Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT , yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada kita, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah
ini dengan judul “Kebebasan Pers dan Dampak Penyalahgunaan Kebebasan Media Massa
Dalam Masyarakat Demokratis Di Indonesia”.
Makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita
semua tentang media massa yang ada di dunia umumnya dan di Indonsia khususnya.
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
BABII PEMBAHASAN 2
BAB III PENUTUP 8
A. Kesimpulan 8
B. Saran 8
DAFTAR PUSTAKA 10
BAB I
PENDAHULUAN
Jurnalistik adalah suatu pekerjaan yang mengemban tanggung jawab dan mensyaratkan
adanya kebebasan. Karena, tanpa adanya kebebasan seorang wartawan sulit untuk
melakukan pekerjaanya. Akan tetapi, kebabasan tanpa disertai tanggung jawab mudah
menjerumuskan wartawan kedalam praktek jurnlistik yang kotor, merendahkan harkat
dan martabat wartawan tersebut. Karena itulah baik di negara-negara maju maupun
negara berkembang persyaratan untuk menjadi wartawan dirasa sangat berat sekali.
Wartawan harus benar-benar bisa menjaga perilaku dalam kegiatan jurnalistiknya sesuai
dengan aturan yang ada, yaitu sesuai dengan kode etik jurnalistik, pasal 1, ayat 1 Undang-
Undang (UU) Pers Nomor 40 tahun 1999, dan Undang-Undang (UU) Penyiaran Nomor 22
Tahun 2002.
B. Rumusan Masalah
2. Apa bentuk dari penyalahgunaan Pers?
1. Kita bisa memahami apa itu yang dimaksud dengan Pers sebenarnya.
PEMBAHASAN
Kebebasan pers adalah kebebasan media komunikasi baik melalui media cetak maupun
melalui media elektronik.Dengan demikian kebebasan pers merupakan suatu yang sangat
fundamental dan penting dalam demokrasi karena menjadi pilar yang ke 4 setelah lembaga
eksekutif, lembaga legislatif dan lembaga yudikatif.
Jadi, pers yang bebas berfungsi sebagai lembaga media atau aspirasi rakyat yang tidak bisa
diartikulasikan oleh lembaga formal atau resmi tetapi bisa diartikulasikan melalui pers
atau media massa.
Pers yang bebas tidak bertanggung jawab, sering menimbulkan dampak yang tidak baik
bagi masyarakat.sekarang ini, penggunaan pers atau media massa sebagai sarana
komunikasi sangatlah menguntungkan karena kita bisa mendapatkan berita yang hangat
dengan cepat tanpa mengeluarkan uang yang banyak. Media komunikasi modern seperti
radio, televisi dan lainnya dengan mudah dapat kita gunakan. Dengan media komunikasi
tersebut pertukaran nilai-nilai budaya antar bangsa akan cepat terjadi. Padahal belum
tentu sesuai dengan budaya-budaya indonesia. Program ditayangkan seperti kejahatan,
perang dan hal-hal yang menjurus pornografi dapat menimbulkan dampak negatif yang
menjurus pada kemerosotan moral masyarakat. Hal tersebut tentu dapat membahayakan
bangsa ini, karena dampak yang ditimbulkan akan mengancam kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat.
· Keberpihakan
· Kepribadian
1. Penyiaran berita/informasi yang tidak sesuai dengan kode etik jurnalistik, seperti
penyebutan nama tersangka dan gambar lengkap tersangka untuk melengkapi informasi
kriminal.
2. Peradilan oleh pers (trial by press) seperti berita yang menyimpulkan bahwa seorang
atau golongan atau instansi telah melakukan kesalahan tanpan melalui informasi yang
seimbang dan lengkap tanpa melalui proses peradilan.
v Pasal 37 KUHP
b) Jika sitersangka melakukan kejahatan itu dalam jabatannya dan pada melakukan
kejahatan itu belum lewat dua tahun sesudah pemidanaannya yang dahulu menjadi tetap
karena kejahatan yang semacam maka ia dipecat dari jabatannya.
Barang siapa yang menyiarkan, mempertontonkan atau menempelkan surat atau gambar
yang isinya menyatakan perasaan kebencian atau penghinaan terhadap pemerintah
indonesia dengan maksud supaya isi surat atau gambar itu diketahui orang banyak
dihukum penjara selama-lamanya 4 tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp.
4.5000.000.
negara.
C. AKIBAT PENYALAHGUNAAN PERS
Tulisan dalam media massa yang kurang imbang sumber informasinya dapat
mengakibatkan kesan yang berbeda dengan kenyataan yang sebenarnya. Dengan bantuan
media massa, fakta dapat ditutup-tutupi dengan tulisan lain yang berkesan
membenarkan. Masyarakat dalam hal itu dapat tertipu karena mendapat informasi yang
tidak benar.Karena informasi itu di diberikan secara berlebihan dan berulang-ulang serta
di ekspos sevara besar-besaran maka masyarakat menjadi terpengaruh. Meskipun
demikian, pemberitaan yang demikian itu kadang bermanfaat, misalnya ada pernyataan
tokoh yang dapat menggugah hati masyarakat untuk menggalang dana kemanusiaan.
Tatkala angin reformasi berhembus dengan kencang, koridor demokrasi pun perlahan
tetapi pasti mulai terkuak. Ruang publik yang sebelumnya penuh dengan jaring laba-laba
kekuasaan yang setiap saat bisa membelenggu kebebasan pers Indonesai. Suara-suara
alternatif yang sekian lama mengendap dibalik bilik kebisuan publik tiba-tiba menyeruak,
seperti burung yang lepas dari sangkarnya, terbang kesana kemari.
Kalau kita coba lukiskan perkembangan pers Indonesia akhir-akhir ini, paling tidak ada
beberapa hal penting yang menujukan perubahan wajah pers pasca- Soeharto.
Pertama, deregulasi media yang dilakukan rezim pasca-Soeharto seperti ditandai dengan
dipermudahnya memperoleh izin dan dicabutnya sistem SIUPP telah menyebabkan
maraknya penerbitan pers. Sayangnya peningkatan kuantitas media, belum dengan
sendirinya disertai oleh perbaikan kualitas jurnalismenya.
Sementara media yng cenderung partisan terus melakukan “sensasionalisme bahasa”
seperti tampak lewat pemilihn judul (headline) yang bombantis atau desain cover yang
norak, majalah dan tabloid hiburan justru melakuakn “vulgariasasi” dan “erotisasi”
informasi seks. Kalau bisa diebut sebagai pers negatif, seperti itulah kriterianya.
Kedua, maraknya apa yang disebut sebagai “media baru” (new media) dikalangan
masyarakat kita akhir-akhir ini. Untuk menyebut di antaranya adalah internet dan
teknologi multimedia yang semakin canggih. Akses internet membawa budaya baru dalam
pemanfaatan waktu luang (leisure time). Dengan Internet, batas-batas ruang dan waktu
telah musnah. Dan banyak lagi nilai manfaat dan nilai positif yang bisa diambil dan
digunakan oleh pengguna media, demi efisiensi dan efektif kegiatan sehari-hari, tak
berlebih jika kategori pers seperti adalah pers positif.
Kebebasan pers yang muncul pada masa era reformasi ini ternyata membawa
permasalahan baru. Peningkatan kuantitas penerbitan pers yang tajam (booming), tidak
disertai dengan pernyataan kualitas jurnalismenya. Sehingga banyak tudingan "miring"
yang dialamatkan pada pers nasional. Seperti kecurigaan pada praktek "jurnalisme
preman", "jurnalisme pelintiran", jurnalisme omongan", dan tudingan-tudingan negative
lainnya.
Ada juga media massa yang dituduh melakukan sensionalisme bahasa melalui pembuatan
judul (headlines) yang bombasis, menampilkan "vulgarisasi: dan erotisasi informasi seks.
Tetapi tentu saja kita tidak dapat melakukan generalisasi, harus diakui, bahwa masih
banyak media massa yang mencoba tampil dengan elegan dan beretika, daripada yang
menyajikan informasi sampah dan berselera rendah (bad taste).
Kemungkinan lain penyebab pers terus disorot, bahkan ada yang menyebut pers
“kebablasan” adalah karena kurang profesionalnya jajaran aratwannya, kekurangan yang
paling uatam adalah soal kemampuan memahami permasalahan yang akan diberitakan dan
teknis ketermapilan menuliskannya. Untuk itu, wartawan di era refor masi perlu
menguasai pengetahuan umum, skill, dan kepandaian menulis serta berapresiasi dalam
kebebasan yang komperhensif dan partisipatif.
Para ahli menyebut budaya dan masyarakat muktahir sebagi masyaakat yang penuh
dengan medi (medai saturrated society). Masyarakat muktahir adalah masyaraat yang
dilimpahi dengan informasi berupa gambar, teks, bunyi, dan pesan-pesan visual,
masyarakat yang dibanjiri informasi dan pesan-pesan komersial.
A. Kesimpulan
Kebebasan pers yang sedang kita nikmati sekarang memunculkan hal-hal yang sebelumnya
tidak diperkirakan. Suara-suara dari pihak pemerintah misalnya, telah menanggapinya
dengan bahasanya yana khas; kebebasana pers di ndoesia telah kebablasan! Sementara
dari pihak asyarakat, muncul pula reaksi yang lebih
konkert bersifat fisik.
Barangakali, kebebasana pers di Indonesia telah mengahsilkan berbagai ekses. Dan hal itu
makin menggejala tampaknya arena iklim ebebasan tersebut tidak dengan sigap diiringi
dengan kelengakapan hukumnya. Bahwa kebebasan pers akan memunculkan kebabasan,
itu sebenarnya merupakan sebuah konsekuensi yan wajar. Yang kemudan harus
diantisipasi adalah bagaimana agar kebablasan tersbeut tidak kemudian diterima sebagai
kewajaran.
B. Saran.
Sudah saatnya lembaga pers terus menyempurnakan diri dalam menyampaikan informasi,
dengan selalu melakukan penelitian ulang sebelum menyiarkannya, melakukan peliputan
berimbang terutama untuk berita-berita konflik agar masyarakat memperoleh informasi
lebih lengkap untuk turut menilai masalah yang sedang terjadi.
Penyempurnaan kualitas pers merupakan kerja keras yang dilakukan hari demi hari untuk
kepentingan masyarakat.
Paling tidak ada lima unsur yang fundamental dalam pendidikan media
literacy. Yakni, kesadaran terhadap dampak media; pamahaman terhadap proses
komunikasi massa; strategis untuk menganalisis dan mendiskusikan pesan-pesan
media; pemahaman terhadap isi media sebagai tekad yang menyajikan pandangan
bagi kehidupan dan budaya kita; dan kesanggupan untuk menikmati, memahami
dan mengapresiasi isi media.
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Onong Uchjana. 1993. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Cetakan
Pertama. Bandung: Citra Aidya Bakti.
Hamzah, A, I Wayan Suandra dan BA Manalu. 1987. Delik-Delik Pers di Indonesia. Cetakan
Pertama. Jakarta: Media Sarana Pers.
Sudibyo, Agus dkk. Kabar-Kabar Kebencian.Jakarta: Insistut Studi Arus Infor masi.2001
http://contohjudulmakalahskripsi.blogspot.com/2012/02/makalah-kebebasan-pers-dan-
dampak.html
Apriliani Sri Rahayu. 2013. Makalah Kebebasan Pers. (online) . Diakses Pada Tanggal 24
Februari 2014 .Pada Pukul 3.26 WIB.
http://conthmklh.blogspot.com/2013/10/makalah-kebebasan-pers.html