Anda di halaman 1dari 15

EKONOMI POLITIK MEDIA

KEKUASAAN MEDIA (MEDIA POWER)

Disusun Oleh :

Nama : Rifka Suci Damayanti

Rizki Ramadhan

Sari Aprina

Sulaiman

Dosen Pengampu : Sepriadi Saputra M.I.Kom

Kelompok 4

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG 2019


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan karunia serta cinta dan kasihnya yang tak terhingga, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Ekonomi Politik Media. Tak lupa
sholawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, berserta
keluarga, para sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini,


terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu, kami sangat
mengharapakan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca agar dapat
menjadi perbaikan bagi kami untuk makalah selanjutnya.

Akhir kata kami menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini dan kami berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan, memberikan manfaat maupun
inspirasi bagi pembaca.

Palembang, Agustus 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................... i

Daftar Isi ............................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................... 1

A. Latar Belakang ............................... 1

B. Rumusan Masalah ............................... 3

C. Tujuan ............................... 3

BAB II PEMBAHASAN ...............................

A. Pergeseran Pengertian Power ...............................

B. Media Tends to Corrupt ...............................

C. Media dan Masyarakat ..................................

D. Politik Pemilik Media ..............................

BAB IV .............................24

Penutup ............................. 24

Saran ............................. 25

Daftar Pustaka ............................. 26


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perkembangan demokrasi saat ini media dapat dimaknai sebagai


penengah atau penghubung antara pemerintah dan masyarakat yang
memberikan informasi kepada masyarakat luas mengenai kebijakan
pemerintah, perkembangan masyarakat dan segala informasi lain yang ada di
daerah dan berbagai belahan benua.

Media merupakan lembaga independen yang memiliki beberapa fungsi


yaitu fungsi informasi, fungsi pendidikan, fungsi menghibur dan kontrol
sosial. Pembahasan soal media selalu berkaitan dengan massa atau orang
banyak, selain itu media juga berpengaruh terhadap semua sisi kehidupan
manusia. Dalam dunia politik, media memiliki peran yang sangat besar,
karena kedudukan media dapat menjadi ukuran bagi sistem politik.

Di Indonesia yang menganut sistem demokrasi, memberikan


kekebabasan kepada setiap individu atau kelompok untuk terlibat didalam
proses demokrasi. Dalam proses politik, setiap individu atau kelompok saling
berlomba-lomba untuk memiliki kekuasaan dengan berbagai upaya yang
dilakukan. Upaya-upaya yang dilakukan seperti menghimpun massa atau
melakukan kampanye agar individu atau kelompok, diakui dan didukung oleh
masyarakat,karena dalam system demokrasi, dukungan masyarakat
merupakan faktor penting.

Media massa di era sekarang seperti dua mata pisau yang berbeda. Bisa
jadi mata pisau tersebut memberikan manfaat, atau malah sebaliknya melukai.
Kekuatan media yang kemudian begitu terasa adalah mampu memberikan
pembenaran terhadap sesuatu yang salah dan menyalahkan sesuatu yang
benar.
B. Rumusan Masalah

Adanya latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan pokok


masalah pada makalah ini yaitu sebagi berikut :

1. Bagaimana Makna Pergeseran Pengertian Power ?

2. Bagaimana Media yang Tends to Corrupt ?

3. Bagaiman Kaitan Media dan Masyarakat ?

4. Bagaimana Kekuasaan Politik Pemilik Media ?

C. Tujuan

Adanya rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan masalah


pada makalah ini yaitu sebagai berikut :

1. Mengetahui Makna Pergeseran Pengertian Power

2. Mengetahui Media yang Tends to Corrupt

3. Mengetahui Kaitan Media dan Masyarakat

4. Mengetahui Kekuasaan Politik Pemilik Media.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pergeseran Pengertian Power

Di Indonesia saat ini, untuk mendapat simpati atau dukungan massa


secara luas, individu atau kelompok partai politik di Indonesia telah
menggunakan media massa seperti televisi, surat kabar, dan radio. Partai
politik memahami bahwa media massa memiliki pengaruh yang sangat besar
bagi khalayak luas, selain itu media massa dapat menjangkau massa secara
luas dalam waktu yang singkat.

Media merupakan organisasi yang menyebarkan informasi berupa produk


budaya atau pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan budaya dalam
masyarakat. Oleh karenanya, sebagaimana dengan politik atau ekonomi,
media merupakan suatu sistem tersendiri yang merupakan bagian dari sistem
kemasyarakatan yang lebih luas.1

Kekuasaan media semakin bertambah ketika media itu sendiri memiliki


kekuatan besar dalam mempengaruhi para audiensnya. Namun dibalik
kekuasaan media massa pada era teknologi ini, ada hal lain yang juga menjadi
pertimbangan dan kekhawatiran masyarakat. Pergeseran makna dari “power”
kini dapat dimanfaatkan oleh kekuatan media tersebut untuk kepentingan
pribadi dan politik.

Teknik partai politik yang menggunakan media massa ini, makin


didukung dengan masuknya pemilik-pemilik media di dalam partai politik.
Seperti pemiliki MNC Group Hari Tanu, yang masuk dalam partai Perindo
dan menjadi ketua umum partai. Selain itu ada Surya Palo sebagai pemilik
Metro Tv dan pimpinan partai Nasional Demokrasi dan Abu Rizal Bakrie
sebagai pemilik TV One yang berperan penting di dalam partai besar
Golongan Karya.

1
Daryanto dan Rahardjo. Teori Komunikasi.Yoyakarta : Penerbit Gava Media. 2016. h. 115
Kepemilikan individu atau kelompok media yang masuk di dalam partai
ini, membuat partai politik dapat dengan mudah menguasai media. Kekuasaan
pada media, berdampak pada konten atau isi dari media tersebut. Seperti
ketika pesta demokrasi dilakukan media-media tersebut cenderung
menayangkan kegiatan-kegiatan partainya. Seperti MNC Group baik itu
Televisi, radio dan, surat kebar cenderung menampilkan sosok pemilik media
yang terlibat di dalam aktivitas partainya, bahkan hal tersebut masih
berlangsung terus menerus sampai saat ini.

Selain itu konten berita yang dikeluarkan tidak bersifat netral tetapi
menjatuhkan partai lawan degan penggunaan kata-kata atau pesan yang
memihak pada medianya. Media massa yang seharusnya independen atau
berdiri sendiri dan bersifat netral mulai berbalik memihak partai pemilik
media.

Kekuasaan seseorang di media massa makin besar ketika, terjadi


konvergensi atau penggabungan berbagai jenis media digital ke dalam suatu
media tunggal seperti media cetak, radio, dan televisi. Hal ini dapat kita lihat
dari salah satu media besar seperti MNC group yang melakukan konvergensi
dimana mereka memiliki koran seputar Indonesia (sindo), radio sindo,
program berita seputar Indonesia di RCTI, dan berita yang ditayangkan di
televisi, radio dan radio, memiliki konten atau isi yang sama dan didalam
media-media tersebut, terdapat konten politik yang berkaitan dengan partai
politik pemilik MNC group.

B. Media Tends to Corrupt

Lord Action pernah membuat ungkapan yang menghubungkan antara


korupsi dengan kekuasaan, yakni “Power tends to corrupt, and absolut power
corrupts absolutely” bahwa kekuasaan cenderung untuk korupsi dan
kekuasaan yang obsolut cenderung korupsi absolut.2 Dalam hal ini dapat
dimaknai bahwa kekuasaan adalah bagian yang sangat rentan terhadap

2
Ermansyah Djaja, Memberantas Korupsi Bersama KPK, Jakarta: Sinar Grafika. 2008. h. 1
penyakit korupsi. Secara tidak langsung hal ini mengisyaratkan bahwa
kekuasaan dapat dijadikan sebagai sarana yang dapat mempermudah bagi
pemangkunya untuk menjelma menjadi seorang koruptor.

Masyarakat bisa di arahkan melalui media. Masyarakat bisa di rekayasa


untuk menerima semua berita atau opini yang disajikan oleh media sesuai
kepentingan-kepentingannya. dunia sekarang di kuasai oleh media massa.
Dan media massa itu sendiri di kendali oleh dua kepentingan kelompok besar
yaitu kelompok kepentingan penguasa dan kelompok kepentingan ekonomi
big bisnis. Mungkin kita sering merasa mengambil keputusan secara sendiri.
Padahal tanpa kita sadari, keputusan itu sudah di pengaruhi oleh media massa
yang kita

Melihat kondisi diatas, begitu besarnya pengaruh media terhadap


pembentuikan opini masyarakat dan besarnya pengaruh media dalam
menentukan kebijakan pemerintah. Masyarakat harus bisa menyaring berita
atau opini yang disampaikan oleh media massa. Masyarakat juga harus
mengkritisi media massa itu sendiri. Karena Informasi yang di sampaikan
oleh media massa tersebut adalah informasi Publik. Masyarakat harus
menggunakan nalar sehatnya. Selain itu, Masyarakat juga harus mencari
sumber-sumber lain atau second opinion dari pada mengikuti apa yang
menjadi trend di media massa.

Sehingganya media massa benar-benar bermanfaat bagi masyarakat, dan


mampu memunculkan pemerintahan yang cerdas dan mencerdaskan, bersih,
dan bijaksana. Karena logikanya, melalui kebebasan pers masyarakat akan
dapat mengetahui berbagai peristiwa, termasuk kinerja pemerintah, sehingga
muncul mekanisme check and balance, kontrol terhadap kekuasaan, maupun
masyarakat sendiri.

C. Media dan Masyarakat

Kata “media” berasal dari bahasa latin, merupakan bentuk jamak dari
“medium” yang secara harfiah berarti “perantara” atau pengantar sumber
pesan (source) dengan penerima pesan (receiver).3 Media massa di Indonesia
mengalami perkembangan yang cukup pesat dimulai dari media cetak hingga
media elektronik yang dapat dijangkau dengan mudah oleh manusia. Jika
ditinjau dari pengertiannya, media massa adalah alat yang digunakan dalam
penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada penerima dengan
menggunakan alat-alat komunikasi mekanis (Cangara, 2002). Seperti yang
kita ketahui, masyarakat menggunakan media massa untuk mendapatkan
informasi mengenai suatu hal atau suatu peristiwa. Kejadian yang berada jauh
dari lingkungan suatu masyarakat dapat diketahui oeh masyarakat tersebut
melalui media massa.

Masyarakat juga mengetahui kebijakan maupun kejadian yang terjadi


pada pemerintah melalui media massa. Tanpa disadari saat ini media massa
memegang peranan yang besar dalam mempengaruhi kehidupan manusia.
Perkembangan media massa yang pesat dan informasi yang diberikan
cenderung mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia. Sehingga muncul
anggapan seperti angkatan 90 berbeda dengan angkatan 2000 an dimana saat
itu media massa belum menjadi suatu hal yang dominan dalam kehidupan
masyarakat berbeda dengan yang terjadi saat ini.

Seringkali media juga dianggap menjadi informasi akan standar pada


suatu hal, seperti penampilan yang menarik dari seorang pembawa berita
dianggap sebagai standar rapi bagi seseorang yang ingin berbicara di depan
umum, kejadian dalam sebuah sinetron dianggap hal yang biasa terjadi pada
masyarakat, gaya berpakaian yang terbuka menjadi suatu hal yang up to date
dikalangan remaja. Selain itu, media massa juga dianggap menjadi sumber
fakta yang paling akurat akan suatu peristiwa, seperti hasil hitung cepat
pemilihan umum presiden, berita mengenai selebritis, kasus korupsi maupun
kriminalitas. Sehingga pola pikir masyarakat cenderung ‘mengiyakan’
informasi yang diberikan melalui media massa.

3
Daryanto dan Muljo Rahardjo. Teori Komunikasi. Opcit. h. 345-346
Frankfurt School memandang media sebagai cara membangun budaya,
menempatkan lebih banyak penekanan pada pemikiran ketimbang materi.
Dalam teori ini, media menghasilkan dominasi ideologi golongan atas. Hasil
ini didapatkan dengan memanipulasi media terhadap gambaran dan simbol
untuk keuntungan golongan yang dominan.

Aktivasi, media menjadikan seseorang melakukan apa yang sebenarnya


cenderung akan ia lakukan. Jika seseorang ingin pergi ke suatu tempat, ketika
ia melihat informasi akan tempat tesebut sesuai dengan harapannya melalui
media massa maka keinginannya semakin kuat.Besarnya pengaruh media
massa terhadap kehidupan manusia jika tidak ditelaah lebih dalam maka
dapat menciptakan nilai-nilai baru dalam kehidupan masyarakat yang tidak
sesuai dengan nilai moral bangsa Indonesia.

Dalam bullet theory dikatakan bahwa sebuah media massa memiliki


kekuatan dan pengaruh yang sangat besar dalam hal kehidupan masyarakat.
Menurut Wilbur Schramm, pada tahun 1950-an, teori peluru adalah sebuah
proses di mana seorang komunikator dapat menembakkan peluru komunikasi
yang begitu ajaib kepada khalayak yang bersifat pasif tidak berdaya.

Teori ini mengansumsikan media massa mempunyai pemikiran bahwa


pengelola media dianggap lebih pintar dibanding audience. Akibatnya,
audience bisa dikelabui sedemikian rupa dari apa yang disiarkannya. Teori ini
mempunyai pemikiran audience bisa ditundukkan sedemikian rupa atau
bahkan bisa dibentuk dengan cara apapun yang dikehendaki media.4

Ada beberapa hal yang harus di pahami oleh masyarakat agar bijak dalam
menggunakan media massa, yaitu Daya serap informasi bergantung pada
daya kritis dan tingkat pendidikan khalayak. Media memberikan informasi
namun masyarakatlah yang mencermati dan mengecek terlebih dahulu
kebenarannya dengan mencari referensi berita sebanyak-banyaknya. Apa
yang disampaikan oleh media massa sebaiknya tidak ditelan mentah-mentah.

4
Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers. 2009. h. 34
Media massa tidak mngontrol cara berpikir maupun memilih. Pilihan
akan suatu hal ditentukan oleh diri sendiri. Media massa hanya berfungsi
untuk memperteguh keyakinan seseorang. Media massa hanya salah satu
bagian dari jaringan pengaruh terhadap pemilih. Media massa dapat menjadi
alat bagi seseorang untuk mempengaruhi orang lain.

Perubahan yang terjadi pada masyarakat bergantung pada masyarakat itu


sendiri. Semakin tinggi tingkat intelektual seseorang maka semakin tinggi
pemikiran dalam mencermati suatu hal. Pengaruh yang diberikan oleh media
massa akan kehidupan masyarakat sesungguhnya dapat dikendalikan jika
masyarakat mau untuk bijaksana dalam menggunakan media massa

D. Politik Pemilik Media

Pengaruh media massa dalam kehidupan politik sangatlah besar. Media


memiliki kemampuan untuk mempengaruhi opini publik dan pendapat
masyarakat, oleh karena itu keberadaan media massa bagi partai politik
menjadi sesuatu yang teramat penting. Dalam kehidupan sehari-hari media
massa seperti televisi, koran dan majalah merupakan media komunikasi yang
banyak dikonsumsi oleh masyarakat yang kemudian akan membentuk opini
masyarakat.

Penguasaan media bagi para elite politik dewasa ini dirasa penting, karena
saat ini media merupakan sarana komunikasi paling efektif di tengah-tangah
masyarakat. Melalui media para elit politik dan partai dapat meningkatkan
elektabilitasnya di masyarakat dengan pemberitaan positif yang mereka buat.
Karena pada perinsipnya media dan partai politik itu bersekutu dalam
membangun citra pemilik modal yang sekaligus menjadi figur partai politik.
Menjamurnya penguasa media yang terjun ke dalam ranah politik merupakan
fenomena yang terjadi saat ini. Media dijadikan ruang publik bagi terjadinya
interaksi politik, pembentukan sistem komunikasi politik di kalangan publik
dan pembentukan karakter dan agenda politik yang berlangsung secara
terbuka. Selain itu media juga menjadi gambaran kehidupan politik yang telah
mengalami generalisasi atas relitas politik yang ada.

Fenomena kepemilikan media, bukan saja bertujuan untuk mendapatkan


keuntungan ekonomi namun juga privilege politik dari sebuah pemberitaan.
Sejumlah media massa memperlihatkan sikap partisannya terhadap partai
politik secara terbuka walaupun tidak menyatakan diri secara resmi sebagai
pendukung salah satu partai politik. Curran, Gurevitch dan Woollacott
(1982:19) menganggap bahwa media berfungsi untuk melegitimasi kekuasaan
menanamkan kesadaran palsu bagi khalayak. Media massa diyakini bukan
sekedar medium lalu lintas pesan dan unsur-unsur sosial dalam suatu
masyarakat melainkan juga berfungsi sebagai alat penundukan dan
pemaksaan konsensus oleh kelompok yang secara ekonomi dan politik
dominan.5

Media mempunyai posisi strategis dalam mendukung demokratisasi


kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun untuk membangun karakter
media yang transparan dalam pemberitaaan, penyiaran independen dan bebas
dari kepentingan politik maupun bisnis, bukan pekerjaan yang mudah.
Mengingat hal ini diperlukan proses yang sangat panjang untuk menyesuaikan
antara etika demokrasi yang substantif dengan sejumlah kalangan maupun
masyarakat yang masih terperangkap dalam pelembagaan ketertutupan dan
harmonisasi pemberitaan sebagai dampak dari penggunaan media sebagai
instrumen pemerintah dan politik yang berkuasa.

Dalam konteks kepentingan bisnis yang dijalankan media, memang benar


bahwa media boleh menjalankan bisnis untuk menghidupi organisasinya agar
mampu menjadi sumber informasi yang kredibel, tetapi regulasi yang ada,
yang sudah memberikan kemerdekaan dan kebebasan berekspresi, namun
tetap harus lebih mengedepankan kepentingan untuk memberikan informasi
yang bermanfaat dan faktual kepada khalayak. Namun persolannya, kalaupun
5
Rahmatul Istiqomah, Interpretasi Khalayak dalam Mengkonsumsi Berita, (diakses di
http://eprints.undip.ac.id/43536/ pada Rabu 28 Agustus 20.22 WIB)
media sudah berupaya profesional dalam mengedepankan idealisme dan
bisnis, tetapi secara empirik tidak mudah untuk menjalankan pers bebas untuk
menuju masyarakat informasi. Sebab masyarakat pada umumnya masih
terbelenggu dalam budaya komunikasi paternalistik, yang memposisikan
komunitas maupun kelompok dominan atau yang mempunyai karakteristik
spesifik, melalui kekuasaanya, bisa mengontrol informasi.

Alhasil pemberitaan media yang sudah berusaha semaksimal mungkin


berpijak kepada kaidah jurnalistik yang beretika, dan didukung oleh
profesionalisme wartawan, tetap saja sewaktu-waktu akan menuai persoalan
dengan masyarakat ataupun elite dalam kekuasaan negara, yang terganggu
dengan transparansi informasi yang disebarkjan oleh media.

Hakikatnya, ketika kemerdekaan pers sudah menjadi rujukan dalam


mengelola media tetapi masyarakat semakin kritis dalam menyikapi
kebebasan berekspresi yang ditranformasikan media, tetapi persoalannya,
sejumlah entitas di pemerintahan, politisi, pemilik modal dan masyarakat
pada umumnya, sering berlindung dibalik demokrasi integralistik, yang
ditafsirkan secara sepihak, ketika mengkritisi pemberitaan media dan bukan
mustaahil berujung kepada serangan fisik terhadap sejumlah praktisi media
massa.6

6
Eko Harry Susanto, Jurnal Komunikasi: Media Massa, Pemerintahan dan Pemilik Modal,
Vol.1 No.6, Universitas Tarumanegara, 2013. hal. 483
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kekuasaan media semakin bertambah ketika media itu sendiri memiliki


kekuatan besar dalam mempengaruhi para audiensnya. Pengaruh media massa
dalam kehidupan politik sangatlah besar. Media memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi opini publik dan pendapat masyarakat, oleh karena itu
keberadaan media massa bagi partai politik menjadi sesuatu yang teramat
penting. Dalam kehidupan sehari-hari media massa seperti televisi, koran dan
majalah merupakan media komunikasi yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat yang kemudian akan membentuk opini masyarakat.

Ada beberapa hal yang harus di pahami oleh masyarakat agar bijak dalam
menggunakan media massa, yaitu Daya serap infromasi bergantung pada
daya kritis dan tingkat pendidikan khalayak. Media memberikan informasi
namun masyarakatlah yang mencermati dan mengecek terlebih dahulu
kebenarannya dengan mencari referensi berita sebanyak-banyaknya. Apa
yang disampaikan oleh media massa sebaiknya tidak ditelan mentah-mentah.
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Cangara, Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Raja


Grafindo Persada
Effendy, Onong Uchjana, 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi.
Bandung : PT : Remaja Rosdakarya
Daryanto dan Rahardjo. 2016. Teori Komunikasi.Yoyakarta : Penerbit Gava
Media
Harry Susanto, Eko. 2013. Jurnal Komunikasi: Media Massa, Pemerintahan
dan Pemilik Modal, Vol.1 No.6, Universitas Tarumanegara.
McQuail, Denis. 1987. Teori Komunikasi Massa. Jakarta : Penerbit Erlangga
Nurudin. 2009. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers.

Internet

Istiqomah, Rahmatul. Interpretasi Khalayak dalam Mengkonsumsi Berita,


(diakses di http://eprints.undip.ac.id/43536/ pada Rabu 28 Agustus 2019 pukul
20.22 WIB

Anda mungkin juga menyukai