Alhamdulillah puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
segala limpahan rahmat-Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan tepat waktu.
Sholawat serta salam kami curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta
Makalah ini membahas tentang Variasi Bahasa. Dalam penyusunan makalah ini,
kami banyak mendapatkan bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas yang kami buat. Terutama ucapan terima kasih ditujukan kepada dosen
Adapun isi dari makalah ini jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan
kami, baik kemampuan mengolah konsepsi ataupun kemampuan apersepsi. Sehingga harap
dimaklumi apabila isi makalah kami banyak kekurangan, itu sebabnya kritik dan saran sangat
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca, dan menjadi
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Variasi Bahasa
2.1.1`Variasi dari segi penutur
2.1.2 Variasi dari segi pemakaian
2.1.3 Variasi dari segi keformalan
2.1.4 Variasi dari segi sarana
2.2 Jenis Bahasa
2.2.1 Jenis bahasa berdasarkan sosiologis
2.2.2 Jenis bahasa berdasarkan sikap politik
2.2.3 Jenis bahasa berdasarkan tahap pemerolehan
2.2.4 Lingua Franca
BAB 3 PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi penyelesaian tugas pada
mata kuliah Sosiolinguistik. Selain itu, juga untuk menyajikan penjelasan mengenai
materi jenis variasi bahasa.
1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah:
1. Kita dapat mengetahui dan menjelaskan macam-macam variasi bahasa.
2. Kita dapat mengetahui dan menjelaskan macam-macam jenis bahasa.
BAB 2
PEMBAHASAN
Ragam bahasa jurnalistik juga mempunyai ciri tertentu, yakni bersifat sederhana,
komunikatif dan ringkas. Sederhana karena harus dipahami dengan mudah;
komunikatif, karena jurnalistik harus menyampaikan berita secara tepat; dan ringkas
karena keterbatasan ruang (dalam media cetak), dan keterbatasan waktu (dalam media
elektronika). Dalam bahasa Indonesia ragam jurnalistik ini dikenal dengan sering
ditanggalkannya awalan me- atau berawalan ber- yang di dalam ragam bahasa baku
harus digunakan umpamanya kalimat, “gubernur tinjau daerah banjir” (dalam bahasa
baku berbunyi, kalimat “gubernur meninjau daerah banjir”). Contoh lain, “ anaknya
sekolah di bandung’’ (dalam bahasa baku adalah, “anaknya bersekolah di Bandung”).
Ragam bahasa militer dikenal dengan cirinya yang ringkas dan bersifat tegas,
sesuai dengan tugas dan kehidupan kemiliteran yang penuh dengan disiplin dan
instruksi. Ragam militer di Indonesia dikenal dengan cirinya yang memerlukan
keringkasan dan ketegasan yang dipenuhi dengan berbagai akronim itu memang sering
kali sukar dipahami, tetapi bagi kalangan miiliter itu sendiri tidak menjadi persoalan.
Ragam bahasa ilmiah yang juga dikenal dengan cirinya yang lugas, jelas, dan
bebas dari keambiguan, serta segala macam-macam metafora dan idiom. Bebas dari
segala keambiguan karena bahasa ilmiah harus memberikan informasi keilmuan secara
jelas, tanpa keraguan akan makna, dan terbebas dari kemungkinan tafsiran makna yang
berbeda. Oleh karena itulah juga, bahasa ilmiah tidak menggunakan segala macam
metafora dan idiom.
Varasi bahasa berdasarkan fungsi ini lazim disebut register. Dalam pembicaraan
tentang register ini biasanya dikaitkan dengan dialek. Kalau dialek berkenaan dengan
bahasa itu digunakan oleh siapa, dimana, dan kapan, maka register berkenaan dengan
masalah bahasa itu digunakan untuk kegiatan apa. Dalam kegiatannya mungkin saja
seseorang hanya hidup dengan satu dialek misalnya, seorang penduduk desa terpencil
di lereng gunung atau di tepi hutan. Tetapi, dia pasti tidak hidup hanya dengan satu
register, sebab dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat, bidang kegiatan yang
harus dilakukan pasti lebih dari satu. Dalam kehidupan modern pun ada kemungkinan
adanya seseorang yang hanya mengenal satu dialek; namun, pada umumnya dalam
masyarakat modern orang hidup lebih dari satu dialek (regional maupun sosial) dan
menggeluti sejumlah register, sebab dalam masyarakat modern orang sudah pasti
berurusan dengan sejumlah kegiatan yang berbeda.
Bahasa yang berjenis standar seperti bahasa Inggris, bahasa Arab, dan bahasa
Indonesia memiliki keempat dasar penjenisan (klasifikasi). Bahasa yang berjenis klasik
seperti bahasa Latin dan bahasa Sansekerta hanya memiliki tiga dasar penjenisan, yaitu
standardisasi, otonomi, dan historisitas, dan tidak mempunyai vitalitas karena tidak ada
penuturnya lagi.
Bahasa artifisial adalah bahasa buatan, seperti bahasa Volapuk dan bahasa
Esperanto. Bahasa jenis ini memiliki ciri standardisasi dan otonomi, tetapi tidak
memiliki ciri historisitas dan vitalitas. Sedikit tambahan, yang dimaksud dengan
bahasa artifisial ini adalah bahasa yang dibuat, disusun dengan maksud untuk dijadikan
bahasa pengantar (lingua franca) internasional.
Jenis bahasa vernakular menurut Pei dan Gaynor (1954:227) adalah bahasa
umum yang digunakan sehari-hari oleh satu bangsa atau satu wilayah geografis, yang
bisa dibedakan dari bahasa sastra yang dipakai terutama di sekolah-sekolah dan dalam
kesusastraan. Bahasa jenis vernakular ini memiliki ciri otonomi, historisitas, dan
vitalitas, tetapi tidak mempunyai ciri standardisasi.
Jenis bahasa yang disebut dialek memiliki ciri vitalitas dan historisitas, tetapi
tidak memiliki cirri standardisasi dan otonomi, sebab keotonomian bahasa ini berada di
bawah langue bahasa induknya.
Bahasa yang berjenis kreol hanya memiliki vitalitas, tidak memiliki ciri
standardisasi, otonomi, dan historisitas. Pada mulanya sebuah kreol berasal dari sebuah
pijin, yang dalam perkembangannyadigunakan pada generasi berikutnya, sebagai satu-
satunya alat komunikasi verbal yang mereka kuasai.
Bahasa yang berjenis pijin tidak memiliki keempat dasar penjenisan. Bahasa
jenis ini terbentuk secara alami di dalam suatu kontak sosial yang terjadi antara
sejumlah penutur yang masing-masing memiliki bahasa ibu (Bolinger 1975:364).
2.2.2 Jenis Bahasa Berdasarkan Sikap Politik
Berdasarkan sikap politik atau sosial politik kita dapat membedakan adanya
bahasa nasional, bahasa resmi, bahasa negara, dan bahasa persatuan. Pembedaan ini
dikatakan berdasarkan sikap sosial politik karena sangat erat kaitannya dengan
kepentingan kebangsaan. Ada kemungkinan keempat jenis bahasa yang disebutkan itu
mengacu pada satu sistem linguistik yang sama, dan ada kemungkinan pula pada
sistem linguistik yang berbeda. Di Indonesia keempat jenis bahasa itu mengacu pada
satu sistem linguistik yang sama; sedangkan di India, di Filipina, dan di Singapura
tidak.
Sebuah sistem linguistik disebut sebagai bahasa kebangsaan, adalah kalau sistem
linguistik itu diangkat oleh suatu bangsa (dalam arti kenegaraan) sebagai salah satu
identitas kenasionalan bangsa itu.
Yang dimaksud dengan bahasa negara adalah sebuah sistem linguistikyang
secara resmi dalam undang-undang dasar sebuah negara ditetapkan sebagai alat
komunikasi resmi kenegaraan. Artinya, segala urusan kenegaraan, administrasi
kenegaraan, dan kegiatan-kegiatan kenegaraan dijalankan dengan menggunakan
bahasa itu.
Yang dimaksud dengan bahasa resmi adalah sebuah sistem linguistik yang
ditetapkan untuk digunakan dalam suatu pertemuan, seperti seminar, konferensi, rapat,
dan sebagainya. Dalam sidang internasional di PBB bahasa Inggris, bahasa Prancis,
bahasa Spanyol, bahasa Cina, dan bahasa Arab ditetapkan sebagai bahasa resmi
persidangan.
3.1 Simpulan
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh semua orang, baik dari
kalangan atas maupun kalangan rendah. Itulah yang menyebabkan mengapa banyak sekali
variasi dalam bahasa. Variasi bahasa adalah macam-macam bentuk bahasa yang berbeda.
Variasi bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang
tidak homogen.
Variasi bahasa dari segi penutur terbagi menjadi empat macam, yaitu: idiolek, dialek,
kronolek/dialek temporal dan sosiolek. Variasi bahasa berkenaan dengan tingkat, golongan,
status, dan kelas sosial. Sehubungan dengan variasi bahasa berkenaan dengan tingkat,
golongan, status, dan kelas sosial para penuturnya, biasanya dikemukakan orang variasi
bahasa yang disebut akrolek, basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon, argot, dan ken. Ada juga
yang menambahkan dengan yang disebut bahasa prokem.
Variasi bahasa berkenaan dengan penggunaanya, pemakaianya, atau fungsinya disebut
fungsiolek (Nababan 1984), ragam, atau register. Variasi ini biasanya dibicarakan
berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan, dan sarana penggunaan.
Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunakan
untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya, bidang sastra jurnalistik, militer, pertanian,
pelayaran, perekonomian, perdagangan, pendidikan, dan kegiatan keilmuan.
Variasi bahasa dari segi keformalan pemakaian dibicarakan berdasarkan bidang
penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan dan sarana penggunaan. Variasi dari segi
keformalan terbagi atas lima macam gaya (style), yaitu: gaya/ragam beku (frozen), gaya resmi
(formal), gaya usaha (konsultatif), gaya santai (casual), dan gaya akrab (intimate).
Variasi dari segi sarana adalah dengan menggunakan sarana atau alat tertentu, yakni
misalnya dalam bertelepon dan betelegraf. Adanya ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis
didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa lisan dan bahasa tulis memiliki wujud struktur yang
tidak sama.
Penjenisan bahasa secara sosiolinguistik tidak sama dengan penjenisan (klasifikasi)
bahasa secara geneologis (genetis) maupun tipologis. Penjenisan atau klasifikasi secara
geneologis dan tipologis berkenaan dengan ciri-ciri internal bahasa-bahasa itu; sedangkan
penjenisan secara sosiolinguistik berkenaan dengan faktor-faktor eksternal bahasa atau
bahasa-bahasa itu yakni faktor sosiologis, politis, dan kultural.
Penjenisan bahasa berdasarkan faktor sosiologis, artinya penjenisan itu tidak terbatas
pada struktur internal bahasa, tetapi juga berdasarkan faktor sejarahnya, kaitannya dengan
sistem linguistik lain, dan pewarisan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Jenis bahasa berdasarkan sikap politik atau sosial politik kita dapat membedakan
adanya bahasa nasional, bahasa resmi, bahasa negara, dan bahasa persatuan. Pembedaan ini
dikatakan berdasarkan sikap sosial politik karena sangat erat kaitannya dengan kepentingan
kebangsaan. Ada kemungkinan keempat jenis bahasa yang disebutkan itu mengacu pada satu
sistem linguistik yang sama, dan ada kemungkinan pula pada sistem linguistik yang berbeda.
Jenis bahasa berdasarkan tahap pemerolehannya dapat dibedakan adanya bahasa ibu,
bahasa pertama, dan bahasa kedua (ketiga dan seterusnya), dan bahasa asing. Penanaman
bahasa ibu dan bahasa pertama adalah mengacu pada satu sistem linguistik yang sama. Yang
disebut bahasa ibu adalah satu sistem linguistik yang pertama kali dipelajari secara alamiah
dari ibu atau keluarga yang memelihara seorang anak.
3.2 Saran
Sebagai masyarakat pemakai bahasa, kita harus bisa menggunakan bahasa yang baik
dan benar. Bahasa yang baik adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah yang berlaku dan
bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan konteks waktu, tempat, situasi, ataupun
lawan bicara. Oleh karena itu, kita harus menjadi masyarakat pengguna variasi bahasa yang
tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta:
Rineka Cipta.
http://wikipedia.variasi-bahasa//html.
http://wikipedia.jenis-bahasa//html.