PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awalnya, komunikasi antar manusia sangat bergantung pada komunikasi dari mulut ke
mulut. Catatan sejarah yang berkaitan dengan penerbitan media massa terpicu penemuan
mesin cetak oleh Johannes Gutenberg.
Pada masa pendudukan Jepang mengambil alih kekuasaan, koran-koran ini dilarang. Akan
tetapi pada akhirnya ada lima media yang mendapat izin terbit: Asia Raja, Tjahaja, Sinar
Baru, Sinar Matahari, dan Suara Asia.
Masa kekuasaan presiden Soeharto, banyak terjadi pembreidelan media massa. Kasus Harian
Indonesia Raya dan Majalah Tempo merupakan dua contoh kentara dalam sensor kekuasaan
ini. Kontrol ini dipegang melalui Departemen Penerangan dan Persatuan Wartawan Indonesia
(PWI). Hal inilah yang kemudian memunculkan Aliansi Jurnalis Indepen yang
mendeklarasikan diri di Wisma Tempo Sirna Galih, Jawa Barat. Beberapa aktivisnya
dimasukkan ke penjara.
Titik kebebasan pers mulai terasa lagi saat BJ Habibie menggantikan Soeharto. Banyak
media massa yang muncul kemudian dan PWI tidak lagi menjadi satu-satunya organisasi
profesi. Kegiatan jurnalisme diatur dengan Undang-Undang Penyiaran dan Kode Etik
Jurnalistik yang dikeluarkan Dewan Pers.
BAB I
PENDAHULUAN
Peranan pers dalam masyarakat demokrasi, Pers adalah salah satu sarana bagi warga negara untuk mengeluarkan
pikiran dan pendapat serta memiliki peranan penting dalam negara demokrasi. Pers yang bebas dan bertanggung
jawab memegang peranan penting dalam masyarakat demokratis dan merupakan salah satu unsur bagi negara
dan pemerintahan yang demokratis. Menurut Miriam Budiardjo, bahwa salah satu ciri negara demokrasi adalah
memiliki pers yang bebas dan bertanggung jawab.
Sedangkan, Inti dari demokrasi adalah adanya kesempatan bagi aspirasi dan suara rakyat (individu) dalam
mempengaruhi sebuah keputusan.Dalam Demokrasi juga diperlukan partisipasi rakyat, yang muncul dari
kesadaran politik untuk ikut terlibat dan andil dalam sistem pemerintahan.Pada berbagai aspek kehidupan di
negara ini, sejatinya masyarakat memiliki hak untuk ikut serta dalam menentukan langkah kebijakan suatu
Negara. pers merupakan pilar demokrasi keempat setelah eksekutif, legislatif dan yudikatif. pers sebagai.
kontrol atas ketiga pilar itu dan melandasi kinerjanya dengan check and balance. untuk dapat melakukan
peranannya perlu dijunjung kebebasan pers dalam menyampaikan informasi publik secara jujur dan berimbang.
disamping itu pula untuk menegakkan pilar keempat ini, pers juga harus bebas dari kapitalisme dan politik. pers
yang tidak sekedar mendukung kepentingan pemilik modal dan melanggengkan kekuasaan politik tanpa
mempertimbangkan kepentingan masyarakat yang lebih besar. kemungkinan kebebasan lembaga pers yang
terkapitasi oleh kepentingan kapitalisme dan politik tersebut, mendorong semangat lahirnya citizen journalism.
istilah citizen journalism untuk menjelaskan kegiatan pemrosesan dan penyajian berita oleh warga masyarakat
bukan jurnalis profesional. aktivitas jurnalisme yang dilakukan oleh warga sebagai wujud aspirasi dan
penyampaian pendapat rakyat inilah yang menjadi latar belakang bahwa citizen journalism sebagai bagian dari
pers merupakan sarana untuk mencapai suatu demokrasi.
Wajah demokrasi sendiri terlihat pada dua sisi. Pertama, demokrasi sebagai realitas kehidupan sehari-hari,
kedua, demokrasi sebagaimana ia dicitrakan oleh media informasi. Di satu sisi ada citra, di sisi lain ada realitas.
Antara keduanya sangat mungkin terjadi pembauran, atau malah keterputusan hubungan. Ironisnya yang terjadi
sekarang justru terputusnya hubungan antara citra dan realitas demokrasi itu sendiri. Istilah yang tepat
digunakan adalah simulakrum demokrasi, yaitu kondisi yang seolah-olah demokrasi padahal sebagai citra ia
telah mengalami deviasi, distorsi, dan bahkan terputus dari realitas yang sesungguhnya. Distorsi ini biasanya
terjadi melalui citraan-citraan sistematis oleh media massa. Demokrasi bukan lagi realitas yang sebenarnya, ia
adalah kuasa dari pemilik informasi dan penguasa opini publik.
Proses demokratisasi disebuah negara tidak hanya mengandalkan parlemen, tapi juga ada media massa, yang
mana merupakan sarana komunikasi baik pemerintah dengan rakyat, maupun rakyat dengan rakyat. Keberadaan
media massa ini, baik dalam kategori cetak maupun elektronik memiliki cakupan yang bermacam-macam, baik
dalam hal isu maupun daya jangkau sirkulasi ataupun siaran.
Akses informasi melalui media massa ini sejalan dengan asas demokrasi, dimana adanya tranformasi secara
menyeluruh dan terbuka yang mutlak bagi negara yang menganut paham demokrasi, sehingga ada persebaran
informasi yang merata. Namun, pada pelaksanaannya, banyak faktor yang menghambat proses komunikasi ini,
terutama disebabkan oleh keterbatasan media massa dalam menjangkau lokasi-lokasi pedalaman.
Keberadaan radio komunitas adalah salah satu jawaban dari pencarian solusi akan permasalahan penyebaran
akses dan sarana komunikasi yang menjadi perkerjaan media massa umum. Pada perkembangannya radio
komunitas telah banyak membuktikan peran pentingnya di tengah persoalan pelik akan akses informasi dan
komunikasi juga dalam peran sebagai kontrol sosial dan menjalankan empat fungsi pers lainnya.
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut paham demokrasi.
Dimana dengan paham tersebut kekuasaan berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Dalam hal ini, semua masyarakat mendapatkan kebebasan untuk berpartisipasi dalam
pemerintahan karena setiap warga negara mempunyai hak untuk mengemukakan pendapat.
Di Indonesia sendiri, terdapat sarana yang dapat digunakan untuk mengungkapkan pendapat.
Sarana tersebut salah satunya adalah melalui pers. Pers adalah salah satu sarana bagi warga
negara untuk mengeluarkan pikiran, ide-ide maupun pendapat serta memiliki peranan penting
dalam negara demokrasi. Pers yang bebas dan bertanggung jawab memegang peranan penting
dalam masyarakat demokratis dan merupakan salah satu unsur bagi negara dan pemerintahan
yang demokratis pula.
Babak baru dalam dunia pers datang ketika keruntuhan kekuasaan rezim presiden
Soeharto pada tahun 1998. Hal tersebut dianggap sebagai suatu pencerahan bagi rakyat yang
menginginkan suatu reformasi dari segala bidang mulai dari ekonomi, politik, sosial, dan
budaya yang sempat terbelenggu oleh rezim orde baru. Tumbuhnya kebebasan pers pada
masa reformasi merupakan angin segar bagi masyarakat. Karena kehadiran pers saat ini
dianggap sudah mampu mengisi kekosongan ruang publik yang menjadi celah antara
penguasa dan rakyat. Sehingga saat ini, pers di Indonesia sudah bebas bahkan dapat
dikatakan pula menjadi sudah sangat bebas. Hal ini dapat kita lihat salah satunya adalah dari
media yang mengekspos kehidupan pribadi seseorang yang sebenarnya tidak perlu
dipublikasikan. Selain itu, kita juga dapat mengamati berbagai pendapat dari masyarakat
yang jika kita telaah karena kebebasan pers, malah menjadi masalah baru dan juga dapat
meresahkan masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut, penyusun tertarik untuk membuat makalah dengan judul
“Kebebasan Pers: Antara Anugrah dan Musibah” dimana dengan adanya kebebasan pers,
hal tersebut seolah menjadi seperti bumerang untuk masyarakat.
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, masalah utama
yang ingin penyusun kaji dalam penyusunan makalah ini adalah mengenai “kebebasan pers”.
Agar permasalahan yang dikaji tidak meluas, maka penyusun membatasi dan
merumuskannya ke dalam beberapa pertanyaan. Adapun rumusan masalah yang akan
penyusun uraikan adalah sebagai berikut:
1.2.1. Bagaimana perkembangan pers di Indonesia pada masa Orde Baru?
1.2.3. Bagaimana dampak kebebasan pers pada masa reformasi terhadap kehidupan masyarakat di
Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3.1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan pers di Indonesia pada masa Orde Baru;
1.3.2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan pers pasca runtuhnya pemerintahan Orde Baru;
1.3.3. Untuk mengetahui bagaimana dampak kebebasan pers pada masa reformasi terhadap
kehidupan masyarakat di Indonesia.
1.4.Metode Penelitian
1.4.1. Heuristik
1.4.2. Kritik
1.4.3. Interpretasi, dan
1.4.4. Historiografi
Dalam tahap heuristik, penyusun memulainya dengan mengumpulkan berbagai
literatur ataupun sumber yang relevan dengan mengunjungi perpustakaan dan mencari
sumber lain di Internet. Hal ini dilakukan agar penyusunan makalah ini sesuai dengan fakta-
fakta yang ada.
Pada tahap kritik, penyusun melakukan kritik intern dan ekstern. Dalam kritik intern,
penyusun mengkaji bagaimana latar belakang dan ideologi dari pengarang ataupun penyusun
sumber itu, kemudian bagaimana pendidikannya serta profesinya. Hal ini dilakukan agar data
yang diperoleh itu benar-benar sesuai dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Sedangkan kritik ekstern, penyusun melakukan kritik mengenai bagaimana tahun terbit, dan
apa penerbitnya.
Pada tahap interpretasi, penyusun menafsirkannya berdasarkan sumber-sumber yang
diperoleh. Jadi tidak ada penafsiran yang dilakukan secara asal-asalan karena sesuai dengan
sumber yang diperoleh.
Yang terakhir adalah mengenai historiografi. Hasil dari penyusunan makalah yang
selama ini dilakukan oleh penyusun setelah melalui berbagai tahap dari mulai heuristik
sampai kritik hingga pada akhirnya akan ditulis. Historiografi merupakan penyusunan
sejarah atau apapun yang telah kita telaah atau teliti.
1.5. Sistematika Penyusunan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang bagaimana latar belakang yang diungkapkan penyusun
tentang permasalahan yang dibahas. Dimana disini penyusun mengungkapkan latar belakang
munculnya kebebasan pers di Indonesia. Bab ini juga terdiri dari tujuan penelitian, metode
penelitian yang dignakan serta sistematika penyusunan yang digunakan penyusun sesuai
dengan pedoman penulisan makalah.
Dalam bab ini, dijelaskan mengenai metode yang digunakan penyusun ketika
menyusun makalah ini. Disini penyusun menggunakan metode Historis yang diantaranya
meliputi heuristik, kritik, interpretasi dan proses penyusunan (historiografi) mengenai fakkta-
fakta yang didapat dari berbagai literatur.
Dalam bab ini penyusun menjelaskan mengenai perkembangan pers pada masa orde
baru, reformasi, dan dmpak dari kebebasan pers di Indonesia bagi masyarakat.
Dalam bab ini, penyusun membahas kasus yang berkaitan dengan kebebasan pers dan
kemudian penyusun analisis sebagai sebuah fenomena yang terjadi setelah munculnya
kebebasan pers.
BAB V KESIMPULAN
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Media memiliki peranan penting sebagai katalisator dalam masyarakat (Lasswell,
1934), bahkan teoretisi Marxis melihatmedia massa sebagai piranti yang sangat kuat (a
powerfull tool). Namun seiring dengan semakin beragamnya media dan semakin
berkembangnya masyarakat, kebenaran teori-teori tersebut menjadi diragukan.
Pers No. 40 Tahun 1999 dan UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002 kemudian ditetapkan
untuk menjamin kebebasan dan independensi media massa. Media massa yang terjamin
kebebasan dan independensinya pada gilirannya menguntungkan semuanya, baik negara
maupun masyarakat. Walaupun seringkali dianggap merugikan kepentingan-kepentingan
politik tertentu.
Media massa dipandang punya kedudukan strategis dalam masyarakat. Secara
konseptual, keberadaan media massa dan masyarakat perlu dilihat secara bertimbal balik.
Untuk itu ada 2 pandangan yaitu apakah media massa membentuk (moulder) atau
mempengaruhi masyarakat, ataukah sebaliknya sebagai cermin (mirror) atau dipengaruhi oleh
realitas masyarakat.
Albert Camus, novelis terkenal dari Perancis pernah mengatakan bahwa pers bebas
dapat baik dan dapat buruk, namun tanpa pers bebas, yang ada hanya celaka. Oleh karena
salah satu fungsinya ialah melakukan kontrol sosial, pers melakukan kritik dan koreksi
terhadap segala sesuatu yang menrutnya tidak beres dalam segala persoalan. Karena itu, ada
anggapan bahwa pers lebih suka memberitakan hah-hal yang salah daripada yang benar.
Pandangan seperti itu sesungguhnya melihat peran dan fungsi pers tidak secara komprehensif,
melainkan parsial dan ketinggalan jaman.Karena kenyataannya, pers sekarang juga
memberitakan keberhasilan seseorang, lembaga pemerintahan atau perusahaan yang meraih
kesuksesan serta perjuangan mereka untuk tetap hidup di tengah berbagai kesulitan.
Berdasarkan uraian diataslah penulis menyusun karya tulis ini agar pembaca lebih
memahami arti dan peranan pers itu.
BAB I
PENDAHULUAN