis Muslim dituntut mampu menggali serta melakukan investigative
reporting tentang kondisi umat Islam di berbagai penjuru dunia.
Sebagai Pembaharu (Mujaddid), yakni penyebar paham pembaharuan akan pemahaman dan
pengamalan ajaran Islam (reformisme Islam).
Sebagai Pemersatu (Muwahid), yaitu harus mampu menjadi jembatan yang mempersatukan umat
Islam. Sebagai Pejuang (Mujahid), yaitu pejuang-pembela Islam.
http://ilkom.unida.gontor.ac.id/5-peran-media-dakwah/

pemilik stasiun televisi terkaya di Indonesia


Databoks.co.id merangkum 7 pemilik stasiun televisi terkaya di Indonesia menurut daftar orang terkaya di
Indonesia versi Forbes pada 2021 lalu. Berikut datanya:

Hartono Bersaudara
Budi Hartono dan Michael Hartono merupakan dua orang terkaya di Indonesia menurut Forbes pada
tahun lalu. Kekayaannya mencapai US$42,6 miliar atau setara Rp668,6 triliun (Rp15.695/US$).

Dua bersaudara ini merupakan pemilih perusahaan rokok Djarum dan menguasai saham Bank BCA. Di
bisnis penyiaran, mereka memiliki jaringan Mola TV yang merupakan televisi berbayar.

Chairul Tanjung
Chairul Tanjung tercatat memiliki harta kekayaan senilai US$5,5 miliar atau Rp 86,32 triliun pada 2021. Ia
masuk ke dalam daftar 10 orang terkaya di Indonesia tahun lalu versi Forbes.

Pria yang akran dipanggil CT ini merupakan pendiri CT Corp. yang terdiri dari konglomerasi media, bisnis
ritel, dan perbankan. Sejumlah perusahaan yang dimilikinya seperti Trans TV, Trans7, Trans Studio,
Bank Mega, hingga Transmart Carrefour. Adapun CT Corp juga merambah industri bisnis lainnya, seperti
restoran, asuransi, travel, hingga perkebunan kelapa sawit.

Eddy Kusnadi Sariaatmadja


Eddy Kusnadi memiliki total kekayaan US$2,9 miliar atau Rp45,51 triliun menurut Forbes pada 2021. Ia
merupakan salah satu pendiri Emtek pada 1983 dan kini menjadi pengendali saham emiten tersebut yang
memiliki stasiun televisi SCTV dan O’Channel.

Ia menempatkan putranya, Alvin Satriatmadja sebagai Presiden Direktur Emtek alias PT Elang Mahkota
Teknologi. Adapun Emtek juga mengambil alih kepemilikan stasiun televisi Indosiar yang sebelumnya
dikuasai grup Salim.

Peter Sondakh
Peter Sondakh merupakan pemilik stasiun televisi terkaya di Indonesia. Forbes mencatat, total
kekayaannya mencapai US$2,15 miliar atau Rp33,74 triliun.

Ia mendirikan stasiun televisi Rajawali Televisi (RTV) yang sebelumnya bernama B Channel.
Sebelumnya, ia juga sempat berkongsi dengan putra Presiden Soeharto, Bambang Triatmodjo, dalam
mendirikan stasiun televisi swasta pertama di Indonesia yakni Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI).

Mochtar Riady
Konglomerat pemilik stasiun televisi terkaya selanjutnya adalah Mochtar Riady. Ia tercatat memiliki
kekayaan US$1,85 miliar atau Rp29,03 triliun pada tahun lalu.

Mochtar merupakan pendiri Lippo Group yang merambah bisnis media lewat BeriaSatu Holding atau
BeritaSatu Media. Stasiun televisi yang dikelolanya yakni BeritaSatu TV, sedangkan di bidang surat kabar
yakni Suara Pembaruan dan Investor Daily.

Hary Tanoesoedibjo
Hary Tanoesoedibjo alias Hary Tanoe memiliki harta kekayaan sebesar US$1,02 miliar atau US$16 triliun
menurut Forbes. Pria yang merupakan Ketua Umum Partai Perindo ini memiliki sejumlah perusahaan
yang terdiri dari stasiun televisi, radio, media online, dan surat kabar.

Lewat MNC Group, ia mengendalikan stasiun televisi RCTI, MNCTV, dan Global TV. Hary Tanoe juga
berekspansi membangun resor di Bali dan Jawa Barat dengan menggandeng perusahaan milik Donald
Trump.

Susanto Suwarto
Susanto Suwarto tercatat memiliki keyaaan US$925 juta atau Rp14,5 triliun. Pria ini menjabat sebagai
komisaris di Emtek yang memiliki stasiun televisi SCTV dan Indosiar. Meski demikian, sahamnya lebih
kecil ketimbang Eddy Kusnadi.

Dakwah melalui Medsos


Di dunia khususnya Indonesia telah memasuki apa yang disebut dengan The Digital Age (Abad Digital).
Kecanggihan teknologi IT membuat setiap orang bisa berperan ganda, yakni menjadi pengguna sekaligus
produsen informasi.

Kemajuan ini juga meniscayakan terjadinya over load information (banjir informasi), dunia maya menjadi
‘berisik’ bahkan dalam banyak fakta mengakibatkan keramaian hingga kegaduhan yang biasa disebut
dengan istilah viral sehingga bisa menciptakan tekanan opini publik secara politik.
Dalam konteks serta pandangan dakwah, komunikasi medsos ini merupakan tempat orang banyak
berkumpul sehingga bisa saling berbagi informasi keislaman, saling sapa, berinteraksi bahkan saling
mempengaruhi satu sama lain dalam rentang jangkauan amat luas (borderless) yang sulit untuk
dijangkau oleh aktivitas luring (offline).

Meski begitu, ternyata tidak mudah untuk bisa memengaruhi publik melalui media sosial. Sebab begitu
ramainya berbagai informasi bertebaran baik info bermutu maupun yang tidak bermutu. Belum lagi
menghadapi perlakuan negatif di medsos yang mencapai hingga 80 persen.

Tips Berdakwah
Firman Allah SWT Al-Qur’an surah an-Nahl ayat 125, yang artinya, “Serulah (manusia) kepada jalan
Rabb-mu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang
baik.”

Ada sejumlah tantangan bagi para aktivis dakwah ketika hendak memanfaatkan media sosial sebagai
kanal interaksinya. Oleh karena itu Ust Bey memberikan tips-tips bagi para aktivis dakwah yang hendak
memanfaatkan media sosial.

Pertama, pesan, gagasan, ide dan ilmu dalam dakwah yang disampaikan sesuai dengan segmen dan
pastinya memiliki karakter khas atau unik.

Kedua, pendekatannya harus sesuai. Yakni kesesuaian dalam penggunaan gaya bahasa, ungkapan,
istilah, tutur dan alur (sistematika) berpikir.

Ketiga, pengemasan pesan. Melihat data survei tersebut yang menyebut youtube, tiktok, reels
(instagram) cukup dominan digunakan oleh para warganet, maka pengemasan pesan dalam bentuk
audio visual adalah pilihan paling strategis.

Keempat, menentukan pilihan kanal media yang tepat. Sebab setiap kanal memiliki penggemarnya
sendiri-sendiri.

Kelima, berpikir kreatif (out of the box). Menurut Bey, semakin pesan dakwah dikemas dengan cara yang
berbeda atau unik (different) serta mengambil posisi yang pas (positioning), maka peluang untuk dilirik
bahkan diikuti dan di‘share’ secara luas dengan sukarela akan semakin besar.
firman Allah SWT Al-Qur’an surah an-Nahl ayat 125, yang artinya, “Serulah (manusia) kepada jalan
Rabb-mu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang
baik.”

Kebijakan Khilafah Terhadap Media


Dalam negara Khilafah, media ditangani khusus oleh departemen penerangan (daairat i'lamy) yang
bertanggungjawab langsung pada khalifah.Khilafah memiliki beberapa kebijakan terkait media, sebagai
berikut :

/1./ Warga negara boleh mendirikan media tanpa harus meminta ijin negara selama tidak bertentangan
dengan akidah islam.

/2./ Dalam pelaksanaannya tidak memerlukan adanya jargon kebebasan pers, namun hanya
membutuhkan basis nilai dan ketegasan aturan tentang hak berekspresi publik

/3./ Khilafah mengerahkan segenap potensi dana, ahli dan teknologi untuk memangkal masuknya
pemikiran, ide serta nilai yang bertentangan dengan akidah islam via media.

/4./ Khilafah melarang semua konten media yang merusak, baik dalam buku, majalah, surat kabar, media
elektronik dan virtual.

Sebagai perisai ummat, Khilafah berkewajiban menutup semua pintu-pintu kemaksiatan. Pasal 15 RUU
Daulah Khilafah :

"Segala sesuatu yang menghantarkan pada yang haram hukumnya adalah haram. Jika hanya
dikhawatirkan maka tidak diharamkan." (Syekh Taqiyyuddin an Nabhani, Muqadimah ad dustur, hal. 88)

Anda mungkin juga menyukai