Anda di halaman 1dari 2

Nama :Fajriyah Nurrahmawati

Nim :043658776
Mata kuliah :Skom4439/hukum media massa

1.Orde baru berlangsung dari tahun 1996–1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi indonesia
berkembang pesat meski hal ini dibarengi praktek korupsi yang merajalela dinegara ini, selain itu
kesenjangan antara rakyat yang kaya dan yang miskin makin melebar . Pada masa kepemimpinan Orde
Baru, kebebasan pers sangatlah terbatas. Tak terhitung banyaknya organisasi pers yang mengalami
pembredelan karena terlalu keras dalam mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah. Hal ini terjadi karena
pada masa Orde Baru, stabilitas politik nasional sangatlah penting guna mendukung lancarnya proses
pembangunan nasional yang telah dirumuskan dan ditetapkan dalam GBHN.
Pada masa orde baru, segala penerbitan di media massa berada dalam pengawasan pemerintah yaitu
melalui departemen penerangan. Bila ingin tetap hidup, maka media massa tersebut harus memberitakan
hal-hal yang baik tentang pemerintahan orde baru. Pers seakan-akan dijadikan alat pemerintah untuk
mempertahankan kekuasaannya, sehingga pers tidak menjalankan fungsi yang sesungguhnya yaitu sebagai
pendukung dan pembela masyarakat.
Fungsi Pers pada masa Orde Baru diatur dalam Pasal 2 ayat 1 dan ayat 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun
1966 dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1982 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11
Tahun 1966 yang menyatakan bahwa:
•Ayat 1 Pers Nasional adalah alat Perjuangan Nasional dan merupakan mass media yang bersifat aktif,
dinamis, kreatif, edukatif, informatoris, dan mempunyai fungsi kemasyarakatan pendorong dan pemupuk
daya fikiran kritis dan konstruktif progresif meliputi segala perwujudan kehidupan masyarakat Indonesia.
•Ayat 3 Dalam rangka meningkatkan peranannya dalam pembangunana, pers berfungsi sebagai penyebar
informasi yang obyektif, meyalurkan aspirasi rakyat, meluaskan komunikasi dan partisipasi masyarakat,
serta melakukan kontrol sosial yang konstruktif.
Dalam hal ini perlu dikembangkan interaksi positif antara pemerintah, pers, dan masyarakat. Dewan pers
adalah lembaga yang menaungi pers di Indonesia. Sesuai uu pers no 40 tahun 1999, dewan pers adalah
lembaga independen yang dibentuk sebagai bagian dari upaya untuk mengembangkan kemerdekaan pers
dan meningkatkan kehidupan pers nasional.
Ada tujuh fungsi dewan pers yang diamanatkan undang -undang diantranya:
1.Melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain, bisa pemerintah juga masyarakat.
2.Melakukan kajian untuk pengembangan kehidupan pers
3.Menetapkan dan mengawasi pelaksanaan kode etik jurnalistik
4.Memberikan prtimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan masyrakat atas kasus yang
berhubungan denagn pmberitaan pers
5.Mengembangkan komunikasi antra pers, masyarajat an pmerintah
6. Memfasilitasi organisasi pers dalam menyusun peraturan dibidang pers dan meningktkan kualitas
provesi wartawan
7.Mendat perusahaan pers

(2).Dampak kebijakan dan sistem tersebut terhadap industri media.Seiring runtuhnya kekuasaan
pemerintah Orde Lama dan digantikan denganpemerintahan Orde Baru, kehidupan pers di Indonesia pun
perlahan memperoleh kebebasan. Kebebasan tersebut diperoleh setelah pemerintahan Orde Baru
mengeluarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang Prinsip-PrinsipDasar Pers. Undang-undang
tersebut mengatur bahwa pers nasional tidak dapatdisensor atau dikendalikan dan kebebasan pers
dijamin sebagai bagian dari hak-hak dasar warga negara serta penerbitan tidak memerlukan surat izin apa
pun.Pada kenyataannya, para penerbitan surat kabar wajib memiliki dua izin yangsaling terkait. Dua izin
tersebut adalah Surat Izin Terbit (SIT) dari Departemen Penerangan dan Surat Izin Cetak (SIC) dari lembaga
keamanan militer KomandoOperasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib).Kebebasan pers
mulai sirna ketika terjadi Peristiwa Malari (Malapetaka 15Januari 1974). Dalam peristiwa ini terjadi
demonstrasi besar-besaran Jakarta.Demonstrasi ini dipicu oleh kedatangan Perdana Menteri Jepang,
Tanaka. Apabila dilihat lebih jauh, aksi tersebut berakar dari ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan
pemerintah di bidang sosial dan ekonomi. Akibat peristiwa tersebut banyak aktivis yang ditangkap. Tidak
hanya aktivis, peristiwa tersebut juga berdampak pada kehidupan pers.Sejak Peristiwa Malari, pemerintah
mulai memperhatikan dan menekanpers. Tekanan terhadap pers semakin terasa ketika pemerintah Orde
Baru mengeluarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1982 tentang Pokok-PokokPers. Undang-undang
tersebut merupakan perubahan dari Undang-UndangNomor 11 Tahun 1966.Dalam buku Perkembangan
Pers di Indonesia (2010) karya Akhmad Efendi,dijelaskan bahwa pada masa orde baru, segala penerbitan
pers berada dalam pengawasan pemerintah, yaitu melalui Departemen Penerangan. Sehingga perstidak
bisa menjalankan fungsinya yang sesungguhnya, yaitu mengawasi kinerja pemerintah dan menyalurkan
aspirasi masyarakat. Penekanan terhadap pers iniberlangsung hingga berakhirnya kekuasaan pemerintah
orde baru

Referensi:
Kompas. com
BMP SKOM4439

Anda mungkin juga menyukai