Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Sistem Pers, Peranan, dan Fungsi


di Negara Berkembang

Oleh
-

Hidayatul Husna
Popi Winda Nopita
Yori Tri Suryadi
Seprika Ulan Sari
Muhammad Yusuf
XII Multimedia

SMK N 1 KOTO BARU


KABUPATEN DHARMASRAYA
2014 / 2015
1

KATA PENGANTAR
Kami bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami membuat
makalah ini dalam rangka membahas mengenai Sistem Pers, Peranan dan Fungsinya
di berbagai Negara Maju
Kami juga berterima kasih kepada orang-orang hebat yang telah menulis data
ataupun artikel, di mana tulisan Anda sekalian kami jadikan referensi bagi karya
makalah kami ini. Makalah ini kami buat secara sistematis agar pembaca dapat
mengetahui sekilas system pers di negara negara Maju.
Kami berharap agar pembaca dapat memperoleh informasi yang berguna bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara. Kami sangat berharap agar pembaca
memperoleh banyak manfaat dari makalah ini. Kritik dan saran yang membangun
akan kami terima dengan senang hati.

Penyusun

DAFTAR ISI
2

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
2.1 Pengertian Pers.............................................................................................3
2.2 Fungsi Pers...................................................................................................4
2.3 Peranan Pers.................................................................................................5
2.4 Sistem Pers di Negara Maju.........................................................................6
BAB III PENUTUP..................................................................................................13
3.1 Kesimpulan...................................................................................................13
3.2 Saran.............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................14

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pers adalah dalam pengertian luas meliputi segala penerbitan, bahkan
termasuk pers elektrolit, radio siaran, dan televisi siaran. Sedangkan pers dalam
arti sempit hanya terbatas pada pers cetak, yakni surat kabar, majalah, dan
buletein kantor berita.
Media adalah media realitas dalam dirinya sendiri. Kemampuan untuk
menjadi pemain dalam industri media, Mediapun memiliki fungsi ideologis, dan
melakukan manuver politik sesuai dengan fungsi ideologinya. Ini akan mencakup
masalah siapa, kepentingan apa, dan perspektif mana yang akan memperoleh
akses ke media mereka.
Di luar fungsi ideologis yang dijalankan, bagaimanpun juga, media pertamatama perlu terlebih dahulu di lihat sebagai institusi ekonomi, dan karenanya
manuver politik yang dijalankan melalui politik pemberitaannya juga dikemas
sebagai komoditi informasi yang berusaha menyiasati tuntutan serta peluang
pasar.
Hal lain yang penting diamati dalam pemberitaan pers saat ini, terutama
sekali adalah masalah sejauh mana mereka telah berfungsi menciptakan dirinya
sebagai bagian dari public sphere. Ini bisa dikaji melalui pengamatan tentang
sejauh mana kemampuan untuk memiliki media semakin terpusat di kaum-kaum
itu-itu saja, sejauh apa media di tangan mereka itu telah bersedia memberikan
akses berimbang ke setiap unsur publik terkait. Dalam proses tersebut pers
menempati posisi sentral, khususnya dalam era peradaban di mana praktis semua
manusia menjadi bagian dari kesepakatan untuk bersatu dalam kesatuan-kesatuan
politik besar, seperti negara.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam penulisan makalah ini, maka penyusun merumuskan hal-hal sebagai
berikut :
1. Bagaimana Sistem Pers yang dipakai di Negara Maju
2. Fungsi Pers di negara Maju
3. Peranan Pers di Negara Maju
1.3 Tujuan Penulisan
1. Agar Penulis Mengetahui Sistem yang dipakai di Negara Maju
2. Dapat mengetahui Fungsi pers di Negara Maju
3. Mengetahui Peranan pers

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pers


Dalam kehidupan modern kebutuhanorang akan komunikasi dan informasi
semakin meningkat. Informasi dibutuhkan orang untuk memperluas wawasan
dan pengetahuan, tidak jarang informasi juga menjadi bahan pertimbangan untuk
seseorang untuk mengambil sebuah keputusan. Tidak hanya, itu pers juga
dimanfaatkan untuk membentuk opini publik atau mendesakkan kepentingan
publik agar di perhatikan oleh penguasa.
Berikut beberapa pengertian tentang Pers :
1. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata Pers berarti : a) Alat
cetak untuk mencetak buku atau surat kabar ; b) Alat untuk Menjepit,
memadatkan; c) Surat kabar atau majalah yang berisi berita atau orang
yang bekerja di dunia persurat kabaran.
2. Ensiklopedia Pers Indonesia

menyebutkan bahwa istilah pers

merupakan sebutan bagi penerbit / perusahaan/ kalangan yang berkaitan


dengan media massa atau wartawan. Sebutan ini bermula dari cara
kerjanya media cetak (press). Segala barang yang dikerjakan dengan
mesin cetak disebut Pers.
3. Undang-Undang No 40 Tahun 1999 tentang Pers menyebutkan bahwa
yang dimaksud pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa
yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh,
memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi baik
dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan
grafik maupun dengan bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak,
media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia.
4. Dalam Leksikon Komunikasi disebutkan bahwa pers berarti : a) Usaha
percetakan dan penerbitan ; b) Usaha pengumpulan dan penyiaran berita
dan penyiaran berita melalui surat kabar, majalah, radio dan televisi.
Sedangkan istilah pers berasal dari bahasa Inggris to press artinya
menekan, selanjutnya press atau pers diartikan sebagai surat kabar atau

majalah ( dalam arti sempit), dan pers dalam arti luas yang menyangkut
media massa (surat kabar, radio, televisi atau Film).
2.2 Fungsi Pers
1. Pers sebagai Media Informasi
Media informasi merupakan bagian dari fungsi pers dari dimensi
idealisme. Informasi yang disajikan pers merupakan berita-berita yang
telah diseleksi dari berbagai berita yang masuk ke meja redaksi, dari
berbagai sumber yang dikumpulkan oleh para reporter di lapangan.
Menurut Pembinaan Idiil Pers, pers mengemban fungsi positif dalam
mendukung mendukung kemajuan masyarakat, mempunyai tanggung
jawab menyebarluaskan informasi tentang kemajuan dan keberhasilan
pembangunan kepada masyarakat pembacanya. Dengan demikian,
diharapkan para pembaca pers akan tergugah dalam kemajuan dan
keberhasilan itu.
2. Pers sebagai Media Pendidikan
Dalam Pembinaan Idiil Pers disebutkan bahwa pers harus dapat
membantu

pembinaan

swadaya,

merangsang

prakarsa

sehingga

pelaksanaan demokrasi Pancasila, peningkatan kehidupan spiritual dan


kehidupan material benar-benar dapat terwujud. Untuk memberikan
informasi yang mendidik itu, pers harus menyeimbangkan arus informasi,
menyampaikan fakta di lapangan secara objektif dan selektif. Objektif
artinya fakta disampaikan apa adanya tanpa dirubah sedikit pun oleh
wartawan dan selektif maksudnya hanya berita yang layak dan pantas saja
yang disampaikan. Ada hal-hal yang tidak layak diekspose ke masyarakat
luas.
3. Pers sebagai Media Entertainment
Dalam UU No. 40 Tahun 1999 pasal 3 ayat 1disebutkan bahwa salah
satu fungsi pers adalah sebagai hiburan. Hiburan yang diberikan pers
semestinya tidak keluar dari koridor-koridor yang boleh dan tidak boleh
dilampaui.

Hiburan

yang

sifatnya

mendidik

atau

netral

jelas
7

diperbolehkan tetapi yang melanggar nilai-nilai agama, moralitas, hak


asasi seseorang, atau peraturan tidak diperbolehkan. Hiburan yang
diberikan pers kepada masyarakat yang dapat mendatangkan dampak
negatif, terutama apabila hiburan itu mengandung unsur-unsur terlarang
seperti pornografi dan sebagainya seharusnya dihindari.
4. Pers sebagai Media Kontrol Sosial
Maksudnya pers sebagai alat kontrol sosial adalah pers memaparkan
peristiwa yang buruk, keadaan yang tidak pada tempatnya dan yang
menyalahi aturan, supaya peristiwa itu tidak terulang lagi dan kesadaran
berbuat baik serta mentaati peraturan semakin tinggi. Makanya, pers
sebagai alat kontrol sosial bisa disebut penyampai berita buruk.
5. Pers sebagai Lembaga Ekonomi
Beberapa pendapat mengatakan bahwa sebagian besar surat kabar dan
majalah di Indonesia memperlakukan pembacanya sebagai pangsa pasar
dan menjadikan berita sebagai komoditas untuk menarik pangsa pasar itu.
Perlakuan ini menjadikan keuntungan materi sebagai tujuan akhir pers.
Konsekuensinya, pers senantiasa berusaha menyajikan berita yang
disenangi pembaca.

2.3 Peranan Pers


Menurut Jacob Utama, dalam konteks masyarakat Indonesia pers
mempunyai peranan khusus sebagai berikut :
Tugas untuk memperkuat dan mengkreatifkan konsensus-konsensus
dasar nasional. Ini penting karena umumnya negara sedang
berkembang adalah bangsa yang masih membutuhkan konsensus
dasar bagi perekat integrasi nasional. Itulah infrastruktur kejiwaaan

bagi pembangunan bangsa.


Pers perlu mengenali masalah-masalah sosial yang peka dalam
masyarakatnya. Bukan untuk didiamkan, tetapi juga bukan serta merta
diberitakan begitu saja. Perlu diusahakan pemecahannya bersama

pemerintah dan masyarakat secara bijaksana dengan tetap berorientasi

maju.
Pers perlu menggerakkan prakarsa masyarakat, memperkenalkan
usaha-usahanya sendiri, menemukan potensi-potensinya yang kreatif

dalam usaha memperbaiki peri kehidupannya.


Pers menyebarluaskan dan memperkuat rasa mampu masyarakat

untuk mengubah nasibnya sendiri.


Kekurangan, kegagalan, serta korupsi dilaporkan bukan untuk
merusak dan membangunkan rasa pesimis, tetapi untuk koreksi dan
membangkitkan kegaairahan dan selalu melangkah maju. Karena itu
harus bersedia mengoreksi diri dan dikoreksi.

2.4 Sistem Pers Di Negara Maju


A. Negara Amerika Serikat
Thomas E. Patterson dalam The United States : News in a
Free Market Society yang termuat dalam buku Democracy and the
Media : A Comparative Perspective, menyatakan bahwa Amerika
Serikat merupakan negara dengan sistem pers paling bebas. Bahkan
tidak hanya bebas, pers di Amerika Serikat juga menganut paham
commersial dan adversarial.
Jika harus membandingkan antara sistem pers di Amerika
dengan sistem pers di negara-negara lainnya, maka bisa dikatakan
bahwa sistem pers di Amerika serikat adalah penganut, The Freest.
Dengan demikian tidak ada penghalang ataupun hambatan bagi pers
di Amerika Serikat untuk berkembang. Mengkonstruksi kata bebas,
tentunya bebas disini adalah kebebasan ala Amerika Serikat. Pada
mandat yang termaktub dalam First Amandemen Amerika Serikat
tertulis, Congress shall make no lawabridging the freedom of
speech, or of the press. Implikasi yang muncul dari klausul dalam
First Amandemen ini adalah kebebasan pers di Amerika yang ditandai
dengan tidak adanya regulasi dari pemerintah yang ditujukan untuk
mengatur pers. Bahkan selama beberapa dekade pers di Amerika
Serikat mempunyai kebebasan dan otonomi yang luar biasa.

Pers di Amerika juga bebas dari sensor pemerintah. Meskipun


Departemen Pertahanan di Amerika bisa melakukan pengawasan dan
pembatasan, namun tanggung jawab dan persetujuannya tetap
bergantung pada pemerintah. Dalam mewujudkan kebebasan pers di
Amerika, bingkai yang digunakan oleh konstitusi Amerika berpijak
pada keyakinan untuk melindungi kebebasan berekspresi dan
beropini.
Dalam tulisannya, Patterson juga mengungkapkan bahwa
sistem pers di Amerika menganut paham komersial (keuntungan) dan
adversarial (pertentangan). Untuk paham adversarial tentunya sah-sah
saja jika memang pada kenyataannya pers Amerika tidak dalam
keadaan sepihak dengan pemerintahnya. Namun dengan paham
komersil

inilah

yang

menimbulkan

permasalahaan.

Patterson, pers Amerika berorientasi tidak semata

Menurut

pada news

gathering namun lebih ke arah profitnya. Sehingga dampak


negatifnya ialah media mengikuti alur masa dalam kenyataannya,
terlebih lagi saat dikenalnya yellow jurnalism dalam pers Amerika.
Nyatanya, tidak semuanya setuju dengan sistem yang diteapkan
Yellow Journalism, yang lebih menekankan persoalan bombastisme,
sensasionalisme, dan justru mengundang kritik.
B. Negara Australia
Pers sayap kiri (komunis) mengalami kejayaan sejak
berakhirnya Perang Dunia I. Pada masa itu, para tentara yang kembali
dari perang merasa muak dengan sistem kelas sosial yang lama.
Dalam sistem tersebut, pemilik lahan pertanian dan peternakan berada
di atas kaum pekerja, yang menderita selama Depresi Besar pada
tahun 1930-an.
Selama Depresi Besar, banyak orang Australia kehilangan
kepercayaan pada kemampuan wakil-wakil pemerintah mereka.
Sejumlah organisasi ekstremis atau radikal memperoleh kekuatan dan
popularitas sebagai akibat dari skala besar ketidakpuasan publik. Dari
segi politik, kaum komunis, sosialis, organisasi pekerja dan
pengangguran secara aktif menentang penggusuran paksa rumah10

rumah,

sedangkan

kelompok-kelompok

nasionalis

dan

fasis

menikmati peningkatan keanggotaan menikmati hak politik.


Sistem pers komunis-Soviet di Australia berkembang pesat
seiring meroketnya popularitas Partai Komunis Australia. Di ruang
lingkup internasional, komunisme sendiri saat itu tengah berjaya di
Uni Soviet dan China. Sistem pers komunis berkembang di Uni
Soviet, negara di mana Partai Komunis Australia berkiblat.
Dukungan atas sistem pers komunis di Australia memudar
pada

pertengahan

tahun

1950-an.

Peristiwa-peristiwa

terkait

komunisme di berbagai belahan dunia, seperti Revolusi Hungaria


(1956) dan The Great Leap Forward (1958), mempengaruhi pudarnya
dukungan pada sistem pers komunis.
Dukungan atas pers komunis-Soviet pun beralih pada
suratkabar yang kemudian menjadi suara penguasa, seperti The
Sydney Morning Herald dan The Age di Melbourne. Keduanya
dimiliki oleh keluarga Sir Warwick Fairfax, salah satu klan penguasa
bisnis media di Australia. Pada periode ini, sistem pers di Australia
beralih haluan menjadi otoritarian. Kemudian, terjadi persaingan
antarkoran sore dalam memperebutkan pasar kelas pekerja dan
komuter, misalnya Daily Mirror (Sydney), Melbourne Herald,
Telegraph Brisbane, dan Adelaide News. Suratkabar-suratkabar
tersebut kini sudah tidak lagi terbit. Pada periode ini, di bawah
bendera surat kabar yang disebut terakhir, Rupert Murdoch mulai
membangun kerajaan bisnis medianya.
Sistem pers otoriter mewujud di Australia dalam berbagai
aspek. Dibandingkan negara-negara liberal-demokratik lainnya,
seperti Amerika Serikat dan Inggris, pers di Australia cenderung lebih
terkekang.

Ketiadaan

perlindungan

hukum

terkait

kebebasan

berpendapat mereka, berdampak adanya rintangan bagi masyarakat


terkait hukum dan komersial.
Namun demikian, saat ini sistem pers di Australia tak bisa
dikatakan murni otoriter, melainkan cenderung ke arah yang lebih
liberal dan berpihak pada pasar. Suratkabar yang sebelumnya
konservatif dan menganut format broadsheet, seperti Brisbane
11

Courier-Mail dan Adelaide Advertiser, berganti gaya menjadi format


tabloid yang lebih kecil dengan konten yang berubah. Misalnya,
meningkatnya pemberitaan bersifat hiburan seperti gosip selebriti.
C. Negara Singapura
Singapura, negara paling kaya di Asia Tenggara, mempunyai
catatan paling buruk dalam hal kebebasan pers di wilayah tersebut.
Demikian diungkapkan Reporters Sans Frontieres, sebuah organisasi
yang berasis di Paris, Kamis.
Indeks tahunan yang dibuat Reporters Sans Frontieres
menempatkan negara pulau tersebut pada peringkat ke-147 dari 167
negara di dunia. Itu menunjukkan, kebebasan pers di sana lebih buruk
daripada Rusia dan Bhutan, dan hanya satu peringkat di atas Irak.
"Sungguh aneh, di sebuah negara tempat semua orang
demikian mudah mendapatkan akses pada narasumber internasional,
ternyata orang punya akses sangat terbatas pada informasi lokal. Sulit
mengetahui, apa yang terjadi di negeri itu," kata Vincent Brossel,
jubir Reporters Sans Frontieres.
China tercatat pada peringkat 162 dan paling banyak
memenjarakan wartawan. Saat ini 27 wartawan berada di balik jeruji
besi dan paling tidak 35 aktivis cyber ditahan atas tuduhan menyebar
pandangan beda pendapat.
Brossel mengatakan dua raksasa media Singapura, yakni
Singapore Press Holdings (SPH) and MediaCorp, "mengawasi dengan
ketat" isi tajuk koran, televisi, dan stasion radio milik masing-masing.
SPH nyaris menjadi kelompok penerbit monopoli yang punya
kaitan dengan negara. Dulunya kelompok itu dijalankan oleh eks
direktur Internal Security Department (Departemen Keamanan
Internal).
The Straits Times, harian utama berbahasa Inggris yang
diterbitkan oleh SPH, "mempraktekkan penyensoran sendiri yang
sistematis" dalam memberitakan masalah-masalah domestik.
Singapura sejak dulu dikenal luas sebagai negara yang
melakukan penyensoran amat ketat terhadap media dan seni.
12

Penyensoran itu terutama diberlakukan lewat sistem pemberian surat


izin penerbitan.
Pernyataan pendapat publik merupakan "seni yang pelik" di
Singapura, tidak terkecuali bagi organisasi-organisasi berita asing.
Koran-koran international, seperti The Asian Wall Street Journal dan
International Herald Tribune, pernah membayar ganti rugi sangat
besar akibat gugatan hukum yang diajukan para pejabat tinggi
pemerintah, termasuk mantan PM Goh Chok Tong dan Mentor
Menteri Lee Kuan Yew.
D. Negara Perancis
Perancis

merupakan

sebuah

negara

yang

terletak di Eropa Barat dan juga memiliki berbagai


pulau dan teritori seberang laut yang terletak di benua
lain. Republik Perancis adalah sebuah republik semipresidensial uniter dengan tradisi demokratis yang
kuat.

Konstitusi

Republik

Kelima

disetujui

melalui

referendum tanggal 28 September 1958. Sehingga


memperkuat kewenangan eksekutif dengan parlemen.
Cabang eksekutif itu sendiri memiliki dua pemimpin:
Presiden Republik, yang merupakan kepala negara dan
dipilih langsung oleh hak pilih universal orang dewasa
untuk jabatan selama lima tahun

dan pemerintah,

dipimpin oleh perdana menteri yang ditunjuk presiden.


Parlemen Perancis adalah sebuah badan legislatif
bicameral yang terdiri dari Majelis Nasional (Assemble
Nationale) dan Senat. Deputi Majelis Nasional mewakili
konstituensi lokal dan terpilih langsung selama lima
tahun. Majelis memiliki kekuasaan untuk membubarkan
kabinet, dan mayoritas anggota Majelis menetapkan
pilihan pemerintah. Senator dipilih oleh dewan pemilih
untuk

jabatan

enam

tahun,

dan

setengah

kursi

dimasukkan dalam pemilihan setiap tiga tahun yang


13

dimulai pada September 2008. Kekuasaan legislatif


Senat terbatas; dalam penentangan antara kedua
pihak, Majelis Nasional memiliki perkataan terakhir,
kecuali untuk hukum konstitusional dan lois organiques
(hukum yang disediakan langsung oleh konstitusi)
dalam beberapa hal. Pemerintah memiliki pengaruh
kuat dalam pembentukan agenda Parlemen.
Mengenai sistem media di Perancis yang menjadi
pengawas bagi kedua jenis lembaga penyiaran, publik
dan swasta. Sistem di Prancis ini agak unik karena
keanggotaan Conseil Supirieur d'Audiovisuel

(CSA)

diatur sedemikian rupa yaitu, tiga orang ditunjuk oleh


Presiden, 3 orang oleh Majelis Nasional dan tiga orang
lagi dipilih oleh Senat. Kesembilan anggota ini bertugas
selama enam tahun yang tidak dapat diperpanjang.
Para

anggota

CSA

ini

masing-masing

menangani

televisi publik, produksi dan progam, televisi swasta


nasional, televisi regional dan lokal, radio publik, radio
swasta, televisi kabel dan satelit.
Di Perancis, konstitusi dan lembaga-lembaga
pemerintan mendukung lingkungan pers yang terbuka,
meskipun hukum-hukum tertentu membatasi aspek
kebebasan pers pada praktiknya. Ada undang-undang
antifitnah ketat dengan denda bagi mereka yang
terbukti bersalah. Hukum juga menghukum upaya
untuk membenarkan kejahatan perang dan kejahatan
terhadap kemanusiaan, serta hasutan untuk melakukan
diskriminasi dan kekerasan.

E. Negara Spanyol
Spanyol adalah sebuah negara di Eropa barat
daya yang dibatasi oleh Portugal di barat, serta
14

Gibraltar dan Maroko di selatan. Spanyol berbatasan


dengan Perancis dan Andorra di timur laut melalui
Pegunungan Pyrenia. Batas lautnya adalah Samudra
Atlantik di barat dan Teluk Biscay di utara serta Laut
Tengah di timur, di mana Spanyol memiliki wilayah
Kepulauan Balearik. Di selatan, terdapat Selat Gibraltar.
Negara yang beribukota di Madrid ini adalah
negara

demokratis

yang

memberlakukan

sistem

monarki parlementer. Pemerintah negara ini berbentuk


monarki, dipimpin oleh Raja sebagai kepala Negara dan
Perdana

Menteri

yang

menjalankan

eksekutif

sebagai

pemimpin

dalam

kewenangan
pemerintahan.

Tahta raja diwariskan oleh Juan Carlos Alfonso Victor


Maria de Bourbon atau Raja Juan Carlos I dan generasi
langsung dalam garis lurus. Sementata itu, Jose Luis
Rodriguez Zapatero menjabat sebagai perdana menteri
Spanyol sejak 17 April 2004.
Spanyol merupakan contoh negara yang memiliki
tradisi

memproteksi

media

domestik

dan

industri

budaya nasional mereka, termasuk diantaranya media


cetak dan media elektronik. Hal ini disebabkan karena
kepemilikan media massa ada di tangan pihak swasta.
Di Spanyol terdapat sekitar 101 surat kabar, 40 stasiun
televisi dan 38 stasiun penyiaran radio, dan tidak
sedikit dari media massa tersebut yang dikuasai oleh
korporasi besar Amerika seperti Time Warner Holding,
Disneys Holding, dan CBS Holding. Mereka khawatir
dengan adanya serbuan budaya dari Amerika Serikat.
Yang tampak pada awalnya, Spanyol menganut
sistem media massa Libertarian karena kepemilikan
media yang sangat besar oleh kalangan swasta. Selain
itu, pemerintah juga memberikan kebebasan bagi
seluruh warganya untuk menggunakan media massa.
15

Hal ini terlihat dalam sebuah artikel yang berisi tentang


pernyataan Menteri Perindustrian, Perdagangan dan
Pariwisata Spanyol (Sebastian) bahwa, Kami tidak
menerapkan

pembatasan

atau

peraturan

yang

mencegah penyebaran, atau menghambat penggunaan


media massa, terutama internet, atau menetapkan
batas-batas pada alat bebas arus informasi.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem pers adalah subsistem dari sistem komunikasi. Media massa
mempunyai fungsi untuk mempengaruhi sikap dan prilaku masyarakat. Melalui
media, masyarakat dapat menyetujui atau menolak kebijakan pemerintah.
Melalui media pula berbagai inovasi atau pembaruan bisa dilaksanakan oleh
masyarakat.
Dengan kata lain, media lemah dalam mempertimbangkan apakah
pemberitaan itu layak dimunculkan sesuai dengan keinginan masyarakat tau
tidak. Ini diakibatkan orientasi pasar media begitu dominan dan mengalahkan sisi
idealnya. Kenyataan tersebut bisa dimengerti mengingat pers ibarat kuda lepas
dari kandangnya sangat liar.
Kenyataan ini menjadikan pers sulit menentukan pilihan antara kewajiban
moral terhadap masyarakat dan keharusanj untuk mematuhi peratutan pemerintah
sebagai konsekuensi logis. Jalan alternatif bisa dilakukan harmonisasi hubungan
pers dengan pemerintah dan masyarakat.

3.2 Saran
Kita tak perlu menghakimi, pers harus bersikap begini atau begitu. Sebab hal
demikian tak ubahnya dengan mendikte pers yang etlah kehilangan jati dirinya.
16

Bagaimanapun pers masih punya jati diri, salah satunya kemampuan untuk
bertahan di tengah derasnya iklim demokrasi dan himpitan struktur yang harus
ditaati.
Dalam posisi yang sulit begini, pers masih bisa bernafaspun masih lumayan.
Ini menunjukan betapa sulit kedudukan pers kita selama ini, meskipun biusa
dibilang punya jati diri rendah (relatif) sekalipun.
Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penyusun harapkan, demi
kesempurnaan dalam penyusunan makalah di waktu yang akan datang. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya untuk
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2012/03/09/sistem-pers-indonesia445268.html
http://www.scribd.com/doc/24746954/Sistem-Pers-Indonesia
Kusumaningrat, Hikmah dkk, Jurnalistik:Teori dan Praktik, Bandung: PT Remaja
Rodakarya, 2005
Nuruddin, Jurnalisme Masa Kini, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2009
Mondry, Pemahaman Teori dan Praktek Jurnalistik, Bogor: Ghalia Indonesia, 2008

17

Anda mungkin juga menyukai