PENDAHULUAN
1
1
1.2 Perumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Pengertian pers
2. Fungsi dan peranan pers
3. Pers yang bebas dan bertanggungjawab
4. Penyalahgunaan kebebasan pers dan dampak-dampaknya.
5. kode etik jurnalistik
2
BAB II
PEMBAHASAN
Peranan :
1. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui
2. Menegakkan nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hokum, dan
HAM, serta menghormati kebhinekaan
3. Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan
benar.
4. Melakukan pengawasa, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kepentingan umum.
5. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.
3
2.3 Pers Yang Bebas Dan Bertanggung jawab
Kebebasan pers memiliki hubungan yang erat dengan fungsi pers dalam
masyarakat demokratis. Pers adalah salah satu kekuatan demokrasi terutama kekuatan
untuk mengontrol dan mengendalikan jalannya pemerintahan. Dalam masyarakat
demokratis pers berfungsi menyediakan informasi dan alternative serta evaluasi yang
dibutuhkan oleh masyarakat dalam partisipasinya dalam proses penyelenggaraan
Negara.
Kedaulatan rakyat tidak bias berjalan atau berfungsi dengan baik jika pers tidak
memberikan informasi dan alternative pemecahan masalah yang dibutuhkan.
Meskipun demikian, pers tidak bias mempergunakan kebebasannya untuk bertindak
seenaknya saja. Bagaimanapun juga, kebebassan manussia tidak bersifat mutlak.
Kebebasan bersifat terbatas karena berhadapan dengan kebebasan yang dimiliki orang
lain. Juga dalam kebebasan perspers tidak bias seenaknya memberitakan informasi
tertentu, wajib menghormati hak pribadi orang lain.
Ada 3 kewajiban pers yang harus diperhatikan :
1. Menjunjung tinggi kebenaran
2. Wajib menghormati privacy orang atau subyek tertentu
3. Wajib menjunjung tinggi prinsip bahwa apa yang diwartakan atau diberitakan dapat
dipertanggungjawabkan.
Menurut UU No. 40 thn 1999 tanggungjawab pers meliputi :
1. Pers memainkan peran penting dalam masyarakat modern sebagai media informasi
2. Pers wajib memberitakan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma
agama dan rasa kesusilaan masyarakat
3. Pers wajib menghormati asas praduga tak bersalah
4. Pers dilarang memuat iklan yang merendahkan martabat suatu agama dan/ atau
melanggar kerukunan hidup antar umat beragama
5. Pers dilarang memuat iklan minuman keras, narkotika, psikotropika dan zat aditif
lainnya
4
Untuk memecahkan masalah ini maka Komisi penyiaran Indonesia (KPI) menetapkan
beberapa
ketentuan yang harus diperhatikan dalam memberitakan peristiwa kejahatan
(kriminalits) terutamna bag media elektronik yaitu :
1. Menyiarkan atau menayangkan gambar pelaku kejahatan melanggar etika dan
hokum
2. Penayangan gambar-gambar mengerikan merugikan konsumen
3. Penayangan gambar korban kejahatan harus dengan izin korban.
Kode Etik Jurnalistik yang lahir pada 14 Maret 2006, oleh gabungan organisasi pers dan
ditetapkan sebagai Kode Etik Jurnalistik baru yang berlaku secara nasional melalui
keputusan Dewan Pers No 03/ SK-DP/ III/2006 tanggal 24 Maret 2006, misalnya,
sedikitnya mengandung empat asas, yaitu:
1. Asas Demokratis
Demokratis berarti berita harus disiarkan secara berimbang dan independen, selain
itu, Pers wajibmelayani hak jawab dan hak koreksi, dan pers harus mengutamakan
kepentingan publik.Asas demokratis ini juga tercermin dari pasal 11 yang
mengharuskan, Wartawan Indoensia melayani hak jawab dan hak koreksi secara
proposional. Sebab, dengan adanya hak jawab dan hak koreksi ini, pers tidak boleh
menzalimi pihak manapun.Semua pihak yang terlibat harus diberikan kesempatan untuk
menyatakan pandangan dan pendapatnya, tentu secara proposional.
2. Asas Profesionalitas
5
Secara sederhana, pengertian asas ini adalah wartawan Indonesia harus menguasai
profesinya, baik dari segi teknis maupun filosofinya. Misalnya Pers harus membuat,
menyiarkan, dan menghasilkan berita yang akurat dan faktual. Dengan demikian,
wartawan Indonesia terampil secara teknis, bersikap sesuai norma yang berlaku, dan
paham terhadap nilai-nilai filosofi profesinya.
Hal lain yang ditekankan kepada wartwan dan pers dalam asas ini adalah harus
menunjukkan identitas kepada narasumber, dilarang melakukan plagiat, tidak
mencampurkan fakta dan opini, menguji informasi yang didapat, menghargai ketentuan
embargo, informasi latar belakang , dan off the record, serta pers harus segera
mencabut, meralat dan memperbaiki berita yang tidak akurat dengan permohonan
maaf.
3. Asas Moralitas
Sebagai sebuah lembaga, media massa atau pers dapat memberikan dampak
sosial yang sangat luas terhadap tata nilai, kehidupan, dan penghidupan masyarakat
luas yang mengandalkan kepercayaan. Kode Etik Jurnalistik menyadari pentingnya
sebuah moral dalam menjalankan kegiatan profesi wartawan. Untuk itu, wartawan yang
tidak dilandasi oleh moralitas tinggi, secara langsung sudah melanggar asas Kode Etik
Jurnalistik. Hal-hal yang berkaitan dengan asas moralitas antara lain wartawan tidak
menerima suap, wartawan tidak menyalahgunakan profesi, tidak merendahkan orang
miskin dan orang cacat (Jiwa maupun fisik), tidak menulis dan menyiarkan berita
berdasarkan diskriminasi SARA dan gender, tidak menyebut identitas korban
kesusilaan, tidak menyebut identitas korban dan pelaku kejahatan anak-anak, dan
segera meminta maaf terhadap pembuatan dan penyiaran berita yang tidak akurat atau
keliru.
4. Asas Supremasi Hukum
Dalam hal ini, wartawan bukanlah profesi yang kebal dari hukum yang berlaku.
Untuk itu, wartawan dituntut untuk patuh dan tunduk kepada hukum yang berlaku.
Dalam memberitakan sesuatu wartawan juga diwajibkan menghormati asas praduga tak
bersalah.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebebasan pers yang sedang kita nikmati sekarang memunculkan hal-hal yang
sebelumnya tidak diperkirakan. Suara-suara dari pihak pemerintah misalnya, telah
menanggapinya dengan bahasanya yana khas; kebebasana pers di ndoesia telah
kebablasan! Sementara dari pihak asyarakat, muncul pula reaksi yang lebih konkert
bersifat fisik.
Barangakali, kebebasana pers di Indonesia telah mengahsilkan berbagai ekses.
Dan hal itu makin menggejala tampaknya arena iklim ebebasan tersebut tidak dengan
sigap diiringi dengan kelengakapan hukumnya. Bahwa kebebasan pers akan
memunculkan kebabasan, itu sebenarnya merupakan sebuah konsekuensi yan wajar.
Yang kemudan harus diantisipasi adalah bagaimana agar kebablasan tersbeut tidak
kemudian diterima sebagai kewajaran.
3.2 Saran
Para pekerja pers dalam bekerja wajib memenuhi aspek-aspek profesionalitas.
Standar profesionalitas dalam jurnalistik.
1. Tidak memutar balikan fakta, tidak memfitnah.
2. Berimbang, adil dan jujur.
3. Mengetahui perbedaan kehidupan pribadi dan kepentingan umum.
4. Mengetahui kredibilitas narasumber.
5. Sopan dan terhormat dalam mencari berita.
6. Tidak melakukan tindak yang bersifat plagiat.
7. Meneliti semua bahan berita terlebih dahulu.
8. Memiliki tanggung jawab moral yang besar (mencabut berita yang salah)
9. Bagi pembaca makala ini kami mohon maaf jika ada kesalahan dari segi apapun,