ABSTRAK
Pendahuluan
Latar Belakang
Pers di Indonesi lazim diartikan sebagai surat kabar. Sedangkan untuk UU yang
menjelaskan pengertian dari pers sendiri, baru ada pada tahun 1999. Dalam UU No. 40
tahun 1999 mendefinisikan pers adalah, lembaga sosial dan wahana komunikasi massa
yang melaksanakan kegiatan jurnalistik, baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, dan data
grafik, dan segala saluran yang tersedia1. Pada UU diatas cukup jelas bahwa pers adalah
lembaga sosial atau lembaga masyarakat, dan ditegaskan bahwa sama sekali bukan bagian
1
Peran dan fungsi pers menurut undang-undang pers tahun 1999 serta perkembangannya. 2015. Surbakti,
Dahlan. hlm. 78
dari institusi, apalagi pemerintah atau pun partai politik tertentu. Akan tetapi masyarakat
masih kurang faham peran dan fungsi sebenarnya dari media pers. Bahkan beberapa
masyarakat tradisional masih belum menyadari keberadaan media pers ini, masih banyak
masyarakat yang tidak peduli dan kurang mengapresiasi. urgensi
Hubungan yang tak dapat dipisahkan ini membuat perlunya ada sinergi antara kedua
belah pihak, yakni media dan masyarakat. Dengan adanya artikel ini, diharap masyarakat
dapat lebih tahu dan mengerti akan penting nya peran pers, dan juga diharapkan
masyarakat sadar bahwa pers juga memperjuangkan hak-hak yang ada pada masyarakat,
mengankat aspirasi dan memberikan dampak besar terhadap masyarakat. alaaasan
Berdasarkan pengertian yang sudah dipaparkan, maka tujuan dari penulisan artikel
ini yaitu 1). Bagaimana perjalanan pers dari dulu sampai sekarang ?, 2). Bagaimana peran
dan fungsi pers?, 3). Bagaimana hubungan pers dan masyarakat?. Maka dari itu dirasa
makalah ini perlu untuk dibahas dan ditulis lebih lanjut. Penegasan
PEMBAHASAN
2
Agama saya adalah jurnalisme. 2010. Harsono, Andreas. Hlm. 26
Sebelum era reformasi 1998, pers di Indonesia dimanfaatkan sebagai “tangan”
pemerintah. Maksudnya, di masa ini fungsi pers diarahkan untuk mendukung
keberlangsungan pemerintah. Apabila ada media yang tidak sesuai dengan ketentuan
pemerintah, maka pemerintah akan melakukan tindakan tegas, yakni dengan memberedel
seluruh pemberitaan nya. Isi, tema, dan pembahasan yang ada pada media saat itu seakan
telah di atur oleh pemeritah yang berkuasa. Beberapa contoh korban yang mengalami
pemberedelan adalah tempo dan detik. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa
peran pers saat itu tidak berjalan. Aspirasi rakyat tidak tersalurkan, serta fungsi
pengawasan terhadap pemerintah sangat lemah.
Selanjutnya adalah pada masa pasca reformasi. Setelah kedudukan ORBA jatuh di
bulan Mei 1998, pers di Indonesia mengalami perubahan yang sangat signifikan, terutama
dalam hal kebebasan. Hal ini dibuktikan dengan banyak nya media baru yang muncul pada
era ini. ciri lain yang menonjol adalah keberanian media mengkritik pemerintah, yang
sebelumnya sama sekali tidak terjadi. Tidak ada lagi yang perlu ditakuti, aturan-aturan dan
sanksi yang dulu menghantui sekarang telah hilang. Dengan demikian peran dan fungsi
media pers kembali seimbang, yakni sebagai penyalur aspirasi masyarakat, mengkritik
penguasa, menjunjung kebenaran, serta mendengarkan seara hati nurani.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah perbedaan sebelum dan sesudah reformasi:
Di masa sekarang perkembangan pers semakin cepat. Di era modern ini banyak
bermunculan media online yang lebih canggih dan kekinian. Meski pada awalnya sempat
mengancam karena membuat beberapa media cetak rugi, namun semakin hari masalah ini
dapat diatasi. Kemudahan dan cepatnya memperoleh informasi menjadi keunggulan dari
jurnalisme dalam jaringan. Selain itu, masyarakat yang mengaksespun lebih banyak dari
pada menggunakan media cetak. Akantetapi muncul juga beragam ancaman, seperti berita
yang kurang berbobot akibat kurang nya verifikasi. Dan ancaman yang paling berbahaya
adalah berita bohong atau hoaks, saking berbahayanya hoaks dapat mengancam persatuan
negara. –bisnis media dan jurnalis dipersimpangan
Tentang peran dan fungsi pers, negara telah mengatur nya di Undang-Undang. Pada
UU No. 40 tahun 1999 tentang pers, pada pasal 6 di jelaskan bahwa peran dan fungsi pers
yaitu3:
Selain diatur dalam Undang-Undang, menurut Widodo4, fungsi pers di tengah masyarakat
ada bermacam-macam, yakni:
To Inform
Memberikan informasi kepada pembaca melalui tulisan, siaran, dan tayangan
To Edukate
Pers berfungsi sebagai pendidik melalui berbagai macam tulisan atau pesan yang
diberikan
To Controle
Ditengah masyarakat pers mempunyai fungsi memberi kontrol sosial lewat kritik
dan masukan yang bersifat membangun
3
Peran dan fungsi pers menurut undang-undang pers tahun 1999 serta perkembangannya. 2015. Surbakti,
Dahlan. hlm. 79
4
Ibid hlm. 80
To Bridge
Pers berfungsi sebagai penghubung atau menjembatani antara masyarakat dengan
pemerintah, atau sebaliknya
To Entertaint
Pers juga dapat memberi hiburan kepada masyarakat .
Masyarakat dengan wartawan atau media pers, memiliki hubungan yang cukup
dekat. Antara keduanya saling membutuhkan, namun dengan tujuan nya masing-masing.
Masyarakat butuh lembaga pers untuk mengomunikasikan sebuah informasi, sedangkan
wartawan sering membutuhkan masyarakat untuk mendapat informasi sebanyak mungkin
untuk memenuhi kebutuhan informasi publik. Hubungan dua elemen ini biasa disebut
dengan istilah media relations (hubungan media)5.
Namun hubungan yang dekat antara masyarakat dan media ini sering disalah
gunakan. Budaya amplop adalah salah satu contoh nya. Pers yang seharusnya bersikap
jujur dan netral tidak sepantasnya untuk menerima imbalan bentuk apapun. Sementara bagi
masyarakat, seharusnya faham akan sikap pers yang seperti ini. Pada masyarakat tertentu
biasanya budaya ini dilakukan, dengan tujuan sebagai sarana publikasi dan pencitraan
positif pada sebuah institusi tersebut6.
Budaya buruk ini harus dihilangkan, meskipun dengan begitu hubungan antara pers
dan masyarakat lebih harmonis, akan tetapi kemurnian atau produk dari pers itu sendiri
akan dipertaruhkan. Wartawan akan mengalami sebuah konflik kepentingan ketika sudah
menerima “sogok” dari masyarakat. Pada individu seseorang pasti akan tidak enak hati
ketika harus menulis yang jelek-jelek ketika sudah dibayar, seperti ini lah gambaran
singkkatnya. Dan pada akhirnya profesionalisme wartawan lah yang menjadi senjata satu-
satunya, apakah dia rela dengan materi atau profesi.
Evaluasi bisa dilakukan pada kedua belah pihak. Masyarakat bisa diberikan
sosialisasi tentang kebijakan media yang benar. Sedangkan bagi pelaku media sendiri
sudah banyak pasal-pasal yang mengatu tentang kode etik ini, sebisa mungkin apabila
terjadi kesalahan oleh pelaku, maka harus dikenakan sanksi yang sudah ada. Sehingga
5
.teman tapi mesra humas dan wartawan. 2014. F, Najih. Hlm. 54
6
Public relatiaon & media relations (kritik budaya amplop pada media relation institusi di Yogyakarta).
2015. Nurjanah. hlm 53
hubungan antara pers dan masyarakat bisa berjalan tanpa ada kepentingan individu yang
merugikan. Jika budaya ini dihilangkan saya rasa hubungan antara kedua belah pihak ini
akan tetap baik baik saja, sehingga tidak akan memberikan dampak yang signifikan.
Dampak Positif
Dampak Positif dari pers yaitu memberi ruang kepada publik untuk menginformasikan
segala sesuatu yang berguna untuk khalayak umum dari semua golongan yang ada dalam
masyarakat, dan dapat memberi tambahan wawasan nusantara dalam kehidupan bernegara
atau memberi ruang pendidikan.
Dampak Negatif
Intern
- Pers tidak obeyektif
- Menggunakan hak wajib
Ekstern
- Mempercepat kerusakan akhlak dan moral bangsa
- Menimbulkan ketegangan dalam masyarakat
- Menimbulkan sifat antipati dan kejengkelan terhadap pers
- Menimbulkan sikap saling curiga dan perpecahan dalam masyarakat
KESIMPULAN
Media masa atau pers yang semakin maju dan berkembang, memunculkan banyak
masalah baru di masyarakat. Masyarakat dengan mudah mengakses sebuah informasi
namun kurang kritis dalam berita tersebut. Hal ini dapat memberikan dampak negatif yaitu
berupa konflik. Maka dari itu pihak pers dan pihak masyarakat harus saling dukung untuk
kondisi informasi yang baik. Sedangkan untuk pers harap untuk mempertahankan
independensinya. Dan juga netral terhadap golongan apapun dalam menyampaikan berita.
DAFTAR RUJUKAN
Nurjanah. 2015. Public relatiaon & media relations (kritik budaya amplop pada media
relation institusi di Yogyakarta). Yogyakarta: Jurnal komunikasi. Vol 7, No 1
F,Najih. 2014. Teman tapi mesra humas dan wartawan. Yogyakarta: Jurnal komunikasi
profetik. Vol 7, No 2
Subakti, Dahlan. 2015. Peran dan fungsi pers menurut undang-undang pers tahun 1999
serta perkembangannya. Jurnal Hukum Prioris, Vol 5 No. 1
Martini, Rina. 2014. Analisis peran dan fungsi pers sebelum dan sesudah reformasi politik
di Indonesia. Semarang: Jurnal Ilmu Sosial. Vol 13, No 2
Zulfiani, Uni. 2011. Blokir Internet: How Far Can You Go?. Jakarta : Jurnal Dewan Pers,
Edisi 4
Dewan Pers. 2017. Mendorong provesionalisme pers melalui verivikasi perusahaan pers.
Jakarta : Jurnal Dewan Pers. Edisi 14.