PPKn
Kelas XII Genap
Purwati, S.Sos.
Pengertian dan Karakteristik Pers
Menurut UU 40/ 1999 tentang Pers, pengertian pers adalah lembaga sosial dan
wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan
informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta
data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media
cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.
Dalam undang-undang tersebut, pers dapat didefinisikan dengan dua arti :
1. sebagai lembaga (pranata) sosial,
pers mengemban harapan-harapan sosial. Harapan sosial yang ditujukan
kepada pers ini ditentukan oleh sistem sosial yang melingkupinya. Dengan kata
lain corak pers sebagai pranata sosial ditentukan oleh sistem sosial yang
menghidupinya
2. sebagai wahana komunikasi massa.
Sedangkan menurut Drs. Taufik, pers merupakan usaha dari alat komunikasi
massa untuk memenuhi kebutuhan anggota masyarakat akan penerangan,
hiburan, keinginan untuk mengetahui berita yang telah/akan terjadi di sekitar
mereka khususnya dan dunia umumnya.
Pers memiliki karakteristik sebagai berikut :
Periodesitas
Publisitas
Aktualitas
Universalitas
Obyektivitas
Sistem Pers
Menurut tipologi klasik, sistem pers di dunia ini dibagi
dalam 4 sistem pers besar:
Sistem pers otoritarian
Sistem pers libertarian
Sistem pers Soviet-Komunis
Sistem pers tanggung jawab sosial
Fungsi Pers
Menurut McQuail dalam bukunya Mass Communication Theories, ada enam perspektif dalam hal
melihat peran media.
Media massa sebagai window on event and experience. Media dipandang sebagai jendela yang
memungkinkan khalayak melihat apa yang sedang terjadi di luar sana, media merupakan sarana belajar
untuk mengetahui berbagai peristiwa.
Media masa juga sering dianggap sebagai a mirror of event in society and the world, implying a faithful
reflection. Media merupakan cermin berbagai peristiwa yang ada di masyarakat dan dunia, yang
merefleksikan apa adanya. Karenanya para pengelola media sering merasa tidak “bersalah” jika isi media
penuh dengan kekerasan, konflik, pornografi dan berbagai keburukan lain, karena memang menurut
mereka faktanya demikian, media hanya sebagai refleksi fakta, terlepas dari suka atau tidak suka.
Media massa sebagai filter, atau gatekeeper yang menyeleksi berbagai hal untuk diberi perhatian atau
tidak. Media senantiasa memilih issue, informasi atau bentuk isi (conten) yang lain berdasar standar
para pengelolanya. Di sini khalayak “dipilihkan” oleh media tentang apa-apa yang layak diketahui dan
mendapat perhatian .
Media massa sebagai guide, penunjuk jalan atau interpreter, yang menerjemahkan dan menunjukkan
arah atas berbagai ketidakpastian, atau alternative yang beragam
Media massa sebagai forum untuk mempresentasikan berbagai informasi dan ide-ide kepada khalayak,
sehingga memungkinkan terjadinya tanggapan dan umpan balik.
Media massa sebagai interlocutor, yang tidak hanya sekadar tempat berlalu lalangnya informasi, tetapi
juga partner komunikasi yang memungkinkan terjadinya komunikasi interaktif.
Dalam peraturan-perundangan, khususnya pasal 6 UU No 40
tahun 1999 tentang pers disebutkan bahwa peranan pers nasional
secara rinci adalah :
2. Bagi masyarakat
Tidak tertutup kemungkinan pemberitaan pers yang tidak proporsional
dan professional dapat menimbulkan permasalahan dalam masyarakat
seperti :
Aktivitas pers yang mengabaikan fungsi memberikan pendidikan kepada
masyarakat, dapat memicu munculnya kekerasan di masyarakat, anarkhis,
main hakim sendiri dan sebagainya.
Kebebasan pers yang tanpa batas dapat membentuk opini di masyarakat yang
cenderung kontraproduktif dengan program dan kebijakan pemerintah
Retaknya hubungan masyarakat dengan pers
Rusaknya citra komunitas masyarakat tertentu karena informasi yang
disajikan bertolak belakang dengan keadaan yang sebenarnya
pers yang berjalan tanpa kontrol dan tanggung jawab dapat berpotensi
menjadi media agitasi yang dapat mempengaruhi psikologis masyarakat yang
belum terdidik, yang jumlahnya lebih besar dibanding masyarakat yang telah
terdidik
Dampak Penyalahgunaan Kebebasan Pers
Kode Etik Jurnalistik (KEJ) adalah landasan moral dan operasional bagi jurnalis
dalam menjalankan profesinya. KEJ memuat beberapa hal, mulai dari kepribadian
dan integritas seorang wartawan, sampai kepada cara pemberitaan dan menyatakan
pendapat; Bagaimana bersikap terhadap sumber berita; Apa yang harus dilakukan
dan apa yang tidak boleh dilakukan. Juga berisi penegasan, bahwa penataannya
terutama berada pada hati nurani masing-masing wartawan. Dapat dikatakan, KEJ
karena itu diperlukan untuk menjaga harkat dan martabat profesi kewartawanan
sekaligus untuk menjaga kepercayaan masyarakat.