Anda di halaman 1dari 12

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI

DOSEN PENGAMPU:
Harry Yog Sunandar, S.IP.,M.I.Kom

JUDUL :
Old Media dan New Media

DISUSUN OLEH
Dian Dwi Rahayu (2030503118)

PROGRAM STUDI JURNALISTIK


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
2021
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................................2
Daftar Isi................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................4
1.3 Tujuan ............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................5
2.1 Apa Pengertian Mubtada’dan khobar ............................................................................5
2.2 Bagaimana Pembagian Mubtada’dan Khobar dan hukum keduanya..............................5
2.3 Bagaimana Macam-macam Mubtada’dan khobar ..........................................................8
2.4 Apa Pengertian Na’at dan man’ut ……………………………………………………..10
2.5 Hukum Na’at dan man’ut dan bentuknya……………………………………………...10
2,6 Bagaimana Macam-macam Na’at dan man’ut…………………………………………11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................14

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang memiliki segala apa yang di langit dan apa yang di bumi ini, tanpa
bantuannya kami tak mungkin dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Sholawat dan salam tak lupa kami sanjungan kepada Baginda yang mulia, yang mudah- mudahan
kita senantiasa selalu dibarisannya dan sesuai dengan apa yang diajarkannya, sehingga menjadi
umat yang menjadi kebanggaannya dan syafaatnya.

Makalah diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah. Kapita Selekta Jurnalistik dengan judul
FREEDOM OF THE PRESS, JURNALISME DAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI. Setiap bab dalam
makalah ini berisi rangkuman materi yang singkat namun cukup jelas seta disusun secara sederhana
sehingga pembaca dapat dengan mudah memahami konsep konsep di dalam makalah ini

Penyusunan menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penulisan maupun isi dari
makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat berupa bagi pembaca sekalian dan para mahasiswa yang
tengah menempuh pendidikan.

BAB l
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Media masa (pers) sesungguhnya dalah media informasi yang bersifay netral di tengan
masyarakat.Media massa menyampaikan informasi dengan didukung fakta uang kuatsehingga
diharapkan tidak ada keberpihakan di dalamnya.Namun demikian,media massa tidak selalu obyektif
dalam menjalankan fungsinya.terkadang media massa selalu berorientasi bisnis,sehingga
perhitungan yang dipakai adalah keuntungan materi semata.Ketika mempublikasikan berita dan foto
misalnya,nilai-nila etika kurang diperhatikan,yang penting secara materi media tersebut bisa
memperoleh keuntungan. Dalam pemgelolaan pers,sesungguhnya ada aturan main yang menjadi
acuan bagi setiap wartawan,yaitu lewat kode etik jurnalistik.Pedoman yang dimuat dalam kode etik
jurnalistik secara umum adalah member arahan kepada wartawan agar senantiasa memperhatikan
nilai-nilai etika dalam menjalankan profesi kewartawanan.Dalam menulis berita misalnya ,wartawan
dituntut harus menulis berita dengan jujur dan tanpa ada rekayasa,obyektif dan didukung dengan
fakta yang kuat.Dengan demikian diharapkan jangan sampai wartawan menulis berita bohong atau
fitnah yang bisa berakibat fatal bagi yang diberitakan.

Berita yang disajikan oleh media massa dengan sendirinya akan menimbulkan opini yang berfariasi
ditengah masyarakat.Karena setiap berita yang muncul di media menurut William Rivers ,bisa
dipersepsi secara berbeda oleh maasyarakat.Untuk itu agar opini masyarakat tidak salah persepsi
pada sebuah pemberitaan ,maka kata kuncinya perlu kejujuran bagi setiap wartawan dalam
menyajikan berita. Media massa mempunyai peranan yang sangat penting dalam menyebarkan
berbagai informasi ditengah masyarakat. Berita yang dipublikasikan lewat media massa ,baik yang
positif maupun yang negatif akan begitu cepat diketahui oleh masyarakat luas ,sehingga dapat
mempengaruhi cara pikir masyarakat. Manakala informasi yang diberikan itu jujur dan obyektif maka
akan sangat positif hasilnya bagi masyarakat.sebaliknya manakala informasi yang diberikan itu
bohong dan subjektif,maka akan berakibat negatife bahkan dapat menimbulkan konflik di tengah
masyarakat.Itulah mengapa menurut Jhon Hohenberg,bahwa berita di media massa harus selalu
memperhatikan aktualitas,kejujuran dan pendidikan.Dalam mengemban tugas tersebut makatidak
berlebihan kalau media massa memiliki tugas luhur yang ikut andil dalam usaha mencerdaskan
kehidupan bangsa.

Saat ini kebebasan pers terbilang mudah diakses oleh setiap warga negara, bahkan lebih mudah lagi
ketika media sosial ditemukan. Sejak banyaknya penggunaan media sosial, jurnalistik yang dilakukan
oleh jurnalis non-profesional atau biasa disebut jurnalis warga marak terjadi. Namun masih banyak
orang yang tidak sadar bahwa ada batasan dalam menjalankan kebebasan pers. Oleh karenanya
berbagai masalah muncul, seperti penyebaran kebencian dan intoleransi keragaman yang tersebar
luas melalui media sosial. Penulis berpendapat bahwa untuk menghindari berbagai permasalahan
tersebut di atas, pelaksanaan jurnalisme warga melalui media sosial harus dibatasi. Meskipun
demikian, masih menjadi hal yang diperdebatkan apakah media sosial dapat diklasifikasi sebagai
media yang harus dibatasi sebagaimana diatur dalam undang-undang atau tidak. Dalam penelitian
hukum ini digunakan metodologi penelitian hokum normatif. Di mana metode tersebut mengkaji
studi dokumen seperti peraturan dan undang-undang, literatur dan materi pustaka online.
Kemudian penulis melakukan pendekatan komparatif untuk memberikan tambahan data. Dalam
penelitian hukum ini peneliti menemukan bahwa dalam penegakan hak asasi manusia diperlukan
pembatasan dalam implementasi hak asasi manusia tersebut. Aktivitas jurnalistik, sebagai bagian
dari kebebasan pers, dibatasi pembatasannya diatur dalam Pasal 28J UUD 1945. Pembatasan
aktivitas jurnalistik dalam pasal teresebut juga termasuk jurnalisme warga. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa jurnalisme warga dibatasi berdasarkan konstitusi.

B. Rumusan Masalah

1) Apa itu freedom of the press


2) Apa itu jurnalisme dan perkembangan teknologi

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebebasan Pers

Kebebasan pers (bahasa Inggris: freedom of the press) adalah hak yang diberikan oleh konstitusional
atau perlindungan hukum yang berkaitan dengan media dan bahan-bahan yang dipublikasikan
seperti menyebar luaskan, pencetakan dan menerbitkan surat kabar, majalah, buku atau dalam
material lainnya tanpa adanya campur tangan atau perlakuan sensor dari pemerintah.

Secara konseptual kebebasan pers akan memunculkan pemerintahan yang cerdas, bijaksana, dan
bersih. Melalui kebebasan pers masyarakat akan dapat mengetahui berbagai peristiwa, termasuk
kinerja pemerintah, sehingga muncul mekanisme check and balance, kontrol terhadap kekuasaan,
maupun masyarakat sendiri. Karena itu, media dapat dijuluki sebagai pilar keempat demokrasi,
melengkapi eksekutif, legeslatif, dan yudikatif. Kebebasan pers pada dasarnya bertujuan untuk
meningkatkan kualitas demokrasi. Dengan kebebasan pers, media massa dimungkinkan untuk
menyampaikan beragam informasi, sehingga memperkuat dan mendukung warga negara untuk
berperan di dalam demokrasi atau disebut civic empowerment.

 Esensi kebebasan pers

Kebebasan pers adalah merupakan satu wujud daripada kebebasan rakyat,yang tidak boleh
diintervensi oleh kekuasaan ataupun hal-hal yang dapat merusak kebebasan itu sendiri.Salah satu
intervensi yang dapat merusak kebebasan itu sendiri adalah arogansi wartawan atau per situ
sendiri.Hal itu tidak akan memperkuat ,tapi malah mengurangi atau merusak kebebasan per situ
sendiri.bahkan masyarakat akanantipasti terhadap pers mulai mengutakan kepentingan wartawan
daripada kepentingan masyarakat dalam memperoleh informasi.

Tetapi bagaimanapun kebebasan pers merupakan hak yang diberikan oleh Negara bagi
rakyatnya.Sesuatu yang disampaikan atau telah diberikan oleh Negara dan hal itu menyangkut
kebebasan atau hak,maka hal tersebut tidak dapat diambilvatau di cabut kembali.Jika dicabut ,justru
akan menjadi boomerang bagi Negara,niscaya akan terjadi keributan ,dan demonstrasi yang lebih
parah.

Kebebasan pers sesungguhnya bukanlah kebebasan mutlak,sehingga setiap insane pers boleh
melakukan apa saja.Tetapi kebebasan itu mempertimbangkan perasaan dan hormat menghormati
antar umat beragama,etnis dan budaya tertent.Dimanapun kebebasan persmaupun ekspresi tetap
harus mengikuti rambu-rambu agama,budaya dan Negara pada wilayah serta komunitas yang
bersangkutan.Tanpa ada rambu-rambusemacam itu kebebasan menjadi anarki dan berujung pada
kekacauan.

Hak dan kebebasan per situ eseneinya tidak absolute dan tidak terbatas.”DalamDeklarasi HAM (Hak
Asasi Manusia) tahun 1948 pasal 29 dan UU Negara kita (UUD 1945) pasl 28,pembatan terhadap hak
dan kebebasan tercantum jelas.”Intinya ,kebebasan berekspresi termasuk kebebasn per situ
mempunyai batasan-batasan tertentu .Mengingat ,dengan batasan-batasan setia orang sudah harus
tertanam sikap saling menghormati antar umat beragama,suku ras,dan bangsa

Agar dapat menyampaikan berita secara benar ,valid dan akurat. Seorang jurnalis harus berani
menelusuri ke berbagai sumber berita hingga dihasilkan informasi yang bisa
dipercaya.Menyampaikan informasi secara tepat merupakan landasan pokok untuk tidak
mengakibatkan masyarakat pembaca ,pendengar dan pemirsa mendapat berita yang
salah.Kesalahan akibat kesesatan informasi ,tenti bisa berakibatburuk baik bagi media massa sendiri
maupun masyarakat umum.

Menyampaikan yang benar itu adalah adalah benar,dan yang salah itu adalah salah adalah tugas
manusia,terutama pers.Dengan keberanian pers ,tidak hanya sekedar menghentikan penyimpangan
agar tidak terjadi kerugian yang lebih besar,atau sebaliknya.Cara pers menyampaikan kritik-
konstruktif bisa bermacam-macam bentuknya.Kadang ia menulis dalam bentuktajuk
rencana ,komentar ,ulasan kritik dan kadang juga dalam bentuk pembeberan penyimpangan dalam
bentuk laporan atau penilisan berita.

Media massa memiliki andil yang luar biasa dalam memperkokoh kerukunan di tengah
masyarakat .Hal ini sesuai dengan fungsi utama yang di emban oleh media massa sebagai media
yang menyebar luaskan informasi,member hiburan,dan melaksanakan control sosial .Berita yang
disajikan media massa terkait dengan pesan-pesan kerukunan tentu sangat mendukung dalam usaha
membangun budaya kerukunan beragama di tengah masyarakat.Demikian pula dengan control
sosial yang dilakukan oleh media massa dengan potensi-potensi konflik beragama yang ada di
tengah masyarakat bisa menjadi pencegahan dini sebelum terjadi konflik yang lebih besar.Dengan
demikian tidak bisa dipungkiri bahwa media massa memiliki andil yang cukup besar memperkokoh
budaya kerukunan beragama di tengah masyarakat.

Realitas masyarakat Indonesia yang pluralis,baik dari segi budaya ,agama,etnis dan bahasa perlu
dikelola dengan baik agar jangan sampai perbedaan terbut menjadi potensi konflik.Justru perbedaan
yang ada di tengan masyarakat diharapkan menjadi kekayaan khazanah budaya yang mempersatu
bangsa. Disinilah diharapkan media massa bisa mengambil peran strategis sebagai media yang
menyebarluaskan informasi bisa memperkokoh budaya kerukunan di tengah berbagai perbedaan
tersebut.

 Memperjuangkan Kebebasan Pers, Memperjuangkan Hak Asasi Manusia

Tanggal 3 Mei diperingati sebagai Hari Kebebasan Pers Dunia, atau World Press Freedom Day
(WPFD). Proklamasi peringatan ini disahkan oleh Majelis Umum PBB pada tahun 1993. Lahirnya hari
kebebasan pers diawali oleh Deklarasi Windhoek pada tahun 1991, dimana sejumlah jurnalis dari
Afrika membuat pernyataan mengenai kebebasan pers pada saat konferensi UNESCO di kota
Windhoek, Namibia. Deklarasi ini menekankan gagasan bahwa kebebasan pers seharusnya
mengatasnamakan pluralisme dan independensi media massa. Deklarasi ini merupakan respon
terhadap permasalahan media cetak di Afrika yang banyak menghadapi intimidasi, sensor, hingga
pemenjaraan jurnalis. Dengan semangat yang berlanjut hingga hari ini, PBB mengadopsi tanggal dan
deklarasi Windhoek sebagai Hari Kebebasan Pers Dunia. Selama hampir dua puluh tahun, Hari
kebebasan pers dunia terus mengingatkan kita bahwa kebebasan media adalah bagian dari hak-hak
fundamental manusia yang harus diperjuangkan. Peringatan Hari Kebebasan Pers Dunia tahun ini
diselenggarakan di Tunisia yang baru saja bangkit dari belenggu kediktatoran, sensor dan tekanan
pemerintahnya. Aksi masyarakat Tunisia telah menjadi suatu refleksi bagaimana transformasi
kekuasaan serta perubahan situasi sosial-ekonomi dapat diwujudkan dengan dukungan konvergensi
dari media sosial, koneksi ponsel, dan TV satelit. Perjuangan masyarakat Tunisia kemudian
memberikan efek domino pada masyarakat Mesir, Libya, dan Suria. Dapat dilihat bahwa saat ini,
dukungan teknologi dan jejaring sosial telah menjadi alat yang penting untuk memperjuangkan
kebebasan. Bahkan, mengutip pernyataan salah satu anggota Knesset Israel, Ben-Ari: “one can’t go
to war carrying just a sword” – seseorang tidak dapat pergi berperang hanya dengan membawa
pedang. Ben-Ari merujuk pada ponsel dan jejaring sosial yang digunakan oleh masyarakat Arab
dalam memperjuangkan kebebasan mereka.

Di Indonesia, kebebasan media masih menjadi perdebatan. Media baru dan teknologi telah
mendukung terciptanya ruang publik ‘baru’ dimana masyarakat dapat lebih bebas berekspresi.
Meskipun begitu, kebebasan media masih sangat rapuh, dan belum ada pada jangkauan semua
orang. Di satu sisi, situasi saat ini sangat memungkinkan bagi meningkatnya kebebasan media dan
kebebasan berekspresi, namun di sisi lain, masih banyak masyarakat yang tidak mempunyai akses
terhadap teknologi komunikasi.

Pemberangusan terhadap media mungkin sudah tidak lagi terjadi, namun masih banyak kasus-kasus
kekerasan yang menimpa pekerja media. Pada peringatan hari kebebasan pers dunia tahun ini, AJI
mengajak kita untuk mengingat kembali kasus pembunuhan jurnalis yang masih belum terusut
tuntas. Mengusung tema “Lawan Impunitas, Adili Para Pembunuh Jurnalis”, AJI mencatat, ada 8
kasus pembunuhan jurnalis yang masih belum dituntaskan. UNESCO, sebagai satu-satunya lembaga
PBB yang mempunyai mandat untuk memperjuangkan kebebasan ekspresi dan kebebasan pers,
bahkan mempunyai laman khusus yang didedikasikan kepada para jurnalis yang gugur dalam
tugasnya. Menurut UNESCO, adalah merupakan tanggung jawab negara untuk memastikan hukum-
hukum yang mengatur kebebasan berekspresi berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip internasional
yang disepakati dalam Deklarasi Windhoek dan Indikator Perkembangan Media dari UNESCO.

Dengan banyaknya kasus pembunuhan jurnalis yang belum tuntas, tuduhan pencemaran nama baik
yang seringkali diberikan kepada jurnalis, dan berita yang seringkali sarat dengan kepentingan
pemilik dan politik, kebebasan pers memang belum sepenuhnya ada di Indonesia. Jikapun sudah
dapat dirasakan, itu masih terbatas pada sebagian kecil masyarakat saja. Sebagai bagian dari
kebebasan berekspresi, kebebasan pers juga merupakan hak asasi setiap manusia, dan oleh karena
itu, harus tetap diperjuangkan.

 RUU KAMNAS Ancam Kebebasan Pers

Rancangan Undang-undang Keamanan Nasional (RUU Kamnas) tidak saja berpotensi mengancam
demokrasi, namun juga akan membelenggu kebebasan pers yang sudah berlangsung sejak 14 tahun
terakhir. Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti mengatakan potensi
ancaman tersebut setidaknya terlihat dari 2 pasal dalam RUU itu. Menurutnya, kedua pasal tersebut,
yakni Pasal 17 dan Pasal 54, sangat multitafsir. ”Dari kedua pasal itu sangat membuka celah
kebijakan represif yang akan dijalankan negara ini kepada rakyatnya, termasuk memberangus
demokrasi dan kebebasan pers,” ujarnya, Jumat (14/9/2012). Menurutnya, dengan pasal karet itu,
aparat keamanan bisa punya dalih demi menegakkan keamanan nasional yang sedang terancam.
Dari 57 pasal yang ada di dalam RUU Kamnas yang tengah dibahas di DPR itu, ujarnya, ternyata
masih banyak pasal karet lainnya yang dapat digunakan melakukan tindakan represif negara
terhadap rakyat. Pasal 17 menyebutkan ancaman keamanan nasional di segala aspek kehidupan
dikelompokkan ke dalam ancaman militer, ancaman bersenjata dan ancaman tidak bersenjata.
Dengan kalimat utama “ancaman keamanan nasional di segala aspek kehidupan” tersebut jelas yang
dimaksud adalah siapa saja dapat dinilai sebagai ancaman keamanan nasional, terlepas dia
bersenjata maupun tidak, ujarnya. Ketua Pansus RUU Kamnas di DPR, Agus Gumiwang Kartasasmita
pun mengakui pembahasan RUU itu akan berjalan alot. Untuk itu Pansus telah menggelar rapat
internal untuk menyusun jadwal dan program kegiatan untuk membahas RUU Kamnas dalam masa
persidangan bulan ini.

B. Jurnalisme Dan Perkembangan Teknologi

Pada era digital ini sangat mempengaruhi perkembangan praktik jurnalisme dalam berbagai hal.
Jurnalisme di Indonesia juga turut berubah seiring dengan berkembangnya teknologi digital.
Berdasarkan data dari Dewan Pers, Indonesia memiliki 1.755 situs web berita pada tahun 2017 silam.
Hal tersebut disampaikan oleh dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIPOL) UGM, Kuskridho
Ambardi, Ph.D, dalam presentasinya yang berjudul Digital Journalism: The Contemporary Experience
and Views of Indonesian Journalists. Tingginya peningkatan jumlah situs berita secara tak langsung
memperingatkan kita sebagai audiens untuk siap menghadapi arus informasi serta kritis dalam
mengonsumsi setiap informasi yang didapatkan.

Menurut Ambardi ada 5 tren yang mewarnai media daring di Indonesia, sebagai berikut :

1) Penekanan pada aspek kecepatan.


2) Truth in the making.
3) Kecenderungan sensationalism is a menu of the day.
4) Masih bersifat Jakarta sentris.
5) Media daring di Indonesia seringkali mempraktikan cara kerja public relations dan
memelintir suatu isu.
6) Kelima tren tersebut menjadi poin-poin utama yang dapat kita gunakan sebagai titik kritik
dalam mengonsumsi informasi berita daring atau digital.

Terkait dengan tren yang ketiga, ada kecenderungan media daring mengedepankan sensasionalitas
atau viewers dibandingkan dengan akurasi sebuah informasi. “Bisa saja konten media tidak
berkualitas karena pembacanya juga tidak berkualitas,” ujar Ambardi. Hal ini adalah tantangan bagi
para audiens dalam mengonsumsi sebuah informasi.

Dalam penyajian sebuah berita pun tidak luput dari kemajuan teknologi. Surat kabar yang telah
akrab dengan khalayak pembaca sepertinya mulai tergerus seriring perkembangan teknologi.
Dengan menjamurnya media onlinet sepertinya telah membuat ‘mahzab baru’ dalam dunia
jurnalistik, yaitu jurnalisme online. Jadi penyajian berita melalui media online adalah pesan /
informasi yang disampaikan menggunakan media internet.

Menurut ahli jurnalisme asal Amerika SerikatJames C. Foust dalam bukunya, Online Journalism:
Principles and Practices of News for The Web (2005), keunggulan dari jurnalisme online
dibandingkan dengan yang lainnya yaitu :

1) Audience Control, audiens lebih leluasa dalam memilih berita.


2) Nonlienarity, tiap berita yang disampaikan dapat berdiri sendiri atau tidak berurutan.
3) Storage and retrieval, berita tersimpan dan diakses kembali dengan mudah.
4) Unlimited Space, memungkinkan jumlah berita jauh lebih lengkap ketimbang media lainnya.
5) Immediacy, cepat dan langsung.
6) Multimedia Capability, bisa menyertakan teks, suara, gambar, video dan komponen lainnya
di dalam berita.
7) Interactivity , memungkinkan adanya peningkatan partisipasi pembaca.
Ada juga elektronik mail/surat elektronik atau lebih dikenal dengan sebutan email. Bertukar
informasi menggunakan email memiliki berbagai keuntungan. Biaya yang lebih murah serta
penggunaaan waktu yang relatif lebih singkat merupakan keunggulan email daripada surat. Lalu
muncul alat yang lebih canggih lagi dibandingkan dengan email, yaitu telepon. Dan kemajuan
teknologi yang semakin tidak terbendung, berkomunikasi menggunakan telepon bisa melihat wajah
orang yang ada di ujung dunia sana berkat teknologi video call yang terdapat pada telepon genggam
(HP).

Jurnalistik tidak terlepas dengan perkembangan teknologi informasi dan publikasi. Perkembangan
teknologi jurnalistik yang paling penting adalah mulai digunakannya mesin cetak uap pada tahun
1800-an. Dengan teknologi ini deadline penulisan berita bisa ditunda hingga malam hari dan foto
dapat ditampilkan di surat kabar.

Teknologi percetakan sebenarnya telah terjadi sekitar tahun 1439 setelah Johan Gutenberg seorang
tukang emas Jerman, menciptakan alat cetak yang dibuat seluruhnya dari kayu. Penemuan ini
dianggap sebagai revolusi yang paling penting dalam industri percetakan meskipun harus
dioperasikan secara manual. Barulah tahun 1880-an mesin cetak uap yang terbuat dari besi tuang
meneruskan industri percetakan. Namun desain asli Gutenberg sebagian besar tetap tidak berubah
sampai saat itu.

1) Sejarah Perkembangan Teknologi Jurnalistik


2) Sekitar 1880-an surat kabar telah menggunakan mesin cetak uap untuk penerbitan surat
kabar.
3) Pada 1893 surat-surat kabar di AS untuk pertama kalinya menggunakan tinta warna untuk
komik dan beberapa bagian di koran edisi Minggu.
4) Pada 1899 mulai digunakan teknologi perekaman ke dalam pita, walaupun belum banyak
digunakan oleh kalangan jurnalis saat itu.

Pada era1970-1980 perkembangan teknologi percetakan dengan komputer ikut mengubah cara dan
proses produksi berita. Perubahan sangat besar dengan penggunaan komputer di industri media
massa. Memasuki era 1990-an, penggunaan teknologi internet berpengaruh sangat luar biasa pada
surat kabar cetak. Tugas wartawan meliput di medan paling sulit pun semakin mudah dan cepat
karena pengiriman berita teks, foto, dan video bisa melalui internet atau via satelit.

 Jurnalistik Modern

Sebelumnya, jurnalistik cetak seperti surat kabar, majalah, dll, pada 1920-an, mendapat pesaing baru
dalam pemberitaan, dengan siaran radio berita. Terlebih pada 1950-an perhatian masyarakat tersita
dengan munculnya televisi yang memuat berita sekaligus dengan gambar atau video. Selain itu, pada
saat ini juga muncul media jurnalistik multimedia. Perusahaan-perusahaan media cetak raksasa
sudah merambah berbagai segmen pasar dan pembaca berita. Meski jurnalistik media cetak masih
bertahan dan tidak sampai kehilangan pembacanya karena alasan tertentu, pengusaha media dan
kantor berita juga dituntut untuk juga memiliki media internet ini agar tidak kalah bersaing
menyebarluaskan beritanya ke berbagai kalangan serta update datanya dilakukan sepanjang waktu.
Bahkan ada edisi internet disajikan sama persis dengan edisi cetak. Dengan adanya perkembangan
internet yang semakin cepat dan mudah, muncul situs-situs pribadi (blog) yang juga memuat laporan
jurnalistik pemiliknya. Meski tidak semua blog berisikan laporan jurnalistik. Tapi banyak yang
memang berisi laporan jurnalistik bermutu. Senior Editor Online Journalism Review, J.D Lasica
seperti yang dikutip pikiran-rakyat.com pernah menulis bahwa blog merupakan salah satu bentuk
jurnalistik dan bisa dijadikan sumber untuk berita.
KESIMPULAN

Kebebasan pers merupakan satu wujud daripada kebebasan rakyat,yang tidak boleh diintervensi
oleh kekuasaan ataupun hal-hal yang dapat merusak kebebasan itu sendiri.Salah satu intervensi
yang dapat merusak kebebasan itu sendiri adalah arogansi wartawan atau per situ sendiri.Hal itu
tidak akan memperkuat ,tapi malah mengurangi atau merusak kebebasan per situ sendiri.bahkan
masyarakat akanantipasti terhadap pers mulai mengutakan kepentingan wartawan daripada
kepentingan masyarakat dalam memperoleh informasi. Hal ini juga memberikan peran besar bagi
media massa, selaku wadah bagi pers untuk menyampaikan informasi. Media massa mempunyai
peranan yang sangat pentingdalam menyebarkan berbagai informasi ditengah masyarakat. Berita
yang dipublikasikan lewat media massa ,baik yang positif maupun yang negatif akan begitu cepat
diketahuioleh masyarakat luas ,sehingga dapat mempengaruhi cara pikir masyarakat. Manakala
informasi yang diberikan itu jujur dan obyektif maka akan sangatpositif hasilnya bagi
masyarakat.sebaliknya manakala informasi yang diberikan itu bohong dan subjektif,maka akan
berakibat negatife bahkan dapat menimbulkan konflik di tengah masyarakat

Jurnalistik tidak terlepas dengan perkembangan teknologi informasi dan publikasi. Perkembangan
teknologi jurnalistik yang paling penting adalah mulai digunakannya mesin cetak uap pada tahun
1800-an. Dengan teknologi ini deadline penulisan berita bisa ditunda hingga malam hari dan foto
dapat ditampilkan di surat kabar. Teknologi percetakan sebenarnya telah terjadi sekitar tahun 1439
setelah Johan Gutenberg seorang tukang emas Jerman, menciptakan alat cetak yang dibuat
seluruhnya dari kayu. Penemuan ini dianggap sebagai revolusi yang paling penting dalam industri
percetakan meskipun harus dioperasikan secara manual. Barulah tahun 1880-an mesin cetak uap
yang terbuat dari besi tuang meneruskan industri percetakan. Namun desain asli Gutenberg
sebagian besar tetap tidak berubah sampai saat itu.
DAFTAR PUSTAKA

Daulay Hamdan , Wartawan dan Kebebasan Pers, Yayasan Fokus , Yogyakarta , 2012

Syamsul Asep M. Romli , Jurnalistik Praktis , Remaja Rosdakarya , Bandung , 2006

Solo Pos , Edisi Jum’at 28 September 2012

https://it.rsudsekayu.mubakab.go.id/info/perkembangan-jurnalisme-di-era-digital

https://lenterakecil.com/perkembangan-teknologi-jurnalistik/

Anda mungkin juga menyukai