Anda di halaman 1dari 11

‘’MAKALAH’’

‘‘MEDIA DAN OPINI PUBLIK


DALAM POLITIK’’

Dosen Pembimbing :
Amru Alba
Disusun Oleh :
Aslan Khamal : 2219027

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI


NEGARA NASIONAL ( STIAN)
LHOKSEUMAWE
2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah POLITIK INDONESIA mengenai
MEDIA DAN OPINI PUBLIK DALAM POLITIK. Saya juga tentu menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf yang
sebesar-besarnya..

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

LHOKSEUMAWE, 25.Oktober. 2020

Penulis

Aslan Khamal
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………........................................I


Daftar isi …………………………………………………………...........................…...........II

BAB I
PENDAHULUAN
MEDIAN DAN OPINI PUBLIK............................................................................................1

BAB II
PEMBAHASAN MEDIAN DAN OPINI PUBLIK
A.PERAN MEDIA MASA DALAM POLITIK....................................................................2
B.BENTUK BENTUK MEDIA..............................................................................................5
C.RUMUSAN MASALAH......................................................................................................6

BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN....................................................................................................................7

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam perkembangan polikti,maka tidak hilang juga perkembangan teknologi,


teknologi sangat berperan penting dalam perkembangan politik,disini pengaruh besar dalam
berpolitik tanpa alat bntu dari teknologi kususnya dalam teknologi media massa.

Aktor politik berkepentingan dengan media massa sehubungan dengan pembentukan


pendapat umum (publik opinion). Padahal, dalam komunikasi politik, aspek pembentukan
opini inilah yang justru menjadi tujuan utama, karena hal ini akan mempengaruhi
pencapaian-pencapaian politik para aktor politik.

Keadaan tersebut memang telah menjadi hukum sejarah. Media massa menjadi factor
dalam berbagai kepentingan politik, karena merupakan media yang dapat membentuk atau
menyampaikan opini dari keadaan masyarakat, entah itu benar atau hanya berupa
manipulative dan propaganda, asalkan tujuan dari politiknya dapat tercapai di kemudian hari.
BAB II
PEMBAHASAN
MEDIA DAN OPINI PUBLIK

A. PERAN MEDIA MASA DALAM POLITIK

Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa begitu besar peran media massa dalam
kehidupan masyarakat, yang mampu mempengaruhi dan merubah cara pikir suatu kelompok
masyarakat. Akan tetapi kekuatan media massa ini juga digunakan oleh pemerintah maupun
suatu kelompok masyarakat di suatu pemerintahan untuk mempengaruhi opini publik.

Dalam dunia pun media massa digunakan sebagai alat penyampaian informasi dan pesan
yang sangat efektifdan efisien .

Fungsi-fungsi media massa adalah:

1. Sebagai pengamat lingkungan dari kondisi sosial politik yang ada.Media massa
berfungsi sebagai alat kontrol sosial politik yang dapat memberikan berbagai informasi
mengenai penyimpangan sosial itu sendiri, yang dilakukan baik oleh pihak pemerintah,
swasta, maupun oleh pihak masyarakat. Contoh penyimpangan-penyimpangan seperti praktik
KKN oleh pemerintah, penjualan pasir ke Singapura yang mengakibatkan tujuh pulau hilang
dan tenggelam (suatu kerugian yang lebih besar dari sekadar perebutan pulau Sipadan dan
Ligitan), perilaku masyarakat yang tidak tertib hukum/anarkis, polemik Susno-Polri, dan lain-
lain. Berbagai permasalahan sosial tersebut akan membuka mata kita bahwa telah terjadi
sesuatu yang tidak sesuai dengan aturan yang ada.

2. Sebagai pembentuk agenda (agenda setting) yang penting dalam isi


pemberitaannya.
Pembentukan opini dengan cara pembentukan agenda atau pengkondisian politik
sehingga masyarakat terpengaruh untuk mengikuti dan mendukung rencana-rencana
pemerintah. Contohnya: wacana pembatasan subsidi BBM untuk sepeda motor, SKPP Bibit-
Candra,dan lain-lain.
3. Media massa merupakan platform (batasan) dari mereka yang punya advokasi
dengan bukti-bukti yang jelas bagi para politisi, jurubicara, dan kelompok kepentingan.
Ada pembagian lain dari komunikator politik, yaitu yang disebut dengan komunikator
profesional,Pembagian ini muncul karena kemajuan-kemajuan dalam dunia teknologi
komunikasi. Sehingga ada batasan/pembagian tugas dan peranan penyampaian pesan politik.

4. Media massa mampu menjadi tempat berdialog tentang perbedaan


pandangan yang ada dalam masyarakat atau diantara pemegang kekuasaan (yang sekarang
maupun yang akan datang). Media massa sebagai sarana untuk menampung berbagai
pendapat, pandangan, dan paradigma dari masyarakat yang ingin ikut andil dalam
membangun sistem politik yang lebih baik.
5. Media massa merupakan bagian dari mekanisme penguasa untuk
mempertahankan kedudukannya melalui keterangan-keterangan yang diungkapkan dalam
media massa.

Hal ini kerap terjadi pada masa Orba, ketika masa Presiden Soeharto berkuasa yang
selalu menyampaikan keberhasilan-keberhasilan dengan maksud agar masyarakat mengetahui
bahwa pemerintahan tersebut harus dipertahankan apabila ingin mengalami kemajuan yang
berkesinambungan.
6. Media massa bisa merupakan insentif untuk publik tentang bagaimana
belajar,memilih,dan menjadi terlibat daripada ikut campur dalam proses politik.
Keikutsertaan masyarakat dalam menentukan kebijakan politik bisa disampaikan melalui
media massa dengan partisipasi dalam poling jajak pendapat dan dialog interaktif. Hasil dari
poling atau jajak pendapat tersebut akan merefleksikan arah kebijakan para politisi.

Seperti hasil poling akhir-akhir ini dinyatakan bahwa sebagian besar masyarakat
pemilih pada pemilu 2009, mengharapkan pemerintah hasil Pemilu dapat memprioritaskan
perbaikan ekonomi. Hanya sebagian kecil dari masyarakat yang memilih untuk prioritas
pemberantasan korupsi. Hal ini yang menjadi kekhawatiran para aktivis anti korupsi bahwa
hasil itu akan mempengatuhi arah kebijakan pemerintah sebagai kecenderungan sebagian
besar kelompok masyarakat.

7. Media massa bisa menjadi penentang utama terhadap semua upaya dari
kekuatan-kekuatan yang datang dari luar media massa dan menyusup ke dalam
kebebasannya,integritasnya, dan kemampuannya di dalam melayani masyarakat.
Fakta-fakta kebenaran yang diungkapkan oleh media massa dapat menyadarkan masyarakat
tentang adanya kekuatan-kekuatan berupa terorisme atau premanisme, maupun intimidasi
dari pihak-pihak tertentu yang mencoba mengkaburkan suatu permasalahan.
8. Media massa punya rasa hormat kepada anggota khalayak
masyarakat,sebagai kelompok yang punya potensi untuk peduli dan membuat sesuatu
menjadi masuk akal dari Ilingkungan politiknya.

Adanya kecenderungan dalam menilai para politisi, komunikator politik, aktivis


adalah sebagai pihak yang selalu bicara dengan publik. Oleh karena itu Bryce (1900)
menyatakan bahwa khalayak komunikasi (khususnya dalam komunikasi politik) pada
umumnya akan terpusat pada masalah opini publik.

Dari gambaran di atas mengenai fungsi media massa dalam kaitannya sebagai alat
politik, maka semakin jelas bahwa peran media massa sangat besar dalam kekuasaan
pemerintahan. Pendapat ini juga dipertegas dengan pernyataan Harold Lasswell, bahwa
Politik tidak bisa dipisahkan dari pengertian kekuasaan dan manipulasi yang dilakukan oleh
paraeli tpenguasa atau counterelite.

Pelaksanaan komunikasi politik di Indonesia tentu tidak terlepas dari kebebasan pers.
Di era keterbukaan yang dikenal dengan istilah masa global, peranan pers sebagai sarana
komunikasi politik sangat penting untuk menyalurkan berbagai kebijakan kepada
masyarakat,baik yang datang dari atas maupun bawah.

Setelah berakhirnya Rezim Soeharto, pada tanggal 21 Mei 1998, akibat gerakan
mahasiswa yang menuntut reformasi, maka semasa pemerintahan Presiden B.J Habibie
cengkeraman pemerintah terhadap pers dihapuskan. Namun kebebasan pers digunakan secara
berlebihan sehingga orang mulai bicara tentang kebablasan pers. Meskipun dari pihak
penguasa berkurang intervensinya, kelompok-kelompok penekan timbul dalam masyarakat
yang bertindak anarkis terhadap pers.

Selama kebebasan pers dapat dipertahankan, kemungkinan lebih besar dalam abad
informasi ini bagi pesatnya perkembangan pers Indonesia dan menjelma sebagai the fourth
estate disamping eksekutif, legislatif dan yudikatif. Sistem politik Indonesia dewasa ini
sedang mengalami proses demokratisasi yang membawa berbagai frekuensi tidak hanya
terhadap dinamika politik, melainkan juga terhadap dinamika sistem lainnya yang menunjang
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pembangunan sistem
politik yang demokratis tersebut diarahkan agar mampu mempertahankan keutuhan wilayah
Republik Indonesia, dan makin memperkokoh persatuan dan kesatuan Indonesia yang akan
memberikan ruang yang semakin luas bagi perwujudan keadilan sosial dan kesejahteraan
yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia.

B. BENTUK BENTUK MEDIA

1. Televisi
Dengan karakteristik audio visualnya memberikan sejumlah keunggulan,diantaranya
mampu menyampaikan pesan melalui gambar dan suara secara bersamaan dan hidup,serta
dapat menayangkan ruang yang sangat luas kepada
Sejumlah besar pemirsa dalam waktu bersamaan.
Contohnya melalui iklan.

2. Surat Kabar
Sebuah berita besar dalam surat kabar atau yang menjadi topik utama selalu ditempatkan di
halaman depan dengan judul yang menarik dan membuat penasaran ditambah dengan
fotoyang mendukung. Contohnya surat kabar dengan sajian berbentuk kata tercetak atau
bentuk visual berupa foto berita,lambang partai politik, atau karikatur memiliki pengaruh
yang besar dalam kampanye politik.

C. RUMUSAN MASALAH
1. BAGAIMANA CARA MEMPERGUNAKAN MEDIA MASA SEBAGAI
ALAT PENYAMPAI POLITIK YANG BENAR.?
2. BAGAIMANA CARA AKTOR POLITIK MENYAMPAIKANNYA
MELALUI MEDIA TERSEBUT.?
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Peran media dalam panggung politik kontemporer semakin tidak


tergantikan.Fenomena yang muncul adalah media telah menjadi perpanjangan tangan dari
aktor-aktorpolitik yang bermain. Peran media kini melampaui apa yang bisa dikerjakan oleh
partaipolitik melalui cara-cara konvensional. Bisa dilihat dari bagaimana elite-elite
politikmengeluarkan wacana dan gagasan-gagasannya melalui media. Pada tahap tertentu,
media sendiri juga telah menjelma menjadi aktor politik. Sebagai aktor politik, ia bisa
mengeluarkan atau menahan sebuah isu yang menguntungkan maupun merugikan aktoraktor
politik yang lain.

Pembentukan opini publik pun pada akhirnya terjadi. Siapa yang memiliki akses atas
media maka dia yang menguasai opini publik. Produk media dari berita, editorial, sampai
iklan politik menjadi kanal menyalurkan ideologi pemilik danjurnalisnya. Hal ini dapat
dilihat di sejumlah media massa di Indonesia, baik cetak maupunelektronik.Media yang telah
bertransfromasi menjadi aktor politik tidak bergerak sendiri dalam memainkan peran tersebut
karena pasti akan dibantu oleh kepentingan aktor-aktor politikdan pemilik modal atau mereka
yang berlindung di balik topeng media untuk melakukanpropaganda politik. Pada akhirnya,
posisi media berada di tepi jurang, media menjadi tidaklagi independen karena kebebasan
mengkritik dan menyampaikan pendapat beralihmenjadi kebablasan informasi yang
bersandar pada kemauan pemilik media. Hal ini dapatdilihat ketika pemilihan umum
berlangsung.

Media berdiri di dua perahu yaitu berpihak pada kepentingan politik dan di sisi lain
berpihak pada kepentingan pemilik media.Pengalamanpemilihanpresiden 2014 menunjukkan
fenomena terbelahnya media besar diIndonesia menjadi dua kubu. Pemberitaan menjadi
simpang-siur mengikuti selera pemilih diamasing-masing. Secara tidak langsung,
pembelahan media menjadikan masyarakat terpaksa mencari kebenaran informasi diantara
kesimpangsiuran berita yang ada.
Media seharusnya menjadi sarana pencerahan dan transformasi nilai-nilai kebenaran
terutama kebenaran politik agar masyarakat dapat melihat fakta secara apa adanya.
Mediasebaiknya tidak memunculkan kesan menilai atau keberpihakan khususnya dalam
masakampanye pemilihan umum. Biarkan masyarakat sendiri yang akan menilai.
Yangdiperlukan media hanyalah menyampaikan informasi yang sebenarnya, jelas hitam
putihnya. Sehingga masyarakat tidak terjebak pada pilihan yang diciptakan media danmedia
pada akhirnya harus mampu bersikap objektif dalam penayangan berita politik dan bertindak
independen.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Cook, Timothy E. 1998. Governing with the News: the News Media as a Political
Institutio.Chicago: Chicago University Press.

Eriyanto. 2005. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta:
LkiS.

Ghazali, Effendi dan Hidayat N, dkk. 2000. Pers dalam Revolusi Mei: Runtuhnya sebuah
Hegemoni. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai