Dosen Pembimbing :
Johari.SH.,M.H.
Disusun Oleh :
Aslan Khamal : 2219027
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis
ASLAN KHAMAL
DAFTAR ISI
BAB II
MANUSIA, MASYARAKAT DAN KAIDAH SOSIAL....................................4
A. Hubungan antara manusia, masyarakat dan kaidah sosial..................................4
BAB III
C.Fungsi Hukum....................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah hukum, yaitu suatu disiplin hukum yang mempelajari asal usul
terbentuknya dan perkembangan suatu sistem hukum dalam suatu masyarakat
tertentu dan memperbanding antara hukum yang berbeda karena dibatasi oleh
perbedaan waktu.
Kesimpulan : dimana ada masyarakat disitu ada hukum (ubi societes ibi
ius). Hukum ada sejak masyarakat ada. Dapat dipahami disini bahwa hukum itu
sesungguhnya adalah produk otentik dari masyarakat itu sendiri yang merupakan
kristalisasi dari naluri, perasaan, kesadaran, sikap, perilaku, kebiasaan, adat, nilai,
atau budaya yang hidup di masyarakat.
1. Definisi masyarakat
• Menurut Selo Soemarjan, masyarakat adalah orang yang hidup bersama, yang
menghasilkan kebudayaan.
• Menurut CST. Kansil, SH, masyarakat adalah persatuan manusia yang timbul
dari kodrat yang sama. Jadi masyarakat itu terbentuk apabila ada dua orang atau
lebih hidup bersama sehingga dalam pergaulan hidup timbul berbagai hubungan
yang mengakibatkan seorang dan orang lain saling kenal mengenal dan pengaruh
mempengaruhi.
Unsur masyarakat :
Merupakan kesatuan
2. Kaidah/norma Sosial :
1. Kaidah yang mengatur kehidupan pribadi manusia yang dibagi lebih lanjut
menjadi :
Hormatilah orang tuamu agar supaya engkau selamat (Kitab Injil Perjanjian
Lama : Hukum yang ke V).
2. Kaidah yang mengatur kehidupan antara manusia atau pribadi yang dibagi lebih
lanjut menjadi :
Berilah tempat terlebih dahulu kepada wanita di dalam kereta api, bis dll
(terutama wanita tua, hamil atau membawa bayi).
1. Perbedaan antara kaidah dengan kaidah agama dan kesusilaan dapat ditinjau
dari berbagai segi sbb :
• Ditinjau dari tujuannya, kaidah hukum bertujuan untuk menciptakan tata tertib
masyarakat dan melindungi manusia beserta kepentingannya. Sedangkan kaidah
agama dan kesusilaan bertujuan untuk memperbaiki pribadi agar menjadi manusia
ideal.
• Ditinjau dari sasarannya : kaidah hukum mengatur tingkah laku manusia dan
diberi sanksi bagi setiap pelanggarnya, sedangkan kaidah agama dan kaidah
kesusilaan mengatur sikap batin manusia sebagai pribadi. Kaidah hukum
menghendaki tingkah laku manusia sesuai dengan aturan sedangkan kaidah agama
dan kaidah kesusilaan menghendaki sikap batin setia pribadi itu baik.
• Ditinjau dari sumber sanksinya, kaidah hukum dan kaidah agama sumber
sanksinya berasal dari luar dan dipaksakan oleh kekuasaan dari luar diri manusia
(heteronom), sedangkan kaidah kesusilaan sanksinya berasal dan dipaksakan oleh
suara hati masing2 pelanggarnya (otonom).
• Ditinjau dari isinya kaidah hukum memberikan hak dan kewajiban (atribut dan
normatif) sedang kaidah agama dan kaidah kesusilaan hanya memberikan
kewajiban saja (normatif).
- Sanksi kaidah hukum dipaksakan dari masyarakat secara resmi (negara), sanksi
kaidah kesopanan dipaksakan oleh masyarakat secara tidak resmi.
- Asal kaidah kesopanan dasri luar diri manusia, kaidah agama dan kaidah
kesusilaan berasal dari pribadi manusia.
- Kaidah kesopanan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap lahir manusia,
kaidah agama dan kaidah kesusilaan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap
batin manusia.
- Tujuan kaidah kesopanan menertibkan masyarakat agar tidak ada korban, kaidah
agama dan kaidah kesusilaan bertujuan menyempurnakan manusia agar tidak
menjadi manusia jahat.
Yaitu hukum sebagai perilaku yang ajeg atau sikap tindak yang teratur.
Hukum ini tidak nampak seperti dalam arti petugas yang patroli, yang memeriksa
orang yang mencuri atau hakim yang mengadili, melainkan menghidup bersama
dengan perilaku individu terhadap yang lain secara terbiasa dan senantiasa terasa
wajar serta rasional. Dalam hal ini sering disebut hukum sebagai suatu kebiasaan
(hukum kebiasaan). Contoh seorang mahasiswa “A” numpang sewa kamar kepada
keluarga “Z”, ia tiap bulan bayar uang yg menjadi kewajibannya kepada “Z”
sedangkan “Z” menerima haknya, disamping melakukan kewajibannya
menyediakan segala sesuatu yang diperlukan “A”. Tiap pagi “A” ke kampus naik
becak, tawar menawar, ia naik sampai ke tempat tujuan tanpa pikir ia
membayarnya. Lama kelamaan “A” mengenal tukang becak dengan baik, maka
untuk kuliah begitu melihat tukang becak segera naik tanpa pikir-pikir ia bayar,
malahan kadang2 ia hanya berkata bayarnya nanti saja sekalian seminggu. Ini
dilihat dari “A” dan masyarakat sekelilingnya dan apabila pengalaman2 semacam
ini digabungkan maka hubungan menjadi luas dan rumit, namun tetap terwujud
keteraturan karena bekerjanya hukum yang mewarnai sikap tindak atau perilaku
masing-masing individu dalam masyarakat secara biasa. Disini hukum bekerja
mengatur sikap tindak warga masyarakat sedemikian rupa sehingga hukum
terlihat sebagai sikap tindak yang tanpak di dalam pergaulan sehari-hari, ia
merupakan suatu kebiasaan (Hukum kebiasaan).
4. Hukum dalam arti sistem kaidah adalah :
a. Suatu tata kaidah hukum yang merupakan sistem kaidah-kaidah secara hirarkis
Kaidah-kaidah konstitusi
Hukum disini adalah tata hukum atau kerapkali disebut sebagai hukum
positif yaitu hukum yang berlaku disuatu tempat, pada saat tertentu (sekarang
misalnya di Indonesia). Hukum positif tsb misalnya hukum publik (HTN, HAN,
Pidana, internasional publik), hukum privat (perdata, dagang, dll)
Dalam hal ini hukum sebagai gejala dan kenyataan yang ada ditengah
masyarakat. Secara umum disiplin hukum menyangkut ilmu hukum ((ilmu
pengertian, ilmu kaidah dan ilmu kenyataan), politik hukum dan filsafat hukum
(ketiganya akan dibicarakan dimuka).
1. Masyarakathukum
2. Subyek hukum
3. Objek hukum
1. Sejarah hukum
2. Sosiologi hukum
3. Psikologi
4. Perbandingan hukum
5. Antropologi hukum
1. Keadilan
2. Kemamfaatan/kegunaan
3. Kepastian hukum
1. Berguna sebagai pegangan awal bagi orang yang ingin mempelajari hukum,
khususnya bagi kalangan pemula.
2. Berguna bagi kalangan yang ingin lebih jauh memperdalam teori hukum, ilmu
hukum, filsafat hukum dan sebagainya.
Arnold (Achmad Ali, 1996 : 27) salah seorang sosiolog, mengakui bahwa
dalam kenyataan hukum memang tidak akan pernah dapat didefinisikan secara
lengkap, jelas dan tegas. Sehingga sampai sekarang ini tidaka da kesepakatan
bersama tentang definisi hukum. Namun Arnold juga menyadari bahwa
bagaimanapun para juris tetap akan terus berjuang mencari bagaimana hukum
didefinisikan sebab definisi hukum merupakan bagian yang substansial dalam
meberi arti keberadaan hukum sebagai ilmu. Hukum juga merupakan sesuatu yang
rasional dan dimungkinkan untuk dibuatkan definisi sebagai penghormatan para
juris terhadap eksistensi hukum.
Sebagai pegangan bagi mahasiswa atau bagi orang yang baru belajar
hukum, perlu ada definisi hukum sebagai pegangan dalam mencoba mengetahui
dan memahami hukum baik secara praktis maupun secara formil
2. I Kisch, oleh karena hukum itu tidak dapat ditangkap oleh panca indera maka
sukarlah untuk membuat definisi tentang hukum yang memuaskan.
3. Lemaire, hukum yang banyak seginya dan meliputi segala macam hal itu
menyebabkan tak mungkin orang membuat suatu definisi apapun hukum itu
sebenarnya.
5. Aristoteles, hukum adalah sesuatu yang berbeda daripada sekadar mengatur dan
mengekpresikan bentuk dari kontitusi dan hukum berfungsi untuk mengatur
tingkah laku hakim dan putusannya di pengadilan untk menjatuhkan hukuman
terhadap pelangggar.
9. Karl von savigny, hukum adalah aturan yang tebentuk melalui kebiasaan dan
perasaan kerakyatan, yaitu melalui pengoperasian kekuasaan secara diam-diam.
Hukum berakar pada sejarah manusia, dimana akarnya dihidupkan oleh
kesadaran, keyakinan dan kebiasaan warga masyarakat.
10. Marxist, hukum adalah suatu pencerminan dari hubungan umum ekonomis
dalam masyarakat pada suatu tahap perkembangan tertentu.
Ditinjau dari segi isinya kaidah hukum dapat dibagi menjadi tiga :
1. Berisi tentang perintah, artinya kaidah hukum tersebut mau tidak mau harus
dijalankan atau ditaati, misalnya ketentuan syarat sahnya suatu perkawinan,
ketentuan wajib pajak dsb.
2. Berisi larangan, yaitu ketentuan yang menghendaki suatu perbuatan tidak boleh
dilakukan misalnya dilarang mengambil barang milik orang lain, dilarang
bersetubuh dengan wanita yang belum dinikahi secara sah dsb.
3. Berisi perkenan, yaitu ketentuan yang tidak mengandung perintah dan larangan
melainkan suatu pilihan boleh digunakan atau tidak, namun bila digunakan akan
mengikat bagi yang menggunakannya, misalnya mengenai perjanjian perkawinan,
pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan kedua belah pihak atas
persetujuan bersama dapat mengadakan perjanjian tertulis yang disahkan oleh
pegawai pencatat perkawinan. Ketentuan ini boleh dilakukan boleh juga tidak
dilaksanakan.
Dari beberapa perumusan tentang hukum yang diberikan para sarjana hukum
Indonesia diatas, dapatlah disimpulkan bahwa kaidah hukum itu meliputi
beberapa unsur yaitu :
1. Keadilan distributif, yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah
menurut jasanya. Artinya, keadilan ini tidak menuntut supaya setiap orang
mendapat bagian yang sama banyaknya atau bukan persamaannya, melainkan
kesebandingan berdasarkan prestasi dan jasa seseorang.
2. Keadilan komutatif, yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah
yang sama banyaknya tanpa mengingat jasa masing-masing. Artinya hukum
menuntut adanya suatu persamaan dalam memperoleh prestasi atau sesuatu hal
tanpa memperhitungkan jasa masing-masing.
Menurut teori ini, tujuan hukum ialah menjamin adanya kemamfaatan atau
kebahagiaan sebanyak-banyaknya pada orang sebanyak-banyaknya. Pencetus teori
ini adalah Jeremy Betham. Dalam bukunya yang berjudul “introduction to the
morals and legislation” berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan
semata-mata apa yang berfaedah/mamfaat bagi orang.
Van Kan berpendapat tujuan hukum adalah menjaga setiap kepentingan manusia
agar tidak diganggu dan terjaminnya kepastiannya.
1. Purnadi dan Soejono Soekanto, tujuan hukum adalah kedamaian hidup antar
pribadi yang meliputi ketertiban ekstern antar pribadi dan ketenangan intern
pribadi
2. van Apeldoorn, tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup manusia secara
damai. Hukum menghendaki perdamaian. Perdamain diantara manusia
dipertahankan oleh hukum dengan melindungi kepentingan-kepentingan hukum
manusia tertentu, kehormatan, kemerdekaan, jiwa, harta benda terhadap pihak yg
merugikan.
3. R. Soebekti, tujuan hukum adalah bahwa hukum itu mengabdi kepada tujuan
negara yaitu mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan para rakyatnya. Hukum
melayani tujuan negara tersebut dengan menyelenggarakan “keadilan” dan
“ketertiban”.
4.Aristoteles, hukum mempunyai tugas yang suci yaitu memberi kepada setiap
orang yang ia berhak menerimanya. Anggapan ini berdasarkan etika dan
berpendapat bahwa hukum bertugas hanya membuat adanya keadilan saja.
Usaha mewujudkan pengayoman ini termasuk di dalamnya diantaranya :
2. Dengan demikian jelas bahwa yang dikehendaki oleh hukum adalah agar
kepentingan setiap orang baik secara individual maupun kelompok tidak diganggu
oleh orang atau kelompok lain yang selalu menonjolkan kepentingan pribadinya
atau kepentingan kelompoknya.
C. Fungsi Hukum
2. Hukum sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin. Hukum
yg bersifat mengikat, memaksa dan dipaksakan oleh alat negara yang berwenang
membuat orang takut untuk melakukan pelanggaran karena ada ancaman
hukumanya (penjara, dll) dan dapat diterapkan kepada siapa saja. Dengan
demikian keadilan akan tercapai.
4. Hukum berfungsi sebagai alat kritik. Fungsi ini berarti bahwa hukum tidak
hanya mengawasi masyarakat semata-mata tetapi berperan juga untuk mengawasi
pejabat pemerintah, para penegak hukum, maupun aparatur pengawasan sendiri.
Dengan demikian semuanya harus bertingkah laku menurut ketentuan yg berlaku
dan masyarakt pun akan merasakan keadilan.
Yang dimaksud dengan segala apa saja (sesuatu) yakni faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap timbulnya hukum, faktor-faktor yang merupakan sumber
kekuatan berlakunya hukum secara formal, darimana hukum itu dapat ditemukan.
dsb.
pandangan hukum kodrat; menurut pandangan ini isi hukum berasal dari akal
manusia
pandangan mazhab hostoris; menurut pandangan isi hukum berasal dari kesadaran
hukum.
Sumber hukum formal adalah sumber hukum dengan bentuk tertentu yang
merupakan dasar berlakunya hukum secara formal. Jadi sumber hukum formal
merupakan dasar kekuatan mengikatnya peraturan-peraturan agar ditaati oleh
masyarakat maupun oleh penegak hukum.
· Dalam arti material, yaitu setiap keputusan pemerintah yang menurut isinya
mengikat setiap penduduk.
b. Keadaan atau hal untuk mana UU itu diadakan sudah tidak ada lagi .
c. UU itu dengan tegas dicabut oleh instansi yang membuat atau instansi yang
lebih tinggi.
d. Telah ada UU yang baru yang isinya bertentangan atau berlainan dgn UU yg
dulu berlaku.
Catatan : Jika berkaitan dengan peraturan daerah diatur dalam lembaran daerah
3. Peraturan Pemerintah;
4. Peraturan Presiden;
B. Kebiasaan (custom)
Adalah keputusan hakim yang terdahulu yag dijadikan dasar pada keputusan
hakim lain sehingga kemudian keputusan ini menjelma menjadi keputusan hakim
yang tetap terhadap persoalan/peristiwa hukum tertentu.
2. Yurisprudensi tidak tetap, ialah keputusan hakim terdahulu yang bukan standart
arresten.
D. Traktat (treaty)
Traktat adalah perjanjian yang diadakan oleh 2 negara atau lebih yang mengikat
tidak saja kepada masing-masing negara itu melainkan mengikat pula warga
negara-negara dari negara-negara yang berkepentingan.
Macam-macam Traktat :
a. Traktat bilateral, yaitu traktat yang diadakan hanya oleh 2 negara, misalnya
perjanjian internasional yang diadakan diadakan antara pemerintah RI dengan
pemerintah RRC tentang “Dwikewarganegaraan”.
1. Sumber materiil, yaitu tempat darimana materi hukum itu diambil. Sumber
hukum materiil ini merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum,
misalnya hubungan sosial, hubungan kekuatan politik, situasi sosial ekonomi,
kebudayaan, agama, keadaan geografis, dsb.
2. Sumber hukum formil, yaitu tempat atau sumber dari mana suatu peraturan
memperoleh kekuatan hukum. Ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang
menyebabkan peraturan hukum itu formal berlaku, misalnya UU, perjanjian antar
negara, yurisprudensi dan kebiasaan.
b) Sumber hukum normal yang tidak langsung atas pengakuan UU, yaitu
perjanjian doktrin dan yurisprudensi.
a) Proklamasi
b) Revolusi
c) Coup d’etat
1. Sumber hukum dalam arti historis, yaitu tempat kita dapat menemukan
hukumnya dalam sejarah atau dari segi historis. Sumber hukum ini dibagi menjadi
:
3. Sumber hukum dalam arti filosofis, sumber hukum ini dibagi lebih lanjut
menjadi dua :
pandangan hukum kodrat; menurut pandangan ini isi hukum berasal dari akal
manusia
4. Sumber hukum dalam arti formil, yaitu sumber hukum dilihat dari cara
terjadinya hukum positif merupakan fakta yang menimbulkan hukum yang
berlaku yang mengikat hakim dan penduduk.
DAFTAR PUSTAKA
Kansil, SH, Drs “ Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia”, Balai
Pustaka
Soerojo Wignjodipoero, SH. Dr. Prof “Pengantar Ilmu Hukum”, Alumni Bandung
Riduan Syahrani, SH. “Rangkuman Intisari Ilmu Hukum” Citra Aditya Bakti,
Bandung