Anda di halaman 1dari 30

‘’RESUME’’

‘’PENGANTAR ILMU HUKUM’’

Dosen Pembimbing :
Johari.SH.,M.H.
Disusun Oleh :
Aslan Khamal : 2219027

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI


NEGARA NASIONAL ( STIAN)
LHOKSEUMAWE
2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata
kuliah PENGANTAR ILMU HUKUM mengenai DASAR DASAR HUKUM.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada guru Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing dalam menulis
makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

LHOKSEUMAWE, 03.04. 2020

Penulis

ASLAN KHAMAL
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………….....................I


Daftar isi …………………………………………………………........…...........II
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Pengertian Ilmu Hukum dan Pengantar Ilmu Hukum...............……..................1

B. Tujuan dan Kegunaan Pengantar Ilmu Hukum.................................…..............1

C. Kedudukan dan Fungsi Pengantar Ilmu Hukum............................….............2

BAB II
MANUSIA, MASYARAKAT DAN KAIDAH SOSIAL....................................4
A. Hubungan antara manusia, masyarakat dan kaidah sosial..................................4

B. Masyarakat dan Lembaga Kemasyarakatan (Kaidah Sosial)...........................5

BAB III

PENGERTIAN, UNSUR DAN SIFAT-SIFAT HUKUM.................................10

A. Aneka arti hukum..............................................................................................11


B. Berbagai Definisi Hukum..................................................................................13
C. Isi Kaidah Hukum.............................................................................................14
BAB IV

TUJUAN, FUNGSI DAN SUMBER-SUMBER HUKU...................................15

A.Tujuan Hukum Menurut Teori...........................................................................16

B.Tujuan Hukum Menurut Pandangan..................................................................17

C.Fungsi Hukum....................................................................................................18

D.Sumber Sumber Hukum.....................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................27
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian Ilmu Hukum dan Pengantar Ilmu Hukum

1. Pengertian Ilmu hukum

Menurut Satjipto Rahardjo Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang


berusaha menelaah hukum. Ilmu hukum mencakup dan membicarakan segala hal
yang berhubungan dengan hukum. Ilmu hukum objeknya hukum itu sendiri.
Demikian luasnya masalah yang dicakup oleh ilmu ini, sehingga sempat
memancing pendapat orang untuk mengatakan bahwa “batas-batasnya tidak bisa
ditentukan” (Curzon, 1979 : v).

Selanjutnya menurut J.B. Daliyo Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan


yang objeknya hukum. Dengan demikian maka ilmu hukum akan mempelajari
semua seluk beluk mengenai hukum, misalnya mengenai asal mula, wujud, asas-
asas, sistem, macam pembagian, sumber-sumber, perkembangan, fungsi dan
kedudukan hukum di dalam masyarakat. Ilmu hukum sebagai ilmu yang
mempunyai objek hukum menelaah hukum sebagai suatu gejala atau fenomena
kehidupan manusia dimanapun didunia ini dari masa kapanpun. Seorang yang
berkeinginan mengetahui hukum secara mendalam sangat perlu mempelajari
hukum itu dari lahir, tumbuh dan berkembangnya dari masa ke masa sehingga
sejarah hukum besar perannya dalam hal tersebut.

2. Pengertian Pengantar ilmu hukum

Pengantar Ilmu Hukum (PIH) kerapkali oleh dunia studi hukum


dinamakan “Encyclopaedia Hukum”, yaitu mata kuliah dasar yang merupakan
pengantar (introduction atau inleiding) dalam mempelajari ilmu hukum. Dapat
pula dikatakan bahwa PIH merupakan dasar untuk pelajaran lebih lanjut dalam
studi hukum yang mempelajari pengertian-pengertian dasar, gambaran dasar
tentang sendi-sendi utama ilmu hukum.

B. Tujuan dan Kegunaan Pengantar Ilmu Hukum

Tujuan Pengantar Imu Hukum adalah menjelaskan tentang keadaan, inti


dan maksud tujuan dari bagian-bagian penting dari hukum, serta pertalian antara
berbagai bagian tersebut dengan ilmu pengetahuan hukum. Adapun kegunaannya
adalah untuk dapat memahami bagian-bagian atau jenis-jenis ilmu hukum lainnya.
C. Kedudukan dan Fungsi Pengantar Ilmu Hukum

Kedudukan Pengantar Ilmu Hukum merupakan dasar bagi pelajaran


lanjutan tentang ilmu pengetahuan dari berbagai bidang hukum. Sedangkan
kedudukan dalam kurikulum fakultas hukum adalah sebagai mata kuliah keahlian
dan keilmuan. Oleh karena itu pengantar ilmu hukum berfungsi memberikan
pengertian-pengertian dasar baik secara garis besar maupun secara mendalam
mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan hukum. Selain itu juga pengantar
ilmu hukum juga berfungsi pedagogis yakni menumbuhkan sikap adil dan
membangkitkan minat untuk denagan penuh kesungguhan mempelajari hukum.

D. Ilmu Bantu Pengantar Ilmu Hukum

Sejarah hukum, yaitu suatu disiplin hukum yang mempelajari asal usul
terbentuknya dan perkembangan suatu sistem hukum dalam suatu masyarakat
tertentu dan memperbanding antara hukum yang berbeda karena dibatasi oleh
perbedaan waktu.

Sosiologi hukum, yaitu suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara


empiris dan analitis mempelajari hubungan timbal balik antara hukum sebagai
gejala sosial dengan gejala sosial lain (Soerjono Soekanto)

Antropologi hukum, yakni suatu cabang ilmu pengetahuan yang


mempelajari pola-pola sengketa dan penyelesaiannya pada masyarakat sederhana,
maupun masyarakat yang sedang mengalami proses perkembangan dan
pembangunan/proses modernisasi (Charles Winick).

Perbandingan hukum, yakni suatu metode studi hukum yang mempelajari


perbedaan sistem hukum antara negara yang satu dengan yang lain. Atau
membanding-bandingkan sistem hukum positif dari bangsa yang satu dengan
bangsa yang lain.

Psikologi hukum, yakni suatu cabang pengetahuan yang mempelajari


hukum sebagai suatu perwujudan perkembangan jiwa manusia (Purnadi
Purbacaraka).

E. Metode Pendekatan Mempelajari Hukum

Metode Idealis ; bertitik tolak dari pandangan bahwa hukum sebagai


perwujudan dari nilai-nilai tertentu dalam masyarakat

Metode Normatif Analitis ; metode yg melihat hukum sebagai aturan yg


abstrak. Metode ini melihat hukum sebagai lembaga otonom dan dapat
dibicarakan sebagai subjek tersendiri terlepas dari hal2 lain yang berkaitan dengan
peraturan2. Bersifat abstrak artinya kata-kata yang digunakan di dalam setiap
kalimat tidak mudah dipahami dan untuk dapat mengetahuinya perlu peraturan-
peraturan hukum itu diwujudkan. Perwujudan ini dapat berupa perbuatan-
perbuatan atau tulisan. Apabila ditulis, maka sangat penting adalah pilihan dan
susunan kata-kata.

Metode Sosiologis; metode yang bertitik tolak dari pandangan bahwa


hukum sebagai alat untuk mengatur masyarakat.

Metode Historis ; metode yang mempelajari hukum dengan melihat


sejarah hukumnya.

Metode sistematis; metode yang melihat hukum sebagai suatu sistem

Metode Komparatif; metode yang mempelajari hukum dengan


membandingkan tata hukum dalam berbagai sistem hukum dan perbandingan
hukum di berbagai negara.
BAB II

MANUSIA, MASYARAKAT DAN KAIDAH SOSIAL

A. Hubungan antara manusia, masyarakat dan kaidah sosial

Manusia sebagai makhluk monodualistik :

Artinya adalah manusia selain sbg makhluk individu (perseorangan)


mempunyai kehidupan jiwa yg menyendiri namun manusia juga sebagai makhluk
sosial tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Manusia lahir, hidup dan
berkembang dan meninggal dunia di dalam masyarakat.

Menurut Aristoteles (Yunani, 384-322 SM), bahwa manusia itu adalah


ZOON POLITICON artinya bahwa manusia itu sbg makhluk pada dasarnya selalu
ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya, jadi makhluk yg
suka bermasyarakat. Dan oleh karena sifatnya suka bergaul satu sama lain, maka
manusia disebut makhluk sosial.

Terjadilah hubungan satu sama lain yang didasari adanya kepentingan,


dimana kepentingan tsb satu sama lain saling berhadapan atau berlawanan dan ini
tidak menutup kemungkinan timbul kericuhan. Kepentingan adalah suatu tuntutan
perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. Disinilah peran
hukum mengatur kepetingan2 tersebut agar kepentingan masing-masing
terlindungi, sehingga masing-masing mengetahui hak dan kewajiban. Pada
akhirnya dengan adanya hukum masyarakat akan hidup aman, tentram, damai,
adil dan makmur.

Kesimpulan : dimana ada masyarakat disitu ada hukum (ubi societes ibi
ius). Hukum ada sejak masyarakat ada. Dapat dipahami disini bahwa hukum itu
sesungguhnya adalah produk otentik dari masyarakat itu sendiri yang merupakan
kristalisasi dari naluri, perasaan, kesadaran, sikap, perilaku, kebiasaan, adat, nilai,
atau budaya yang hidup di masyarakat.

Bagaimana corak dan warna hukum yang dikehendaki untuk mengatur


seluk beluk kehidupan masyarakat yang bersangkutanlah yang menentukan
sendiri.

Suatu masyarakat yang menetapkan tata hukumnya bagi masyarakat itu


sendiri dalam berlakunya tata hukum itu artinya artinya tunduk pada tata hukum
hukum itu disebut masyrakat hukum.

Mengapa masyarakat mentaati hukum karena bermacam-macam sebab


(Menurut Utrecht)
• Karena orang merasakan bahwa peraturan2 itu dirasakan sebagai hukum.
Mereka benar-benar berkepentingan akan berlakunya peraturan tersebut.

• Karena ia harus menerimanya supaya ada rasa ketentraman. Ia menganggap


peraturan hukum secara rasional (rationeele aanvaarding). Penerimaan rasional ini
sebagai akibat adanya sanksi hukum. Agar tidak mendapatkan kesukaran2 orang
memilih untuk taat saja pada peraturan hukum karena melanggar hukum
mendapat sanksi hukum.

B. Masyarakat dan Lembaga Kemasyarakatan (Kaidah Sosial)

1. Definisi masyarakat

• Menurut Ralph Linton, masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang


hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri
mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-
batas yang dirumuskan dengan jelas.

• Menurut Selo Soemarjan, masyarakat adalah orang yang hidup bersama, yang
menghasilkan kebudayaan.

• Menurut CST. Kansil, SH, masyarakat adalah persatuan manusia yang timbul
dari kodrat yang sama. Jadi masyarakat itu terbentuk apabila ada dua orang atau
lebih hidup bersama sehingga dalam pergaulan hidup timbul berbagai hubungan
yang mengakibatkan seorang dan orang lain saling kenal mengenal dan pengaruh
mempengaruhi.

Unsur masyarakat :

Manusia yang hidup bersama

Berkumpul dan bekerja untuk waktu yang lama

Merupakan kesatuan

Merupakan suatu sistem hidup bersama

Dalam masyarakat terdapat pelbagai golongan dan aliran. Namun


walaupun golongan itu beraneka ragam dan masing-masing mempunyai
kepentingan sendiri-sendiri akan tetapi kepentingan bersama mengharuskan
adanya ketertiban dalam kehidupan masyarakat itu. Adapun yang memimpin
kehidupan bersama, yang mengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat ialah
peraturan hidup.

Agar supaya dapat memenuhi kebutuan-kebutuhannya dengan aman dan


tentram dan damai tanpa gangguan, maka tidap manusia perlu adanya suatu tata
(orde – ordnung). Tata itu berwjud aturan yang menjadi pedoman bagi segala
tingkah laku manusia dalam pergaulan hidup, sehingga kepentingan masing-
masing dapat terpelihara dan terjamin. Setiap anggota masyarakat mengetahui hak
dan kewajiban.Tata tersebut sering disebut kaidah atau norma.

2. Kaidah/norma Sosial :

Adalah patokan-patokan atau pedoman-pedoman perihal tingkah laku dan


perikelakuan yang diharapkan.Kaidah berasal dari bahasa Arab atau Norma
berasal dari bahasa Latin. Kaidah/Norma berisi :

Perintah, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu


oleh karena akibat2nya dipandang baik.

Larangan, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat


sesuatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang tidak baik.

Guna kaidah/norma tersebut adalah untuk memberi petunjuk kepada


manusia bagaimana seorang harus bertindak dalam masyarakat serta perbuatan-
perbuatan mana yang harus dijalankan dan perbuatan-perbuatan mana pula yang
harus dihindari.

Kaidah sosial dibedakan menjadi :

1. Kaidah yang mengatur kehidupan pribadi manusia yang dibagi lebih lanjut
menjadi :

a. Kaidah kepercayaan/agama, yang bertujuan untuk mencapai suatu kehidupan


yang beriman (Purnadi Purbacaraka 1974 : 4). Kaidah ini ditujukan terhadap
kewajiban manusia kepada Tuhan. Sumbernya adalah ajaran-ajaran
kepercayaan/agama yang oleh pengikut-pengikutnya dianggap sebagai perintah
Tuhan, misalnya :

Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu


perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk (Al Isra’ : 32).

Hormatilah orang tuamu agar supaya engkau selamat (Kitab Injil Perjanjian
Lama : Hukum yang ke V).

b. Kaidah kesusilaan, yang bertujuan agar manusia hidup berakhlak atau


mempunyai hati nurani. Kaidah ini merupakan peraturan hidup yang dianggap
sebagai suara hati nurani manusia (insan kamil). Sumber kaidah ini adalah dari
manusia sendiri, jadi bersifat otonom dan tidak ditujukan kepada sikap lahir tetapi
ditujukan kepada sikap batin manusia juga, misalnya :
Hendaklah engkau berlaku jujur.

hengkau berbuat baik terhadap sesama manusia.

Dalam kaidah kesusilaan tedapat juga peraturan-peraturan hidup seperti


yang terdapat dalam norma agama misalnya :

Hormatilah orangtuamu agar engkau selamat diakhirat

Jangan engkau membunuh sesamamu

2. Kaidah yang mengatur kehidupan antara manusia atau pribadi yang dibagi lebih
lanjut menjadi :

a. Kaidah kesopanan, bertujuan agar pergaulan hidup berlangsung dengan


menyenangkan. Kaidah ini merupakan peraturan hidup yang timbul dari pergaulan
segolongan manusia, misalnya :

Orang muda harus menghormati orang yang lebih tua.

Janganlah meludah dilantai atau disembarang tempat.

Berilah tempat terlebih dahulu kepada wanita di dalam kereta api, bis dll
(terutama wanita tua, hamil atau membawa bayi).

b. Kaidah hukum, bertujuan untuk mencapai kedamaian dalam pergaulan hidup


antar manusia. Kaidah ini adalah peraturan-peraturan yang timbul dari norma
hukum, dibuat oleh penguasa negara. Isinya mengikat setiap orang dan
pelaksanaannya dapat dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-alat negara
misalnya “Dilarang mengambil milik orang lain tanpa seizin yang punya”.

Perbedaan antara kaidah hukum dengan kaidah sosial lainnya :

1. Perbedaan antara kaidah dengan kaidah agama dan kesusilaan dapat ditinjau
dari berbagai segi sbb :

• Ditinjau dari tujuannya, kaidah hukum bertujuan untuk menciptakan tata tertib
masyarakat dan melindungi manusia beserta kepentingannya. Sedangkan kaidah
agama dan kesusilaan bertujuan untuk memperbaiki pribadi agar menjadi manusia
ideal.

• Ditinjau dari sasarannya : kaidah hukum mengatur tingkah laku manusia dan
diberi sanksi bagi setiap pelanggarnya, sedangkan kaidah agama dan kaidah
kesusilaan mengatur sikap batin manusia sebagai pribadi. Kaidah hukum
menghendaki tingkah laku manusia sesuai dengan aturan sedangkan kaidah agama
dan kaidah kesusilaan menghendaki sikap batin setia pribadi itu baik.
• Ditinjau dari sumber sanksinya, kaidah hukum dan kaidah agama sumber
sanksinya berasal dari luar dan dipaksakan oleh kekuasaan dari luar diri manusia
(heteronom), sedangkan kaidah kesusilaan sanksinya berasal dan dipaksakan oleh
suara hati masing2 pelanggarnya (otonom).

• Ditinjau dari kekuatan mengikatnya, pelaksanaan kaidah hukum dipaksakan


secara nyata oleh kekuasaan dari luar, sedangkan pelaksanaan kaidah agama dan
kesusilaan pada asasnya tergantng pada yang bersangkutan.

• Ditinjau dari isinya kaidah hukum memberikan hak dan kewajiban (atribut dan
normatif) sedang kaidah agama dan kaidah kesusilaan hanya memberikan
kewajiban saja (normatif).

2. Perbedaan antara kaidah hukum dengan kaidah kesopanan

- Kaidah hukum memberi hak dan kewajiban, kaidah kesopanan hanya


memberikan kewajiban saja.

- Sanksi kaidah hukum dipaksakan dari masyarakat secara resmi (negara), sanksi
kaidah kesopanan dipaksakan oleh masyarakat secara tidak resmi.

3. Perbedaan antara kaidah kesopanan dengan kaidah agama dan kaidah


kesusilaan

- Asal kaidah kesopanan dasri luar diri manusia, kaidah agama dan kaidah
kesusilaan berasal dari pribadi manusia.

- Kaidah kesopanan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap lahir manusia,
kaidah agama dan kaidah kesusilaan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap
batin manusia.

- Tujuan kaidah kesopanan menertibkan masyarakat agar tidak ada korban, kaidah
agama dan kaidah kesusilaan bertujuan menyempurnakan manusia agar tidak
menjadi manusia jahat.

Ciri-ciri kaidah hukum yang membedakan dengan kaidah lainnya :

- Hukum bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara kepentingan

- Hukum mengatur perbuatan manusia yang bersifat lahiriah

- Hukum dijalankan oleh badan-badan yang diakui oleh masyarakat

- Hukum mempunyai berbagai jenis sanksi yang tegas dan bertingkat

- Hukum bertujuan untuk mencapai kedamaian (ketertiban dan ketentraman)


Mengapa kaidah hukum masih diperlukan, sementara dalam kehidupan
masyarakat sudah ada kaidah yang mengatur tingkah laku manusia dalam
pergaulan hidupnya ?

Hal ini karena :

Masih banyak kepentingan-kepentingan lain dari manusia dalam pergaulan


hidup yang memerlukan perlindungan karena belum mendapat perlindungan yang
sepenuhnya dari kaidah agama, kesusilaan dan kaidah sopan santun, kebiasaan
maupun adat.

Kepentingan-kepentingan manusia yang telah mendapat perlindungan dari


kaidah-kaidah tersebut diatas, dirasa belum cukup terlindungi karena apabila
terjadi pelanggaran terhadap kaidah tersebut akibat atau ancamannya dipandang
belum cukup kuat.
BAB III

PENGERTIAN, UNSUR DAN SIFAT-SIFAT HUKUM

A. Aneka arti hukum

1. Hukum dalam arti ketentuan penguasa

Disini hukum adalah perangkat-peraturan peraturan tertulis yang dibuat


oleh pemerintah melalui badan-badan yang berwenang.

2. Hukum dalam arti para petugas

Disini hukum adalah dibayangkan dalam wujud petugas yang berseragam


dan bisa bertindak terhadap orang-orang yang melakukan tindakan-tindakan yang
membahayakan warga masyarakat, seperti petugas Polisi patroli, Jaksa dan hakim
dengan toganya. Disini hukum dilihat dalam arti wujud fisik yg ditampilkan
dalam gambaran orang-orang yang bertugas menegakkan hukum.

3. Hukum dalam arti sikap tindak

Yaitu hukum sebagai perilaku yang ajeg atau sikap tindak yang teratur.
Hukum ini tidak nampak seperti dalam arti petugas yang patroli, yang memeriksa
orang yang mencuri atau hakim yang mengadili, melainkan menghidup bersama
dengan perilaku individu terhadap yang lain secara terbiasa dan senantiasa terasa
wajar serta rasional. Dalam hal ini sering disebut hukum sebagai suatu kebiasaan
(hukum kebiasaan). Contoh seorang mahasiswa “A” numpang sewa kamar kepada
keluarga “Z”, ia tiap bulan bayar uang yg menjadi kewajibannya kepada “Z”
sedangkan “Z” menerima haknya, disamping melakukan kewajibannya
menyediakan segala sesuatu yang diperlukan “A”. Tiap pagi “A” ke kampus naik
becak, tawar menawar, ia naik sampai ke tempat tujuan tanpa pikir ia
membayarnya. Lama kelamaan “A” mengenal tukang becak dengan baik, maka
untuk kuliah begitu melihat tukang becak segera naik tanpa pikir-pikir ia bayar,
malahan kadang2 ia hanya berkata bayarnya nanti saja sekalian seminggu. Ini
dilihat dari “A” dan masyarakat sekelilingnya dan apabila pengalaman2 semacam
ini digabungkan maka hubungan menjadi luas dan rumit, namun tetap terwujud
keteraturan karena bekerjanya hukum yang mewarnai sikap tindak atau perilaku
masing-masing individu dalam masyarakat secara biasa. Disini hukum bekerja
mengatur sikap tindak warga masyarakat sedemikian rupa sehingga hukum
terlihat sebagai sikap tindak yang tanpak di dalam pergaulan sehari-hari, ia
merupakan suatu kebiasaan (Hukum kebiasaan).
4. Hukum dalam arti sistem kaidah adalah :

a. Suatu tata kaidah hukum yang merupakan sistem kaidah-kaidah secara hirarkis

b. Susunan kaidah-kaidah hukum yang sangat disederhanakan dari tingkat bawah


ke atas meliputi :

Kaidah-kaidah individual dari badan2 pelaksana hukum terutama pengadilan

Kaidah-kaidah umum didalam UU hukum atau hukum kebiasaan

Kaidah-kaidah konstitusi

c. Sahnya kaidah-kaidah hukum dari golongan tingkat yang lebih rendah


tergantung atau ditentukan oleh kaidah2 yang termasuk golongan tingkat yang
lebih tinggi.

5. Hukum dalam arti jalinan nilai

Hukum dalam artian ini bertujuan mewujudkan keserasian dan


kesinambungan antar faktor nilai obyektif dan subyektif dari hukum demi
terwujudnya nilai-nilai keadilan dalam hubungan antara individu di tengah
pergaulan hidupnya. Nilai objektif tsb misalnya ttg baik buruk, patut dan tidak
patut (umum), sedangkan nilai subjektif memberikan keputusan bagi keadilan
sesuai keadaan pada suatu tempat , waktu dan budaya masyarakat (khusus). Inilah
yg perlu diserasikan antara kepentingan publik, kepentingan privat dan dengan
kepentingan individu.

6. Hukum dalam arti tata hukum

Hukum disini adalah tata hukum atau kerapkali disebut sebagai hukum
positif yaitu hukum yang berlaku disuatu tempat, pada saat tertentu (sekarang
misalnya di Indonesia). Hukum positif tsb misalnya hukum publik (HTN, HAN,
Pidana, internasional publik), hukum privat (perdata, dagang, dll)

7. Hukum dalam ilmu hukum

Disini hukum berarti ilmu tentang kaidah atau normwissenschaft atau


sallenwissenschaft yaitu ilmu yang menelaah hukum sebagai kaidah atau sistem
kaidah-kaidah, dengan dogmatik hukum dan sistematik hukum. Dalam arti ini
hukum dilihatnya sebagai ilmu pengetahuan atau science yang merupakan karya
manusia yang berusaha mencari kebenaran tentang sesuatu yang memiliki ciri-
ciri, sistimatis, logis, empiris, metodis, umum dan akumulatif.

• Normwissenschaft adalah ilmu pengetahuan tentang kaidah/norma

• Sollenwissenschaft adalah ilmu pengetahuan tentang seharusnya.


8. Hukum dalam arti disiplin hukum atau gejala sosial

Dalam hal ini hukum sebagai gejala dan kenyataan yang ada ditengah
masyarakat. Secara umum disiplin hukum menyangkut ilmu hukum ((ilmu
pengertian, ilmu kaidah dan ilmu kenyataan), politik hukum dan filsafat hukum
(ketiganya akan dibicarakan dimuka).

Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menelaah hukum.


Ilmu hukum mencakup dan membicarakan segala hal yang berhubungan dengan
hukum. Ilmu hukum objeknya hukum itu sendiri.

Politik hukum adalah mencakup kegiatan-kegiatan mencari dan memilih


nilai-nilai dan menerapkan nilai-nilai tersebut bagi hukum dalam mencapai
tujuannya.

Filsafat hukum adalah perenungan dan perumusan nilai-nilai, juga


mencakup penyesuaian nilai-nilai, misalnya penyerasian antara ketertiban dengan
ketentraman, antara kebendaan dengan keakhlakan dan antara kelanggengan dan
pembaharuan.

Ilmu tentang pengertian hukum (begriffeissenschaft) yang dibahas adalah :

1. Masyarakathukum

2. Subyek hukum

3. Objek hukum

4. Hubungan hukum (peristiwa hukum)

5. Hak dan kewajiban

Ilmu tentang kaidah (Normwiseenschaft) yg dibahas adalah

1. Perumusan norma/kaidah hukum

2. Apa yg dimaksud kaidah abstrak dan konkret

3. Isi dan sifat kaidah hukum

4. Esensialia kaidah hukum

5. Tugas dan kegunaan kaidah hukum

6. Pernyataan dan tanda pernyataan kaidah hukum

7. Penyimpangan terhadap kaidah hukum

8. Berlakunya kaidah hukum


Ilmu tentang kenyataan (taatsashenwissenschaft) hukum yang dibahasa adalah:

1. Sejarah hukum

2. Sosiologi hukum

3. Psikologi

4. Perbandingan hukum

5. Antropologi hukum

Nilai-nilai dasar hukum (Radbruch) :

1. Keadilan

2. Kemamfaatan/kegunaan

3. Kepastian hukum

B. Berbagai Definisi Hukum :

Begitu banyak definisi hukum dikemukakan oleh ilmuan hukum yang


tentu saja sangat berguna dalam hal berikut :

1. Berguna sebagai pegangan awal bagi orang yang ingin mempelajari hukum,
khususnya bagi kalangan pemula.

2. Berguna bagi kalangan yang ingin lebih jauh memperdalam teori hukum, ilmu
hukum, filsafat hukum dan sebagainya.

Arnold (Achmad Ali, 1996 : 27) salah seorang sosiolog, mengakui bahwa
dalam kenyataan hukum memang tidak akan pernah dapat didefinisikan secara
lengkap, jelas dan tegas. Sehingga sampai sekarang ini tidaka da kesepakatan
bersama tentang definisi hukum. Namun Arnold juga menyadari bahwa
bagaimanapun para juris tetap akan terus berjuang mencari bagaimana hukum
didefinisikan sebab definisi hukum merupakan bagian yang substansial dalam
meberi arti keberadaan hukum sebagai ilmu. Hukum juga merupakan sesuatu yang
rasional dan dimungkinkan untuk dibuatkan definisi sebagai penghormatan para
juris terhadap eksistensi hukum.

Sebagai pegangan bagi mahasiswa atau bagi orang yang baru belajar
hukum, perlu ada definisi hukum sebagai pegangan dalam mencoba mengetahui
dan memahami hukum baik secara praktis maupun secara formil

Berikut beberapa definisi hukum yang dikemukakan para ahli hukum


(juris) berdasarkan aliran atau paham yang dianutnya :
1. Van Apeldoorn, hukum itu banyak seginya dan demikian luasnya sehingga
tidak mungkin menyatakanya dalam (satu) rumusan yang memuaskan.

2. I Kisch, oleh karena hukum itu tidak dapat ditangkap oleh panca indera maka
sukarlah untuk membuat definisi tentang hukum yang memuaskan.

3. Lemaire, hukum yang banyak seginya dan meliputi segala macam hal itu
menyebabkan tak mungkin orang membuat suatu definisi apapun hukum itu
sebenarnya.

4. Grotius, hukum adalah aturan-aturan tingkah laku yang dibuat menjadi


kewajiban melalui sanksi-sanksi yang djatuhkan terhadap setiap pelanggaran dan
kejahatan melalui suatu otoritas pengendalian.

5. Aristoteles, hukum adalah sesuatu yang berbeda daripada sekadar mengatur dan
mengekpresikan bentuk dari kontitusi dan hukum berfungsi untuk mengatur
tingkah laku hakim dan putusannya di pengadilan untk menjatuhkan hukuman
terhadap pelangggar.

6. Schapera, hukum adalah setiap aturan tingkah laku yang mungkin


diselenggarakan oleh pengadilan.

7. Paul Bohannan, hukum adalah merupakan himpunan kewajiban yang telah


dilembagakan kembali dalam pranata hukum.

8. Pospisil, hukum adalah aturan-aturan tingkah laku yang dibuat menjadi


kewajiban melalui sanksi-sanksi yang dijatuhkan terhadap setiap pelanggaran dan
kejahatan melalui suatuotoritas pengendalian.

9. Karl von savigny, hukum adalah aturan yang tebentuk melalui kebiasaan dan
perasaan kerakyatan, yaitu melalui pengoperasian kekuasaan secara diam-diam.
Hukum berakar pada sejarah manusia, dimana akarnya dihidupkan oleh
kesadaran, keyakinan dan kebiasaan warga masyarakat.

10. Marxist, hukum adalah suatu pencerminan dari hubungan umum ekonomis
dalam masyarakat pada suatu tahap perkembangan tertentu.

11. Soerojo Wignjodipoero, hukum adalah himpunan peraturan2 hidup yang


bersifat memaksa, berisikan suatu perintah, larangan atau perizinan untuk bebruat
tidak bebruat sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib dalam
kehidupan masyarakat.
C. Isi kaidah hukum :

Ditinjau dari segi isinya kaidah hukum dapat dibagi menjadi tiga :

1. Berisi tentang perintah, artinya kaidah hukum tersebut mau tidak mau harus
dijalankan atau ditaati, misalnya ketentuan syarat sahnya suatu perkawinan,
ketentuan wajib pajak dsb.

2. Berisi larangan, yaitu ketentuan yang menghendaki suatu perbuatan tidak boleh
dilakukan misalnya dilarang mengambil barang milik orang lain, dilarang
bersetubuh dengan wanita yang belum dinikahi secara sah dsb.

3. Berisi perkenan, yaitu ketentuan yang tidak mengandung perintah dan larangan
melainkan suatu pilihan boleh digunakan atau tidak, namun bila digunakan akan
mengikat bagi yang menggunakannya, misalnya mengenai perjanjian perkawinan,
pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan kedua belah pihak atas
persetujuan bersama dapat mengadakan perjanjian tertulis yang disahkan oleh
pegawai pencatat perkawinan. Ketentuan ini boleh dilakukan boleh juga tidak
dilaksanakan.

Unsur-unsur kaidah hukum :

Dari beberapa perumusan tentang hukum yang diberikan para sarjana hukum
Indonesia diatas, dapatlah disimpulkan bahwa kaidah hukum itu meliputi
beberapa unsur yaitu :

a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat

b. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib

c. Peraturan itu bersifat memaksa

d. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas


BAB IV

TUJUAN, FUNGSI DAN SUMBER-SUMBER HUKUM

A. Tujuan hukum menurut teori

1. Teori etis (etische theorie)

Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk


mencapai keadilan. Menurut teori ini, isi hukum semata-mata harus ditentukan
oleh kesadaran etis kita mengenai apa yang adil dan apa yang tidak adil. Teori ini
pertama kali dikemukakan oleh Aristoteles filsuf Yunani dalam bukunya Ethica
Nicomachea dan Rhetorica yang menyatakan ”hukum mempunyai tugas yang suci
yaitu memberi kepada setiap orang yang berhak menerimanya”. Selanjutnya
Aristoteles membagi keadilan dalam 2 jenis, yaitu :

1. Keadilan distributif, yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah
menurut jasanya. Artinya, keadilan ini tidak menuntut supaya setiap orang
mendapat bagian yang sama banyaknya atau bukan persamaannya, melainkan
kesebandingan berdasarkan prestasi dan jasa seseorang.

2. Keadilan komutatif, yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah
yang sama banyaknya tanpa mengingat jasa masing-masing. Artinya hukum
menuntut adanya suatu persamaan dalam memperoleh prestasi atau sesuatu hal
tanpa memperhitungkan jasa masing-masing.

Keadilan menurut Aristoteles bukan berarti penyamarataan atau tiap-tiap


orang memperoleh bagian yg sama.

2. Teori utilitas (utiliteis theorie)

Menurut teori ini, tujuan hukum ialah menjamin adanya kemamfaatan atau
kebahagiaan sebanyak-banyaknya pada orang sebanyak-banyaknya. Pencetus teori
ini adalah Jeremy Betham. Dalam bukunya yang berjudul “introduction to the
morals and legislation” berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan
semata-mata apa yang berfaedah/mamfaat bagi orang.

Apa yang dirumuskan oleh Betham tersebut diatas hanyalah


memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak mempertimbangkan tentang hal-
hal yang konkrit. Sulit bagi kita untuk menerima anggapan Betham ini
sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, bahwa apa yang berfaedah itu belum
tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain apabila yang berfaedah lebih
ditonjolkan maka dia akan menggeser nilai keadilan kesamping, dan jika
kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu, hal ini
akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan.

3. Teori campuranTeori ini dikemukakan oleh Muckhtar Kusmaatmadja bahwa


tujuan pokok dan pertama dari hukum adalah ketertiban. Di samping itu tujuan
lain dari hukum adalah tercapainya keadilan yang berbeda-beda isi dan ukurannya
menurut masyarakat dan zamannya.

4.Teori normatif-dogmatif, tujuan hukum adalah semata-mata untuk menciptakan


kepastian hukum (John Austin dan van Kan). Arti kepastian hukum disini adalah
adanya melegalkan kepastian hak dan kewajiban.

Van Kan berpendapat tujuan hukum adalah menjaga setiap kepentingan manusia
agar tidak diganggu dan terjaminnya kepastiannya.

5. Teori Peace (damai sejahtera)

Menurut teori ini dalam keadaan damai sejahtera (peace) terdapat


kelimpahan, yang kuat tidak menindas yang lemah, yang berhak benar-benar
mendapatkan haknya dan adanya perlindungan bagi rakyat. Hukum harus dapat
menciptakan damai dan sejahtera bukan sekedar ketertiban.

B. Tujuan hukum menurut pendapat ahli :

1. Purnadi dan Soejono Soekanto, tujuan hukum adalah kedamaian hidup antar
pribadi yang meliputi ketertiban ekstern antar pribadi dan ketenangan intern
pribadi

2. van Apeldoorn, tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup manusia secara
damai. Hukum menghendaki perdamaian. Perdamain diantara manusia
dipertahankan oleh hukum dengan melindungi kepentingan-kepentingan hukum
manusia tertentu, kehormatan, kemerdekaan, jiwa, harta benda terhadap pihak yg
merugikan.

3. R. Soebekti, tujuan hukum adalah bahwa hukum itu mengabdi kepada tujuan
negara yaitu mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan para rakyatnya. Hukum
melayani tujuan negara tersebut dengan menyelenggarakan “keadilan” dan
“ketertiban”.

4.Aristoteles, hukum mempunyai tugas yang suci yaitu memberi kepada setiap
orang yang ia berhak menerimanya. Anggapan ini berdasarkan etika dan
berpendapat bahwa hukum bertugas hanya membuat adanya keadilan saja.
Usaha mewujudkan pengayoman ini termasuk di dalamnya diantaranya :

a. mewujudkan ketertiban dan keteraturan

b. mewujudkan kedamaian sejati

c. mewujudkan keadilan bagi seluruh masyarakat

d. mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat

Kesimpulan Tujuan Hukum :

1. Tujuan hukum itu sebenarnya menghendaki adanya keseimbangan kepentingan,


ketertiban, keadilan, ketentraman, kebahagiaan,damani sejahtera setiap manusia.

2. Dengan demikian jelas bahwa yang dikehendaki oleh hukum adalah agar
kepentingan setiap orang baik secara individual maupun kelompok tidak diganggu
oleh orang atau kelompok lain yang selalu menonjolkan kepentingan pribadinya
atau kepentingan kelompoknya.

3. Inti tujuan hukum adalah agar tercipta kebenaran dan keadilan

C. Fungsi Hukum

1. Hukum berfungsi sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat. Hukum


sbg petunjuk bertingkah laku untuk itu masyarakat harus menyadari adanya
perintah dan larangan dalam hukum sehingga fungsi hukum sebagai alat
ketertiban masyarakat dapat direalisir.

2. Hukum sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin. Hukum
yg bersifat mengikat, memaksa dan dipaksakan oleh alat negara yang berwenang
membuat orang takut untuk melakukan pelanggaran karena ada ancaman
hukumanya (penjara, dll) dan dapat diterapkan kepada siapa saja. Dengan
demikian keadilan akan tercapai.

3. Hukum berfungsi sebagai alat penggerak pembangunan karena ia mempunyai


daya mengikat dan memaksa dapat dimamfaatkan sebagai alat otoritas untuk
mengarahkan masyarakat ke arah yg maju.

4. Hukum berfungsi sebagai alat kritik. Fungsi ini berarti bahwa hukum tidak
hanya mengawasi masyarakat semata-mata tetapi berperan juga untuk mengawasi
pejabat pemerintah, para penegak hukum, maupun aparatur pengawasan sendiri.
Dengan demikian semuanya harus bertingkah laku menurut ketentuan yg berlaku
dan masyarakt pun akan merasakan keadilan.

5. Hukum berfungsi sebagai sarana untuk menyelesaikan pertingkaian. Contoh


kasus tanah.
D. Sumber-sumber hukum :

1. Pengertian sumber hukum

Sumber hukum adalah segala apa saja (sesuatu) yang menimbulkan


aturan-aturan yg mempunyai kekuatan mengikat dan bersifat memaksa, yakni
aturan-aturan yang kalau dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata
bagi pelanggarnya.

Yang dimaksud dengan segala apa saja (sesuatu) yakni faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap timbulnya hukum, faktor-faktor yang merupakan sumber
kekuatan berlakunya hukum secara formal, darimana hukum itu dapat ditemukan.
dsb.

Kansil , SH sumber hukum adalah segala apa saja yang menimbulkan


aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa yakni aturan2
yang kalau dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.

Meskipun pengertian sumber hukum dipahami secara beragam, sejalan


dengan pendekatan yang digunakan dan sesuaio dengan latar belakang dan
pendidikannya, secara umum dapat disebutkan bahwa sumber hukum dipakai
orang dalam dua arti. Arti yang pertama untuk menjawab pertanyaan “mengapa
hukum itu mengikat ?” Pertanyaan ini bisa juga dirumuskan “apa sumber
(kekuatan) hukum hingga mengikat atau dipatuhi manusia”. Pengertian sumber
dalam arti ini dinamakan sumbe hukum dalam arti materiil. Kata sumber juga
dipakai dalam arti lain, yaitu menjawab pertanyaan “dimanakah kita dapatkan atau
temukakan aturan-aturan hukum yanmg mengatur kehidupan kita itu ?” Sumber
dalam arti kata ini dinamakan sumber hukum dalam arti formal”. Secara
sederhana, sumbe rhukum adalah segala ssuatu yangd apat menimbulkan aturan
hukum serta tempat ditemukakannya aturan-aturan hukum.

2. Macam-macam sumber hukum

Sebagaimana diuraikan diatas ada 2 sumber hukum yatu sumber hukum


dalam arti materil dan formil.

a. Sumber hukum materiil

Sumber hukum materiil adalah faktor yg turut serta menentukan isi


hukum. Dapat ditinjau dari berbagai sudut misalnya sudut ekonomi, sejarah,
sosiologi, filsafat, agama, dll. Dalam kata lain sumber hukum materil adalah
faktor-faktor masyarakat yang mempengaruhi pembentukan hukum (pengaruh
terhadap pembuat UU, pengaruh terhadap keputusan hakim, dsb). Atau faktor
yang ikut mempengaruhi materi (isi) dari aturan-aturan hukum, atau tempat
darimana materi hukum tiu diambil. Sumber hukum materil ini merupakan faktor
yang membantu pembentukan hukum.

Faktor tersebut adalah faktor idiil dan faktor kemasyarakatan.

Faktor idiil adalah patokan-patokan yang tetap mengenai keadilan yang


harus ditaati oleh para pembentuk UU ataupun para pembentuk hukum yang lain
dalam melaksanakan tugasnya.

Faktor kemasyarakatan adalah hal-hal yang benar-benar hidup dalam


masyarakat dan tunduk pada aturan-aturan yang berlaku sebagai petunjuk hidup
masyarakat yang bersangkutan. Contohnya struktur ekonomi, kebiasaan, adat
istiadat, dll

Dalam berbagai kepustakan hukum ditemukan bahwa sumber hukum


materil itu terdiri dari tiga jenis yaitu (van Apeldoorn) :

1) Sumber hukum historis (rechtsbron in historischezin) yaitu tempat kita dapat


menemukan hukumnya dalam sejarah atau dari segi historis. Sumber hukum ini
dibagi menjadi :

a) Sumber hukum yg merupakan tempat dapat ditemukan atau dikenal hukum


secara historis : dokumen-dokumen kuno, lontar, dll.

b) Sumber hukum yg merupakan tempat pembentuk UU mengambil hukumnya.

2) Sumber hukum sosiologis (rechtsbron in sociologischezin) yaitu Sumber


hukum dalam arti sosiologis yaitu merupakan faktor-faktor yang menentukan isi
hukum positif, seperti misalnya keadaan agama, pandangan agama, kebudayaan
dsb.

3) Sumber hukum filosofis (rechtsbron in filosofischezin) sumber hukum ini


dibagi lebih lanjut menjadi dua :

a) Sumber isi hukum; disini dinyatakan isi hukum asalnya darimana.

Ada tiga pandangan yang mencoba menjawab pertanyaan ini yaitu:

pandangan theocratis, menurut pandangan ini hukum berasal dari Tuhan

pandangan hukum kodrat; menurut pandangan ini isi hukum berasal dari akal
manusia

pandangan mazhab hostoris; menurut pandangan isi hukum berasal dari kesadaran
hukum.

b) Sumber kekuatan mengikat dari hukum yaitu mengapa hukum mempuyai


kekuatan mengikat, mengapa kita tunduk pada hukum
b. Sumber hukum formal

Sumber hukum formal adalah sumber hukum dengan bentuk tertentu yang
merupakan dasar berlakunya hukum secara formal. Jadi sumber hukum formal
merupakan dasar kekuatan mengikatnya peraturan-peraturan agar ditaati oleh
masyarakat maupun oleh penegak hukum.

Apa beda antara undang-undang dengan peraturan perundang-undangan ?

Undang-undang dibuat oleh DPR persetujuan presiden, sedangkan


peraturan perundang-undangan dibuat berdasarkan wewenang masing-masing
pembuatnya, seperti PP, dll atauPeraturan Perundang-undangan adalah peraturan
tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan
mengikat secara umum (Pasal 1 ayat 2 UU No. 10 tahun 2004)

Macam-macam sumber hukum formal :

A. Undang-undang, yaitu suatu peraturan negara yang mempunyai kekuatan


hukum yang mengikat diadakan dan dipelihara oleh penguasa negara

Menurut Buys, Undang-Undang itu mempunyai 2 arti :

· Dalam arti formil, yaitu setiap keputusan pemerintah yang merupakan UU


karena cara pembuatannya (misalnya, dibuat oleh pemerintah bersama-sama
dengan parlemen)

· Dalam arti material, yaitu setiap keputusan pemerintah yang menurut isinya
mengikat setiap penduduk.

Menurut UU No. 10 tahun 2004 yang dimaksud dengan UU adalah


peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPR dengan persetujuan
bersama Presiden (pasal 1 angka 3)

Syarat berlakunya ialah diundangkannya dalam lembaran negara (LN =


staatsblad) dulu oleh Menteri/Sekretaris negara. Sekarang oleh Menkuhham (UU
No. 10 tahun 2004). Tujuannya agar setiap orang dapat mengetahui UU tersebut
(fictie=setiap orang dianggap tahu akan UU = iedereen wordt geacht de wet te
kennen, nemo ius ignorare consetur= in dubio proreo, latin).

Konsekuensinya adalah ketika seseorang melanggar ketentuan hukum


tidak boleh beralasan bahwa ketentuan hukum itu tidak diketahuinya. Artinya
apabila suatu ketentuan perundang-undangan itu sudah diberlakukan
(diundangkan) maka dianggap (difiksikan) bahwa semua orang telah
mengetahuinya dan untuk itu harus ditaati.
Berakhirnya/tidak berlaku lagi jika :

a. Jangka waktu berlakunya telah ditentukan UU itu sudah lampau

b. Keadaan atau hal untuk mana UU itu diadakan sudah tidak ada lagi .

c. UU itu dengan tegas dicabut oleh instansi yang membuat atau instansi yang
lebih tinggi.

d. Telah ada UU yang baru yang isinya bertentangan atau berlainan dgn UU yg
dulu berlaku.

Lembaran negara (LN) dan berita negara :

LN adalah suatu lembaran (kertas) tempat mengundangkan


(mengumumkan) semua peraturan negara dan pemerintah agar sah berlaku.
Penjelasan daripada suatu UU dimuat dlm tambahan LN, yg mempunyai nomor
urut. LN diterbitkan oleh Menteri sekretaris negara, yg disebut dgn tahun
penerbitannya dan nomor berurut, misalnya L.N tahun 1962 No. 1 (L.N.1962/1)

Berita negara adalah suatu penerbitan resmi sekretariat negara yg memuat


hal-hal yang berhubungan dengan peraturan-peraturan negara dan pemerintah dan
memuat surat-surat yang dianggap perlu seperti : Akta pendirian PT, nama orang-
orang yang dinaturalisasi menjadi WNI, dll,

Catatan : Jika berkaitan dengan peraturan daerah diatur dalam lembaran daerah

Kekuatan berlakunya undang-undang :

UU mengikat sejak diundangkan berarti sejak saat itu orang wajib


mengakui eksistensinya UU.

Sedangkan kekuatan berlakunya UU berarti sudah menyangkut berlakunya


UU secara operasional.

Agar UU mempunyai kekuatan berlaku ahrus memenuhi persyaratan yaitu


1). Kekuatan berlaku yuridis, 2). Kekuatan berlaku sosiologis dan, 3) kekuatan
berlaku fiolosofis.

Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai berikut (Pasal 7


UU No. 10/2004) :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

3. Peraturan Pemerintah;
4. Peraturan Presiden;

5. Peraturan Daerah (propinsi, kabupaten, desa)

B. Kebiasaan (custom)

Kebiasaan adalah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang


dalam hal yang sama. Apabila suatu kebiasaan tertentu diterima oleh masyarakat
dan kebiasaan itu selalu berulang-ulang dilakukan sedemikan rupa, sehingga
tindakan yang berlawanan dengan kebiasaan itu dirasakan sebagai pelanggaran
perasaan hukum, maka dengan demikian timbullah suatu kebiasaan hukum, yang
oleh pergaulan hidup dipandang sebagai hukum.

Contoh apabila seorang komisioner sekali menerima 10 % dari hsil


penjualan atau pembelian sebagai upah dan hal ini terjadi berulang dan juga
komisioner yg lainpun menerima upah yang sama yaitu 10 % maka oleh karena
itu timbul suatu kebiasaan yg lambat laun berkembang menjadi hukum kebiasaan.

Namun demikian tdk semua kebiasaan itu pasti mengandung hukum yg


baik dan adil oleh sebab itu belum tentu kebiasaan atau adat istiadat itu pasti
menjadi sumber hukum formal.

Adat kebiasaan tertentu di daerah hukum adat tertentu yg justru sekarang


ini dilarang untuk diberlakukan karena dirasakan tidak adil dan tidak
berperikemanusiaan sehingga bertentangan denagan Pancasila yang merupakan
sumber dari segala sumber hukum, misalnya jika berbuat susila/zinah, perlakunya
ditelanjangi kekeliling kampung.

Untuk timbulnya hukum kebiasaan diperlukan beberapa syarat :

1. Adanya perbuatan tertentu yg dilakukan berulang2 di dalam masyarakat


tertentu (syarat materiil)

2. Adanya keyakinan hukum dari masyarakat yang bersangkutan (opinio


necessitatis = bahwa perbuatan tsb merupakan kewajiban hukum atau demikianlah
seharusnya) = syarat intelektual

3. Adanya akibat hukum apabila kebiasaan itu dilanggar.

Selanjutnya kebiasaan akan menjadi hukum kebiasaan karena kebiasaan


tersebut dirumuskan hakim dalam putusannya. Selanjutnya berarti kebiasaan
adalah sumber hukum.

Kebiasaan adalah bukan hukum apabila UU tidak menunjuknya (pasal 15


AB = (Algemene Bepalingen van Wetgeving voor Indonesia = ketentuan2 umum
tentang peraturan per UU an untuk Indonesia
Disamping kebiasaan ada juga peraturan yang mengatur tata pergaulan
masyarakat yaitu adat istiadat. Adat istiadat adalah himpunan kaidah sosial yang
sudah sejak lama ada dan merupakan tradisi serta lebih banyak berbau sakral,
mengatur tata kehidupan masyarakat tertentu. Adat istiadat hidup dan berkembang
di masyarakat tertentu dan dapat menjadi hukum adat jika mendapat dukungan
sanksi hukum. Contoh Perjanjian bagi hasil antara pemilik sawah dengan
penggarapnya. Kebiasaan untuk hal itu ditempat atau wilayah hukum adat tertentu
tidak sama dengan yang berlaku di masyarakat hukum adat yang lain. Kebiasaan
dan adat istiadat itu kekuatan berlakunya terbatas pada masyarakat tertentu.

C. Jurisprudensi (keputusan2 hakim)

Adalah keputusan hakim yang terdahulu yag dijadikan dasar pada keputusan
hakim lain sehingga kemudian keputusan ini menjelma menjadi keputusan hakim
yang tetap terhadap persoalan/peristiwa hukum tertentu.

Seorang hakim mengkuti keputusan hakim yang terdahulu itu karena ia


sependapat dgn isi keputusan tersebut dan lagi pula hanya dipakai sebagai
pedoman dalam mengambil sesuatu keputusan mengenai suatu perkara yang
sama.

Ada 2 jenis yurisprudensi :

1. Yurisprudensi tetap keputusan hakim yg terjadi karena rangkaian keputusan


yang serupa dan dijadikan dasar atau patokanuntuk memutuskan suatu perkara
(standart arresten)

2. Yurisprudensi tidak tetap, ialah keputusan hakim terdahulu yang bukan standart
arresten.

D. Traktat (treaty)

Traktat adalah perjanjian yang diadakan oleh 2 negara atau lebih yang mengikat
tidak saja kepada masing-masing negara itu melainkan mengikat pula warga
negara-negara dari negara-negara yang berkepentingan.

Macam-macam Traktat :

a. Traktat bilateral, yaitu traktat yang diadakan hanya oleh 2 negara, misalnya
perjanjian internasional yang diadakan diadakan antara pemerintah RI dengan
pemerintah RRC tentang “Dwikewarganegaraan”.

b.Traktat multilateral, yaitu perjanjian internaisonal yang diikuti oleh beberapa


negara, misalnya perjanjian tentang pertahanan negara bersama negara-negara
Eropa (NATO) yang diikuti oleh beberapa negara Eropa.
E. Perjanjian (overeenkomst) adalah suatu peristiwa dimana dua orang atau
lebih saling berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan tertentu.
Para pihak yang telah saling sepakat mengenai hal-hal yang diperjanjikan,
berkewajiban untuk mentaati dan melaksanakannya (asas (pact sunt servanda).

F. Pendapat sarjana hukum (doktrin)adalah pendapat seseorang atau beberapa


orang sarjana hukum yang terkenal dalam ilmu pengetahuan hukum. Doktrin ini
dapat menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusannya.

Sumber hukum menurut Algra :

1. Sumber materiil, yaitu tempat darimana materi hukum itu diambil. Sumber
hukum materiil ini merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum,
misalnya hubungan sosial, hubungan kekuatan politik, situasi sosial ekonomi,
kebudayaan, agama, keadaan geografis, dsb.

2. Sumber hukum formil, yaitu tempat atau sumber dari mana suatu peraturan
memperoleh kekuatan hukum. Ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang
menyebabkan peraturan hukum itu formal berlaku, misalnya UU, perjanjian antar
negara, yurisprudensi dan kebiasaan.

Sumber hukum menurut Ahmad Sanusi :

1. Sumber hukum normal :

a) Sumber hukum normal yang langsung atas pengakuan UU yaitu, UU,


perjanjian antar negara dan kebiasaan.

b) Sumber hukum normal yang tidak langsung atas pengakuan UU, yaitu
perjanjian doktrin dan yurisprudensi.

2. Sumber hukum abnormal yaitu :

a) Proklamasi

b) Revolusi

c) Coup d’etat

Sumber hukum menurut van Apeldoorn :

1. Sumber hukum dalam arti historis, yaitu tempat kita dapat menemukan
hukumnya dalam sejarah atau dari segi historis. Sumber hukum ini dibagi menjadi
:

a. Sumber hukum yg merupakan tempat dapat ditemukan atau dikenal hukum


secara historis : dokumen-dokumen kuno, lontar, dll.
b. Sumber hukum yg merupakan tempat pembentuk UU mengambil hukumnya.

2. Sumber hukum dalam arti sosiologis yaitu merupakan faktor-faktor yang


menentukan isi hukum positif, seperti misalnya keadaan agama, pandangan
agama, kebudayaan dsb.

3. Sumber hukum dalam arti filosofis, sumber hukum ini dibagi lebih lanjut
menjadi dua :

a. Sumber isi hukum; disini dinyatakan isi hukum asalnya darimana.

Ada tiga pandangan yang mencoba menjawab pertanyaan ini yaitu :

pandangan theocratis, menurut pandangan ini hukum berasal dari Tuhan

pandangan hukum kodrat; menurut pandangan ini isi hukum berasal dari akal
manusia

spandangan mazhab hostoris; menurut pandangan isi hukum berasal dari


kesadaran hukum.

b. Sumber kekuatan mengikat dari hukum yaitu mengapa hukum mempuyai


kekuatan mengikat, mengapa kita tunduk pada hukum

4. Sumber hukum dalam arti formil, yaitu sumber hukum dilihat dari cara
terjadinya hukum positif merupakan fakta yang menimbulkan hukum yang
berlaku yang mengikat hakim dan penduduk.
DAFTAR PUSTAKA

Kansil, SH, Drs “ Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia”, Balai
Pustaka

Soerojo Wignjodipoero, SH. Dr. Prof “Pengantar Ilmu Hukum”, Alumni Bandung

Soedjono Dirdjosisworo, SH. Dr. “Pengantar Ilmu Hukum” Rajagrafindo, Jakarta

Sudarsono, SH. Drs. “ Pengantar Ilmu Hukum”, Rineka Cipta, Jakarta

Riduan Syahrani, SH. “Rangkuman Intisari Ilmu Hukum” Citra Aditya Bakti,
Bandung

Satjipto Rahardjo, SH.,Dr. Prof. “Ilmu Hukum”, Alumni Bandung.

Labels: Pengantar Ilmu Hukum

Anda mungkin juga menyukai