Abstract
In this era of globalization, the human’s need to have an fast information becomes very
important for the community. The mass media is a form of mass communication that is capable of
providing the need for quick information about what happened. Facing fierce competition in the mass
media business that requires social and economic strength of this, then there is the tendency of media
consolidation which then leads to the emergence of mass media giant group of players who later
led to the concentration of media ownership is often called konglemerasi media. Conglomeration
of media influence on the content or programs submitted to the community in which the content
or the program represents the economic and political interests of media owners. As a result, the
interests of the community to get the truth be lost. All this because of the process of agenda setting and
framing is done by the media that are tailored to the interests of the owner. Truth is not found in these
communities can lead society to accept the truth version from hegemony of mass media.
Abstrak
Di era globalisasi ini, kebutuhan akan informasi yang cepat menjadi sangat penting bagi
masyarakat. Media massa merupakan bentuk komunikasi massa yang mampu menyediakan
kebutuhan akan informasi yang cepat mengenai apa yang terjadi. Menghadapi persaingan yang
sangat ketat dalam bisnis media massa yang memerlukan kekuatan sosial ekonomi ini, maka terjadi
kecenderungan konsolidasi media yang kemudian mengarah kepada munculnya kelompok pemain
raksasa media massa yang kemudian mengakibatkan terjadinya konsentrasi kepemilikan media massa
yang sering disebut konglemerasi media. Konglomerasi media sangat berpengaruh terhadap isi atau
program yang disampaikan kepada masyarakat dimana isi atau program tersebut merepresentasikan
kepentingan ekonomi maupun politik pemilik media. Akibatnya kepentingan masyarakat untuk
mendapatkan kebenaran menjadi hilang. Semua itu karena adanya proses agenda setting dan framing
yang dilakukan oleh media yang disesuaikan dengan kepentingan pemilknya. Kebenaran yang tidak
didapatkan masyarakat tersebut dapat menyebabkan masyarakat terhegemoni dengan menerima
kebenaran versi media massa.
maka terjadi kecenderungan konsolidasi media opini publik dan sekaligus memamfaatkan
yang kemudian mengarah kepada munculnya kelemahan para jurnalis dan pekerja media yang
kelompok pemain raksasa media massa yang dengan terpaksa atau sukarela menjual idealisme
kemudian mengakibatkan terjadinya konsentrasi mereka. Kecendrungan media-media yang
kepemilikan media massa yang sering disebut disatukan dalam kepemilikan pemilik modal
konglemerasi media. berkepentingan politik dan kepentingan lainnya
Setelah Orde Baru tumbang, stasiun- menjadikan media rawan dimamfaatkan. Bahkan
stasiun televisi baru ramai bermunculan. Hal ini ada media dengan terang-terang menjual celah-
sebagai akibat dari euforia demokratisasi seperti celah titipan agenda setting bagi siapa saja yang
yang telah dipaparkan di awal tulisan (Masduki, siap membayar.
2007:64). Pada waktu yang sama, korporasi- Tidak salah jika mantan Presiden RI,
korporasi media mulai terbentuk. Menurut Satrio Baharuddin Jusuf Habibie saat memberikan
Arismunandar, sekarang ini telah terbentuk orasi usai menerima penghargaan Medali Emas
setidaknya tiga kelompok korporasi media . Kemerdekaan Pers dalam rangka Hari Pers
Korporasi media pertama adalah PT Media Nasional 2013 di Menado (9/2) mengatakan
Nusantara Citra, Tbk (MNC) yang dimiliki oleh dominasi arus pemberitaan oleh jaringan
Harry Tanoesoedibjo yang membawahi RCTI media massa seperti yang terjadi saat ini secara
(PT Rajawali Citra Televisi Indonesia), TPI (PT sistematik membatasi ruang gerak media massa
Cipta Televisi Pendidikan Indonesia), dan Global dan berlawanan dengan konsep kebebasan pers.
TV (PT Global Informasi Bermutu). Kelompok Menurutnya, untuk membebaskan pers dari
kedua berada di bawah PT Bakrie Brothers pengaruh kepentingan politik dan bisnis, salah
(Group Bakrie) yang dimiliki oleh Anindya N. satu upaya yang harus dilakukan adalah merevisi
Bakrie. Grup Bakrie ini membawahi ANTV (PT Undang-Undang Penyiaran, terutama soal
Cakrawala Andalas Televisi) yang kini berbagi kepemilikan suatu kelompok usaha atas beberapa
saham dengan STAR TV (News Corp, menguasai media.
saham 20%) dan Lativi yang sekarang telah Habibie menggarisbawahi yang perlu
berganti nama menjadi TvOne. Kelompok ketiga diwaspadai, bahkan diatur adalah bila pemilik
adalah PT Trans Corpora (Group Para). Grup ini jaringan media tersebut aktif di dunia politik.
membawahi Trans TV (PT Televisi Trasnformasi Pencegahan pengaruh kepentingan politik
Indonesia) dan Trans-7 (PT Duta Visual Nusantara terhadap kalangan pers harus dilakukan, termasuk
Tivi Tujuh) (Masduki, 2007:74). hal-hal menyangkut masalah kepemilikan
Konglomerasi media yang terjadi media, khususnya jika pemilik media aktif
dikhawatirkan membawa sejumlah dampak negatif, berkecimpung dalam dunia politik. Peran dan
tidak hanya pada perkembangan kelangsungan kebebasan pers memang perlu diberi perhatian
sistem media di Indonesia, melainkan juga khusus agar pers jangan dianggap semata-mata
dampak pada isi atau konten yang disampaikan hanya milik para wartawan, pengelola media,
kepada masyarakat. Pemerintah Indonesia atau pengusaha media saja, tetapi kebebasan
yang telah melihat akan potensi merugikan dari pers adalah milik semua warga. Oleh karena itu,
adanya konsentrasi suatu perusahaan mencoba kata dia, masyarakat seharusnya ikut membantu
mengintervensi dengan menghadirkan sejumlah melengkapi atau menyeimbangkan pemberitaan
peraturan yang mengatur mengenai kepemilikan untuk kepentingan seluruh masyarakat itu
perusahaan namun pengusaha mampu melihat sendiri.
dan memanfaat celah-celah kebolongan dari Disadari atau tidak, sebagian besar
regulasi yang ada untuk dapat membuat sejumlah masyarakat di Indonesia masih menjadikan media
strategi, termasuk strategi konsentrasi media guna sebagai salah satu jembatan informasi tentang
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. berbagai hal yang terjadi dalam masyarakat, baik
Menjelang pemilu 2014 ini partai politik yang sedang menjadi perhatian maupun yang luput
dan politikus-politikus baik secara perorangan dari perhatian mereka. Kenyataan menunjukkan,
maupun kelompok berupaya memamfaatkan keterlibatan media dalam membentuk suatu opini
kekuatan media massa yang dapat mempengaruhi publik adalah sebuah kekuatan tersendiri yang
110
Jaduk Gilang Pembayun, KONGLOMERASI MEDIA DAN DAMPAKNYA PADA PILPRES 2014
dimilikinya dan itu sangat berpengaruh dalam menjadi ancaman serius antara lain:
tatanan kehidupan di masyarakat. Namun, seiring 1. Kekuasaan tidak sepenuhnya dapat di kontrol
dengan kebebasan pers yang didengungkan dalam oleh media sehingga seringkali berbagai
reformasi 1998 silam, membuat sebagian media kasus penyimpangan yang terjadi hanya dapat
kebablasan menyikapi eforia kebebasan tersebut. diketahui bila ada di antara mereka (dalam
Independensi dan kode etik kadang telah tertutupi lingkup kekuasaan) yang membeberkan
oleh orientasi bisnis dan keuntungan, sehingga kepada media.
saat ini ¨dapur¨ media telah dimasuki pengaruh
kekuasaan, finansial dan kepentingan politik. 2. Adanya konglomerasi atau kepemilikan
media yang bersentuhan dengan penguasa,
Media sangat memberi andil dan peran sehingga informasi yang disajikan hanya
penting dalam memberikan informasi terhadap berdampak pada keuntungan pihak media
masyarakat dan kecenderungan ini kadang dan yang bersentuhan langsung dengannya.
membuat media dalam menyajikan informasinya
cenderung membuka peluang untuk terjadinya 3. Kewenangan redaksi dalam mempublikasikan
dramatisasi, manipulasi, spekulasi ataupun justru berita yang diperoleh dari wartawan kadang
berusaha untuk tidak menyingkap kebenaran menimbulkan munculnya intervensi kepada
sesuai fakta sesungguhnya (Ahmad, 2004:72). pihak redaksi oleh orang-orang tertentu
Olehnya, segelintir masyarakat berusaha yang menganggap pemberitaan tersebut
memanfaatkan media untuk suatu tujuan sesuai menyudutkan diri atau lingkup sosialnya.
kepentingannya, hingga kemudian media menjadi 4. Masih maraknya tindak kekerasan
sangat sulit memisahkan antara independensi dan dan pengerahan massa oleh kelompok
keuntungan bisnis, dan terkadang dua kepentingan tertentu,sehingga kalangan wartawan masih
tersebut membuat media terperosok ke dalam khawatir akan keselamatan dirinya dalam
penyajian informasi yang tidak berimbang dan peliputan.
cenderung berpihak pada golongan tertentu
5. Terjalinnya hubungan emosional antara
(Baran, 2000:93).
wartawan dengan sumber berita, baik
Sesuai dengan pengertiannya, independensi hubunganpertemanan, kekeluargaan, suku,
diartikan sebagai kemandirian, dalam artian maupun profesi sehingga bila ada pemberitaan
melepaskan diri dari berbagai kepentingan, yangmenyudutkan sumber tersebut berusaha
mengungkapkan fakta dengan sesungguhnya untuk segera di tutup tutupi (Hill, 2006:117).
dan tidak ada bentuk intervensi dari pihak
Manajemen media haruslah memisahkan
tertentu dalam penyajian informasi (Thompson,
antara redaksi pemberitaan dan unsur bisnis,
1995:113). Sehingga dalam membangun suatu
sehingga menghindari adanya intervensi
independensi, media harus menyadari bahwa
pemberitaan karena faktor bisnis dan tidak
loyalitas utama adalah kepada masyarakat, dan
kalah pentingnya adalah media harus pula
intisari jurnalisme adalah verifikasi data yang
memperhatikan kesejahteraan wartawan,
akurat, menghindari terjadi benturan kepentingan
sehingga idealisme mereka tidak di kotori oleh
yang berpotensi kepada pembohongan publik.
kepentingan tertentu (Magoon, 2010:64). Jika
Oleh karenanya, sangat diharapkan agar seorang
ini telah di lakukan, maka kekuatan media dapat
wartawan dalam menjalankan profesinya, harus
menjadi sebuah kekuatan besar yang sangat
dibarengi sikap kejujuran dalam komitmen,
disegani oleh semua pihak, dan masyarakat
informasi haruslah tersaji dalam konteks
akan semakin menaruh kepercayaan penuh pada
kebenaran, mengetahui urutan sumber berita,
keberadaan sajian informasi media.
transparansi dalam informasi, dan verifikasi
berita secara aktual sebelum menyajikannya ke
1.2 Rumusan Masalah
masyarakat (Baran, 2000:106). Bila hal tersebut
dapat diwujudkan, maka media telah melakukan Sejak memasuki era reformasi bangsa
independensi dalam penyampaian informasi. Indonesia banyak mengalami perubahan
diberbagai aspek kehidupan. Indonesia
Saat ini, ancaman independensi media
memaasuki era baru yang penuh dengan
sangat beragam, namun menurut penulis, yang
111
JURNAL INTERAKSI, Vol 4 No 2, Juli 2015 : 109 -116
“kebebasan”. Berbanding terbalik dengan masa Quarteley tahun 1972, berjudul The Agenda
atau era sebelumnya yaitu orde baru, control Setting Function of Mass Media. Asumsi dasar
penguasa sangatlah tinggi dan kuat. teori agenda setting adalah jika media memberi
Fenomena penekanan kebebasan tersebut tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan
kini tinggal menjadi cerita yang ada dalam memengaruhi khalayak untuk menganggapnya
lembaran sejarah perjalanan pers Indonesia. penting. (Haryanto, 2003: 81)
Saat ini pers Indonesia berkembang pesat dan Media menata (men-setting) sebuah agenda
menjamur dalam berbagai bentuk sepertimedia terhadap peristiwa ataupun isu tertentu sehingga
cetak, elektronik, dan dengan kemajuan dunia dianggap penting oleh publik. Caranya, media
computer dan internet media online mulai dapat menampilkan isu-isu itu secara terus
bertumbuh pesat. menerus dengan memberikan ruang dan waktu
Konglomerasi media sangat berpengaruh bagi publik untuk mengkonsumsinya, sehingga
terhadap isi atau program yang disampaikan publik sadar atau tahu akan isu-isu tersebut,
kepada masyarakat dimana isi atau program kemudian publik menganggapnya penting
tersebut merepresentasikan kepentingan ekonomi dan meyakininya. Dengan kata lain, isu yang
maupun politik pemilik media. Akibatnya dianggap publik penting pada dasarnya adalah
kepentingan masyarakat untuk mendapatkan karena media menganggapnya penting.
kebenaran menjadi hilang. Semua itu karena Menurut Onong Uchjana Effendy
adanya proses agenda setting dan framing (dalam Haryanto, 2003: 82), teori agenda
yang dilakukan oleh media yang disesuaikan setting menganggap bahwa masyarakat akan
dengan kepentingan pemilknya. Kebenaran belajar mengenai isu-isu apa, dan bagaimana
yang tidak didapatkan masyarakat tersebut dapat isu-isu tersebut disusun berdasarkan tingkat
menyebabkan masyarakat terhegemoni dengan kepentingannya. McCombs dan Donald Shaw
menerima kebenaran versi media massa. mengatakan pula, bahwa audience tidak hanya
Seyogyanya dalam membangun suatu mempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya
idealisme dan independensi jurnalistik, media melalui media massa, tetapi juga mempelajari
dituntut untuk menyajikan suatu informasi yang seberapa besar arti penting diberikan pada suatu
berimbang, tidak memihak apalagi memicu isu atau topik dari cara media massa memberikan
keresahan di masyarakat, tidak mengakomodasi penekanan terhadap topik tersebut (Griffin,
suara-suara yang berbau kekerasan, pesimistis, 2003:77). Lebih jelasnya mengenai teori agenda
menghujat, dan mencela golongan tertentu. setting dijelaskan dalam bagan dibawah ini
Menyajikan informasi sesuai fakta sesungguhnya (Severin, 2001:143).
dan dapat dipertanggungjawabkan tanpa melihat
latar belakang sumber berita. Dari pernyataan
diatas bisa disimpulkan satu pertanyaan penelitian
yaitu “bagaimana dampak konglomerasi media
dalam hubungannya dengan pilpres 2014?”
BAB II
KERANGKA TEORI
2.2 Agenda Media
2.1 Teori Agenda Setting
2.2 Agenda Media Menurut Rogers dan Dearing (Haryanto,
Agenda setting diperkenalkan oleh Mc 2003:84), agenda media adalah daftar isu-isu
Combs dan DL Shaw dalam Public Menurut
OpinionRogers
dan dan Dearing (Haryanto,pada
peristiwa-peristiwa 2003:84),
suatuagenda
waktumedia
yangadalah daftar
112 isu-isu dan peristiwa-peristiwa pada suatu waktu yang disusun menurut urutan
dalam pilpres 2014 mendatang. Dengan kekuatan modal dan kepentingan politik
JURNAL INTERAKSI, Vol 4 No 2, Juli 2015 : 109 -116
sela – sela acara yang seharusnya sayang kalo Pembentukan opini publik di masyarakat
dikotori dengan unsur politik. Intervensi inilah yang dilakukan oleh media merupakan salah
yang sebenarnya merupakan dampak utama satu efek yang ditimbulkan ketika media massa
adanya konglomerasi media sehingga pemilik melakukan sebuah pemberitaan dan konstruksi
dengan leluasa berkampanye di medianya sosial. Dalam ranah ilmu komunikasi, teori
sendiri dan bahkan tak jarang pula menyerang Agenda Setting merupakan teori yang khusus
dan merendahkan kelompok lain yang menjadi mengkaji bagaimana media massa membentuk
pesaing politiknya. opini publik dari pemberitaan yang dilakukannya.
Agenda Setting menentukan apa yang harus Melalui opini publik yang sudah terbentuk itulah
diberitakan sehingga menjadi “agenda publik” beberapa pihak yang memiliki kepentingan politik
(public agendas), yakni isu utama yang menjadi menggunakannya untuk mendapat dukungan,
bahan pembicaraan; diharapkan agenda publik dengan tujuan meraup suara sebanyak-banyaknya
nantinya menjadi “agenda kebijakan” (policy di pemilu 2014.
agenda) atau mempengaruhi “agenda politik” Konsep ‘tebar pesona’ melalui media
(political agenda) para pembuat kebijakan, yang massa seperti televisi saat ini menjadi sebuah
pada akhirnya menentukan “kebijakan publik”. konsep alternative yang cukup jitu untuk meraup
Sejatinya, agenda Setting setiap media disesuai suara. Strategi ini juga merupakan kelanjutan
dengan visi dan misi yang dimiliki. Visi-misi dari strategi pembentukan opini publik yang
media massa adalah “company philoshopy” yang dilakukan oleh media massa. McComb dan Shaw,
menjadi “basic values” yang harus ditaati para peneliti yang mengkaji mengenai teori Agenda
wartawan dalam menulis atau membuat berita. Setting yang dicetuskan oleh Walter Lippman,
Namun, ukuran layak tidaknya sebuah berita menganggap bahwa pada dasarnya masyarakat
untuk disampaikan kepada publik tidak hanya bukanlah ‘mesin otomatis’ yang menunggu di
berdasarkan news value atau nilai berita, tapi jugaprogram oleh media massa. Masyarakat memiliki
ada berita-berita tertentu yang disesuaikan dengan kemampuan untuk memilih tayangan mana yang
agenda setting media masing-masing yang terkait sesuai dengan kebutuhan mereka. Dalam ranah
dengan kepentingan perorangan, kelompok, atau politik, ketika seorang kandidat mulai melakukan
pemilik modal. kampanye melalui media massa, masyarakat tidak
Kriteria layak tidaknya dan harus tidaknya serta merta terpengaruh kemudia memberika
sebuah berita disampaikan ke publik biasanya suara kepadanya.
akan ditentukan oleh editorial policy Dalam dunia Pemikiran McComb dan Shaw inilah yang
komunikasi massa disebut juga gatekeeping, kemudian menghasilkan sebuah teori baru yaitu
yakni “a series of check point” yang dijaga oleh Uses and Gratification, di mana sebenarnya
para gatekeeper (para redaktur, produser, atau masyarakat memiliki kekuasaan terhadap media
eksekutif produser). Sebuah berita harus melalui untuk memenuhi kebutuhan informasinya, dan
”gate” tersebut sebelum sampai ke publik. Artinya, media memiliki ‘kewajiban’ untuk memenuhinya.
lolos-tidaknya sebuah peristiwa diberitakan atau Terlepas dari dua teori di atas, kondisi masyarakat
menjadi berita bergantung pada hasil pengecekan Indonesia yang masih memiliki ketergantungan
tersebut dan ditambah “selera” redaktur, produser, begitu besar kepada media menyebabkan
eksekutif produser, pemimpin redaksi, atau masyarakat Indonesia begitu mudah terpengaruh
pemilik modal yang terkadang subyektif. oleh politik media tersebut.
Pemberitaan yang dibingkai (framing) Kemampuan media massa dalam
berdasaran agenda-media menimbulkan pengaruh membentuk opini publik inilah yang menjadikan
dan interpretasi tertentu dan menciptakan “opini masyarakat seolah mudah terpengaruh. Menjadi
publik” (public opinion). Opini publik itulah yang sebuah keuntungan tersendiri bagi beberapa
mengendalikan pemikiran dan sikap masyarakat pihak yang berkepentingan ketika media massa
terhadap isu tertentu. Yang mengerikan agenda mampu menghadirkan ‘pencerahan’ di tengah-
setting tidak jarang menabrak dinding kebenaran tengah masyarakat. Orator ulung, solusi terhadap
dengan memelintir fakta dan informasi yang ada. permasalahan yang ada di tengah masyarakat,
dan berbagai janji-janji mulai ‘dipersembahkan’
114
Jaduk Gilang Pembayun, KONGLOMERASI MEDIA DAN DAMPAKNYA PADA PILPRES 2014
115
JURNAL INTERAKSI, Vol 4 No 2, Juli 2015 : 109 -116
Daftar Pustaka
116